Buku Kajian QS Al-Mā'idah Ayat 71–74
Daftar Isi
1. Teks Arab dan Latin
2. Terjemahan Per Ayat.
3. Tafsir Lengkap
4. Asbāb al-Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)
5. Hikmah dan Pelajaran
6. Hadis-Hadis Terkait
7. Relevansi dengan Keadaan Saat Ini
8. Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani
9. Nasihat Ibnu 'Athaillah as-Sakandari
---
1. Teks Arab dan Latin
QS Al-Mā'idah Ayat 71
Arab: وَحَسِبُوا أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ فَعَمُوا وَصَمُّوا ثُمَّ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوا وَصَمُّوا كَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ ۚ وَاللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
Latin: Wa ḥasibū allā takụna fitnatun fa'amụ waṣammụ ṡumma tāballāhu 'alaihim ṡumma 'amụ waṣammụ kaṡīrum min-hum, wallāhu baṣīrum bimā ya'malụn
QS Al-Mā'idah Ayat 72
Arab: لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ ٱلْمَسِيحُ يَـٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Latin: Laqad kafarallażīna qālū innallāha huwal-Masīḥubnu Maryama, wa qālal-Masīḥu yā banī Isrāīla'budullāha rabbī wa rabbakum, innahụ may yusyrik billāhi faqad ḥarramallāhu 'alaihil-jannata wa mawāhun-nāru, wa mā liẓ-ẓālimīna min anṣār
QS Al-Mā'idah Ayat 73
Arab: لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَـٰثَةٍۢ ۘ وَمَا مِنْ إِلَـٰهٍ إِلَّآ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا۟ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Latin: Laqad kafarallażīna qālū innallāha ṡāliṡu ṡalāṡah, wa mā min ilāhin illā ilāhuw wāḥid, wa in lam yantahụ 'ammā yaqụlụna layamassannallażīna kafarụ min-hum 'ażābun alīm
QS Al-Mā'idah Ayat 74
Arab: أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌ
Latin: Afalā yatụbụna ilallāhi wa yastagfirụnah, wallāhu gafụrun raḥīm
---
2. Terjemahan Per Ayat
QS Al-Mā'idah Ayat 71
"Dan mereka mengira bahwa tidak akan ada cobaan (terhadap mereka), lalu mereka menjadi buta dan tuli (terhadap kebenaran). Kemudian Allah menerima tobat mereka, kemudian (mereka) kembali menjadi buta dan tuli, banyak di antara mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
QS Al-Mā'idah Ayat 72
"Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan: 'Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam', padahal Al-Masih (sendiri) berkata: 'Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.' Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan surga atasnya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim."
QS Al-Mā'idah Ayat 73
"Sungguh, kafirlah orang-orang yang mengatakan: 'Sesungguhnya Allah salah satu dari yang tiga.' Padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih."
QS Al-Mā'idah Ayat 74
"Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Padahal Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
---
3. Tafsir Lengkap
Tafsir Ringkas dan Lengkap
Ayat 71
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengira mereka tidak akan diuji atau ditimpa fitnah (azab) karena dosa dan penyimpangan mereka. Namun karena sikap itu, hati mereka menjadi buta (tidak bisa membedakan kebenaran) dan tuli (enggan mendengar kebenaran). Tapi Allah masih memberi kesempatan untuk taubat. Namun banyak di antara mereka tetap dalam kesesatan.
Ayat 72
Allah menegaskan kekufuran kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah adalah Isa Al-Masih, putra Maryam. Padahal Isa sendiri mengajak Bani Israil untuk menyembah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Menyekutukan Allah menyebabkan seseorang diharamkan masuk surga dan masuk neraka. Ini menunjukkan bahaya syirik.
Ayat 73
Lanjutan dari ayat sebelumnya, ini membantah konsep Trinitas (Tuhan tiga dalam satu). Allah menegaskan bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Esa. Barangsiapa tetap dalam keyakinan syirik itu, akan mendapat azab yang pedih.
Ayat 74
Meski demikian, Allah tetap membuka pintu taubat dan ampunan. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang bagi siapa pun yang ingin kembali kepada-Nya.
---
4. Asbāb al-Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)
Beberapa ulama tafsir menjelaskan:
Ayat ini turun berkenaan dengan kelompok Nasrani Najran yang datang berdialog dengan Nabi Muhammad SAW dan mengklaim ketuhanan Isa.
Ayat ini juga merespon kepercayaan trinitas dan ketidaktaatan sebagian kaum Yahudi yang menyangka tidak akan mendapat azab karena merasa sebagai umat pilihan.
---
5. Hikmah dan Pelajaran
1. Syirik adalah dosa terbesar yang menyebabkan seseorang kekal di neraka jika tidak bertaubat.
2. Allah Maha Pengampun, dan selalu membuka pintu taubat bagi siapa saja yang ingin kembali.
3. Ketuhanan Isa a.s. adalah klaim yang salah, dan Isa sendiri mengajarkan tauhid.
4. Trinitas bertentangan dengan tauhid, dan harus ditinggalkan.
5. Orang yang terus menerus menolak kebenaran bisa menjadi buta dan tuli secara spiritual.
---
6. Hadis-Hadis Terkait
Berikut adalah beberapa hadis yang berkaitan dengan isi QS Al-Mā'idah ayat 71–74, terutama tentang ketauhidan dan peringatan terhadap syirik:
1. Hadis tentang Keutamaan Tauhid
Arab: مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Latin: Man māta wa huwa ya‘lamu annahū lā ilāha illallāh dakhala al-jannah
Artinya: “Barang siapa meninggal dunia sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim no. 26)
2. Hadis tentang Bahaya Syirik
Arab: مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
Latin: Man laqiyallāha lā yusyriku bihī syaian dakhala al-jannah, wa man laqiyahū yusyriku bihī syaian dakhala al-nār
Artinya: “Barang siapa bertemu Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, maka dia akan masuk surga. Dan barang siapa bertemu Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Bukhari no. 4497 dan Muslim no. 93)
3. Hadis Tentang Nasrani dan Trinitas
Artinya: “Sesungguhnya kamu (umat Nasrani) menjadikan dua tuhan; Isa dan ibunya sebagai Tuhan padahal mereka adalah hamba-hamba-Ku. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengklaim memiliki sekutu bersama-Ku?” (Hadis Qudsi diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan al-Bazzar).
Lanjutan Hadis Tentang Nasrani dan Konsep Ketuhanan Isa a.s.:
4. Hadis Tentang Perkataan Nabi Isa a.s. di Hari Kiamat
Arab:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ: اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ؟ قَالَ: سُبْحَانَكَ، مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ...
Latin:
Yaqūlu Allāhu Ta‘ālā: Yā ‘Īsā ibna Maryam, a anta qulta lil-nāsi ittakhiżūnī wa ummī ilāhayni min dūnillāh? Qāla: Subḥānaka, mā yakūnu lī an aqūla mā laisa lī biḥaqq...
Artinya:
Allah berfirman: “Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah pantas bagiku mengatakan apa yang bukan hakku...”
(HR. Muslim no. 278).
5. Hadis tentang Allah tidak mengampuni dosa syirik jika tidak tauba
Arab: إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ، وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Latin: Inna Allāha lā yaghfiru an yusyraka bih, wa yaghfiru mā dūna żālika liman yasyā’
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisā’: 48, dikukuhkan juga dalam hadis Qudsi).
6. Hadis tentang Ampunan Allah
Arab:
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
Latin:
Inna Allāha yaqbalu taubatal-‘abdi mā lam yugharghir
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi no. 3537, dinilai hasan sahih).
7...maka ia akan masuk surga, dan barang siapa bertemu Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Bukhari no. 1238 dan Muslim no. 93).
8. Hadis tentang Ampunan Allah bagi yang Bertobat
Arab:
إِنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ
Latin:
Inna Allāha yabsuṭu yadahu bi al-layli li yatūba musī’u an-nahār, wa yabsuṭu yadahu bi an-nahār li yatūba musī’u al-layl
Artinya:
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa di malam hari.” (HR. Muslim no. 2759)
---
7. Relevansi dengan Keadaan Saat Ini
1. Masih banyaknya pemahaman yang menyimpang tentang ketuhanan
Seperti masih adanya sebagian umat yang meyakini ketuhanan selain Allah atau menyamakan Allah dengan makhluk. Ayat ini mengingatkan kita untuk terus mengokohkan tauhid di tengah berbagai ajaran yang menyimpang.
2. Pentingnya dakwah tauhid di tengah masyarakat plural
Dalam masyarakat seperti Indonesia yang beragam keyakinan, umat Islam harus tetap menyampaikan kebenaran tauhid dengan cara yang bijak dan hikmah, sebagaimana Isa a.s. menyampaikan ajakan tauhid kepada Bani Israil.
3. Syirik modern dalam bentuk penyembahan kepada harta, kekuasaan, dan popularitas
Ayat ini juga relevan dalam membongkar bentuk-bentuk syirik kontemporer, seperti ketergantungan mutlak pada materi atau manusia, yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah.
4. Kecenderungan menolak kebenaran karena ego dan kebiasaan
Banyak orang menutup hati (buta dan tuli) terhadap dakwah karena merasa sudah benar. Ayat ini menjadi peringatan untuk membuka diri terhadap nasihat dan kebenaran.
5. Harapan besar dalam pintu tobat
Meski umat sering berbuat dosa, ayat 74 menanamkan harapan besar bahwa Allah tetap membuka pintu ampunan selama manusia ingin kembali. Ini adalah pesan penuh kasih bagi umat manusia.
---
8. Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata:
"Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah dengan apa pun, bahkan jangan dengan dirimu sendiri. Jangan merasa amalmu dapat menyelamatkanmu, sebab hanya rahmat Allah yang mengangkatmu ke surga."
Beliau juga menekankan pentingnya kembali kepada Allah setelah jatuh dalam kesalahan:
"Bertaubatlah meski kau telah mengulang kesalahan. Allah tidak jemu menerima tobat, kecuali engkau sendiri yang menyerah untuk bertobat."
“Wahai manusia, jangan tertipu oleh dunia, karena ia akan mempermainkanmu. Tauhid adalah benteng, dan siapa yang masuk ke dalamnya akan selamat. Jangan kalian jadikan makhluk sebagai sekutu Allah dalam hati kalian. Kembalilah kepada Allah, karena Dia Maha Penerima Taubat.”
Syekh Abdul Qadir mengingatkan pentingnya mengosongkan hati dari selain Allah dan menyucikannya dengan keimanan yang murni. Syirik, baik besar maupun kecil, akan menghalangi cahaya Allah masuk ke dalam jiwa.
---
9. Nasihat Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari
Ibnu ‘Athaillah menulis dalam al-Ḥikam:
"Jangan engkau melihat kepada besarnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat. Besarnya ampunan Allah melebihi besarnya dosa yang engkau perbuat."
Beliau juga mengingatkan:
"Barang siapa mengenal Allah, maka ia akan meninggalkan segala sesuatu selain-Nya. Dan barang siapa bersandar kepada selain-Nya, maka ia belum mengenal-Nya dengan benar."
"Bagaimana cahaya hati akan masuk, sementara hatimu dipenuhi dengan bentuk-bentuk ciptaan (makhluk)?"
Dalam al-Ḥikam, beliau menjelaskan bahwa kesyirikan bisa berupa ketergantungan kepada makhluk, bukan hanya menyembah berhala secara fisik. Bahkan menggantungkan hati pada sesuatu selain Allah adalah bentuk pengingkaran halus terhadap tauhid.
Beliau juga mengatakan:
"Istighfarlah dengan lidahmu, namun jangan berhenti sampai di situ. Bersihkan jiwamu dari noda syirik tersembunyi, yaitu cinta dunia, riya, ujub, dan sombong."
---
Penutup & Refleksi
Gabungan ayat dan nasihat ulama tersebut mengajarkan bahwa:
Menjaga tauhid yang murni adalah inti dari keselamatan.
Syirik adalah kezaliman yang menghapus amal dan menutup pintu surga.
Namun rahmat Allah lebih luas dari dosa, dan siapa pun yang bertobat dengan sungguh-sungguh akan diterima.
Mari kita renungkan:
Apakah kita telah menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang patut dituju dan disembah?
Apakah dalam hati kita masih ada bentuk “tuhan lain” seperti ego, ambisi dunia, atau ketergantungan kepada manusia?
Allah telah memberi peringatan keras kepada kaum terdahulu yang menyekutukan-Nya, namun Dia juga membuka pintu tobat seluas-luasnya. Maka, jangan tunda taubat, jangan remehkan syirik, dan jangan lalaikan tauhid.