Diriwayatkan dari Ibrahim radhiyallahu ‘anhu, dari Alqomah radhiyallahu ‘anhu, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Barang siapa belajar satu bab ilmu yang ia ambil manfaatnya untuk akhirat dan dunianya maka Allah memberinya kebaikan 7000 tahun usia dunia, yang berupa kebaikan ibadah puasa di siang hari dan beribadah di malam hari dengan diterima tidak ditolak’.”
Diriwayatkan dari Ibrahim radhiyallahu ‘anhu dari Alqomah radhiyallahu ‘anhu dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Membaca al-Quran adalah perbuatan amal orang- orang yang dicukupi. Sholat adalah perbuatan amal orang- orang yang tidak mampu. Puasa adalah perbuatan amal orang- orang yang fakir. Membaca tasbih adalah perbuatan amal para wanita. Shodaqoh adalah perbuatan amal orang-orang dermawan. Tafakkur adalah perbuatan amal orang-orang lemah. Ingatlah! aku akan menunjukkan kalian perbuatan amal para pahlawan’. Kemudian Rasulullah ditanya, ‘Apa itu perbuatan amal para pahlawan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Yaitu mencari ilmu, karena mencari ilmu adalah cahaya bagi orang mukmin di dunia dan akhirat’.”
Ali VS Khawarij
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Aku adalah kota ilmu. Sedangkan Ali adalah pintu kota ilmu itu.”
Ketika kaum Khawarij mendengar hadis ini, mereka iri hati dengan Ali. Kemudian 10 orang hebat dari mereka berkumpul dan berdiskusi;
“Kita akan menanyai Ali satu pertanyaan yang sama dan kita akan tahu bagaimana ia menjawabnya. Apabila ia menjawab pertanyaan kita dengan jawaban yang berbeda-beda maka kita tahu kalau ia benar-benar orang alim seperti yang disabdakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama.”
Kemudian orang pertama mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang pertama.
Ali menjelaskan, “Ilmu adalah warisan para nabi. Harta adalah warisan Qorun, Syaddad, Firaun dan lain-lainnya.”
Kemudian orang pertama kembali menemui teman-temannya dan melaporkan jawaban.
Kemudian orang kedua mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang kedua.
Ali menjelaskan, “Ilmu akan menjagamu sedangkan kamu adalah yang menjaga harta.”
Kemudian orang kedua kembali dengan membawa jawaban ini.
Kemudian orang ketiga mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang ketiga.
Ali menjelaskan, “Orang yang memiliki harta akan memiliki banyak musuh sedangkan orang yang memiliki ilmu akan memiliki banyak teman.”
Kemudian orang ketiga kembali dengan jawaban ini.
Setelah itu orang keempat mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang keempat.
Ali menjelaskan, “Ketika kamu membelanjakan harta maka harta itu akan berkurang sedangkan ketika kamu mengajarkan ilmu maka ilmu itu akan bertambah.”
Kemudian orang keempat kembali dengan jawaban ini.
Giliran orang kelima mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang kelima.
“Orang yang memiliki harta akan dipanggil sebagai orang yang pelit sedangkan orang yang berilmu akan dipanggil sebagai orang yang agung dan mulia,” Ali menjelaskan.
Kemudian orang kelima kembali dengan jawaban ini.
Kemudian orang keenam mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang keenam.
“Harta akan dilindungi dari pencuri sedangkan ilmu tidak akan dilindungi dari pencuri,” Ali menjelaskan.
Kemudian orang keenam kembali dengan jawaban ini
Kemudian orang ketujuh mendatangi Ali dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang ketujuh.
“Orang yang berharta akan dihisab di Hari Kiamat sedangkan orang yang berilmu akan disyafaati di Hari Kiamat,” Ali menjelaskan.
Kemudian orang ketujuh ini kembali dengan membawa jawaban ini.
Kemudian orang kedelapan mendatangi Ali dan berkata:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang kedelapan.
“Harta akan habis termakan waktu dan zaman sedangkan ilmu tidak akan habis termakan waktu dan zaman,” Ali menjelaskan.
Kemudian ia kembali dengan membawa jawaban ini.
Lalu orang kesembilan mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang kesembilan.
“Harta dapat mengeraskan hati sedangkan ilmu dapat melunakkan dan melembutkan hati,” Ali menjelaskan.
Kemudian ia pergi dengan membawa jawaban ini.
Akhirnya orang kesepuluh mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan bertanya:
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?”
“Ilmu adalah lebih utama daripada harta,” jawab Ali.
“Apa buktinya?” tanya orang kesepuluh.
“Orang berharta akan cenderung mengaku sebagai tuhan karena hartanya sedangkan orang yang berilmu akan mengaku sebagai hamba.”
Ali melanjutkan;
“Andai mereka semua bertanya kepadaku dengan pertanyaan yang sama niscaya aku akan menjawabnya dengan jawaban- jawaban yang berbeda selama aku masih hidup,” kata Ali.
Akhirnya sepuluh orang Khawarij itu mendatangi Ali radhiyallahu ‘anhu dan masuk Islam.