Thursday, May 22, 2025

Mencari Kemuliaan di Sisi Allah.

Buku Hikmah dan Tafsir: Mencari Kemuliaan di Sisi Allah


1. Teks Arab Hadis

ابْتَغِ الْمَعْرُوفَ عِنْدَ اللَّهِ، بِأَنْ تَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتُعْطِيَ مَنْ حَرَمَكَ

(HR. Ibnu ‘Adiy dari Ibnu ‘Umar)

---

2. Bacaan Latin

Ibtaghi al-ma‘rūfa ‘inda Allāh, bi’an ta‘fū ‘amman ẓalamaka, wa tu‘ṭiya man ḥaramaka.

---

3. Terjemahan

"Carilah kemuliaan (kebaikan) di sisi Allah, dengan cara engkau memaafkan orang yang menzalimimu dan engkau memberi kepada orang yang tidak memberimu."

(HR. Ibnu ‘Adiy dari Ibnu ‘Umar)

---

4. Hikmah Hadis

Kemuliaan hakiki datang dari Allah, bukan dari balasan manusia.

Memaafkan adalah bentuk kekuatan batin, bukan kelemahan.

Memberi tanpa pamrih menunjukkan kebersihan hati dan keikhlasan.

Hadis ini membimbing umat untuk menjadi pemberi, bukan penuntut.

---

5. Tafsir Makna Hadis

“Ibtaghi al-ma‘rūf ‘inda Allāh”: carilah pahala, kebaikan, kemuliaan bukan di mata manusia, tapi di sisi Allah.

“Ta‘fū ‘amman ẓalamak”: jangan balas dendam; ampunan itu cahaya di hati.

“Tu‘ṭiya man ḥaramak”: jangan jadikan perlakuan buruk orang sebagai alasan untuk berhenti berbuat baik.

---

6. Hadis Lain yang Berkaitan

1. “Bukanlah orang yang kuat itu yang menang dalam pergulatan, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. “Barang siapa memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya dari Allah.”

(HR. Ahmad)

3. “Sedekah tidak mengurangi harta, dan Allah akan menambahkan kemuliaan kepada seorang hamba yang memaafkan.”

(HR. Muslim)

---

7. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan

QS. Asy-Syura: 40

> “Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”

QS. Ali ‘Imran: 134

> “(Orang-orang yang bertakwa) adalah mereka yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.”

QS. Fussilat: 34

> “Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan akan menjadi seperti teman yang setia.”

---

8. Relevansi di Indonesia Saat Ini

Polarisasi politik dan perbedaan pandangan sosial kerap menimbulkan dendam dan kebencian.

Hadis ini mengajarkan sikap lapang dada dan memberi tanpa syarat, sangat relevan dalam membangun perdamaian sosial.

Dalam konteks ekonomi, banyak yang saling menuntut, jarang yang mau memberi lebih dulu — padahal Islam mengajarkan sebaliknya.

---

9. Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani

"Jangan engkau hitung siapa yang memberi padamu. Lihatlah siapa yang telah menjadikan engkau bisa memberi. Allah-lah pemilik segalanya, maka jangan engkau sempitkan hatimu hanya karena perlakuan buruk manusia."

(Futuh al-Ghaib)

---

10. Nasihat Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari

"Jika engkau memberi karena Dia, engkau tak akan kecewa bila tak dibalas. Dan bila engkau memaafkan karena Dia, engkau akan merasa lebih mulia dari pada membalas."

(al-Hikam)

---

11. Lampiran Cerita Hikmah

“Membalas dengan Senyum”

Seorang penjual makanan di pasar selalu diejek oleh seorang pemuda setiap hari. Namun, penjual itu tidak pernah marah. Ia tetap tersenyum dan memberi pemuda itu roti gratis setiap hari Jum'at.

Sampai suatu hari, pemuda itu jatuh sakit. Hanya si penjual yang menjenguk dan mengurusnya. Pemuda itu pun menangis, menyesal atas kelakuannya.

Ia bertanya, “Mengapa engkau tidak pernah membalas ejekanku?”

Penjual itu menjawab, “Aku ingin dicintai Allah, bukan dibalas olehmu.”

---



No comments: