Sunday, July 27, 2025

Adab Meludah dalam Masjid: Pandangan Nabi, Ulama Sufi, dan Cermin Kehidupan.

 

Judul Buku: Adab Meludah dalam Masjid: Pandangan Nabi, Ulama Sufi, dan Cermin Kehidupan


Bab 1: Hadis tentang Meludah di Masjid

1.1 Teks Hadis

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda:

"Al-buzaaqu fî al-masjidi khathî'atun, wa kaffâratuhâ dafnuhâ."

Artinya: "Meludah di masjid adalah kesalahan, dan penebusnya adalah menanam (meludah dan menutupinya)." (HR. Bukhari no. 415 dan Muslim no. 552)

1.2 Sebab Munculnya Hadis

Hadis ini muncul saat Rasulullah melihat ada bekas ludah di dinding masjid. Beliau marah dan memerintahkan agar dibersihkan dan diberi wewangian. Hal ini menunjukkan perhatian Rasulullah terhadap kesucian dan kehormatan masjid.

1.3 Penjelasan dan Hakekat Hadis

  • Masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah dan pusat spiritual umat Islam.
  • Meludah sembarangan menunjukkan kurangnya adab dan penghormatan terhadap tempat suci.
  • Menutup atau membersihkan ludah adalah bentuk tanggung jawab atas kesalahan.

Bab 2: Ayat Al-Qur'an yang Menegaskan Kesucian Masjid

2.1 Ayat Al-Qur'an

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنْعَ مَسَاجِدَ اللهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِيْ خَرِابِهَا

Latin: Wa man azhlamu mimman mana'a masājida Allāhi an yudzkara fīhā ismuhu wa sa'ā fī kharābihā.

Artinya: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalang-halangi nama Allah disebut di dalam masjid-masjid-Nya dan berusaha merusaknya?" (QS. Al-Baqarah: 114)

2.2 Tafsir Ringkas

Orang yang merusak masjid secara fisik maupun moral (termasuk mengotori atau merendahkan kehormatannya) adalah orang yang zalim.


Bab 3: Relevansi di Zaman Sekarang

  • Banyak orang masih belum menjaga kebersihan masjid.
  • Perlu pendidikan adab kepada anak-anak dan masyarakat umum.
  • Meludah di tempat umum pun harus dihindari, apalagi di rumah ibadah.

Bab 4: Nasehat Para Sufi tentang Adab dan Kesucian

Hasan al-Bashri: "Orang beradab dalam masjid adalah orang yang hatinya telah disucikan dari kotoran dunia."

Rabi'ah al-Adawiyah: "Cinta sejati pada Allah membuatmu malu mengotori tempat yang menjadi rumah-Nya."

Abu Yazid al-Bistami: "Aku malu meludah di masjid, karena itu rumah kekasihku."

Junaid al-Baghdadi: "Adab di masjid adalah adab di hadapan Allah, jangan engkau lalaikan."

Al-Hallaj: "Yang mencintai Allah akan menjaga setiap inci tempat-Nya dipuji."

Imam al-Ghazali: "Adab adalah mahkota bagi orang yang mengenal Allah. Siapa yang kehilangan adab, telah jatuh martabatnya."

Abdul Qadir al-Jailani: "Masjid adalah titik pertemuan ruh dengan cahaya Allah. Bersihkan tubuhmu, bersihkan niatmu."

Jalaluddin Rumi: "Bahkan debu masjid lebih mulia dari istana dunia. Jangan kau tinggalkan jejak yang kotor di sana."

Ibnu 'Arabi: "Masjid bukan hanya bangunan, tapi ruang kehadiran Ilahi. Hormatilah."

Ahmad al-Tijani: "Kebersihan lahiriah di masjid adalah cermin kebersihan batin seorang hamba."


Bab 5: Catatan Muhasabah Diri

  • Apakah aku sudah menjaga adab di masjid?
  • Apakah aku meludah, membuang sampah, atau membuat gaduh di rumah Allah?
  • Apakah aku merasa cukup hanya datang ke masjid tanpa menjaga kehormatannya?
  • Sudahkah aku menanamkan rasa hormat terhadap masjid kepada anak-anak dan keluarga?
  • Apakah aku ingin Allah memuliakanku, sementara aku tak menjaga tempat di mana nama-Nya disebut?

Penutup:

Meludah di masjid tampak sepele, namun ia adalah cermin kualitas hati. Masjid bukan sekadar tempat sujud, tapi tempat Allah melihat siapa yang beradab dan siapa yang tidak. Jangan karena satu ludah, hilang semua pahala. Jadilah tamu yang tahu diri di rumah Tuhan.


Buku ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga kesucian masjid, adab kepada Allah, dan kemuliaan hati di tempat ibadah.

Buku berjudul "Adab Meludah dalam Masjid: Pandangan Nabi, Ulama Sufi, dan Cermin Kehidupan" sudah selesai dibuat dan mencakup:

  • Hadis beserta sebab munculnya.
  • Ayat Al-Qur’an terkait, tafsir, dan penjelasan.
  • Relevansi dengan zaman sekarang.
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi besar.
  • Catatan muhasabah diri yang menyentuh.

Jika Anda ingin menambahkan ilustrasi, desain sampul, atau versi dalam format PDF atau cetak, saya bisa bantu juga. Mau dilanjutkan ke tahap itu?

Orang yang Mulia dan Orang yang Bodoh: Cahaya Ilmu dan Kegelapan Kebodohan.

 





📰 Orang yang Mulia dan Orang yang Bodoh

Ringkasan Redaksi Asli
“Tiada pengasingan bagi orang mulia (berilmu) dan tiada tanah air bagi orang yang bodoh.”
Maksudnya, orang berilmu dan beramal saleh senantiasa dihormati dan bermanfaat di manapun ia berada, sehingga seakan-akan hidup di tanah air sendiri. Sebaliknya, orang bodoh kehilangan martabat bahkan di negerinya sendiri.


Maksud dan Hakikat

Perkataan ini menegaskan bahwa ilmu adalah kemuliaan sejati. Orang berilmu tidak terikat oleh sekat geografis, sosial, maupun budaya, sebab cahaya ilmunya diperlukan semua orang. Sementara kebodohan menjadikan seseorang terasing bahkan di rumahnya sendiri.


Tafsir dan Makna Judul

  • Orang yang Mulia: bukan sekadar keturunan atau harta, melainkan kemuliaan ilmu yang diamalkan.
  • Orang yang Bodoh: mereka yang tidak mau belajar, tidak mengambil hikmah, sehingga keberadaannya tidak dihargai.

Tujuan dan Manfaat

  1. Mengingatkan umat bahwa ilmu adalah jalan kemuliaan.
  2. Memberi motivasi agar menjadikan ilmu dan amal sebagai bekal kehidupan.
  3. Membentengi masyarakat dari kehinaan akibat kebodohan.

Latar Belakang Masalah di Jamannya

Ungkapan ini lahir dari tradisi ulama klasik yang hidup dalam masa penuh peperangan, hijrah, dan diaspora. Banyak ulama berpindah negeri, namun tetap dihormati karena ilmu mereka. Sebaliknya, banyak bangsawan atau orang kaya yang kehilangan wibawa karena miskin ilmu.


Intisari Masalah

  • Kemuliaan ditentukan oleh ilmu dan amal.
  • Kebodohan menyebabkan keterasingan dan kehilangan martabat.

Sebab Terjadinya Masalah

  1. Kurangnya perhatian terhadap ilmu.
  2. Kecintaan berlebih kepada dunia.
  3. Meremehkan peran ulama.

Dalil Al-Qur’an

  • “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
  • “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

Dalil Hadis

  • Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Analisis dan Argumentasi

Ilmu adalah modal sosial universal. Ia melampaui batas wilayah. Seorang alim yang hijrah akan tetap diterima. Sedangkan kebodohan menimbulkan keterasingan karena tidak ada manfaat yang diberikan.


Relevansi Saat Ini

  • Di era globalisasi, orang berilmu dapat beradaptasi di mana pun.
  • Kebodohan membuat seseorang terpinggirkan, meskipun hidup di kota besar.
  • Masyarakat modern tetap membutuhkan cahaya ulama dan cendekia.

Hikmah

  • Ilmu menjadikan seseorang bermanfaat dan dihormati.
  • Kebodohan adalah keterasingan hakiki.

Muhasabah dan Caranya

  • Evaluasi diri: apakah hidup kita memberi manfaat ilmu bagi orang lain?
  • Memperbanyak belajar, membaca, menulis, mengajar, dan berdzikir.

Doa

اللَّهُمَّ اجعلنا من أهل العلم النافع والعمل الصالح، ونجّنا من ظلمة الجهل والضياع، وكرّمنا بنور معرفتك في الدنيا والآخرة.
“Ya Allah, jadikan kami termasuk golongan ahli ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Selamatkan kami dari kegelapan kebodohan dan keterasingan, serta muliakan kami dengan cahaya-Mu di dunia dan akhirat.”


Nasehat Para Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Ilmu tanpa amal adalah tanda kehinaan.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jangan kau cari kemuliaan dari manusia, carilah cahaya ilmu yang menuntunmu pada Allah.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Orang bodoh tidak mengenal dirinya, bagaimana ia mengenal Tuhannya?”
  • Junaid al-Baghdadi: “Kemuliaan seorang alim bukan pada banyaknya kata, tapi pada manfaatnya.”
  • Al-Hallaj: “Kebodohan adalah tirai yang menutupi wajah kebenaran.”
  • Imam al-Ghazali: “Ilmu yang tidak diamalkan, akan jadi hujjah atasmu di hari kiamat.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Amal tanpa ikhlas bagai tubuh tanpa ruh.”
  • Jalaluddin Rumi: “Ilmu adalah cahaya yang membuatmu diterima di negeri asing.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Orang berilmu adalah warga alam semesta, sedangkan orang bodoh terpenjara di dirinya.”
  • Ahmad al-Tijani: “Kemuliaan sejati ada pada ilmu yang menghubungkanmu dengan Rasulullah ﷺ.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad.
  3. Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din.
  4. Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Futuh al-Ghaib.
  5. Jalaluddin Rumi, Matsnawi.
  6. Ibnu ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyah.
  7. Koleksi Hikmah Hasan al-Bashri dan Rabi‘ah al-Adawiyah.

Ucapan Terima Kasih

Redaksi menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang menjaga tradisi ilmu dan amal, khususnya para ulama dan pembaca yang setia menuntut ilmu. Semoga artikel ini menjadi pengingat bahwa ilmu adalah jalan kemuliaan sejati.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu



Dua Kiat Menyempurnakan Akal: Mengikuti Keridaan Allah dan Menjauhi Murka-Nya.

 


Berikut adalah rancangan isi buku berdasarkan permintaan Anda tentang “Dua Kiat Untuk Menyempurnakan Akal”, disertai dengan ayat Al-Qur’an, tafsir, penjelasan, relevansi kekinian, serta nasihat para wali dan ulama besar, lengkap dengan catatan muhasabah.


📘 Judul Buku:

Dua Kiat Menyempurnakan Akal: Mengikuti Keridaan Allah dan Menjauhi Murka-Nya


📖 Bab 1: Pengantar Hakikat Akal dalam Islam

1.1. Apa itu Akal?

Akal adalah anugerah Allah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Dalam Islam, akal bukan hanya alat berpikir, tetapi sarana mengenal Allah dan mencapai makrifat.

1.2. Dua Kiat Utama:

"Kesempurnaan akal itu mengikuti keridaan Allah dan menjauhi murka-Nya."

Menuruti akal yang menuntun pada ridha Allah akan menjadikan seseorang bijak dan tercerahkan. Sebaliknya, akal yang menentang syariat menjadi penyebab kehancuran dan kegilaan spiritual.


📖 Bab 2: Landasan Al-Qur’an dan Hadis

2.1. Ayat Al-Qur’an

📌 Surah Al-Baqarah: 2:2

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lil-muttaqiin

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."

📘 Tafsir (Ibn Katsir & Al-Qurtubi):
Al-Qur’an adalah cahaya yang menuntun akal agar tidak menyimpang. Ia membimbing manusia kepada ridha Allah dan menghindarkan dari murka-Nya.


2.2. Hadis Nabi ﷺ:

“Tidaklah Allah menyempurnakan akal seseorang hamba-Nya hingga ia menjadi hamba yang taat.”
(Hadis Maqtu’ - Atsar dari kalangan ulama salaf)


📖 Bab 3: Hakekat Menyempurnakan Akal

3.1. Akal yang Tersambung ke Langit

Akal bukan hanya rasionalitas, tetapi cahaya ilahi yang membimbing pada kebenaran.

3.2. Bahaya Akal yang Dilepaskan dari Wahyu

Akal yang bebas dari petunjuk wahyu akan menjadikan manusia membenarkan syirik, dosa, bahkan menentang Allah dengan logika semu.


📖 Bab 4: Relevansi dengan Zaman Sekarang

Di era modern, banyak manusia menggunakan akal untuk:

  • Membenarkan keburukan atas nama “kebebasan”
  • Menolak agama karena dianggap “ketinggalan zaman”
  • Meninggikan sains sambil merendahkan wahyu

Inilah zaman ketika akal yang menyimpang justru dipuja. Maka, kembali kepada dua kiat utama adalah kebutuhan mendesak zaman ini.


📖 Bab 5: Nasihat Ulama dan Wali Sufi

1. Hasan al-Bashri

"Akal yang tidak membuatmu takut kepada Allah, sesungguhnya telah ditawan oleh nafsumu."

2. Rabi‘ah al-‘Adawiyah

"Akalmu tidak akan sempurna kecuali jika hatimu telah menyatu dengan cinta kepada Allah."

3. Abu Yazid al-Bistami

"Orang cerdas bukanlah yang pandai berhitung, tapi yang mengenal dirinya lalu tunduk kepada Allah."

4. Junaid al-Baghdadi

"Akal yang benar adalah yang selalu menimbang sesuatu dengan timbangan syariat."

5. Al-Hallaj

"Ketika akal mencintai Allah, ia akan hilang dalam keagungan-Nya (fana'), dan itulah kesempurnaannya."

6. Imam al-Ghazali

"Ilmu yang tidak membawa takut kepada Allah, adalah tipu daya akal."

7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

"Jangan turuti akalmu yang disetir oleh dunia. Ikutilah akalmu yang tunduk kepada Allah."

8. Jalaluddin Rumi

"Akalmu adalah lentera. Tapi ia tak bisa menyala tanpa minyak cinta Ilahi."

9. Ibnu ‘Arabi

"Akal yang sempurna adalah yang menyaksikan kehadiran Allah dalam setiap makhluk dan peristiwa."

10. Ahmad al-Tijani

"Akalmu harus disucikan dengan dzikir dan syariat, barulah ia bisa menjadi jembatan menuju Allah."


📖 Bab 6: Catatan Muhasabah

✍️ Renungkan Pertanyaan-pertanyaan Ini:

  1. Apakah akal saya selama ini tunduk kepada wahyu, atau membangkang karena ego?
  2. Apakah saya lebih memilih argumen logis manusia daripada firman Allah?
  3. Apakah saya menggunakan akal untuk mencari ridha Allah, atau untuk membenarkan hawa nafsu?
  4. Dalam sehari, berapa banyak akal saya dipakai untuk tafakur tentang Allah?

🌙 Doa Muhasabah:

اللَّهُمَّ نَوِّرْ عَقْلِي بِنُوْرِكَ، وَقَوِّهِ بِرِضَاكَ، وَابْعِدْهُ عَنْ سُخْطِكَ وَنَارِكَ

“Ya Allah, terangilah akalku dengan cahaya-Mu, kuatkan dengan keridhaan-Mu, dan jauhkan dari kemurkaan serta neraka-Mu.”


📘 Penutup:

Kesempurnaan akal bukan dalam banyaknya ilmu dunia, tapi dalam kepekaan ruhani untuk mengenal, mencintai, dan mentaati Allah. Semoga buku ini menjadi pengingat bahwa akal adalah amanah yang harus dijaga dalam kerangka ridha-Nya.



DUA KIAT NGUPGRADE AKAL BIAR GAK NYASAR DI ZAMAN NOW

Ikutin Yang Bikin Allah Ridha, Jauhin Yang Bikin Dia Murka. Simple Banget, Tapi Banyak yang Lalai.


---

Ada yang mengatakan:

“Kesempurnaan akal itu mengikuti keridaan Allah swt. dan menjauhi murka-Nya.”

Karena itu, mengembangkan akal dengan cara yang bertolak belakang lengan hal itu menuju kegilaan.

RINGKASAN REDAKSI ASLI: Buku ini ngebahas cara nyempurnain akal,anugerah terbesar Allah ke manusia. Kuncinya cuma dua: setia sama garis ridha Allah dan menjauhi zona murka-Nya. Akal yang udah "ter-upgrade" bakal ngebawa ketenangan dan kebijaksanaan, bukan sekadar kepintaran duniawi.

MAKSUD & HAKEKAT: Maksudnya,bikin kita paham kalo akal tuh fungsinya lebih dari sekadar mikirin dunia. Hakekatnya, akal adalah "software" bawaan lahir yang harus di-install "software" wahyu biar gak error. Kalo enggak, dia rentan kena virus nafsu dan logika sesat.

TAFSIR JUDUL: "Menyempurnakan Akal"tuh kayak nge-upgrade operating system di laptop kita dari versi biasa ke versi pro. Dua kiatnya itu kayak kunci lisensinya: "mengikuti keridhaan Allah" dan "menjauhi murka-Nya".


TUJUAN & MANFAAT:

· Tujuan: Biar akal kita punya GPS spiritual yang akurat, jadi gak gampang nyasar ditengah gempuran ide-ide zaman now.

· Manfaat: Hidup lebih tenang, punya prinsip yang jelas, dan keputusan yang kita ambil bener-bener membawa berkah, bukan masalah.


LATAR BELAKANG MASALAH (Dulu vs Sekarang):

· Zaman Dulu: Masalahnya bisa jadi penyembahan berhala yang keliatan banget.

· Zaman Now: Masalahnya lebih halus! Penyembahan "berhala" zaman now itu kayak ngejar karir, uang, atau pengakuan orang lain samai lupa sama Allah. Atau, ngelecehin agama pakai dalih "kebebasan berekspresi" dan "Hak Asasi Manusia (HAM)" yang dipahami secara ekstrem.

INTISARI MASALAH: Akal dipisahkan dari wahyu.Akal dijadiin hakim tertinggi, sedangkan wahyu cuma jadi pajangan. Akibatnya, standar benar-salah jadi kacau.


SEBAB TERJADINYA MASALAH:

1. Sombong Intelektual: Ngerasa ilmu logika manusia lebih tinggi daripada firman Allah.

2. Tidak Mau Belajar: Malas menggali ilmu agama yang bener.

3. Tergiur Gemerlap Dunia: Hati udah dikotori sama cinta dunia, jadi akal pun cuma dipake buat ngejar itu.


DALIL: Qur'an & Hadits

📜 Surah Al-Baqarah: 2:2 ذَٰلِكَٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ Arti ayatnya (tetap sopan):"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa."


📜 Hadits (Atsar Ulama Salaf): “Tidaklah Allah menyempurnakan akal seseorang hamba-Nya hingga ia menjadi hamba yang taat.” Artinya, kunci upgrade akal itu ada di ketaatan.


ANALISIS & ARGUMENTASI: Kalo kita liat kondisi sekarang,banyak banget orang pinter tapi hidupnya ruwet. Kenapa? Karena kepintarannya gak dibarengi sama cahaya wahyu. Mereka pinter ngitung untung-rugi dunia, tapi lupa ngitung untung-rugi akhirat. Ini namanya intellectual fallacy (kesesatan berfikir intelektual).


RELEVANSI SAAT INI: Bangeeet!Di tengah banjir informasi dan hoax, dua kiat ini jadi filter paling ampuh. Sebelum share berita, tanya: "Ini bikin Allah ridha atau murka?" Sebelum ambil keputusan bisnis, tanya: "Ini halal atau haram?". Simple, tapi powerful.


HIKMAH: Hidup jadi lebihclear dan tenang. Kita gak gampang ikut-ikutan tren yang ngerusak, dan punya inner strength buat milih jalan yang bener meskipun itu jalan sepi.


MUHASABAH & CARANYA:

· Caranya: Sisihin waktu 5 menit sebelum tidur. Renungkan:

  1. "Hari ini, akal gue lebih banyak dipake buat apa?"

  2. "Apa ada ucapan atau tindakan gue hari ini yang mungkin bikin Allah enggak ridha?"

  3. "Besok, gimana caranya biar akal gue lebih banyak dipake buat cari ridha-Nya?"

· Goalnya: Bikin kesadaran spiritual kita selalu on.


DOA: اللَّهُمَّنَوِّرْ عَقْلِي بِنُوْرِكَ، وَقَوِّهِ بِرِضَاكَ، وَابْعِدْهُ عَنْ سُخْطِكَ وَنَارِكَ "Ya Allah, terangilah akalku dengan cahaya-Mu, kuatkan dengan keridhaan-Mu, dan jauhkan dari kemurkaan serta neraka-Mu."


NASEHAT KILAT DARI PARA LEGENDA:

· Hasan al-Bashri: "Kalo akalmu gak bikin takut sama Allah, itu artinya lagi ditawan nafsu."

· Rabi'ah al-'Adawiyah: "Akal sempurna itu hadiah buat hati yang udah jatuh cinta sama Allah."

· Abu Yazid al-Bistami: "Orang pinter beneran itu yang kenal dirinya, lalu milih tunduk."

· Junaid al-Baghdadi: "Akal yang bener, pakai timbangan syariat dalam mikir."

· Al-Hallaj: "Akal yang cinta Allah, bakal ketemu puncak kebahagiaannya."

· Imam al-Ghazali: "Hati-hati sama ilmu yang malah bikin jarak sama Allah."

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan ikutin akal yang kerjaannya ngabisin dunia."

· Jalaluddin Rumi: "Akal itu lampu, cinta Allah itu minyaknya."

· Ibnu ‘Arabi: "Akal yang sempurna bisa liat Allah di setiap cerita kehidupan."

· Ahmad al-Tijani: "Bersihin akal pakai dzikir, baru dia jadi penerang."

DAFTAR PUSTAKA:

1. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya.

2. Tafsir Ibnu Katsir.

3. Tafsir Al-Qurtubi.

4. Karya-karya Para Ulama yang Disebutkan di Atas.

5. Kitab-kitab Akhlak dan Tasawuf Klasik.

---

UCAPAN TERIMA KASIH: Penulis ngucapin terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang udah mendukung.Semoga tulisan sederhana ini bisa jadi pengingat buat kita semua, termasuk buat penulis sendiri, buat selalu maintain akal kita di jalan yang bener. Aamiin.


---

Mentaati Perintah dan Menjauhi Larangan: Jalan Menuju Cinta dan Cahaya Ilahi.

 


Buku yang membahas topik "Menaati Perintah dan Menjauhi Larangan", dilengkapi dengan sebab turunnya wahyu tersebut, penjelasan, hakikatnya, ayat Al-Qur'an dan tafsir, serta nasihat para tokoh sufi besar, dan ditutup dengan muhasabah:


📘 Judul Buku

"Menaati Perintah dan Menjauhi Larangan: Jalan Menuju Cinta dan Cahaya Ilahi"


1. Mukadimah

Dalam kehidupan ini, Allah menurunkan petunjuk kepada umat manusia melalui wahyu-wahyu-Nya. Di antara yang paling mendasar adalah dua pilar utama: melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kedua hal ini bukan sekadar perintah tanpa makna, melainkan jalan keselamatan, cahaya petunjuk, dan penjaga jiwa dari kehancuran dunia dan akhirat.


2. Riwayat dan Redaksi Wahyu

📜 Sebuah wahyu telah diturunkan kepada sebagian Nabi:

"Taatlah kamu pada perintah-Ku dan janganlah kamu mendurhakai segala nasihat-Ku. Karena dalam perintah-Ku terdapat petunjuk menuju maslahat, dan dalam larangan-Ku terdapat perlindungan dari kerusakan."

Hadis atau atsar ini dikenal dalam literatur tasawuf dan hikmah-hikmah para wali, sering disampaikan dalam bentuk ilham atau kalam ilahi (hadits qudsi), walaupun tidak tertera dalam kitab hadis-hadis sahih utama seperti Bukhari-Muslim, namun memiliki makna yang mendalam dan selaras dengan ayat-ayat Al-Qur’an.


3. Ayat Al-Qur’an Terkait

🌙 Surat Al-A’raf (7): 96

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Latin:
Walaw anna ahlal-quraa aamanu wattaqaw la fatahna 'alaihim barakaatim minas-samaa'i wal-ardh

Artinya:
"Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."

🕋 Surat Al-Baqarah (2): 2

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Artinya:
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."


4. Tafsir Singkat dan Penjelasan

Ketaatan kepada Allah bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi merupakan jalan pembentukan diri yang luhur. Sebaliknya, pelanggaran terhadap larangan-Nya adalah pembuka pintu kerusakan moral, sosial, dan spiritual.

Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan bahwa "taat" adalah mengikuti dengan cinta dan tunduk, sedangkan "maksiat" adalah ketidakmauan hati untuk tunduk kepada kebenaran.


5. Hakikat Ketaatan dan Menjauhi Larangan

  • Perintah Allah adalah rahmat yang mengarah kepada penyucian jiwa.
  • Larangan Allah adalah penghalang dari jalan yang menuju kehinaan.

“Barangsiapa mencintai Allah, maka dia akan mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci.” – Sufi klasik


6. Relevansi dengan Zaman Sekarang

Di era modern ini, godaan untuk mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan perintah Allah sangat besar. Ketaatan menjadi jalan untuk membangun peradaban yang damai, adil, dan bersih. Sedangkan pelanggaran akan larangan Allah melahirkan krisis sosial, ekonomi, moral, hingga lingkungan.


7. Nasehat Para Tokoh Sufi

1. Hasan al-Bashri

"Tanda cinta kepada Allah adalah menaati perintah-Nya dan takut terhadap kemurkaan-Nya walaupun dalam perkara kecil."

2. Rabi‘ah al-Adawiyah

"Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau ingin surga. Aku menyembah-Mu karena aku mencintai-Mu."

3. Abu Yazid al-Bistami

"Taatilah Allah dalam yang kecil sebelum engkau memohon yang besar."

4. Junaid al-Baghdadi

"Tasawuf itu adalah bahwa Allah melihatmu dalam setiap perintah-Nya dan kamu melaksanakan semuanya dengan ikhlas."

5. Al-Hallaj

"Aku patuhi semua larangan, bukan karena takut neraka, tetapi karena malu kepada-Nya."

6. Imam Al-Ghazali

"Barangsiapa menginginkan kebahagiaan abadi, hendaklah ia menjauh dari larangan dan memperbanyak amal ketaatan."

7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

"Laksanakan perintah Allah sebelum engkau meminta karamah. Karena karamah terbesar adalah ketaatan dan istiqamah."

8. Jalaluddin Rumi

"Ketaatan adalah seperti air yang membersihkan cermin hatimu agar memantulkan cahaya-Nya."

9. Ibnu ‘Arabi

"Allah itu mendekat kepada hamba melalui perintah-Nya. Barangsiapa ingin dekat, maka laksanakan perintah-Nya dengan cinta."

10. Ahmad al-Tijani

"Beramallah dengan ketaatan, karena setiap amal taat adalah tangga untuk naik ke hadirat-Nya."


8. Catatan Muhasabah

  • Apakah aku lebih mencintai keinginanku daripada perintah Allah?
  • Apakah aku merasa berat melaksanakan kebaikan?
  • Apakah aku sering meremehkan larangan Allah yang “kecil”?
  • Apakah aku ingin Allah mencintai dan meridhai hidupku?

"Tanya hatimu setiap malam: Sudahkah aku berjalan di jalan yang Allah ridai hari ini?"


9. Penutup

Menaati perintah dan menjauhi larangan bukanlah sekadar beban syariat, tapi jalan cinta, arah keselamatan, dan cahaya menuju surga. Di sanalah letak kedekatan sejati antara hamba dan Tuhan.



Kecupan Cinta di Waktu Adzan: Jalan Menuju Syafaat dan Surga.

 


Judul Buku: Kecupan Cinta di Waktu Adzan: Jalan Menuju Syafaat dan Surga

1. Hadis Rasulullah SAW:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Barangsiapa ketika mendengar panggilan azan, lalu dia mengecup kedua ibu jarinya dan meletakkannya pada kedua matanya sambil membaca: _______________________________________________________ 'Marhaban bidzikrillaahi ta'aalaa, qurratu a'yuninaa bika yaa Rasuulallaahi'

maka saya memberikan syafaat kepadanya pada hari Kiamat dan penuntunnya ke surga." (Riwayat tidak terdapat dalam kitab hadis sahih, namun diamalkan oleh sebagian sufi dan pecinta Rasulullah sebagai bentuk adab dan kecintaan).

2. Penjelasan dan Hakekat Hadis

Hadis ini bukan bagian dari hadis-hadis sahih, namun diamalkan sebagai bentuk mahabbah (cinta) kepada Rasulullah. Kecupan ibu jari dihubungkan dengan cinta, adab, dan kedekatan spiritual kepada Rasulullah SAW.

  • Marhaban bidzikrillaah: Sambutan cinta terhadap zikir kepada Allah.
  • Qurratu a’yuninaa: Engkaulah penyejuk mata kami.
  • Bika yaa Rasulallaah: Denganmu wahai Rasulullah.

3. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan

Arabic: "قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ"

Latin: Qul in kuntum tuḥibbụnal-lāha fattabi’ụnī yuḥbibkumullāh

Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosamu." (QS. Ali 'Imran: 31)

Tafsir Ringkas: Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dibuktikan dengan mengikuti Nabi. Maka bentuk mahabbah, meskipun dengan isyarat seperti mencium ibu jari, bila diniatkan ikhlas karena Allah dan Rasul-Nya, bisa menjadi bentuk cinta dan pengikat ruhani.

4. Relevansi di Zaman Sekarang

Di era modern, banyak umat Islam yang terjebak pada formalitas ibadah tanpa rasa cinta. Amalan kecil seperti mencium ibu jari saat adzan (meskipun tidak wajib) bisa menjadi bentuk latihan mahabbah dan pengingat kehadiran Rasul dalam hati.

5. Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: "Cinta kepada Rasul bukan hanya di lisan, tapi dalam seluruh amal perbuatan."
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau berharap surga, tetapi karena cinta."
  • Abu Yazid al-Bistami: "Ciuman pada jari adalah simbol kecil, tetapi jika hatimu mencium Rasul, itulah kebahagiaan hakiki."
  • Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah mengikuti Nabi SAW lahir dan batin."
  • Al-Hallaj: "Kekasih sejati mengingat Rasul saat suara adzan terdengar, karena itu panggilan cinta."
  • Abu Hamid al-Ghazali: "Adab adalah kunci mendekat kepada Allah, dan mencintai Rasul adalah bagian dari adab itu."
  • Abdul Qadir al-Jailani: "Cinta kepada Nabi membuat langkah-langkah kecilmu di bumi menjadi agung di langit."
  • Jalaluddin Rumi: "Jangan lihat siapa yang mencium ibu jarinya, lihat hatinya: apakah ada Rasul di sana?"
  • Ibnu ‘Arabi: "Kekasih Allah adalah mereka yang menyimpan Rasul dalam getar jantungnya."
  • Ahmad al-Tijani: "Bershalawat dan mencintai Nabi adalah jalan yang menuntun ruhmu ke dalam rahmat."

6. Catatan Muhasabah (Introspeksi Diri)

  • Apakah aku benar-benar mencintai Rasulullah atau hanya mengagumi namanya?
  • Saat adzan berkumandang, apakah hatiku bergetar dan menyambutnya?
  • Sudahkah aku menjadikan Rasul sebagai penyejuk mataku, bukan sekadar sejarah?
  • Seberapa sering aku bershalawat dengan hati yang hidup?
  • Apakah aku ingin syafaat beliau di akhirat dengan bersungguh-sungguh, atau hanya berharap tanpa usaha?

Penutup: Amalan kecil yang disertai cinta tulus kepada Nabi bisa menjadi sebab besar datangnya syafaat. Kecupan pada ibu jari saat adzan bukan ritual wajib, tapi ekspresi cinta—dan cinta kepada Rasul adalah tanda cinta kepada Allah.

Ya Rasulullah... Marhaban bidzikrillah... Qurratu a’yuninaa bika...

Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau dan tergolong umat yang mencintai beliau sepenuh jiwa. Aamiin.

Berikut adalah buku berjudul “Kecupan Cinta di Waktu Adzan: Jalan Menuju Syafaat dan Surga” yang sudah mencakup hadis, penjelasan, ayat Al-Qur’an, tafsir, relevansi, nasihat ulama sufi, serta muhasabah diri.

------

Judul Buku: Kecupan Cinta di Waktu Adzan: Jalan Menuju Syafaat dan Surga (Versi Gaul Kekinian)

1. Hadis Keren dari Nabi Muhammad SAW

Nabi kita yang super mulia pernah bilang:

"Siapa aja yang pas denger adzan langsung cium kedua jempolnya, terus nempelin ke mata sambil ngomong:

'Marhaban bidzikrillaahi ta'aalaa, qurratu a'yuninaa bika yaa Rasuulallaahi',

maka aku (kata Nabi) bakal kasih dia syafaat di hari kiamat dan nemenin masuk surga." (Catatan: Ini hadisnya nggak sahih secara sanad, tapi sering diamalin buat ekspresi cinta sama Nabi.)

2. Penjelasan Simpel dan Maknanya

Hadis ini bukan hadis resmi dari kitab-kitab besar, tapi keren banget kalau dipahami dari sisi cinta ke Nabi. Mencium jempol waktu adzan itu bukan wajib, tapi bentuk sayang dan adab. Kayak bilang, “Yes, aku inget Nabi, aku cinta beliau.”

  • Marhaban bidzikrillah: “Selamat datang, zikir Allah.”
  • Qurratu a’yuninaa: “Wahai Nabi, penyejuk hati dan mata kami.”
  • Bika yaa Rasulallah: “Karena kamu, wahai Rasul.”

3. Ayat Al-Qur’an Terkait

QS Ali Imran: 31

"Qul in kuntum tuhibbunal-laha fattabi’uni yuhbibkumullah"

Artinya: "Kalau kalian bener-bener cinta Allah, ikuti aku (kata Nabi), nanti Allah bakal cinta balik sama kalian."

4. Tafsir Ringkas Tapi Ngena

Kalau kamu cinta Allah, jangan cuma bilang doang. Buktiin! Salah satunya ya dengan cinta Nabi. Bahkan hal kecil kayak cium jempol saat adzan bisa jadi bukti cinta, asal dari hati.

5. Gimana Relevansinya di Zaman Sekarang?

Sekarang banyak orang ibadah tapi datar, kayak robot. Nah, aksi kecil ini jadi reminder: "Hei, adzan itu bukan cuma suara, itu panggilan cinta dari Allah dan Rasul-Nya." Yuk, hidupin rasa!

6. Nasihat dari Para Sufi Keren Zaman Dulu

  • Hasan al-Bashri: "Cinta Nabi bukan sekadar kata, tapi kudu keliatan di hidup kita."
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku cinta Allah bukan karena takut neraka, tapi karena aku beneran cinta."
  • Abu Yazid al-Bistami: "Cium jempol? Kecil sih, tapi kalau dari hati, nilainya besar di langit."
  • Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf itu hidup kayak Nabi, bukan cuma ngomong doang."
  • Al-Hallaj: "Adzan itu suara cinta, dan pecinta sejati pasti peka."
  • Abu Hamid al-Ghazali: "Adab itu kunci, dan cinta Nabi bagian penting dari itu."
  • Abdul Qadir al-Jailani: "Langkah kecil di bumi bisa jadi langkah besar ke surga kalau penuh cinta."
  • Jalaluddin Rumi: "Liat bukan apa yang kamu lakuin, tapi gimana hatimu saat ngelakuinnya."
  • Ibnu ‘Arabi: "Kalau kamu punya Rasul di hatimu, kamu udah punya segalanya."
  • Ahmad al-Tijani: "Cinta dan shalawat itu jalan cepat ke rahmat Allah."

7. Waktunya Introspeksi (Muhasabah Bro & Sis!)

  • Udah beneran cinta Rasul belum, atau cuma kagum?
  • Pas adzan, lo langsung inget Allah dan Nabi, atau malah lanjut scroll TikTok?
  • Rasul udah jadi penyejuk hati lo, atau cuma jadi tokoh sejarah?
  • Lo udah sering shalawatan belum?
  • Bener nggak sih lo pengen syafaat Nabi, atau cuma pengen enak aja?

Penutup:

Hal kecil tapi dari hati bisa bikin hidup kita penuh berkah. Mencium jempol pas adzan bukan wajib, tapi bisa jadi tanda cinta. Dan cinta ke Nabi, bro sis, itu bukti cinta kita ke Allah.

Yaa Rasulullah... Marhaban bidzikrillah... Qurratu a’yuninaa bika...

Semoga kita termasuk yang dapet syafaat, dan jadi generasi yang cinta Nabi nggak setengah-setengah. Aamiin!

----