Pandangan Tasawuf tentang Ampunan Allah: Ada Syaratnya
Dalam tasawuf, ampunan Allah memang luas dan penuh kasih sayang, tetapi bukan berarti diberikan tanpa syarat. Setiap hamba harus menunjukkan kesungguhan dalam bertaubat dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Para sufi mengajarkan bahwa ada syarat-syarat tertentu agar seseorang mendapatkan ampunan-Nya secara hakiki.
1. Taubat yang Sungguh-Sungguh (Tawbatun Nasuha)
Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya (tawbatun nasuha)."
(QS. At-Tahrim: 8)
Menurut para sufi, taubat yang diterima harus memenuhi syarat berikut:
✅ Menyesali dosa dengan hati yang tulus
✅ Berhenti dari dosa tersebut dengan niat tidak mengulanginya lagi
✅ Berusaha memperbaiki diri dan mengganti keburukan dengan kebaikan
✅ Jika dosa berhubungan dengan hak orang lain, wajib meminta maaf dan mengembalikan hak tersebut
Imam Al-Ghazali berkata:
"Taubat tanpa tekad untuk memperbaiki diri adalah kebohongan. Orang yang benar-benar bertaubat akan merasakan kepedihan atas dosanya dan berusaha untuk tidak mengulanginya."
2. Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah
Para sufi menekankan bahwa Allah Maha Pengampun, tetapi hamba tidak boleh meremehkan dosa atau putus asa dari rahmat-Nya.
Allah berfirman:
"Katakanlah: 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'"
(QS. Az-Zumar: 53)
Namun, syaitan sering membuat manusia putus asa, sehingga merasa sudah terlalu kotor untuk mendapatkan ampunan Allah. Dalam tasawuf, ini disebut "makr syaitan", jebakan setan agar manusia terus dalam dosa dan tidak mau kembali kepada Allah.
3. Mendekat kepada Allah dengan Dzikir dan Ibadah
Para sufi mengajarkan bahwa dzikir dan ibadah adalah cara mempercepat datangnya ampunan Allah.
Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:
"Siapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Siapa yang datang kepada-Ku berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari."
(HR. Bukhari dan Muslim)
✔️ Memperbanyak istighfar (memohon ampunan)
✔️ Menjalankan shalat taubat
✔️ Bersedekah sebagai bentuk penebusan dosa
✔️ Meningkatkan amal saleh untuk menggantikan keburukan dengan kebaikan
Sufi seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jilani menekankan bahwa orang yang ingin diampuni Allah harus berusaha mendekat kepada-Nya dengan hati yang ikhlas.
4. Menjauhi Dosa dan Menjaga Keikhlasan
Dalam tasawuf, ampunan bukan hanya sekadar diucapkan di lisan, tetapi harus diikuti dengan perubahan sikap dan hati yang bersih dari niat buruk.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang mengatakan 'Astaghfirullah' (aku memohon ampun kepada Allah), tetapi hatinya masih berniat untuk berbuat dosa lagi, maka dia telah mempermainkan Tuhannya."
(HR. Thabrani)
Sufi besar seperti Rabi’ah al-Adawiyah selalu berdoa:
"Ya Allah, aku bertaubat bukan karena takut neraka-Mu, tetapi karena aku malu kepada-Mu."
Artinya, taubat sejati lahir dari hati yang benar-benar ingin berubah karena cinta kepada Allah, bukan hanya takut azab-Nya.
Kesimpulan
✅ Ampunan Allah itu luas, tetapi harus diiringi dengan usaha nyata
✅ Taubat harus memenuhi syarat: menyesal, berhenti, dan tidak mengulangi
✅ Tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena Dia Maha Pengampun
✅ Harus mendekat kepada Allah dengan ibadah, dzikir, dan amal saleh
✅ Keikhlasan dalam bertaubat sangat penting agar diterima Allah
Jadi, dalam tasawuf, ampunan Allah bukan sekadar diucapkan, tetapi harus dibuktikan dengan hati yang bersih dan amal yang nyata.