Friday, December 18, 2009

Halau Kanker dengan Sesendok Madu

Getty Images

SESENDOK gula mungkin bakal menolong Anda menggelontorkan obat yang Anda makan namun tidak memberi apa-apa selain kalori. Sebaliknya, madu akan meningkatkan kadar antioksidan endogen dalam tubuh Anda.

Antioksidan endogen merupakan unsur yang diproduksi tubuh untuk menghalau radikal bebas penyebab munculnya penyakit jantung, kanker dan penyakit lainnya lagi.

Dalam sebuah penelitian kecil, setelah sebulan empat sendok makan madu setiap hari—yng cukup untuk memaniskan secangkir teh—25 relawan mengalami peningkatan kadar antioksidan hingga 5 sampai 12 persen dalam darah mereka.

Jadi, pastikan agar Anda menggunakan madu sebagai pengganti gula. Jangan gunakan dua-duanya, karena Anda hanya akan melipatgandakan asupan kalori.

Gangguan Jantung pada Remaja

dan sesak napas sehingga harus dirawat di rumah sakit. Saya menduga dia terkena pneumonia, tapi ternyata menurut dokter yang merawat dia menderita infeksi jantung.

Saya merasa heran kenapa adik saya yang baru berumur 21 tahun sudah terkena penyakit jantung. Sepanjang pengetahuan saya, penyakit jantung menyerang orang yang sudah berusia lanjut.

Adik saya memang pengguna narkoba. Dia mulai menggunakan narkoba sejak berumur 13 tahun. Mulai dengan pakai tablet, hirupan, dan sejak SMU mulai menyuntik sehingga mengalami ketergantungan hebat. Akibatnya dia tak mampu melanjutkan sekolah. Dia kemudian menjalani rehabilitasi dan berhasil berhenti menggunakan narkoba pada umur 18 tahun.

Dalam tiga tahun belakangan ini dia membantu Ayah berdagang dan tampaknya sehat saja sampai dia dirawat di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit mencapai hampir sebulan. Ayah harus mengeluarkan biaya tak sedikit untuk pengobatan dan perawatan tersebut.

Yang mengejutkan kami, adik saya mengalami kerusakan katup jantung dan kemungkinan harus dioperasi. Kami semua merasa prihatin karena operasi katup jantung tentu merupakan operasi penuh risiko, apalagi biaya operasi terasa amat mahal bagi kami.

Sekarang adik saya sudah di rumah. Dia mampu berjalan ke kamar mandi tanpa sesak, tetapi kakinya masih sedikit bengkak.

Pertanyaan saya, apakah infeksi jantungnya berkaitan dengan kebiasaan penggunaan narkoba masa lalu? Apakah infeksi katup jantung memang memerlukan operasi? Apakah ada obat-obatan yang dapat mengatasi infeksi katup jantung?

Adik saya tentu memerlukan pekerjaan yang akan dapat mendukung kehidupannya nanti. Apa yang dapat kami persiapkan agar sesuai dengan keadaan kesehatannya? Terima kasih atas perhatian Dokter.

M di J

Dampak penggunaan narkoba suntikan, selain risiko penularan hepatitis C dan HIV, adalah timbulnya berbagai infeksi, termasuk infeksi katup jantung yang disebut infective bacterial endocarditis.

Biasanya infeksi ini terjadi pada katup jantung yang terdapat pada bagian kanan jantung (katup trikuspid). Infeksi ini terjadi karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Akibat infeksi ini dapat terjadi demam lama, pada auskultasi dapat terdengar bising jantung. Sedangkan melalui biakan darah dapat diisolasi kuman penyebab infeksi.

Selain menimbulkan gejala demam, infeksi ini juga dapat disertai sesak napas atau gejala lain akibat gangguan pada jantung. Penggantian katup melalui operasi adakalanya memang diperlukan.

Penyakit jantung tidak hanya mengenai orang berusia lanjut. Penyakit jantung bahkan juga terdapat pada bayi, biasanya penyakit jantung bawaan. Sedangkan penyakit jantung rematik juga sering ditemukan pada anak.

Dengan maraknya penggunaan narkoba suntikan, infective bacterial endocarditis juga semakin banyak ditemukan. Penyakit ini memerlukan terapi antibiotika jangka lama sehingga memang biaya pengobatannya mahal.

Dokter yang merawat adik Anda akan mempertimbangkan apakah adik Anda memerlukan operasi penggantian katup jantung. Meski operasi penggantian katup jantung termasuk operasi besar, operasi ini telah lama dilaksanakan di Indonesia dengan hasil cukup baik. Penggantian katup jantung akan meningkatkan kualitas hidup penderita secara nyata.

Mengingat jumlah pengguna narkoba di negeri kita cukup banyak, persoalan yang keluarga Anda hadapi juga menjadi masalah bagi banyak keluarga Indonesia. Dengan demikian, diperlukan program yang jelas agar mereka dapat menjadi manusia produktif dan mandiri. Mereka seharusnya dapat bersekolah kembali, bekerja, atau mendapat kesempatan berusaha.

Menurut estimasi Badan Narkotika Nasional, pengguna narkotika suntikan di negeri kita mencapai lebih dari 500.000 orang. Jadi, dapat dibayangkan betapa banyak remaja kita yang memerlukan dukungan dalam menghadapi masa depan.

Salah satu upaya sederhana adalah memberi pelatihan untuk melaksanakan usaha. Dengan usaha kecil sekalipun kita berharap mereka dapat menjadi warga negara yang produktif dan hidupnya tidak tergantung pada orang lain.

Saya mengenal remaja yang sekarang sudah berhenti menggunakan narkoba, kesehatannya sudah pulih, dan yang menggembirakan mereka sudah pula punya kegiatan produktif. Ada remaja yang punya penyewaan internet, menyewakan komik, punya warung, gerai telepon seluler, dan bengkel TV. Amat menyenangkan melihat mereka bangkit kembali menatap masa depannya.

Mudah-mudahan adik Anda nanti juga akan menemukan kegiatan yang cocok baginya sehingga dapat mandiri menjalani kehidupan ini.

dr Samsuridjal Djauzi

Teh Hitam Cegah Sakit Jantung, Kanker dan Diabetes


Senin, 25 Februari 2008 | 12:38 WIB

Di antara sekian banyak jenis minuman, teh merupakan jenis yang memberikan begitu banyak manfaat. Kebiasaan meminum teh hitam , misalnya dapat menjdi upaya terbaik bagi pencegahan penyakit berat yang disebabkan gaya hidup seperti jantung, kanker dan diabetes.

Tiga jenis penyakit tersebut memang menakutkan karena prevalensinya kini makin meningkat dan tak hanya menyerang orang berusia lanjut, melainkan juga kalangan produktif.

Salah satu penyebab timbulnya penyakit tersebut adalah adanya akumulasi radikal bebas atau oksidan yang dapat menghancurkan sistem jaringan dan integritas DNA dalam tubuh. Kondisi tersebut merangsang percepatan proses penuaan, penghancuran lever dan menyebabkan penyakit berat lainnya seperti penyakit jantung dan kanker.

Untuk menghindari atau menekani risiko mengidap penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan penyakit sejenis yang disebabkan radikal bebas, menurut Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr. Ali Khomsan, dapat dilakukan upaya terbaik dengan memilih cara tradisional. Salah satunya adalah mengonsumsi minuman alami yang dapat mengurangi radikal bebas seperti teh hitam.

"Memang benar teh hitam atau ’black tea’ mempunyai manfaat seperti menurunkan resiko kanker, mencegah jantung koroner, mencegah penuaan dan juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah," kata Ali.

Dari berbagai referensi diketahui bahwa teh hitam yang selama ini dikonsumsi masyarakat cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh, terutama antioksidan serta "theaflavin" cukup tinggi.

"Senyawa itulah yang mempunyai efek dapat mengurangi resiko-resiko penyakit seperti kanker dan mencegah jantung koroner," katanya.

Teh hitam dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan. Teh hitam disebut juga teh fermentasi.

Pakar kesehatan jantung dari Kota Hujan Dr H.Mohammad Taufik Sp.J mendukung pendapat Ali Khomsan yang menyebutkan teh hitam bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan stroke.

Menurut Taufik, sayangnya, manfaat yang terkandung dalam teh hitam belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi maupun publikasi dari berbagai penelitian tentang manfaat teh hitam bagi kesehatan.

Beberapa waktu lalu, Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta (RSJHK) juga memaparkan hasil penelitiannya dalam talkshow bertema "Efek Teh Hitam dalam Mencegah dan Mengatasi Risiko Penyakit Jantung Koroner".

Penelitian tersebut memperlihatkan katekin dalam teh hitam, senyawa yang disebut-sebut sebagai aktor yang mampu melawan penyakit degeneratif adalah senyawa theaflavin yang merupakan antioksidan, anti kanker, anti mutagenik, antidiabetes dan anti penyakit lainnya.

Antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Berdasarkan sumbernya, anti oksidan dapat dibagi menjadi antioksidan alami dan sintetis.

Theaflavin merupakan antioksidan alami yang sangat potensial, kemampuannya sebagai penangkap radikal bebas tidak dipungkiri lagi kesahihannya. Selain itu senyawa theaflavin dalam teh hitam jumlahnya cukup berarti.

Kemampuan theaflavin sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi LDL (Low Density Lippoprotein) menunjukkan hal yang menakjubkan. Dalam seduhan teh hitam, theaflavin memberikan warna merah kekuningan, sementara itu thearubigin dan theanapthoquinone masing-masing memberi warna merah kecoklatan dan kuning pekat.

Untuk hal rasa, bersama-sama kafein, theaflavin yang ada dalam teh hitam memberikan rasa segar. Mengutip penelitian di Belanda, Taufik menyatakan, kebiasaan minum teh hitam dapat mencegah penimbunan kolesterol pada pembuluh darah arteri, terutama pada wanita.

Minum teh hitam satu sampai dua cangkir mampu menekan penimbunan kolesterol hingga 46 persen, jika minum 4 cangkir dapat mencapai 69 persen. Hal tersebut ditunjang oleh hasil penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan serangan jantung berkurang 40 persen pada orang-orang yang membiasakan minum teh hitam.

Teh hitam juga menunjukkan kemampuan yang meyakinkan sebagai sumber bahan pangan alami bagi para penderita diabetes terutama dalam kapasitasnya menaikkan aktifitas insulin. Penelitian Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang dipublikasikan dalam Journal Agric Food Chem 2002, menunjukkan kemampuan teh hitam dalam meningkatkan aktivitas insulin melebihi dari teh hijau, dan teh oolong.

sumber : Antara

Anak Malas Rentan Sakit Jantung



Getty Images/Digital Vision
Anak yang bergaya hidup sedentari rentan terkena penyakit jantung.

GAYA hidup yang kurang aktif atau sedentari seringkali tidak menguntungan bagi kesehatan dan bahkan kerap disebut sebagai pemicu timbulnya berbagai jenis penyakit.

Gaya hidup bermalas-malasan ini pun ternyata tidak hanya berpangaruh buruk terhadap para orang dewasa atau remaja. Namun anak-anak yang membiasakan dirinya kurang aktif pun menjadi lebih rentan terkena jenis penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup.

Seperti yang diungkapkan oleh hsil riset para ahli di Universitas North Caroline AS, Jumat (4/4) kemarin, anak yang bergaya hidup sedentari tercatat enam kali lebih besar memiliki kemungkinan mengidap penyakit jantung ketika menginjak dewasa ketimbang teman-temannya yang hidup aktif.

Bahkan menurut studi tersebut, kelompok gejala gangguan jantung yang disebut dengan istilah metabolic syndrome, dapat muncul pada awal-awal usia belasan tahun.

Tim peneliti dari Universitas North Carolina yang dipimpin Robert McMurray, melakukan riset dengan cara mengukur indikator penting kesehatan pada sekitar 400 anak-anak berusia 7 hingga 10 tahun, termasuk mencatat tinggi badan, massa tubuh, persentase lemak dalam tubuh, tekanan darah dan kadar koleskterol. Frekuensi dan durasi anak-anak dalam melakukan latihan-latihan fisik juga dipantau dan dicatat selama penelitian.

Tujuh tahun kemudian, anak-anak ini kemudian diteliti lagi ketika mereka berajak dewasa untuk melihat sejauh mana mereka mengalami tanda-tanda sindroma metabolik. Berdasarkan kesimpulan peneliti yang mempublikasikan riset ini dalam British journal Dynamic Medicine, hampir lima persen dari para anak abg berusia 13 hingga 19 ini tercatat memiliki tiga atau lebih kondisi atau gejala utama.

Hasil ini juga sejalan dengan riset sebelumnya yang menunjukkan sekitar empat hingga sembilan persen remaja di Amerika Serikat memilliki kombinasi intoleransi glukosa, hipertensi, obesitas dan kekhawatiran kelebihan kolesterol.

Namun hingga saat ini, belum ada peneliti yang mencari hubungan antara aktivitas fisik di awal masa kanak-kanak dengan peluang mereka mengidap gejala penyakit jantung.

Menurut McMurray, anak-anak yang mengidap sindroma cenderung enam kali melakukan latihan kebugaran tingkat rendah dan lima kali cenderung melakukan aktivitas fisik tingkat rendah ketika studi ini dimulai.

Padahal yang terbaik, lanjutnya, anak-anak pada usia ini seharusny melakukan sekitar 20 menit aktivitas jalan kaki, naik sepeda dengan kecepatan sedang atau melakukan aktivitas yang sama beratnya.

Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) Amerika Serikat yang berpusat di Atlanta merekomendasikan anak-anak untuk menyibukkan diri pada aktivitas dan latihan tingkat ini sekurangnya satu jam per hari.

"Ini menujukkan perlunya upaya untuk meningkatkan latihan fisik sejak masa kanak-kanak. Karena anak-anak sekarang hidup dengan sangat santai dan cenderung mudah terkena obesitas," tegas McMurray.

Diabetes dan Hipertensi

Chitosan, Limbah Kulit Udang untuk

Kamis, 10 Januari 2008 | 23:13 WIB
nasir/ kompas

Jangan sia-siakan limbah kulit udang dan kepiting. Ekstrak zat kerak yang lebih populer dengan nama chitosan ini mampu mengatasi tekanan darah tinggi, diabetes, hati, kanker, dan gangguan organ tubuh. Terakhir chitosan diyakini bisa sebagai bahan pengawet makanan, seperti formalin.

Sri Haryati (65) sudah lama mengalami gangguan tekanan darah tinggi. Seperti dituturkan ibu rumah tangga yang tinggal di bilangan Blok A, Jakarta Selatan ini, setahun lalu, tekanan darahnya sampai di atas 200 mmHg, paling rendah 140.

Oleh dokter yang memeriksanya, Sri dianjurkan mengonsumsi obat antihipertensi. Selain itu, ia diharuskan banyak istirahat dan dilarang mengemudikan mobil.

Bosan minum obat kimia, pengobatan alternatif menjadi pilihan Sri. Untunglah dia bertemu Sinse Harry, akupunturis dan herbalis yang berpraktik di bilangan Pluit, Jakarta Utara.

Sri dianjurkan mengonsumsi ekstrak zat kerak udang atau kepiting, yang biasa disebut chitosan. Sebulan kemudian, tekanan darahnya turun menjadi 120/90 mmHg. Kini, ia mengaku tekanan darahnya stabil di angka 120/80.

Pengalaman lain, Karyati (34) sempat mempunyai berat badan hingga 70 kg dengan tinggi badan 157 cm. Kondisi tersebut membuat karyawati perusahaan telekomunikasi ini kurang percaya diri. Beberapa terapi dilakoni, yakni ikut klub senam kebugaran dan minum teh pelangsing.

Berat badannya memang turun menjadi 60 kg, tetapi kepalanya jadi sering pusing dan keseimbangannya terganggu. “Kalau sedang berjalan, badan terasa melayang. Begitu juga bila mau berdiri selepas duduk,” tuturnya.

Atas anjuran Dr. Setiawan, Ph.D, dokter sekaligus herbalis, Karyati mengonsumsi kapsul chitosan. Setelah dua bulan, berat badannya turun menjadi 50 kg.
Lainnya, Hendra Mustofa (28) menderita sakit maag sejak duduk di bangku SMA.

Ketika kuliah, ia sering tak sadarkan diri karena derita maag yang tak tertahankan. Beberapa pengobatan telah dilakoni, sayangnya belum ada yang membuahkan hasil.

Atas saran kerabatnya, ia mengonsumsi ramuan chitosan. Hasilnya, ia tak lagi mengalami sakit maag. Bahkan, ia sudah berani mengasup makanan pedas, meski cuma sesekali.

Kulit Keras
Chitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Ojier, pada tahun 1823. Ojier meneliti chitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti udang, kepiting, dan serangga.

Dijelaskan DR. Ir. Linawati Hardjito, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perikanan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, chitosan merupakan produk turunan dari polymer chitin, yakni produk limbah dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50 persen dari total berat udang.

Proses pembuatan chitosan, menurut Dr. Setiawan, pertama-tama kulit udang atau kepiting dicuci dengan larutan alkali encer untuk menghilangkan protein (deproteinisasi). Selanjutnya bahan dicuci dengan larutan asam hidroklorik encer untuk menghilangkan kerak kapur (demineralisasi). Proses deproteinisasi dan demineralisasi usai, yang tersisa adalah zat kerak (crust).

“Dalam zat kerak terdapat unsur butylosar yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Zat kerak tak larut dalam asam maupun basa, dan sulit diserap oleh tubuh manusia,” ungkapnya.

Untuk mendapatkan unsur butylosar secara utuh, dokter yang berpraktik di daerah Pluit, Jakarta Utara ini menguraikan prosesnya. Pertama kali, zat kerak dimasukkan ke dalam larutan alkali pekat. Selanjutnya, dipanaskan dalam suhu 80-120 derajat Celsius untuk melepaskan asetil.

Butylosar yang telah didapatkan itu hanya larut dalam asam encer dan cairan tubuh manusia. Dengan demikian, butylosar dapat diserap oleh tubuh.

Kerak yang telah dilepaskan asetilnya merupakan zat murni, tinggi sifat basanya, serta mengandung banyak molekul glukosa. Zat itu merupakan satu-satunya selulosa yang dapat dimakan.

Ditambahkan DR. Linawati, zat ini mempunyai muatan positif yang kuat, dan dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain. Selain itu, zat ini mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun.

Pengganti Formalin
Lebih lanjut, Dr. Setiawan menguraikan khasiat butylosar, yakni meningkatkan fungsi pembunuh sel kanker. Dalam sebuah riset antitumor, katanya, butylosar mempunyai daya penekan terhadap penyebaran sel tumor sekaligus merangsang kemampuan kekebalan tubuh serta mendorong tumbuhnya sel T limpa dari pankreas.

“Bahaya kanker terletak pada kemungkinan peralihannya. Kemampuan zat butylosar dalam menekan sifat peralihan sudah diakui oleh ilmuwan biologi di berbagai negara melalui cara yang berbeda-beda. Selain itu, dalam pemakaiannya terhadap pasien memperlihatkan keberhasilan yang cukup tinggi,” kata Dr. Setiawan.

Butylosar mempunyai kemampuan menempel pada molekul sel di permukaan bagian dalam pembuluh darah. Kondisi ini mencegah sel tumor menempel pada sel permukaan pembuluh darah, artinya mencegah perembesan jaringan kanker ke daerah sekitar.

Butylosar dapat juga mengurangi penyerapan tubuh terhadap ion-ion klor. Zat ini meningkatkan fungsi pembesaran pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah.

Sejak tahun 2004, menurut DR. Linawati, Departemen THP telah melakukan uji aplikasi zat kerak pada beberapa produk ikan asin, seperti jambal roti, teri, dan cumi. Dalam berbagai konsentrasi, chitosan dilarutkan dalam asam asetat, kemudian ikan asin yang akan diawetkan dicelupkan beberapa saat dan ditiriskan.

Hasilnya, pada konsentrasi 1,5 persen saja penggunaan chitosan dapat menyamai pemakaian formalin yang merupakan bahan berbahaya. Indikasinya, lalat yang hinggap lebih sedikit, penampakannya lebih baik daripada ikan asin kontrol (tanpa formalin dan chitosan) maupun ikan asin dengan formalin.

Pemakaian chitosan sebagai bahan pengawet juga tidak menimbulkan perubahan warna dan aroma. Setengah berpromosi, DR. Linawati membandingkan segi ekonomis penggunaan chitosan dibanding formalin. Untuk 100 kg ikan asin diperlukan satu liter chitosan seharga Rp 12.000, sedangkan formalin Rp 16.000.

Dr. Setiawan menambahkan, untuk pengobatan, dosis yang dianjurkan 2 x 2 kapsul per hari diminum dengan air hangat. Bila diminum bersama produk lain, beri jarak waktu 1 jam karena sifatnya yang mengikat. Ia mengingatkan, chitosan tidak dianjurkan dikonsumsi oleh anak-anak

Jantungan? Lindungi dengan Telmisartan



TELMISARTAN, obat antihipertensi golongan angiotensin II Receptor Blocker (ARB) moderen, memberi perlindungan setara dengan Ramipril yang merupakan standar emas pengobatan hipertensi. Obat ini juga dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, myocardial infarction, stroke serta mengurangi jangka waktu perawatan di rumah sakit karena gagal jantung.

Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian dan kecacatan nomor satu secara global, kata Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia dr Arieska Ann Soenarta SpJP(K), dalam diskusi bertema Waspadai Hipertensi dan Penyakit Penyertanya sebagai Ancaman Kematian Terbesar di Dunia , Rabu (9/4), di Hotel Mulia, Jakarta.

Penyakit kardiovaskular adalah istilah bagi serangkaian gangguan yang menyerang jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, nyeri dada, kerusakan sementara pada penglihatan. Definisi kardiovaskular juga mencakup penyakit lain seperti kerusakan jantung akibat demam reumatik, penyakit jantung bawaan.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari sekitar 10 juta orang di dunia yang selamat dari stroke setiap tahunnya, lebih dari 5 juta di antaranya cacat permanen sehingga jadi beban keluarga dan masyarakat. Stroke mayor dianggap oleh separuh populasi berisiko sebagai hal yang lebih buruk dibanding kematian.

Penyebab utama penyakit kardiovaskular adalah sekitar 75 persen penderitanya di seluruh dunia disebabkan faktor risiko konvensional termasuk obesitas, kurang aktivitas fisik dan penggunaan tembakau. Di negara maju, setidaknya sepertiga penderita penyakit kardiovaskular disebabkan lima faktor risiko yaitu tembakau, alkohol, tekanan darah tinggi atau hipertensi, kolesterol dan obesitas.

Baru-baru ini studi ONTARGET (Ongoing Telmisartan Alone and in combination with Ramipril Global Endpoint Trial) yang melibatkan 25.620 pasien dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmuwan Tahunan ke-57 Perhimpunan Ahli Kardiologi Amerika, Amerika Serikat. Hasil studi itu membuktikan, Telmisartan memberi perlindungan setara dengan Ramipril.

Perlindungan terhadap episode kardiovaskular pada pasien yang menerima Telmisartan sebesar 16,66 persen, sedangkan pasien yang menerima Ramipril 16,46 persen. Risiko relatif (angka perbandingan probabilitas episode yang terjadi pada kelompok Telmisartan dibandingkan kelompok Ramipril) sebesar 1,01 dengan 95 persen Cl dari 0.9 4-1.09.

Pada tahun 2000, studi HOPE menunjukkan, risiko kardiovaskular pada pasien yang diobati dengan Ramipril menurun sekitar 20 persen dibandingkan placebo. Ini berarti bahwa episode serius kardiovaskular dapat dicegah. Efek yang setara juga terjadi pada penggunaan Telmisartan. Dalam stu di itu, semua respon yang berisiko tinggi menerima pengobatan standar seperti statin untuk menurunkan kolesterol, terapi anti-platelet, betablocker dan obat antihipertensi lain.

Obat Antikolesterol Turunkan Tensi


Selasa, 15 April 2008 | 23:48 WIB

OBAT antikolesterol yang dikenal dengan statin, obat resep paling laris di dunia dikatakan dapat menurunkan tekanan darah dan memberi manfaat bagi membaiknya kondisi kardiovaskular. Demikian diungkapkan sebuah jurnal yang terbit, Selasa (15/4).

Para dokter dari University of California, San Diego menjalankan uji klinis acak ganda dengan 973 partisipan yang tidak menderita diabetes atau penyakit kardiovaskular lain. Kelompok ini dibagi menjadi tiga bagian. Satu kelompok diberi 20 milligram simvastatin. Yang lain diberi 40 milligram pravastatin dan kelompok ketiga plasebo, setiap hari selama enam bulan, jelas Beatrice Golomb, kepala editor dari Archives of Internal Medicine.

Para dokter ini mengukur tekanan darah para partisipan pada permulaan uji klinis, pada bulan pertama dan enam bulan berikutnya serta dua bulan setelah uji klinis berlangsung. "Penurunan tekanan darah antara 2.4 sampai 2.8 millimeter merkuri baik untuk tekanan sistolik (normal 120 millimeter) dan tekanan diastolik (normal 80 millimeter) baik yang menggunakan simvastatin maupun pravastatin," jelas para peneliti. Tidak ada perbedaan praktis dalam tekanan darah di antara mereka yang menggunakan plasebo.

"Efek-efek statin atas tekanan darah tidaklah terlalu berarti dalam satu bulan perawatan. Baru kelihatan setelah enam bulan dan gejala menghilang dua bulan setelah perawatan," jelas para ilmuwan ini. "Penelitian ini menambahkan pemahaman akan efek-efek statin yang sekarang ini menjadi obat paling laris di dunia," ungkap para dokter.

"Penurunan tekanan darah akibat penggunaan statin menyumbang -- di antara faktor-faktor lain yang teridentifikasi -- manfaat yang berarti bagi kondisi kardiovaskular secara umum dan memberi efek baik bagi akumulasi plak yang berlangsung terus menerus," mereka menyimpulkan.

Statin bekerja dengan mengaktifkan senyawa yang mampu melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki fungsi pembuluh darah. Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa statin berefek pada penurunan tekanan darah terutama pada apsien hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Dr. John LaRosa, President dari SUNY Downstate Medical Center di Brooklyn, New York, yang tidak berpartisipasi dalam uji klinis ini meperingatkan bahwa statin "seharusnya tidak digunakan semata untuk tujuan menurunkan tekanand darah karena adanya ketidakkonsistensi antara penelitian satu dengan yang lain atasnya."

"Beberapa penelitian menunjukkan menurunnya tekanan darah secara moderat dengan penggunaan statin," tambah John.

Source : Archives of Internal Medicine

Kolesterol Tinggi Perburuk Penglihatan



TEKANAN darah tinggi dan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah ternyata tidak hanya berbahaya bagi jantung. Dua indikasi ini juga dapat mengancam kesehatan mata Anda.

Seperti dilaporkan sebuah riset yang dimuat Jurnal Archives of Opthalmology edisi Mei, dua kondisi ini dapat memicu risiko seseorang mengalami gangguan mata yang disebut oklusi atau penyumbatan pada pembuluh vena retina. Kondisi ini yang bisa berujung pada kebutaan terjadi akibat satu atau beberapa pembuluh vena yang membawa darah dari mata ke jantung tersumbat atau mengalami penumpukan cairan.

Riset yang dilakukan di Irlandia itu mengindikasikan seseorang yang mengidap darah tinggi berisiko 3,5 kali lipat mengalami penyumbatan oklusi ini dibanding mereka yang tensinya normal. Sementara itu, orang yang memiliki kolesterol tinggi tercatat mengalami peningkatan risiko hingga 2,5 kali lipat.

Temuan ini merupakan hasil tinjauan terhadap 21 penelitian sebelumnya yang melibatkan total 2.916 pasien pengidap oklusi vena retina dan 28.646 orang yang tidak mengidapnya. Hasil analisis mengindikasikan pula, 63,6 persen pasien pengidap oklusi retina juga mengalami masalah tensi darah. Sedangkan pada mereka yang tidak mengalami problem mata, persentasenya 36,2 persen. Kadar kolesterol tinggi mencapai dua kali lipat prosentasenya (35 persen) pada pengidap oklusi dibandingkan pasien yang tidak mengalaminya (16,7 persen).

Sementara itu bila dikaitkkan dengan penyakit diabetes, mereka yang mengidap oklusi juga persentasenya sedikit lebih besar ketimbang yang tidak mengalami diabeter yakni 14,6 berbanding 11,1 persen.

Makanan Terbaik Penurun Kolesterol



TPGImages
Bubur gandum, makanan sehat untuk menurunkan kolesterol.

KEBIASAAN dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting dalam memengaruhi kadar kolesterol darah Anda. Semakin baik pola dan kualitas makanan Anda sehari-hari, tentu makin terjaga pula keseimbangan kolesterol dan kesehatan Anda secara keseluruhan .

Bagi Anda yang ingin terhindar dari masalah kolesterol ada baiknya mulai mempertimbangkan makanan sehat antikolesterol. Berikut adalah lima makanan terbaik menurut Mayo Clinic yang membantu menurunkan kolesterol dan melindungi jantung serta pembuluh darah Anda.

1. Bubur gandum/oatmeal
Oatmeal mengandung serat larut (soluble fiber) yang dapat menurunkan kolesterol buruk (low-density lipoprotein /LDL) Anda. Soluble fiber juga ditemukan pada jenis makanan lain seperti kacang ginjal (kidney beans), apel, buah pir, barley, dan buah prune. Serat yang larut diyakini mampu menurunkan penyerapan kolesterol dalam pencernaan Anda. Mengonsumsi 10 gram lebih serat larut setiap hari dapat menurunkan kadar total LDL. Setiap 1 1/2 cangkir oatmeal matang yang Anda makan mengandung 6 gram serat. Jika Anda tambahkan buah seperti pisang, Anda menambah 4 gram lebih serat .

2. Kacang walnuts, almonds dan jenis lainnya
Berbagai studi menunjukkan, walnut secara signifikan menurunkan kolesterol dalam darah. Kacang ini mengandung banyak asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acids) yang dapat membuat pembuluh darah tetap sehat dan elastis. Kacang Almond juga memiliki faedah yang tidak terlalu beda, di mana penurunan kolesterol dapat Anda rasakan setelah sekitar empat minggu.

Diet untuk menurunkan kolesterol dengan 20 persen sumber kalori berasal dari walnut diklaim dapat menurunkan kadar kolesterol LDL hingga 12 persen. Kacang-kacangan umumnya berkalori tinggi sehingga dengan hanya sekitar segenggam (tidak lebih dari 2 ons atau 57 gram) akan memberi faedah.

Namun perlu diingat, ketika Anda mengonsumsinya dengan makanan lain jangan berlebihan. Makan berlebih justru membuat Anda kegemukan dan memicu risiko jantung.

3. Ikan dan asam lemak omega-3
Banyak riset yang mendukung manfaat mengonsumsi ikan dalam menurunkan kolesterol karena ikan kaya kandungan asam lemak omega-3. Asam lemak Omega-3 juga membantu jantung dengan beragam cara seperti menurunkan tekanan darah dan menekan risiko pembekuan darah. Pada pasien yang sudah mengalami serangan jantung, minyak ikan atau asam lemak omega-3 secara signifikan menurunkan risiko kematian mendadak .

Para dokter biasanya merekomendasikan untuk memakan ikan minimal dua kali dalam semingguu. Sumber makanan yang kaya omega-3 terdapat pada makarel, ikan herring, sarden, tuna albacore dan salmon.

Perlu diingat, untuk mempertahankan faedah ikan bagi kesehatan, sebaiknya ikan dipanggang atau dibakar dalam oven. Jika tidak suka ikan, Anda juga bisa mempeoleh omega-3 dari makanan lain seperti ground flaxseed atau canola oil.

Anda juga dapat memperoleh omega-3 atau minyak ikan dari suplemen, tetapi tentu tidak akan mendapatkn semua nutrien penting dalam ikan seperti selenium. Bila Anda memutuskan memakan suplemen, ingatlah untuk tetap memperhatikan pola makan Anda dan makanlah daging yang rendah lemak atau sayuran untuk menggantikan ikan.

4. Minyak Zaitun/Olive Oil
Minyak Zaitun atau olive oil mengandung campuran antioksidan potensial yang dapat menekan kolesterol tanpa mengganggu kadar kolesterol baik (HDL) Anda .

Badan Pengawas Makanan AS (FDA) merekomendasikan untuk mengonsumi sekitar 2 sendok makan (23 gram) olive oil setiap hari untuk menjaga jantung tetap sehat. Untuk menambah olive oil dalam daftar menu, Anda bisa mencampunya dengan sayuran, bumbu cair, atau mencampurnya dengan cuka sebagai pelengkap salad. Anda juga dapat menggunakan olive oil as sebagai pengganti mentega ketika memoles daging.

Beberapa riset menyarankan bahwa efek olive oil dalam menurunkan kolesterol akan lebih besar jika Anda memilih extra-virgin olive oil atau minyak zaitun ekstra murni. Minyak jenis ini tidak melewati proses pengolahan dan penambahan zat kimia yang diyakini mengandung lebih banyak antioksidan menyehatkan. Sebaiknya hindari "light" olive oil karena biasanya jenis ini sudah melewati beragam proses pengolahan sehingga faedahnya tidak akan maksimal.

5. Makanan yang difortifikasi atau diperkaya sterol dan stanol tumbuhan.
Banyak makanan yang kini telah difortifikasi dengan sterol atau stanol — zat dalam tumbuhan yang membantu menahan penyerapan kolesterol.

Margarin, jus jeruk, atau yogurt ada yang sudah difortifikasi dengan sterol yang bisa menurunkan LDL kolesterol hingga 10 persen. Jumlah sterol tumbuhan yang dibutuhkan untuk mencapai target itu sedikitnya 2 gram yang setara dengan dua porsi (237 mililter) jus jeruk dengan fortifikasi sterol dalam sehari.

Sterol atau stanol tumbuhan yang ditambahkan dalam makanan tidak akan memengaruhi kadar trigliserida atau pun HDL. Sterol atau stanol juga tidak akan mengganggu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E and K.

Angkak Pangkas Kolesterol Tanpa Obat




UNTUK menurunkan kadar kolesterol yang kadang melambung ternyata tak harus selalu minum obat yang diresepkan dokter. Dengan hanya melakukan suplementasi dan kombinasi gaya hidup sehat, kolesterol ternyata dapat diatasi secara efektif, bahkan sebaik obat penurun kolesterol.

Sebuah penelitian terbaru di AS belum lama ini menunjukkan, diet beras merah cina (angkak) plus suplementasi minyak ikan yang diimbangi program konseling, olahraga, dan relaksasi ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol buruk (low density lipoprotein/LDL). Model diet ini juga lebih efektif dalam menurunkan berat badan.

Menurut Dr David J Becker, ilmuwan dari University of Pennsylvania Health System's Chestnut Hill Hospital, partisipan pengidap kolesterol tinggi yang menjalani program diet nasi angkak dan minyak ikan berhasil menurunkan kadar kolesterol LDL 40 persen. Penurunan ini sama halnya dengan pasien yang meminum obat simvastatin 40 milligram setiap hari.

Tak hanya itu saja, partisipan yang menjalani diet angkak dan minyak ikan mencatat rata-rata penurunan hingga 10 pon atau hampir 5 kilogram selama 12 pekan. Sedangkan, mereka yang meminum statin hanya mengalami pengurangan berat badan kurang dari satu pon.

Sebelum menggagas riset ini, Becker melibatkan para pasein yang berisiko sakit jantung untuk mengikuti program gaya hidup sehat selama 13 tahun. "Orang memiliki keinginan sama untuk menggunakan statin, dan ketika mereka melakukannya kadar kolesterol yang turun mungkin hanya sekitar 5 persen," ungkap Becker seperti dikutip Reuters Health.

Lalu, ia memutuskan untuk melakukan penelitian setelah melihat banyak pasien yang sukses dalam menurunkan kolesterol berkat konsumsi nasi merah dan minyak ikan

Dengan izin dari negara bagian Pennsylvania, Becker dan timnya memilih secara acak 74 pasien untuk dilibatkan dalam risetnya. Partisipan dibagi dua kelompok, yakni mereka yang mendapat pengobatan simvastatin (Zocor) 40 miligram setiap hari bersama informasi tercetak tentang perubahan gaya hidup dan kelompok yang diberi tiga kapsul minyak ikan plus 600 miligram nasi merah setiap hari bersama program konseling selama 12 minggu.

Kolesterol LDL tercatat menurun hingga 42,4 persen pada kelompok nasi merah sedangkan pada kelompok simvastatin 39,6 persen. Kadar trigliserida tidak menunjukkan perubahan pada kelompok yang menerima statin, tetapi pada kelompok nasi merah ada penurunan hingga 29 persen, Becker dan timnya memperkirakan perbedaan penurunan ini mungkin disebabkan khasiat minyak ikan. Partisipan di kelompok beras merah ini tercatat kehilangan berat rata-rata 4,7 kilogram, sedangkan pada kelompok statin hanya 0,3 kilogram.

Angkak adalah beras merah yang difermentasi atau dikenal juga dengan sebutan hong ku. Angkak juga sering digunakan untuk pengobatan dan sebagai rempah di Asia selama berabad-abad.

Menurut riset, angkak mengandung zat yang disebut monacolin-K yang hampir identik dengan obat penurun kolesterol- lovastatin (Mevacor), dan beberapa jenis monacolins lainnya juga diyakni memiliki faedah sebagai anti kolesterol.

Becker menambahkan, jika ada penelitian lain yang mendukung hasil risetnya, ada kemungkinan penemuan ini menawarkan sebuah alternatif bagi pasien yang memiliki kadar kolesterol tinggi tetapi tak ingin meminum obat statin atau tidak dapat menolerasi obat-obatan.

Namun begitu, tambahnya, pasien yang sudah divonis sakit jantung seharusnya tetap mengonsumsi statin sebab obat ini telah terbukti menurunkan angka kematian.

Becker juga memperingatkan untuk tidak mengonsumsi angkak sembarangan. Hasil sebuah analisis dari ConsumerLab menemukan bahwa produk angkak sangat bervariasi dalam hal potensinya, dan beberapa di antaranya terkontaminasi dengan bahan-bahan beracun seperti citrinin.

Sumber: Mayo Clinic Proceedings

Senyuman Mona Lisa Isyaratkan Sakit Kolesterol?



Ist
Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci.

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama berabad-abad, para ahli sejarah seni kerap kesulitan menginterpretasi senyuman misterius Mona Lisa dalam lukisan potret karya Leonardo da Vinci itu. Namun menurut analisis medis seorang dokter ahli di Italia, lukisan itu juga mengisyaratkan bahwa Mona Lisa mengidap masalah kolesterol yang kelewat tinggi.

Dr Vito Franco, pakar dari Universitas Palermo, menilai gadis cantik dalam lukisan itu dalam kondisi tidak sehat. Dalam pandangan Franco, ada tanda-tanda yang jelas terhadap penumpukan asam lemak di bawah kulit Mona Lisa, yang disebabkan oleh kadar kolesterol yang sangat tinggi.

Dr Franco juga mengindikasikan bahwa Mona Lisa tampaknya mengidap lipoma pada mata kanannya. Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), tetapi juga dapat dijumpai pada anak-anak.

Menurut Dr Franco, analisis medis yang dilakukannya dapat mengungkap banyak hal ketimbang tinjauan secara artistik. "Penyakit itu terdapat di dalam tubuh, tidak memiliki dimensi metafisik atau supranatural," papar dr Franco seperti dikutip surat kabar La Stampa.

"Orang yang digambarkan lewat karya seni menunjukkan ciri fisiknya, menyampaikan kepada kita sisi lemah kemanusiaannya tanpa dipengaruhi kesadaran seniman terhadapnya," tambahnya.

Dr Franco, profesor anatomi patologis di Universitas Palermo, memaparkan temuannya dalam konferensi kedokteran di Florence.