Sunday, March 30, 2025

Sodaqoh untuk dipinjamkan.

 Dalil yang mendukung konsep meminjamkan uang dari hasil sedekah tanpa riba bisa dikaitkan dengan prinsip dalam Islam tentang qardhul hasan (pinjaman baik) dan pengelolaan harta sedekah untuk kemaslahatan umat. Berikut beberapa dalil yang relevan:

1. QS. Al-Baqarah: 245

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (qardhan hasanan), maka Allah akan melipatgandakannya untuknya dengan lipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."

➡️ Ayat ini menegaskan bahwa memberikan pinjaman yang baik (tanpa riba) adalah amalan yang sangat mulia di sisi Allah dan akan mendapatkan balasan yang berlipat.

2. QS. Al-Ma'idah: 2

"… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…."

➡️ Meminjamkan uang hasil sedekah tanpa riba adalah bagian dari tolong-menolong dalam kebaikan.

3. Hadis Nabi ﷺ

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barang siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat."
(HR. Muslim, no. 2699)

➡️ Jika dana hasil sedekah digunakan untuk memberikan pinjaman tanpa riba, itu termasuk dalam kategori memberikan kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan.

4. Fatwa Ulama

Banyak ulama berpendapat bahwa dana sedekah atau wakaf boleh dikelola untuk maslahat umat, termasuk dengan cara dipinjamkan kepada orang yang membutuhkan, selama:

  1. Tidak ada unsur riba atau keuntungan pribadi.
  2. Tetap dalam tujuan membantu fakir miskin atau kemaslahatan umum.
  3. Tidak menghilangkan hak orang yang berhak menerimanya.

Jika uang sedekah dikembalikan lagi setelah dipinjamkan, bisa digunakan untuk membantu orang lain lagi sehingga manfaatnya lebih luas.

Kesimpulan

Hasil sedekah yang dipinjamkan tanpa riba sesuai dengan ajaran Islam selama niatnya untuk kebaikan dan tidak merugikan penerima hak sedekah. Ini adalah salah satu bentuk qardhul hasan, yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Apakah ingin menerapkan konsep ini dalam usaha atau program sosial yang sedang dijalankan?

Dosa yg pernah dilakukan.

 Nasehat Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Ibnu Atha'illah as-Sakandari tentang Dosa yang Pernah Diperbuat

1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Syekh Abdul Qadir al-Jailani menekankan pentingnya taubat yang tulus (taubat nasuha) dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Beliau berkata:

"Janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah karena dosa-dosamu yang telah lalu. Jika engkau bertobat dengan benar, maka Allah akan mengampunimu dan menggantikan dosamu dengan kebaikan."

Beliau juga mengajarkan bahwa manusia memang bisa tergelincir dalam dosa, tetapi jangan tenggelam dalam keputusasaan, sebab keputusasaan itu adalah godaan setan. Sebaliknya, hendaknya seseorang segera bangkit, bertaubat, dan kembali kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

2. Ibnu Atha'illah as-Sakandari

Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Atha'illah as-Sakandari menyampaikan hikmah yang sangat dalam tentang dosa:

"Kadang-kadang Allah membukakan pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan pintu penerimaan. Dan kadang-kadang Allah menakdirkanmu jatuh dalam dosa, tetapi itu menjadi sebab kau merendahkan diri di hadapan-Nya, sehingga dosa itu lebih bermanfaat bagimu daripada amal yang membuatmu merasa sombong."

Dari hikmah ini, Ibnu Atha'illah ingin mengajarkan bahwa dosa yang disertai taubat dan rasa rendah diri bisa lebih bermanfaat bagi seorang hamba dibanding amal yang membuatnya merasa ujub (bangga diri). Allah sering kali menjadikan dosa sebagai sarana pendidikan bagi seorang hamba agar dia sadar akan kelemahannya dan semakin dekat kepada Allah.

Kesimpulan

Dosa yang telah diperbuat tidak boleh menjadi alasan untuk berputus asa. Syekh Abdul Qadir al-Jailani menekankan agar kita selalu bertaubat dan kembali kepada Allah, sedangkan Ibnu Atha'illah as-Sakandari mengingatkan bahwa dosa bisa menjadi jalan menuju kerendahan hati dan perbaikan diri jika disikapi dengan benar. Kuncinya adalah taubat yang sungguh-sungguh, merasa hina di hadapan Allah, dan tidak mengulang dosa yang sama.