Thursday, September 25, 2025

Rahasia Kemuliaan Orang yang Berilmu.

 



📰 Rahasia Kemuliaan Orang yang Berilmu

Oleh: M. Djoko Ekasanu


📌 Latar Belakang Masalah

Sejak zaman Rasulullah ﷺ, ilmu telah menjadi kunci peradaban. Kebangkitan umat Islam lahir dari semangat menuntut ilmu, sebagaimana tampak pada era sahabat, tabi‘in, hingga masa keemasan Baghdad dan Andalusia. Namun, ketika ilmu mulai ditinggalkan, umat jatuh dalam kegelapan: lemah dalam ekonomi, politik, dan moral.

Sabda Nabi ﷺ:

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).

Masalah utama umat sepanjang zaman adalah melalaikan ilmu dan sibuk mengejar harta. Akibatnya, umat kehilangan arah, terombang-ambing dalam fitnah dunia.


📌 Maksud, Hakikat, dan Makna

Ilmu bukan sekadar pengetahuan, tetapi cahaya yang menuntun jiwa menuju Allah.

  • Hidup orang berilmu bercahaya dengan amal shalih.
  • Jiwanya tenang karena memahami hakikat takdir.
  • Raganya terjaga dari maksiat.
  • Akalnya tajam dalam membedakan benar dan salah.
  • Fikirannya bersih dari keraguan.
  • Nafasnya dzikir.
  • Ucapannya hikmah.
  • Doanya mustajab.
  • Penglihatannya ma‘rifah.
  • Tangisannya karena takut Allah.
  • Pendengarannya selektif terhadap kebenaran.
  • Perbuatannya menjadi teladan.
  • Langkahnya menuju kebaikan.
  • Tidurnya ibadah karena diniatkan untuk kuat beramal.
  • Kematian dan kuburnya dimuliakan.
  • Hari kiamat, hisab, mizan, shirath, hingga bertemu Allah – semuanya dimudahkan.

📌 Intisari Masalah

  1. Segala sesuatu punya jalan, jalan menuju surga adalah ilmu.
  2. Ilmu adalah gudang, kuncinya bertanya.
  3. Kebaikan dunia-akhirat bersama ilmu.
  4. Kehancuran umat: meninggalkan ilmu & mengagungkan harta.
  5. Menyembunyikan ilmu adalah dosa besar.

📌 Dalil Al-Qur’an dan Hadis

  1. Al-Qur’an:

    • "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11).
    • "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar: 9).
  2. Hadis:

    • "Sesungguhnya para malaikat merendahkan sayapnya bagi penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
    • "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi." (HR. Abu Dawud).

📌 Analisis dan Argumentasi

  • Sejarah: Peradaban Islam bangkit dengan ilmu (Bayt al-Hikmah, Cordoba, Kairo).
  • Kondisi umat: Kehancuran umat hari ini banyak karena meninggalkan ilmu agama dan hanya mengejar kekayaan.
  • Relevansi saat ini: Di era digital, ilmu bercampur antara yang haq dan batil. Perlu kesadaran untuk memilih ilmu yang mendekatkan kepada Allah, bukan sekadar pengetahuan dunia.

📌 Hikmah

  • Ilmu melahirkan kebijaksanaan.
  • Ilmu adalah senjata melawan kebodohan.
  • Ilmu adalah warisan abadi yang tidak habis dibagi.
  • Orang berilmu lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah.

📌 Muhasabah dan Caranya

  1. Periksa diri: sudahkah kita mencari ilmu dengan ikhlas lillahi ta‘ala?
  2. Amalkan ilmu, jangan berhenti di lisan.
  3. Sebarkan ilmu meski hanya satu ayat.
  4. Hindari sombong karena ilmu, sebab ilmu tanpa adab adalah fitnah.

📌 Doa

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا
Allahumma anfa‘ni bima ‘allamtani, wa ‘allimni ma yanfa‘uni, wa zidni ‘ilman.

"Ya Allah, berikan manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan, ajarkan ilmu yang bermanfaat, dan tambahkan kepadaku ilmu."


📌 Nasehat Ulama

  • Hasan al-Bashri: "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan."
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Ilmu hakiki adalah yang membuatmu semakin takut kepada Allah."
  • Abu Yazid al-Bistami: "Ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak masuk ke hati yang gelap oleh dunia."
  • Junaid al-Baghdadi: "Orang berilmu sejati adalah yang menghimpun syariat dan hakikat."
  • Al-Hallaj: "Ilmu yang tidak membuatmu dekat dengan Allah adalah hijab bagimu."
  • Imam al-Ghazali: "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan."
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Carilah ilmu dengan adab, karena adab adalah mahkota ilmu."
  • Jalaluddin Rumi: "Ilmu adalah lentera, tetapi cinta kepada Allah adalah cahaya yang menyalakan lentera itu."
  • Ibnu ‘Arabi: "Ilmu adalah mengenal hakikat, bukan sekadar hafalan."
  • Ahmad al-Tijani: "Ilmu adalah jalan untuk menegakkan maqam ma‘rifah kepada Allah."

📌 Tujuan dan Manfaat

  1. Menghidupkan agama dan iman.
  2. Menjadi benteng moral umat.
  3. Membimbing manusia menuju ridha Allah.
  4. Membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

📌 Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Shahih Muslim, Shahih Bukhari, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi
  3. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali
  4. Al-Fath al-Rabbani – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  5. Al-Risalah al-Qusyairiyyah – Imam al-Qusyairi
  6. Fihi Ma Fihi – Jalaluddin Rumi
  7. Al-Futuhat al-Makkiyyah – Ibnu ‘Arabi

📌 Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para guru, ulama, dan pembimbing ruhani yang telah menyalakan cahaya ilmu di hati umat. Semoga amal jariyah mereka terus mengalir hingga akhirat.



Manusia: Misteri Tanah Asal Penciptaannya.

 


Manusia: Misteri Tanah Asal Penciptaannya

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Redaksi Asli

Ibnu Abbas ra. berkata: “Allah Ta’ala menciptakan jasadnya Nabi Adam as. dari beberapa negeri di dunia. Kepalanya diambilkan dari tanahnya Ka’bah, dadanya diambilkan dari beberapa tempat bumi, punggung dan perutnya diambilkan dari tanah di India, kedua tangannya dari tanah Masyrig, kedua kakinya dari tanah Maghrib.”


Wanab bin Muhabbin berkata: “Allah Ta’ala menciptakan Adam as. dari beberapa tanah (bumi) tujuh, kepalanya dari bumi pertama, lehernya dari bumi kedua, dadanya dari bumi ketiga, kedua tangannya dari bumi keempat, punggung dan perutnya dari bumi kelima, paha dan pantatnya dari bumi keenam dan kedua betisnya dari bumi yang ketujuh.”


Dalam suatu riwayat yang lain Ibnu Abbas ra. berkata: “Allah Ta’ala menciptakan Nabi Adam as. kepalanya (terbuat) dari tanah Baitul Maqdis, wajahnya dari tanah surga, kedua telinganya dari tanah Thurisaina, dahinya dari tanah Iraq, giginya dari tanah telaga Kautsar, tangannya yang kanan beserta jari-jarinya dari tanah Ka’bah, tangannya yang kiri dari tanah Paris, kedua kakinya beserta kedua betisnya dari tanah India, tulangnya dari tanah gunung, auratnya dari tanah Babilon, punggungnya dari tanah Irag, perutnya dari tanah Khurasan, hatinya dari tanah surga Firdaus, lisannya dari tanah Thaif, dan kedua matanya dari tanah telaga Kautsar.”


Ketika kepalanya (terbuat) dari tanah Baitul Maqdis, maka jadilah kepala itu tempat akal, kepintaran, dan ucapan. Ketika kedua telinganya (terbuat) dari tanah Thurisaina, maka jadilah telinga itu tempat menerima nasehat. Dan ketika dahinya ity (terbuat) dari tanah Irag, maka jadilah dahi itu tempat bersujud kepada Allah Ta’ala. Ketika wajahnya itu (terbuat) dari tanah surga, maka menjadilah wajah itu menjadi tempat kebagusan dan berhias. Dan ketika giginya itu (terbuat) dari tanah telaga Kautsar, maka menjadilah gigi itu menjadi tempat manis. Ketika tangan kanannya (terbuat) dari tanah Ka’bah, maka menjadilah tangan kanan itu tempat berkah dan menolong dalam kehidupan, serta bermurah. Dan tatkala tangan kirinya dari tanah Persia, maka jadilah tangan kiri itu menjadi tempat bersuci dan istinjak (bercebok). Ketika perutnya (terbuat) dari tanah Khurasan, maka jadilah perut itu menjadi tempat lapar. Dan ketika auratnya itu (terbuat) dari tanah Babilon, maka menjadilah aurat itu tempat syahwat, berkhianat dan tipuan. Ketika tulangnya itu (terbuat) dari tanah gunung, maka menjadilah tulang itu tempat yang keras. Dan ketika hatinya itu (terbuat) dari tanah surga Firdaus, maka menjadilah hati itu tempat iman. Ketika lisannya itu (terbuat) dari tanah Thaif, maka menjadilah lisan itu tempat Syahadat, merendahkan diri dan berdoa kepada Allah Ta’ala.


Ringkasan Redaksi Asli

Dalam berbagai riwayat, seperti dari Ibnu Abbas ra. dan Wanab bin Muhabbin, disebutkan bahwa Nabi Adam as. diciptakan Allah Ta’ala dari berbagai jenis tanah dan dari berbagai tempat di muka bumi. Kepala, wajah, telinga, tangan, perut, bahkan hati—masing-masing memiliki asal usul tanah berbeda, dengan makna simbolis yang dalam tentang fungsi anggota tubuh dan hakikat kehidupan manusia.


Maksud dan Hakikat

Riwayat-riwayat ini bukan sekadar kisah asal-usul Adam, melainkan isyarat tentang hakikat manusia. Bahwa manusia tersusun dari unsur-unsur bumi yang berbeda, yang melahirkan keragaman sifat, fungsi, dan ujian. Tanah-tanah itu melambangkan:

  • Akal dan ilmu (tanah Baitul Maqdis),
  • Syahwat dan kelemahan (tanah Babilon),
  • Iman dan cinta Ilahi (tanah Firdaus),
  • Keteguhan (tanah gunung).

Tafsir dan Makna Judul

“Manusia: Misteri Tanah Asal Penciptaannya” menegaskan bahwa asal-usul jasad manusia bukan hanya sekedar tanah, tetapi tanah yang bermakna. Setiap tanah mewakili sifat dan potensi manusia.


Tujuan dan Manfaat

  • Menyadarkan manusia agar memahami dirinya sebagai makhluk lemah, bersumber dari tanah, dan akan kembali ke tanah.
  • Mengingatkan manusia agar menjaga fungsi anggota tubuh sesuai amanah.
  • Menanamkan rasa syukur atas kemuliaan manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna.

Latar Belakang Masalah di Jamannya

Riwayat ini muncul di tengah masyarakat Arab yang bertanya-tanya tentang asal-usul penciptaan manusia. Para sahabat menukil dari Ibnu Abbas ra. untuk memberikan gambaran simbolis tentang kehormatan dan kelemahan Adam as., agar umat memahami bahwa manusia diciptakan dengan komposisi fitrah yang seimbang.


Intisari Masalah

  • Manusia berasal dari tanah yang berbeda → melahirkan sifat berbeda.
  • Anggota tubuh punya fungsi spiritual masing-masing.
  • Kehidupan manusia adalah ujian antara akal, nafsu, iman, dan amal.

Sebab Terjadinya Masalah

Masalah timbul karena manusia sering lupa asal-usulnya. Ia sombong, padahal berasal dari tanah hina. Ia bernafsu, padahal diciptakan untuk iman. Maka Allah memberi tanda dalam penciptaan Adam, agar manusia mau muhasabah.


Dalil Al-Qur’an dan Hadis

  • Al-Qur’an:

    • “Dia menciptakan manusia dari tanah liat kering (seperti tembikar).” (QS. Ar-Rahman: 14)
    • “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah.” (QS. Shaad: 71)
  • Hadis:

    • Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi...” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

Analisis dan Argumentasi

Riwayat-riwayat ini bisa dipahami sebagai:

  1. Simbolis: tiap tanah melambangkan sifat manusia (iman, sabar, nafsu, syahwat, akal).
  2. Historis: Adam benar-benar diciptakan dari beragam tanah bumi.
  3. Teologis: menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk termulia dari bahan yang sederhana.

Relevansi Saat Ini

  • Di zaman modern, manusia sering lupa asal tanahnya—lupa rendah hati, rakus pada dunia.
  • Kesadaran asal-usul ini dapat mencegah krisis moral, materialisme, dan kesombongan teknologi.
  • Ilmu medis juga membuktikan bahwa tubuh manusia mengandung unsur-unsur mineral tanah: kalsium, fosfor, besi, seng.

Hikmah

  • Manusia mulia bukan karena tanahnya, tetapi karena ruh dan akalnya.
  • Setiap bagian tubuh memiliki amanah → harus digunakan untuk kebaikan.
  • Kesombongan bertentangan dengan fitrah tanah yang rendah.

Muhasabah dan Caranya

  • Menundukkan diri di hadapan Allah.
  • Mengendalikan nafsu (aurat dari tanah Babilon → ujian syahwat).
  • Menggunakan akal (kepala dari tanah Baitul Maqdis → pusat ilmu).
  • Menjaga lisan (tanah Thaif → tempat doa dan syahadat).

Doa

Allahumma ya Rabb, jadikanlah anggota tubuh kami berfungsi sebagaimana Engkau ciptakan: akal untuk ilmu, hati untuk iman, lisan untuk syahadat, tangan untuk amal shalih, dan jauhkanlah kami dari menggunakan tubuh kami untuk maksiat.


Nasehat Ulama

  • Hasan al-Bashri: “Wahai anak Adam, engkau berasal dari tanah, maka janganlah sombong di atas tanah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintailah Allah, sebagaimana engkau mencintai hidupmu, karena tubuhmu akan kembali ke tanah, tapi cintamu akan kekal bersama-Nya.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang mengenal dirinya berasal dari tanah, niscaya ia tidak akan mengangkat kepala karena kesombongan.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Tubuhmu adalah wadah tanah, ruhmu adalah tiupan langit, jangan biarkan tanah menguasai langit.”
  • Al-Hallaj: “Manusia adalah rahasia Allah yang dibungkus tanah.”
  • Imam al-Ghazali: “Kenalilah asalmu, maka engkau akan tahu tujuanmu.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Tanah adalah rendah, maka rendahkanlah dirimu di hadapan Allah, niscaya engkau ditinggikan.”
  • Jalaluddin Rumi: “Dari tanah kau datang, tapi janganlah jadi tanah kering, jadilah taman yang subur dengan cinta.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Setiap bagian tanah dalam tubuhmu adalah tanda asma Allah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Tubuh ini tanah, tapi hatimu bisa jadi singgasana-Nya jika kau sucikan.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Abu Dawud, Sunan Abu Dawud.
  • Tirmidzi, Sunan Tirmidzi.
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
  • Jalaluddin Rumi, Matsnawi.
  • Ibnu Arabi, Futuhat al-Makkiyah.

Ucapan Terima Kasih

Kepada para guru, para ulama, dan para pembaca yang senantiasa menjaga adab ilmu dan merawat hikmah dalam setiap kisah para salaf. Semoga tulisan ini menjadi pengingat diri penulis dan manfaat bagi umat.




Manusia: Misteri Tanah Asal Penciptaannya

✍️ Oleh: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Cerita

Dalam beberapa riwayat, para sahabat seperti Ibnu Abbas ra. dan Wanab bin Muhabbin menyampaikan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam as. dari berbagai macam tanah yang diambil dari tempat-tempat berbeda di bumi. Ada yang dari Ka’bah, Baitul Maqdis, Irak, Persia, India, bahkan ada yang dari surga Firdaus. Setiap bagian tubuh Adam punya asal tanahnya sendiri, dan ternyata ada makna besar di balik itu semua.


Pesan dan Makna

Cerita ini bukan sekadar “asal-usul” penciptaan manusia, tapi lebih ke pesan simbolis buat kita. Bahwa manusia diciptakan dari tanah yang beragam → artinya kita punya potensi, sifat, dan ujian yang berbeda-beda juga. Ada sisi mulia, ada juga sisi lemah.

  • Kepala dari Baitul Maqdis → simbol akal dan ilmu.
  • Hati dari surga Firdaus → tempat iman.
  • Aurat dari tanah Babilon → ujian syahwat.
  • Tulang dari tanah gunung → tanda keteguhan.

Jadi, setiap bagian tubuh kita punya tugas dan tanggung jawab masing-masing.


Tujuan dan Manfaat

Kalau direnungkan, kisah ini ngajarin kita buat:

  • Ingat bahwa kita asalnya cuma dari tanah, jadi jangan sombong.
  • Tau fungsi tubuh masing-masing, biar nggak salah pakai.
  • Syukuri nikmat Allah, karena yang bikin manusia mulia itu bukan tanahnya, tapi akal, iman, dan ruh yang Allah tiupkan.

Latar Belakang di Zamannya

Dulu, orang-orang suka bertanya tentang “gimana sih asal usul manusia pertama?” Para sahabat kayak Ibnu Abbas menjawab dengan riwayat-riwayat ini. Jadi bukan sekadar sejarah, tapi semacam “pelajaran spiritual” biar umat paham bahwa manusia itu makhluk istimewa tapi tetap lemah.


Inti Pesan

  1. Manusia berasal dari banyak tanah → sifatnya pun beragam.
  2. Tubuh punya fungsi khusus masing-masing.
  3. Hidup adalah perjuangan menyeimbangkan akal, iman, dan nafsu.

Dalil Qur’an dan Hadis

  • Al-Qur’an:

    • “Dia menciptakan manusia dari tanah liat kering (seperti tembikar).” (QS. Ar-Rahman: 14)
    • “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah.” (QS. Shaad: 71)
  • Hadis:
    Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi...” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).


Analisis Ringan

Kalau kita mau mikir agak dalam, ada tiga cara melihat kisah ini:

  1. Simbolis: setiap tanah melambangkan sifat (iman, sabar, nafsu, akal).
  2. Sejarah: memang Adam diciptakan dari berbagai tanah.
  3. Pelajaran: biar kita sadar bahwa manusia itu lemah, tapi Allah kasih kemuliaan lewat iman.

Relevansi Zaman Sekarang

Zaman modern kayak sekarang, manusia kadang lupa asalnya. Teknologi maju, gaya hidup hedon, tapi lupa kalau kita cuma dari tanah. Padahal kalau kita ngerti hakikatnya, ini bisa jadi rem supaya nggak gampang sombong, nggak rakus, dan lebih rendah hati.

Bahkan sains sekarang membuktikan tubuh manusia memang punya unsur-unsur dari tanah: kalsium, fosfor, besi, seng. Jadi cerita klasik ini justru nyambung banget dengan ilmu modern.


Hikmah yang Bisa Dipetik

  • Tubuh kita bukan sekadar fisik, tapi amanah.
  • Jangan pakai tubuh buat maksiat, karena tiap bagian punya fungsi suci.
  • Ingat tanah itu rendah → jadi manusia juga harus rendah hati.

Cara Muhasabah

  • Latih diri biar akal dipakai untuk ilmu, bukan kelicikan.
  • Jaga hati biar tetap penuh iman.
  • Kendalikan nafsu biar aurat nggak jadi sumber maksiat.
  • Gunakan lisan buat syahadat, doa, dan bicara baik.

Doa

Allahumma ya Rabb, jadikanlah anggota tubuh kami berfungsi sebagaimana Engkau ciptakan: akal untuk ilmu, hati untuk iman, lisan untuk syahadat, tangan untuk amal shalih, dan jauhkanlah kami dari menggunakan tubuh kami untuk maksiat.


Nasehat Para Ulama

  • Hasan al-Bashri: “Wahai anak Adam, engkau berasal dari tanah, maka janganlah sombong di atas tanah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintailah Allah, sebagaimana engkau mencintai hidupmu, karena tubuhmu akan kembali ke tanah, tapi cintamu akan kekal bersama-Nya.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang mengenal dirinya berasal dari tanah, niscaya ia tidak akan sombong.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Tubuhmu adalah wadah tanah, ruhmu adalah tiupan langit.”
  • Al-Hallaj: “Manusia adalah rahasia Allah yang dibungkus tanah.”
  • Imam al-Ghazali: “Kenalilah asalmu, maka engkau akan tahu tujuanmu.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Tanah itu rendah, maka rendahkanlah dirimu di hadapan Allah, niscaya engkau ditinggikan.”
  • Jalaluddin Rumi: “Jangan jadi tanah kering, jadilah taman subur dengan cinta.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Setiap bagian tanah dalam tubuhmu adalah tanda asma Allah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Tubuh ini tanah, tapi hatimu bisa jadi singgasana-Nya jika kau sucikan.”

Daftar Bacaan

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Sunan Abu Dawud.
  • Sunan Tirmidzi.
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
  • Jalaluddin Rumi, Matsnawi.
  • Ibnu Arabi, Futuhat al-Makkiyah.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat para ulama yang sudah mewariskan ilmu dan hikmah ini, juga untuk pembaca yang masih mau duduk merenung tentang siapa dirinya dan mau jadi apa setelah mati nanti. Semoga artikel ini jadi pengingat buat kita semua.