Tuesday, March 25, 2025

Hutang

 Berikut adalah nasihat dari Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan Ibnu Atha'illah As-Sakandari tentang hutang, berdasarkan hikmah dan ajaran mereka:

1. Nasihat Syekh Abdul Qodir Al-Jailani tentang Hutang

  • Hutang itu beban, jangan meremehkannya
    “Jangan berhutang kecuali dalam keadaan darurat. Karena hutang adalah belenggu yang bisa membebani hati dan pikiran.”
    → Hutang bukan hanya beban finansial, tapi juga beban moral dan spiritual. Oleh karena itu, jangan mengambil hutang dengan sembarangan.

  • Bayarlah hutang dengan niat yang kuat
    “Siapa yang berhutang dengan niat ingin melunasi, Allah akan membantunya menyelesaikannya.”
    → Jika memang harus berhutang, maka niatkan dengan sungguh-sungguh untuk membayarnya. Jangan lari dari tanggung jawab.

  • Jangan berhutang jika hanya untuk memenuhi gaya hidup
    “Jangan tertipu oleh kenikmatan sesaat yang berasal dari hutang. Itu seperti meminum racun dengan rasa manis.”
    → Hutang yang tidak perlu, terutama hanya untuk memenuhi keinginan duniawi, bisa membawa kesulitan di kemudian hari.

2. Nasihat Ibnu Atha'illah As-Sakandari tentang Hutang

  • Hutang adalah ujian dari Allah
    “Jangan kau anggap hutang itu ringan, karena ia dapat mengurangi keberkahan hidupmu.”
    → Hutang bisa menghilangkan ketenangan dan keberkahan jika tidak dikelola dengan baik.

  • Jangan menggantungkan hidup pada hutang
    “Mengandalkan makhluk adalah tanda lemahnya keyakinan kepada Allah.”
    → Terlalu bergantung pada hutang menunjukkan kurangnya tawakal kepada Allah. Sebaiknya berusaha dan bersabar dalam mencari rezeki yang halal.

  • Bayarlah hutang sebelum ajal menjemput
    “Jangan menunda-nunda membayar hutang, karena ajal tidak menunggu kesanggupanmu.”
    → Hutang adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan sebelum meninggal, karena bisa menjadi penghalang di akhirat jika tidak dilunasi.

Kesimpulan

Dari nasihat kedua ulama ini, bisa disimpulkan bahwa:
✅ Jangan berhutang kecuali dalam keadaan darurat.
✅ Jika terpaksa berhutang, niatkan dengan sungguh-sungguh untuk melunasinya.
✅ Hindari hutang untuk hal yang tidak penting atau sekadar gaya hidup.
✅ Jangan menunda pembayaran hutang, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput.
✅ Jangan terlalu bergantung pada hutang, lebih baik berusaha dan bertawakal.

Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam mencari rezeki yang halal dan terhindar dari beban hutang yang berat.

Jualan makanan.

 Berikut adalah beberapa nasihat dari Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan Ibnu Atha'illah As-Sakandari yang relevan dengan berjualan makanan dan mencari rezeki dengan halal:

1. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani

Dalam kitab Al-Fath Ar-Rabbani, Syekh Abdul Qodir Al-Jailani banyak menekankan tentang pentingnya mencari rezeki yang halal. Beberapa nasihat beliau yang berkaitan dengan berjualan makanan adalah:

  • Jangan takut kekurangan saat berjualan dengan jujur
    “Bekerjalah dengan penuh kejujuran dan jangan takut rezekimu berkurang. Apa yang telah Allah tentukan untukmu tidak akan diambil oleh orang lain.”
    → Artinya, saat berjualan makanan, jangan curang, mengurangi timbangan, atau menggunakan bahan yang tidak halal. Karena rezeki sudah ditentukan oleh Allah, dan yang penting adalah keberkahannya.

  • Jualan itu bagian dari ibadah
    “Jika engkau berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal, maka engkau sedang beribadah kepada Allah.”
    → Dengan niat yang baik, berdagang bisa menjadi ibadah, terutama jika niatnya untuk memberi manfaat kepada orang lain dan membantu mereka mendapatkan makanan yang baik.

  • Jangan hanya berharap keuntungan duniawi
    “Jangan menjadikan harta sebagai tujuan utama. Jadikan ridha Allah sebagai tujuan, maka dunia akan mengikuti.”
    → Dalam berjualan makanan, jangan hanya mengejar keuntungan materi, tapi niatkan untuk memberikan makanan yang baik, bersih, dan halal kepada orang lain.

2. Ibnu Atha'illah As-Sakandari

Dalam kitab Al-Hikam, beliau memberi banyak hikmah tentang rezeki dan usaha. Beberapa yang berkaitan dengan berjualan makanan adalah:

  • Rezeki itu datang dari Allah, bukan hanya dari usaha
    “Ketika Allah membukakan pintu rezeki untukmu, janganlah engkau sibuk menilai usaha yang kau lakukan. Sesungguhnya Allah memberimu rezeki karena kasih sayang-Nya, bukan semata-mata karena usahamu.”
    → Artinya, jangan terlalu cemas dengan naik turunnya usaha jualan. Yang penting tetap berusaha dengan baik dan serahkan hasilnya kepada Allah.

  • Jangan serakah, cukupkan diri dengan rezeki yang halal
    “Barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada, maka ia akan kaya meskipun tidak memiliki banyak harta.”
    → Jangan tamak dalam mencari keuntungan, jangan menjual makanan dengan harga yang tidak wajar atau menipu pelanggan.

  • Sedekah mendatangkan keberkahan
    “Ketika engkau memberi, engkau sebenarnya sedang menerima.”
    → Jika ingin usaha makanan berkembang, jangan ragu untuk bersedekah, karena memberi tidak akan mengurangi harta, justru akan menambah keberkahan.

Kesimpulan

Dari kedua ulama ini, dapat disimpulkan bahwa dalam berjualan makanan, kita harus:
✅ Jujur dalam berdagang dan tidak menipu.
✅ Meniatkan jualan sebagai ibadah.
✅ Tidak hanya mengejar keuntungan duniawi.
✅ Yakin bahwa rezeki datang dari Allah.
✅ Tidak serakah dan selalu merasa cukup.
✅ Rajin bersedekah agar usaha semakin berkah.

Semoga usaha jualan makanan yang Anda jalankan selalu dalam keberkahan dan mendapatkan rezeki yang halal serta melimpah.