Tuesday, October 26, 2010

Jangan Anggap Sepele Gondongan

Jangan Anggap Sepele Gondongan

Pugoeh/nakita

M emang bisa sembuh sendiri. Tapi, tetap waspada karena gondongan bisa menyebabkan radang selaput otak atau mandul pada anak laki-laki.

Sudah tiga hari ini Anto (4) terserang demam disertai pusing. Ia mengeluh sulit menelan makanan. Sehari kemudian, bagian di bawah telinga sebelah kanannya tampak membengkak. Tak lama kemudian, bagian di bawah telinga sebelah kiri ikut juga membengkak. "Wah, Anto terkena gondongan, nih," begitu pikir ibu Anto. Sebetulnya apa, sih, penyakit gondongan?

Menurut dr. H. Rachmat Kurdi, Sp.A dari RSIA Hermina Jatinegara, gondongan adalah penyakit infeksi akut akibat virus mumps. Penyakit ini disebut juga parotitis atau mumps . "Orang awam biasa menyebutnya gondongan," lanjut Rachmat. Penyakit infeksi ini sering menyerang anak-anak, terutama usia dua tahun ke atas.

Virus ini menyerang beberapa lokasi. Ada yang menyerang kelenjar ludah di bawah lidah, ada juga yang menyerang kelenjar ludah di bawah rahang dan di bawah telinga (parotitis) . Masa inkubasinya sekitar 14 sampai 24 hari setelah kuman masuk. Biasanya, lanjut Rachmat, pada awalnya yang membengkak hanya sebelah, baru kemudian menjalar ke sebelah yang satunya. "Misalnya dari sebelah kiri dulu, baru kanan. Atau sebaliknya." Bengkak ini timbul setelah infeksi virus berlangsung 2 atau 3 hari. "Jadi, biasanya mulai membengkak setelah 3 hari," ujar Rachmat.

Adakalanya pembengkakan yang terjadi di bawah lidah tak terlihat sehingga menyulitkan para orang tua untuk memperkirakan sakit si anak. Apalagi gejala awalnya seperti demam biasa. Namun demikian, pembengkakan dapat berkembang dengan sangat cepat, mencapai besar maksimal dalam jangka waktu beberapa jam saja, meski biasanya untuk mencapai puncak pembengkakan dibutuhkan waktu 1 sampai 3 hari.

Penderita gondongan juga merasa nyeri ketika menelan dan mengeluh mulutnya kering karena kelenjar ludah tidak mengeluarkan ludah. Gondongan biasanya menyerang anak yang agak besar dan jarang terjadi pada bayi. "Pasalnya, bayi masih memiliki kekebalan dari ibunya," ujar Rachmat. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyaknya; 85 persen dari seluruh infeksi terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 15 tahun.

KOMPLIKASI

Gejala gondongan biasanya dimulai dari demam, pusing, mual, dan pegal-pegal di otot, terutama otot-otot di daerah leher. Gondongan termasuk self limiting disease atau akan sembuh sendiri meski tidak diobati. "Karena itu, sebenarnya tidak ada obat untuk gondongan," ujar Rachmat. Tetapi, gondongan bisa menjadi berat dan lama. "Tergantung kerusakan sel-sel di kelenjar ludah," ujar Rachmat. Tetapi, pada umumnya sel-sel kelenjar ludah yang terkena virus tidak akan sampai hancur, dan hanya membengkak.

"Kalau selnya membengkak, maka saluran kelenjar ludahnya pun tersumbat. Akibatnya, produksi air ludah tersumbat, kemudian mengumpul. Sehingga, pengeluaran air ludahnya juga tersumbat. Akibatnya, bengkaknya pun akan makin hebat," ujar Rachmat. Gondongan juga bisa berbahaya jika kemudian terjadi komplikasi. "Komplikasinya bisa meningitis atau radang selaput otak. Pada anak laki-laki, infeksi bisa menjalar ke testis. Jika ini terjadi, maka akan terjadi perusakan sel-sel di testis, sehingga bisa menyebabkan steril."

Komplikasi meningitis terjadi jika virus menyebar ke selaput otak. Keluhannya sesuai dengan gejala meningitis , seperti kesadaran menurun dan timbul kejang. "Tetapi komplikasi ini sangat jarang terjadi. Karena itu kita selalu menganjurkan, jika setelah terkena gondongan anak mengeluh sakit kepala hebat atau testisnya sakit, sebaiknya segera berkonsultasi untuk dilakukan penanganan. Biasanya, komplikasi ini terjadi karena daya tahan tubuh yang rendah."

MENGOBATI GEJALA

Sebenarnya, ujar Rachmat, tidak ada obat khusus untuk gondongan, karena gondongan termasuk self limiting disease . Jadi, lanjut Rachmat, "Yang ada adalah pengobatan symptomatis, yaitu mengobati gejalanya. Misalnya, jika anak demam, diberi obat penurun demam, atau beri anak obat untuk menghilangkan pusing jika anak merasa pusing. Untuk mengatasi bengkak yang timbul, bisa dikompres, baik dengan air dingin atau air hangat."

Tetapi, biasanya dokter juga akan memberi obat antibiotik pada penderita gondongan. "Ini untuk mencegah terjadinya infeksi kuman lain, karena daya tahan tubuh yang rendah. Sekarang juga sudah ditemukan obat anti virus. Jadi, meski ada yang mengatakan virus itu enggak bisa diobati, tetapi kadang-kadang diberi obat anti virus tadi," lanjut Rachmat. Sedangkan untuk pencegahannya, bisa dilakukan dengan imunisasi MMR (mumps, morbilli, dan rubella) atau Trimovax .

"Yang umum di Indonesia adalah MMR. Imunisasi ini baru diberikan pada saat anak berusia 15 bulan, karena pada usia ini kekebalan bayi sudah hilang," ujar Rachmat. Tetapi, imunisasi enggak hanya diberikan pada anak usia 15 bulan. "Tidak harus usia 15 bulan. Lebih besar pun bisa diberikan imunisasi ini, asal belum pernah terkena," kata Rachmat.

PERLU DIKARANTINA

Penyakit gondongan juga merupakan penyakit endemi, dan termasuk menular. Penularannya bisa terkena siapa saja, terutama pada yang belum pernah terkena gondongan. Penularannya, terang Rachmat, bisa melalui droplet infection (percikan air ludah) ketika si penderita berbicara, percikan air seni, peralatan makan minum, dan sebagainya. "Jadi, kalau di satu daerah ada yang sakit, maka biasanya akan cepat menular."

Tak heran jika dokter yang merawat akan menyarankan agar si penderita dikarantina; tidak boleh keluar rumah, tidak sekolah, dan tidak kontak dengan anggota keluarga lain. Karena bukan tidak mungkin malah akan menulari anggota keluarga lain, terutama yang kekebalan tubuhnya tidak bagus. Saat anak menderita gondongan harus dirawat secermat mungkin. Upayakan agar peralatan makan minum si penderita tidak dipakai oleh anggota lain yang sehat; begitu juga peralatan mandi seperti handuk. Usahakan pula agar selalu menyiram dengan karbol seusai si penderita buang air kecil dan besar. Pendek kata, upayakan pencegahan agar tidak menulari anggota keluarga yang lain.

Yang perlu diingat, kendati si kecil harus dikarantina tidak berarti ibu dan bapak malah menjauhinya. Justru harus menemaninya agar ia tidak terlalu rewel, terutama acara makan yang akan menjadi sulit baginya karena sakit saat menelan. Biasanya, gondongan juga akan membuat anak jadi malu. "Jadi, jika anak sudah sekolah, kita anjurkan supaya jangan masuk sekolah dulu sampai bengkaknya hilang. Karena selain malu, juga akan bisa menular ke anak lain," lanjut Rachmat. Jika anak terkena gondongan, orang tua juga bisa mengompres untuk menghilangkan bengkaknya. Kemudian, anak sebaiknya segera dibawa ke dokter.

"Umumnya orang tua sudah tahu jika anaknya terkena gondongan. Kalau lehernya bengkak, pasti gondongan." Dulu, leher yang bengkak ini sering diberi belau (semacam tinta, bahan pemutih pakaian) atau buah pace. "Sebetulnya prinsipnya adalah untuk mengompres. Kadang-kadang dokter juga memberi ramuan untuk mengompres," lanjutnya. Mengompres di bagian yang bengkak ini tujuannya untuk mengurangi rasa sakit akibat bengkak yang ditimbulkan. Kecuali itu, mengompres juga bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh. Caranya, kompreslah bagian lipatan paha dan ketiak. Karena di daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar, jadi dengan mengompresnya suhu tubuh akan cepat turun.

Biasanya, bengkak pada gondongan akan kempes secara bertahap. "Bisa sampai satu minggu atau bahkan lebih, tergantung kerusakan yang terjadi di sel-sel saluran kelenjar ludah dan kelenjar ludahnya. Biasanya bengkak akan kempes dengan sendirinya." Selain anak-anak, gondongan juga bisa menyerang orang dewasa. "Apalagi dulu belum ada imunisasi. Tetapi, biasanya gondongan nggak berulang," ujar Rachmat. Semua infeksi karena virus memang sangat tergantung pada daya tahan tubuh. "Kalau daya tahan tubuhnya bagus, ya, kemungkinan enggak tertular," lanjutnya. Yang jelas, anjur Rachmat, jika gejala-gejala gondongan muncul, sebaiknya secepatnya dibawa ke dokter untuk meyakinkan. "Walaupun bisa sembuh sendiri, tetapi yang ditakutkan kalau ada infeksi lain yang masuk, seperti meningitis tadi. Atau anak jadi batuk dan pilek." Nah, jika Ayah dan Ibu curiga si kecil terkena gondongan, mengapa tak segera dibawa ke dokter terdekat?

Merawat Anak Gondongan

Menurut Dr. Miriam Stoppard dalam Perawatan Bayi dan Anak , ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menangani anak yang terkena gondongan:

* Ukur suhu anak. Jika demam, kompres supaya suhunya turun.
* Beri makanan cair. Kalau perlu gunakan sedotan jika anak sukar menelan makanan. Anak harus banyak minum dan minta berkumur untuk menghilangkan rasa kering di mulut.
* Berobat ke dokter untuk memastikan diagnosis, atau jika anak merasa sakit pada testis atau di perut bawah. Segera berobat jika setelah 10 hari keadaan anak memburuk dan mengeluh sakit kepala hebat serta kuduknya kaku.

Hasto Prianggoro . Ilustrasi : Pugoeh (nakita)

Imunisasi Untuk Bayi

Imunisasi Untuk Bayi

B ila ingin si kecil sehat, lakukan imunisasi secara teratur. Tak perlu khawatir imunisasinya akan kelebihan. Justru semakin banyak, si kecil akan semakin aman.

Hampir sebulan sekali bayi pasti dibawa ke dokter untuk imunisasi. Merunut peraturan WHO yang ada di UCI (Universal Child Imunitation), imunisasi untuk bayi atau anak usia 0-1 tahun terdiri dari BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B dan MMR. "Khusus MMR, pemerintah kita belum mewajibkannya. Pertimbangannya, vaksin ini masih diimpor sehingga harganya relatif mahal, yaitu sekitar Rp. 120 ribu," tutur dr. H. Adi Tagor, Sp.A, DPH dari RS. Pondok Indah, Jakarta.

USIA BUKAN PATOKAN BARU

Lebih jauh dijelaskan Adi, imunisasi sebenarnya terdiri dari 2 golongan. Golongan pertama adalah imunisasi yang harus selesai sebelum usia setahun (lihat boks Jenis Imunisasi Bayi) dan golongan kedua adalah imunisasi yang tak boleh dilaksanakan pada usia di bawah setahun. Namun demikian, patokan usia sebagaimana yang ditulis dalam jadwal iminusasi di rumah sakit-rumah sakit ataupun puskesmas dan poli anak maupun di buku-buku kesehatan anak, bukanlah patokan baku.

Misalnya, imunisasi DPT ke-1 yang dijadwalkan pada usia 2 bulan, DPT ke-2 di usia 3 bulan dan DPT ke-3 di usia 4 bulan. Bukan berarti setiap bayi harus diimunisasi DPT pada usia-usia tersebut. Yang penting, sebelum usia setahun si bayi harus sudah diimunisasi DPT lengkap. Memang, aku Adi, ada beberapa imunisasi yang sebaiknya dilakukan tepat berdasarkan umur. Misalnya, BCG, sebaiknya dilaksanakan setelah bayi berusia 1 bulan atau 1 bulan lebih 1 minggu. "Sebenarnya BCG bisa dilaksanakan sewaktu bayi berumur sehari.

Namun menurut penelitian, imunisasi BCG akan efektif bila bayi sudah berumur sebulan atau sebulan lebih seminggu. Alasannya, karena imunologi terhadap BCG belum bisa bangkit dengan baik pada bayi yang baru lahir," terangnya. Imunisasi lain yang sebaiknya dilaksanakan tepat umur ialah Campak, yaitu di usia 9 bulan. Mengapa? Karena pada umumnya, hampir semua ibu sudah pernah kena campak. "Nah, sewaktu hamil, dia mewariskan kekebalannya pada janin yang dikandungnya melalui plasenta. Kekebalan ini bertahan hingga bayi berusia 8 bulan. Itulah mengapa vaksinasi Campak harus dilakukan di usia 9 bulan. Jadi, sebelumnya bayi masih ada kekebalan campak dari ibunya," terang Adi.

PENTINGNYA HiB

Selain soal jadwal imunisasi, yang kerap membingungkan para ibu ialah imunisasi HiB (Hemophilus Influenzae type B) . Pasalnya, tak setiap dokter menganjurkan imunisasi ini. "Beberapa dokter memang memandang imunisasi ini tak perlu," aku Adi. Sebab, terangnya, imunisasi yang dimaksudkan untuk menghindari radang selaput otak ini, selain harganya mahal, juga penyakit tersebut memang di Indonesia sangat jarang terjadi. "Umumnya penyakit radang selaput otak banyak dijumpai di negeri dingin, seperti Australia, Amerika, atau negara-negara di Eropa."

Namun, bukankah pasien berhak diberi tahu atau istilah kedokterannya, inform concent? Setuju atau tak setuju dilakukan, dikembalikan pada diri orang tua si pasien. Iya, kan! Terlebih lagi, kata Adi, komunikasi di negeri kita sudah mengglobalisasi, terutama untuk Jakarta dan Bali. "Coba saja, bila kita berjalan-jalan di mal atau berenang, pasti, kan, kita bertemu anak bule. Nah, kalau enggak disuntik HiB, bayi pun bisa terkena. Akibatnya sangat fatal, lo, karena langsung ke selaput otak dan dapat menimbulkan kematian dengan cepat. Kalaupun sembuh, si anak bisa cacat seperti orang terkena stroke."

Jadi, sarannya, bila memang orang tua cukup mampu, apa salahnya si bayi diberi imunisasi HiB. Toh, tak ada ruginya. Imunisasi HiB, terang Adi, dilaksanakan 3 kali. Dua kali dilakukan pada saat bayi berusia di bawah setahun dan sekali dilakukan di atas usia setahun. Jarak waktu imunisasi HiB yang pertama dan kedua adalah sebulan, sedangkan HiB ketiga dilakukan setelah setahun. Oleh karena itu, saran Adi, bila orang tua ingin mengajak bayinya pergi ke negeri dingin, sebaiknya si bayi sudah disuntik "tiga-satu". Artinya, 3 kali di bawah usia setahun dan satu kali di atas usia setahun. Jadi, 4 kali suntikan. "Kalau mau aman, sebelum berangkat disuntik sekali lagi."

Lo, apa nanti enggak kelebihan? Ternyata tidak. Menurut Adi, kelebihan pun enggak apa-apa. Bahkan, mau dilakukan sampai 10 kali juga enggak apa-apa. Tapi kalau sampai 3 kali dinilai sudah cukup, ya, tak perlu lebih. Bukankah harganya mahal? Hal ini juga berlaku untuk semua jenis imunisasi. Sebab, terangnya, "imunisasi bukan obat. Kalau obat, bisa overdosis. Namun imunisasi, tidak." Jadi, Bu, kalau memang lupa apakah si bayi sudah diimunisasi atau belum, tak ada salahnya Ibu lakukan lagi imunisasi. "Daripada bingung-bingung, suntik saja sekali lagi. Enggak akan bahaya, kok, malah biar safe ," kata Adi.

EFEKTIVITAS IMUNISASI

Soal tempat dilaksanakannya imunisasi, menurut Adi, bisa di mana saja. Entah di rumah sakit, di poli anak, maupun di puskesmas. Asal jangan di rumah; tapi para dokter biasanya juga enggak berani, kok, melaksanakan imunisasi di rumah. Pasalnya, vaksin untuk imunisasi harus disimpan di lemari pendingin.

Jadi, kalau lampu mati sehingga lemari pendingin tak bekerja, maka vaksin-vaksin tersebut sudah tak efektif lagi. "Di rumah sakit besar biasanya memiliki special storage atau tempat penyimpanan khusus. Juga kalau lampu mati, generator langsung hidup," tutur Adi. Tapi, toh, kita tak perlu khawatir terhadap rumah sakit kecil ataupun puskesmas yang tak memiliki tempat penyimpanan khusus maupun generator.

Karena kalau sampai terjadi listrik padam, maka pihak rumah sakit/puskesmas tersebut akan segera meletakkan vaksin-vaksin imunisasi di antara es batu agar tetap bisa efektif pada saat digunakan. Lantas, bagaimana mengukur efektivitas dari vaksin-vaksin tersebut? Menurut Adi, caranya dengan mengambil darah. "Tapi hal ini jarang dilakukan karena biayanya yang terlalu mahal." Namun ada beberapa imunisasi yang jelas-jelas bisa diukur; antara lain imunisasi BCG. "Suntikan ini akan membuat suatu tanda seperti 'bisul' kecil di tempat yang disuntik, entah itu di lengan kanan atau pantat sebelah kiri."

Nah, bila "bisul" tersebut tak muncul, berarti imunisasinya gagal dan harus diulang. Pengulangan bisa dilakukan kapan saja. "Tapi sebaiknya sebelum usia setahun. Karena setelah usia setahun, biasanya anak sudah banyak dibawa ke mana-mana sehingga bisa tertular TBC. Bukankah data TBC di Indonesia masih yang tertinggi di dunia, seperti juga di India dan Bangladesh? Nah, bila anak tak diproteksi, maka ia akan gampang terkena TBC," jelas Adi. Selain BCG, imunisasi Hepatitis B juga bisa diukur dengan cara yang tak terlalu mahal, "yaitu dengan cara mengecek kadar Hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun."

Dari hasil tes dokter akan mendapat angka. Di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Yang patut disadari orang tua, lanjut Adi, imunisasi tak bisa memproteksi bayi hingga 100 persen.

"Bila bayi bisa terproteksi sampai 80 persen saja, itu sudah bagus; karena banyak hal yang memperngaruhi imunisasi, salah satunya adalah gizi dan kesehatan bayi." Selain itu, efektivitas imunisasi hanya bertahan sekitar 5-10 tahun. Jadi di antara usia tersebut, anak perlu diimunisasi lagi atau istilahnya booster (penguat). Nah, Bu-Pak, sudah paham, kan! Jadi, jangan malas mengimunisasi si kecil, ya.

JENIS IMUNISASI (0-1 TAHUN)

* BCG (Bacille Calmette Guerin).

Manfaatnya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit TB (tuberkolosis); diberikan hanya 1 kali. Usia efektif dilakukannya imunisasi pada 1 bulan atau 1 bulan 1 minggu. Suntikan ini akan menampakkan "bisul" kecil di daerah yang disuntik. Bila tidak, harus dilakukan suntikan ulang.

* DPT (Difteri Pertusis Tetanus) Polio.

Untuk mencegah timbulnya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Biasanya setelah 6 jam bayi akan mengalami panas atau timbul uneasy feeling seperti tak mau makan atau murung. Tapi ini hanya efek sementara.

DPT bisa digabungkan dengan Polio, sehingga imunisasi menjadi DPT Polio. Imunisasinya dilaksanakan sebanyak 4 kali; 3 kali di bawah usia setahun dan 1 kali di atas usia setahun.

* Hepatitis B.

Agar bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Imunisasinya dilakukan sebanyak 3 kali. Aturannya, bila suntikan ke-1 dilakukan pada usia sebulan, maka jangka waktu suntikan ke-2 antara 1-2 bulan kemudian, sedangkan suntikan ke-3 boleh sampai 5 bulan kemudian.

* Campak.

Agar bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit campak; harus dilakukan di usia 9 bulan. Biasanya setelah seminggu bisa timbul sedikit demam pada bayi, namun ini hanya efek sementara.

* HiB (Hemophilus Influenzae type B).

Tujuannya agar bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit radang selaput otak. Imunisasi dilaksanakan 3 kali; 2 kali di bawah usia setahun dan 1 kali di atas usia setahun.

* MMR (Measles Mumps Rubella).

Untuk mencegah penyakit campak, gondongan atau campak jerman. Imunisasi dilaksanakan hanya 1 kali. Setelah hari ke-3 biasanya bayi akan panas dan timbul bintik-bintik seperti terkena campak. Namun tak usah cemas, karena bintik-bintik tersebut akan hilang sendiri. Sedangkan panasnya bisa diturunkan dengan obat penurun panas yang dapat dibeli bebas di apotik.

BAYI HARUS SEHAT

Penting diperhatikan, bayi yang hendak diimunisasi haruslah dalam kondisi benar-benar fit. Sebab, imunisasi yang dilaksanakan pada bayi tak sehat akan menjadi tak efektif atau malah berubah jadi penyakit. Jadi, Bu, bila si kecil tengah pilek, misalnya, tundalah jadwal imunisasinya sampai ia sembuh dulu dari sakitnya.

Biasanya dokter akan memberi tahu kapan bayi Ibu harus diimunisasi. Namun demikian, tak ada salahnya bila Ibu dan Bapak aktif bertanya, kapan dan imunisasi apa yang harus dilaksanakan bayi selanjutnya. Tanyakan pula apa efeknya setelah bayi menerima imunisasi tersebut dan apa yang harus Bapak-Ibu lakukan.

BILA KEJANG DEMAM

Biasanya bayi akan mengalami panas setelah menerima imunisasi DPT dan MMR. Bila panasnya tak terlalu tinggi atau hanya sekadar sumeng, tak usah khawatir. Cukup diberi obat penurun panas khusus untuk bayi yang dapat dibeli bebas di apotik.

Obat penurun panas juga dapat diberikan sebelum bayi menerima imunisasi. "Obat ini tak berbahaya dan tak akan menimbulkan efek apa-apa, karena jangka waktu bekerjanya hanya 6 jam," terang Adi Tagor . Jadi, kalau sudah lewat waktunya dan si bayi masih panas, maka boleh diberikan lagi. Normalnya 3 kali sehari. Namun bila panasnya tinggi (38 derajat atau lebih) atau panasnya berlangsung lebih dari 2 hari, sebaiknya Bapak dan Ibu segera menghubungi dokter yang bersangkutan.

Yang penting diperhatikan, bila keluarga Anda memiliki keturunan stuip atau kejang demam; sebaiknya, sebelum bayi diimunisasi, beri tahu dokter tentang hal itu. Sebab, terang Adi, walaupun stuip bukan penyakit berbahaya, namun bila berbaur dengan imunisasi, terutama DPT, maka keadaannya akan tragis.

Selain itu, dengan Anda memberi tahu dokter, maka dokter tak akan menggunakan DPT tapi hanya DT. Jadi, tak termasuk Pertusis atau batuk rejan alias batuk 100 hari. Pertimbangannya, batuk rejan sudah jarang sekali terjadi sehingga lebih baik dilewatkan saja daripada si bayi nanti panas dan kejang.

Kadang dokter juga menggunakan DPT aceluler yang tak ada efek panasnya. Atau, tutur Adi, "sebelum suntikan DPT yang pertama, dubur bayi akan dimasukan dengan obat anti kejang. Dengan begitu, bayi akan aman sampai 6 jam. Disamping, bayi juga diberi obat penurun panas sebelum disuntik dan diulangi setiap 6 jam sekali."

Faras Handayani /nakita

Mengisap Jempol

Mengisap Jempol

Bu Mayke yang terhormat,

Anak saya perempuan berumur 16 bulan, berat 12 kg. Sejak usia 6 bulan sampai sekarang, selalu mengisap jari jempolnya. Umumnya saat mau tidur, bangun tidur, menginginkan sesuatu tapi tidak diizinkan dan terkadang saat tidak terduga. Kebetulan kami tinggal di lingkungan keluarga besar yang sering berkumpul.

Pertanyaannya:

1. Apakah ada cara menghilangkan kebiasaan mengisap jari jempol tersebut? Jika tidak, apa saja efek dari kebiasaan ini (fisik dan psikologis)?

2. Bagaimana cara membuat dia mengerti bahwa saat berkumpul dengan orang lain (baik anak kecil/orang dewasa), ada hal-hal negatif yang harusnya tidak ditiru/dipelajari?

3. Pertanyaan tambahan, saya berencana mengajak dia berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Umur berapa sebaiknya dimulai?

Terima kasih.

Silvia N - Jakarta

Mengisap jempol lazim terjadi karena anak masih terfokus pada tubuhnya. Kebiasaan ini makin meningkat bila anak merasa tidak bahagia dan tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan (bosan). Karena itu cara yang paling baik untuk menghilangkan kebiasaan tersebut adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk banyak beraktivitas dengan bahan-bahan alam. Mulai dengan bermain air, pasir, beras, adonan (play dough ) sehingga fokus yang tadinya terarah pada tubuh akan beralih ke objek. Saya yakin anak akan meninggalkan kebiasaan tersebut.

Bila menjelang tidur ia mengisap jari, segera alihkan dengan aktivitas mendongeng, memainkan jari jemari atau memakai boneka tangan yang dilekatkan di jari tangan. Menghilangkan kebiasaan mengisap jempol membutuhkan usaha yang keras dari orang tua. Bila kebiasaan ini tidak diatasi, dampak fisik sudah jelas, yaitu pada kesehatan (karena jari terkena kuman), struktur gigi/rahang bisa terganggu. Dampak psikologisnya, anak cenderung berkembang menjadi anak yang tergantung pada orang lain, atau merasa tidak bahagia.

Untuk menghindari munculnya perilaku negatif sebagai hasil dari pergaulan maka Ibu dapat memberi respons sesegera mungkin terhadap perilaku teman dan saat ia berbuat negatif. Pergaulan akan memberikan dampak positif dan sekaligus negatif yang dapat dikurangi kalau anak sudah diajarkan/dilatih mengenai apa yang benar dan salah, boleh dan tidak boleh. Reaksi Ibu tidak usah terlalu drastis melalui tindakan yang keras. Cukup katakan si A suka memukul teman-temannya tetapi itu tidak baik karena orang lain kesakitan dan tidak mau berteman dengan A. Pada intinya, jelaskan dengan keterangan yang masuk akal kenapa suatu perilaku tidak dapat diterima. Sejak kecil, biasakan mengajak anak berkomunikasi dengan penjelasan yang masuk akal dan bukan dengan ancaman atau hukuman fisik/kata-kata kasar sebab anak akan meniru tindakan tersebut, tidak respek pada orang tua, atau bila hukuman bertubi-tubi diberikan, anak akan menjadi penakut, pencemas atau pemberontak. Sebaliknya, anak juga jangan terlalu dibiarkan berbuat semaunya karena pada masa 0-5 tahun merupakan masa awal pembentukan perilaku agar di kemudian hari tidak berkembang menjadi perilaku yang menyimpang dan sulit dibenahi.

Mengenai rencana Ibu untuk mengajarkan bahasa kedua, lebih baik dimulai setelah ia menguasai bahasa ibu. Bahasa kedua dapat diperkenalkan dengan cara Ibu sering menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari. Anak terbiasa mendengar dan paham, walaupun ia belum mengucapkan kata-kata dalam bahasa asing. Tetapi sebaiknya waspada bila perkembangan bicara anak mengalami keterlambatan, tidak dianjurkan mengajarkan bahasa kedua sebelum bahasa ibu ia kuasai dengan baik. Sekian dulu dan semoga keingintahuan Ibu sudah terjawab.

Bunda Hidungku Keluar Darah!

Bunda Hidungku Keluar Darah!

A nak mimisan? Hati-hati,lo, karena mimisan pun bisa merupakan gejala lain yang berat

Siang itu Dit0 (4) tampak asyik bermain di halaman rumah bersama teman-temannya. Tapi tak lama kemudian, Dito berlari-lari masuk ke rumah. Hidungnya mengeluarkan darah. Ternyata Dito mimisan, padahal sebelumnya ia tampak sehat. Sebetulnya, apa, sih, mimisan itu dan berbahayakah ?

Menurut dr. Kishore R.J., SpA dari RSIA Hermina Podomoro, mimisan atau epitaksis adalah adanya perdarahan pada hidung. Biasanya, kalau tidak ada penyakit lain, mimisan hanya merupakan kelainan pada pembuluh darah di hidung. Dengan demikian, mimisan lebih karena faktor genetik, "Mungkin sejak lahir anak memang sudah sensitif," ujar Kishore. Untuk diketahui, mimisan biasanya terjadi sejak anak berusia 2 tahun. "Tapi yang paling sering, mulai muncul saat anak berusia 4 sampai 5 tahun."

Mimisan karena kelainan bawaan biasanya akan hilang sendiri saat usia anak bertambah besar. Biasanya di usia 10 atau 12 tahun, kebiasaan mimisan tersebut akan menghilang. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya mimisan adalah jika terjadi perubahan suhu. Misalnya, dari udara panas ke udara dingin, pembuluh darah hidung akan melebar, sedangkan pada keadaan pansa, pembuluh darah mengecil. Nah, karena terjadi perubahan suhu secara tiba-tiba, akhirnya pembuluh darah tersebut pecah.

Mimisan semacam ini sering mengejutkan orang tua, misalnya saja anak tiba-tiba mimisan saat berjalan di bawah udara yang panas, atau pulang sekolah saat tidur di AC, bangun-bangun ia mimisan karena dingin. Mimisan juga bisa terjadi saat anak demam. Selain itu, adanya infeksi atau pilek bisa menimbulkan mimisan. "Tapi yang sering dijumpai adalah anak sehat-sehat saja, tiba-tiba mimisan. Hal ini biasanya karena perubahan suhu tadi.

PENYAKIT LAIN

Tapi Bu-Pak, hati-hat, lo, mimisan juga bisa disebabkan karena penyakit-penyakit lain. "Ini yang harus diwaspadi dan diawasi," tegas Kishore. Beberapa penyakit yang disertai mimisan antara lain demam berdarah. Hati-hati jika anak mimisan pertama disertai dengan demam, karena ini bisa merupakan gejala demam berdarah.

Demam berdarah bisa menimbulkan perdarahan dimana saja, salah satunya di hidung," lanjut Kishore. Jadi, lanjutnya, saat anak mimisan orang tua harus memperhatikan betul kejadian, "minimal dievaluasi, apa betul hanya karena perubahan cuaca atau karena ada penyakit lain. Sebab, bisa jadi, penyakitnya adalah penyakit berbahaya." Tentu saja, untuk mendiagnosanya Anda harus membawa si kecil ke dokter.

Perlu diperhatikan, jika mimisan sering berulang pada anak Anda dan disertai demam. "Bila sering terjadi, mungkin enggak apa-apa, tapi mungkin juga ada sesuatu. Kadang-kadang yang membuat orang tua sering kecolongan mengganggap hal itu sepele karena sudah biasa terjadi pada anaknya. 'Ah, biasa, kalau panas ia pasti mimisan, kok.' Tapi pada keadaan tertentu, bisa saja ternyata itu merupakan gejala penyakit lain. Biasanya, mimisan, karena penyakit tertentu tidak berhenti-henti."Bila mimisan akibat faktor genetik, biasanya akan cepat berhenti. Nah, bila mimisannya tidak berhenti-henti sebaiknya curiga," lanjut Kishore.

BISA KARENA LEUKEMIA

Yang jelas orang tua tak perlu panik saat menghadapi anak mimisan. Terlebih lagi, lamanya anak mimisan sangat bervariasi dan tidak bisa disamakan pada masing-masing anak. "Tapi biasanya, mimisan karena faktor genetik tidak berlangsung lama. Begitu perdarahan, ditampung sebentar, langsung berhenti. Bahkan tanpa ditampung, sebentar pun, kadang berhenti sendiri."

Lain halnya pada mimisan akibat adanya penyakit tertentu. Biasanya mimisan akan berulang terus. Dalam sehari bisa terjadi beberapa kali mimisan. "Tapi kalau setiap kali anak demam selalu mimisan, misalnya, karena perubahan suhu, mungkin saja tidak terlalu berbahaya."Yang jelas, toleransi waktu kaoan anak mimisan karena demam berdarah sangat relatif. "Tergantung jumlah trombositnya dan hal ini tidak bisa diprediksikan. Ada anak yang baru lima hari kemudian mimisan, tapi ada anak yang satu hari demam sudah mimisan,"terang Kishore.

Kemungkinan berikutnya mimisan karena leukemia atau anemia aplastik. "Ini akibat adanya gangguan pembekuan darah," lanjut Kishore. Memang, aku Kishore, agak susah membedakan antara mana yang mimisan karena faktor genetik dan mana mimisan karena penyakit tertentu tadi. "Yang jelas, jika anak mengalami mimisan pertama, sebaiknya langsung dikonsultasikan ke dokter. Jika mimisan terjadi tanpa disertai demam dan sering berulang tanpa ada gangguan lain, maka biasanya ini karena faktor genetik," kata Kishore.

Tapi orang tua perlu waspada bila anak memang sering berdarah, tidak saja dihidung tetapi juga dibagian-bagian tubuh lain. Hal itu berarti ada kelainan darah pada diri si anak. Misalnya, kaki atau tangannya terbentur biru setelah terbentur. Mungkin ini merupakan indikasi adanya kelainan pembekuan darah. "Hal ini bisa terjadi karena kelainan pembekuannya sendiri, yaitu karena anemia aplastik, maupun leukemia. Ini yang memerlukan pengobatan tersendiri."

PEMBULUH DARAH DIBAKAR

Dengan beragam penyebab tadi, penanganan mimisan menjadi sangat tergantung pada penyakit dasarnya. "Kalau mimisannya karena faktor bawaan, ya, tidak bisa diobati." Biasanya mimisan karena kelainan bawaan bukan sesuatu yang berbahaya. Memang, aku, Kishore, setiap perdarahan pasti berbahaya. "Tapi kalau perdarahannya cuma sedikit, tidak terlalu berbahaya, kok," terang Kishore.

Yang jelas, mimisan akan menjadi berat jika perdarahannya terjadi terlalu sering. "Karena kadar hemoglobin akan menjadi rendah, sehingga anak menjadi anemia. Jadi, kalau kita bisa mencegah terjadinya perdarahan tentu tidak akan terjadi anemia," lanjutnya. Pada mimisan karena kelainan bawaan, kadang-kadang dokter juga menganjurkan agar pembuluh darah dibakar, meski tidak menjamin 100 persen kesembuhan. "Biasanya, sih, serangannya akan berkurang. Juga tidak menimbulkan efek yang berbahaya.

Hal tersebut bisa dilakukan jika memang perdarahannya menggangu sekali. Jadi pembuluh darahnya ditutup." Alternatif penanganan lain adalah dengan ditampon. Caranya dengan memasukkan kapas ke lubang hidung. Dulu orang tua sering menggunakan daun sirih untuk mengatasi perdarahan. "Prinsipnya sama, hanya untuk menekan perdarahan. Bila ini tidak menolong, dolter biasanya memberikan tampon yang diberikan obat supaya pembuluh darahnya mengecil dan menutup." Tapi, cara ini tidak banyak membantu jika mimisan terjadi akibat adanya penyakit tertentu. "Ya, penyakit dasarnya yang harus segera diobati," tegas Kishore.

MASUK KE SALURAN PERNAFASAN

Nah, langkah apa yang bisa dilakukan orang tua mencegah terjadinya mimisan pada anak ? Pencegahan mimisan yang sering berulang karena faktor bawaan adalah mengusahakan supaya tidak terjadi perubahan suhu mendadak. Misalnya, anak pulang sekolah panas-panasan, kemudian dijemput mobil ber-AC. Sesampainya di rumah main panas-panasan lagi, setelah itu masuk lagi ke ruang ber-AC.

Selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah jangan sampai darah mimisan tersedot ke saluran pernafasan. "Kalau tersedot dan tertelan ke saluran pencernaan, sih, tidak berbahaya. Paling keluar dalam bentuk faces (buang air besar) berwarna hitam," ujar Kishore. "Karena asam lambung, maka darah yang tertelan akan berwarna hitam kala keluar." Yang berbahaya justru kalau darah tersedak ke saluran nafas. Sebab bisa menutup saluran nafas. "Tapi kejadian seperti ini memang jarang terjadi, kecuali anak dalam posisi tidur."

Dalam posisi duduk atau berdiri, darah yang keluar akan turun ke bawah. "Dalam posisi tidur pun kadang-kadang akan turun ke bawah, bukan ke tenggorokan," lanjut Kishore. Dalam keadaan sadar, kalau ada benda asing masuk ke tenggorokan, akan otomatis dikeluarkan atau ditelan ke saluran pencernaan, tidak akan masuk ke saluran nafas. "Yang berbahaya adalah jika anak dalam keadaan tidur terlentang terjadi perdarahan besar. Kemungkinan bisa menutup saluran nafas." Nah, Bu-Pak, mengingat akibatnya yang tidak kecil, sebaiknya memang tidak pernah menganggap sepele hal tersebut. Kasihan, kan, buah hati Anda pun, pasti tak nyaman mengalaminya.

YANG PERLU DIPERHATIKAN

*Hentikan perdarahan
Caranya dengan memasukkan tampon atau daun dirih ke lubang hidung. Prinsipnya, demi menghentikan perdarahan. Segera konsultasikan ke dokter bila perdarahan tetap berlangsung setelah mendapat pertolongan tersebut. *Perhatikan keadaan anak
Jika anak demam diikuti mimisan pertama, sebaiknya cepat berkonsultasi ke dokter. Sebab, keadaan ini dikhawatirkan sebagai indikasi penyakit lain yang lebih berat. *Jaga, jangan sampai terjadi perubahan cuaca yang mendadak. Karena cuaca berpengaruh sekali terhadap kemungkinan berulangnya mimisan.

Hasto Prianggoro/nakita

Daging Dan Hati Penting Untuk Kecerdasan

Daging Dan Hati Penting Untuk Kecerdasan

Di usia ini, pertumbuhan tubuh anak agak lamban karena ia tengah mengembangkan aspek kognitifnya. Jadi, ia perlu diberi makanan yang mendukung.

Memilih makanan bagi anak batita sering membuat orang tua pusing. Apalagi, anak kadang-kadang tak mau makan selain makanan kesukaannya. Rio (2,5), misalnya. Ia nggak bakalan mau makan selain hamburger kesukaannya. Akibatnya, orang tuanya pun selalu menyediakan makanan kesukaannya itu. "Daripada ia nggak makan," dalih sang ibu.

Padahal, sikap orang tua yang demikian akan membuat anak semakin menolak makanan lain dan akhirnya hanya mau makan makanan yang itu-itu saja. "Namanya juga anak-anak," ujar dr. Victor Tambunan, M.S. seraya melanjutkan, "kalau sudah merasakan makanan yang enak, maunya makan itu terus." Selain itu, cara demikian juga bisa membahayakan anak. "Jika makanan yang disukainya adalah makanan yang kandungan gizinya kurang, lama-lama bisa berakibat si anak kekurangan gizi," tukas ahli gizi dari Bagian Gizi FKUI ini.

USIA FOOD JAG

Menurut Victor, pada periode usia 1-3 tahun, anak memang tengah mengalami penurunan nafsu makan. "Jadi, wajar saja kalau anak enggak nafsu makan. Tergantung pintar-pintarnya orang tua membujuk anak supaya mau makan," katanya. Apalagi, lanjut Victor, periode usia 1-3 tahun disebut juga sebagai usia food jag , yaitu anak cuma mau makan makanan yang ia sukai. Jadi, kalau orang tua juga "mendukung", ya, enggak heran bila akhirnya anak jadi food jag .

Itulah mengapa, Victor menganjurkan, "anak sebaiknya diperkenalkan juga dengan berbagai jenis makanan yang bervariasi." Anak usia 1-3 tahun, tambahnya, sudah boleh, kok, mengkonsumi makanan seperti yang dikonsumsi orang dewasa. Cuma yang perlu dijaga, jangan berikan makanan terlalu merangsang semisal makanan pedas karena permukaan usus anak masih belum begitu kuat. "Makanan pedas akan merangsang pergerakan usus terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan iritasi. Akibatnya, anak bisa mengalami diare," jelas Victor. P

ENTINGNYA MINERAL

Secara umum, terang Victor, angka kecukupan gizi anak usia 1-3 tahun berada dalam satu kelompok. (Lihat boks Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Anak Usia 1-3 Tahun. ) Jadi, kebutuhan vitamin, mineral, dan karbohidrat anak usia 1-3 tahun itu sama. Yang perlu dipahami, anak usia 1-3 tahun tak lagi mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat sebagaimana terjadi di usia bayi. "Pertumbuhan berat dan tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan lebih pelan. Setahun kira-kira hanya bertambah 2 kilo," kata Victor.

Karena di usia 1-3 tahun, yang berkembang lebih ke arah fungsi emosi dan kecerdasan. Oleh karena itu, selain vitamin dan karbohidrat, di usia ini anak memerlukan beberapa mineral tertentu seperti zat besi, kalsium, dan juga zinc (seng). Zat besi penting untuk darah dan perkembangan kognitif. "Penelitian membuktikan, anak yang menderita defisiensi zat besi akan mengalami gangguan psikomotor, termasuk gangguan kecerdasan," jelas Victor.

Sedangkan kalsium bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan seng untuk pembentukan enzim seperti enzim pertumbuhan, pencernaan atau metabolisme. Zat besi terdapat terutama pada bahan makanan hewani seperti daging dan hati. Bila anak tak begitu suka makan daging atau hati, bisa diganti dengan makanan lain yang memiliki gizi sama seperti telur. Bisa juga diganti dengan makanan yang berasal dari nabati seperti tempe dan tahu. "Tapi memang kandungan gizinya tak selengkap daging atau hati yang berasal dari hewani," kata Victor.

Sementara sayuran seperti bayam juga mengandung zat besi tapi bukan yang baik. Karena pada bayam terdapat oksalat yang akan mengganggu penyerapan zat besi. Seng juga terdapat pada bahan makanan hewani seperti daging dan ikan, sementara kalsium bisa diperoleh dari susu. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai anak kelebihan mineral karena bisa berdampak buruk. Kelebihan seng, misalnya, bisa menimbulkan gangguan pada organ-organ tertentu seperti hati. "Kasus ini pernah dilaporkan di daerah yang kadar sengnya tinggi. Di sana setiap hari orang minum air yang berkadar seng tinggi. Lama-lama tentunya akan terjadi akumulasi," tutur Victor.

Kelebihan seng juga bisa berakibat anak mengalami over weight (kelebihan berat badan). Tapi, tak perlu khawatir, Bu-Pak. Kelebihan mineral dan juga vitamin jarang terjadi selama tak ada keadaan "istimewa". "Anak, kan, kalau makan ikan juga terbatas, misalnya," ujar Victor. "Kecuali jika orang tua menambahkan suplemen yang berlebihan, bisa saja anak mengalami kelebihan mineral dan vitamin," lanjutnya.

SELALU MAKAN BUAH

Mengenai buah, menurut Victor, segala jenis buah dapat dikonsumsi oleh anak. Tapi tentu dengan catatan, jangan buah yang terlalu merangsang seperti durian atau nanas. Semua jenis buah, terang Victor, pada dasarnya hampir sama kandungan vitamin dan mineralnya. Cuma ada yang beta karotennya (bakal vitamin A) lebih tinggi dan ada yang vitamin C-nya lebih tinggi. Misalnya, buah yang berwarna seperti jeruk atau pepaya. "Yang agak istimewa adalah buah pisang karena kandungan kaliumnya banyak. Kalium, kan, ada yang di luar sel, di dalam sel, dan di dalam darah. Nah, kalium pada pisang adalah yang diperlukan untuk fungsi sel-sel di dalam tubuh."

Kalau bisa, anjur Victor, setiap hari anak makan buah-buahan. "Tak usah takut anak akan kelebihan buah. Jikapun sampai kelebihan, nggak masalah, kok." Tapi tentu harus melihat kondisi anak. "Bila anak sedang diare, ya, jangan diberi buah yang merangsang. Lagi pula, anak biasanya, kan, juga enggak terlalu banyak mengkonsumsi buah." Pagi hari pun tak ada salahnya anak diberikan buah-buahan.

Memang, aku Victor, banyak yang bilang, kalau makan buah pagi hari akan membuat sakit perut karena perut yang kosong semalaman lalu tiba-tiba mendapatkan yang agak berserat dan asam, kan, bisa membuat perut bereaksi. "Tapi sebenarnya secara fisiologi enggak apa-apa, kok, makan buah di pagi hari. Ini cuma masalah faktor kebiasaan karena biasanya kita, kan, sarapan yang hangat-hangat. Padahal di luar negeri, orang biasa sarapan pagi dengan jus buah." Jadi, Bu-Pak, jangan percaya lagi, ya, dengan larangan makan buah di pagi hari. Justru buah sangat bermanfaat. Malah, kata Victor, kalau anak sering makan buah bisa mengurangi kebiasaan jajan, lho.

SUPLEMEN TAK DIANJURKAN

Hal lain yang harus diperhatikan ialah pemberian suplemen. Biasanya orang tua, kan, suka sekali memberikan suplemen terutama bila anaknya sulit makan. Menurut Victor, pemberian suplemen sebenarnya tak dianjurkan. Apalagi sampai rutin dikonsumsi untuk jangka waktu lama. Pasalnya, di dalam suplemen terdapat vitamin dan mineral. "Jika anak kelebihan Vitamin A yang ada dalam suplemen, misalnya, akan bisa merusak hati."

Namun begitu, bukan berarti anak tak boleh diberi suplemen. "Hanya pada keadaan tertentu saja suplemen boleh diberikan," ujar Victor. Misalnya, anak susah sekali makan untuk jangka waktu lama sehingga intake atau asupan vitamin dan mineral yang diperlukan anak jadi berkurang. "Apalagi pada balita, kan, memang ada masa dimana mereka sulit makan. Tapi itu pun tetap tak bisa untuk jangka waktu lama. Paling selama 3 bulan sudah harus dihentikan dan pemberiannya pun harus sesuai anjuran dokter atau takaran seperti yang ditunjukkan dalam tabel." Jadi, tandas Victor, bila nafsu makan anak normal, ya, enggak perlu diberi suplemen. Toh, kecukupan gizi yang dibutuhkan sudah ada dalam bahan makanan sehari-hari. Bagaimana, Bu-Pak? Sekarang sudah lebih paham, kan!

ANGKA KECUKUPAN GIZI RAT-RATA ANAK USIA 1 - 3 TAHUN

Dengan berat badan sekitar 12 kg dan tinggi 90 cm, asupan gizi yang dibutuhkan anak setiap harinya ialah: energi 1250 kkal, protein 23 g, vitamin A 350 RE, vitamin D 10 Ug, vitamin E 6 mg, vitamin K 15 mg, tiamin (vitamin B1) 0,5 mg, riboflavin (vitamin B2) 0,6 mg, niasin 5,4 mg, vitamin B12 0,5 mg, asam folat 40 Ug, piridoksin (vitamin B6) 1,0 mg, vitamin C 40 mg, kalsium 500 mg, fosfor 250 mg, besi 8 mg, seng 10 mg, iodium 70 Ug, dan selenium 20 mg.

MEMILIH JAJANAN

Kebiasaan jajan tampaknya sudah menjadi dunia anak. Namun jajan pada usia batita sebenarnya masih bisa dikontrol. Tugas orang tualah untuk mengontrolnya. "Sebaiknya jajanan dijaga jangan yang terlalu tinggi kadar karbohidrat sederhananya dan jangan terlalu berlemak. Pilihlah jajanan yang lebih banyak mengandung karbohidrat kompleksnya," anjur Victor . Yang dimaksud karbohidrat sederhana, misalnya, gula dan tepung terigu.

"Tepung terigu sekarang rata-rata tak ada seratnya lagi. Bahayanya jika anak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang terbuat dari tepung terigu dan gula adalah akan terjadi obesitas," terang Victor. Sedangkan karbohidrat kompleks ialah karbohidrat yang masih utuh. Jadi, belum mengalami pemrosesan. Misalnya, gandum yang belum diolah sehingga seratnya masih utuh. Contoh jajanan yang baik antara lain lemper dan lontong atau arem-arem. Tapi untuk anak usia batita, lemper sebaiknya tak diberikan karena terbuat dari ketan sehingga lebih susah dicerna. Lain halnya dengan lontong atau arem-arem yang terbuat dari beras.

"Nah, beras masih lebih baik daripada tepung terigu karena masih ada seratnya, sementara tepung terigu hampir dibilang seratnya nol. Ini akan cepat diabsorpsi dan kemudian diubah menjadi lemak di dalam tubuh." Mengenai fast food yang juga sering dikonsumsi anak, menurut Victor, terlalu tinggi lemak jenuhnya dan seratnya pun kurang. Karena itu, "fast food harus diimbangi dengan makan buah dan sayur." Jajanan lain yang perlu dijaga ialah es krim. "Bila setiap hari makan es krim, anak bisa over weight karena kandungan gula dan tepung yang ada di dalamnya," terang Victor. Tapi kalau makan es krimnya seminggu sekali masih boleh, kok.

Hasto Prianggoro

Hemofilia Diturunkan Dari Ibu

Hemofilia Diturunkan Dari Ibu

M eski diturunkan dan berlangsung seumur hidup, tapi tak usah khawatir. Penderita hemofilia tetap bisa hidup normal dan bahkan berprestasi. Yang penting, lakukan pengobatan secepatnya.

Tomi, 8 bulan, sedang lucu-lucunya. Ia mulai senang menjelajah isi ruangan dengan merangkak. Suatu ketika, karena kelamaan merangkak, lututnya bengkak dan membiru. Orang tuanya baru curiga ketika bengkak tersebut tak kunjung sembuh. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan Tommy menderita hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah.

Bagi kebanyakan orang, hemofilia mungkin terasa asing. Kendatipun setiap 17 April diperingati sebagai World Haemophilia Day atau Hari Hemofilia se-Dunia. Menurut catatan WHO, 1 dari 10 ribu anak lelaki di dunia menderita penyakit gangguan pembekuan darah ini. Namun begitu, penyakit ini bukan hanya menyerang anak lelaki, tapi juga anak perempuan. Pasalnya, seperti dikatakan Prof. Dr. S. Moeslichan Mz. dari Bagian Hematologi Anak FKUI-RSUPNCM, penyakit ini diturunkan dari ibu.

KERUSAKAN KROMOSOM X

Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa, kok, dari ibu? Apalagi jika si ibu ternyata bukan penderita hemofilia, melainkan suaminya yang menderita penyakit tersebut. Soalnya, pada hemofilia terjadi kerusakan kromosom X. Bukankah kromoson pada ibu adalah XX, sedangkan pada ayah adalah kromosom XY? "Jadi, hemofilia ini numpang lewat melalui ibu, lalu turun ke anak lelaki," terang Moeslichan seraya melanjutkan, "Bila turun ke anak perempuan, maka anak perempuan ini akan menjadi pembawa sifat."

Dengan demikian, bila suami penderita hemofilia sedangkan istrinya normal, maka turunnya ke anak perempuan sebagai pembawa sifat. Tentunya, karena merupakan faktor turunan, maka datangnya penyakit ini memang tak bisa dicegah. Jika si ibu merupakan pembawa penyakit, maka anak lelakinya secara otomatis akan menjadi penderita hemofilia, meskipun kemungkinannya 50 persen. "Anak perempuan dari ibu pembawa hemofilia juga 50 persen akan menjadi pembawa hemofilia."

Disamping faktor keturunan, ternyata hemofilia bisa juga terjadi lantaran mutasi. Dengan demikian, seperti dikatakan Moeslichan, "mungkin saja ayah dan ibunya tak membawa turunan hemofilia, tapi tiba-tiba ada mutasi pada si ibu sehingga si anak kemudian mengidap hemofilia." Jadi, hemofilia karena mutasi ini munculnya secara spontan. Mutasi bisa terjadi karena berbagai faktor yang terdapat di alam seperti radiasi, polusi, virus, perubahan ozon, dan sebagainya.

KEKURANGAN FAKTOR VIII DAN IX

Lebih jauh dijelaskan oleh Moeslichan, kerusakan kromosom X menyebabkan yang bersangkutan mengalami kekurangan faktor pembekuan. "Di dalam darah itu, kan, terdapat sel berbentuk kental dan bening," jelasnya seraya melanjutkan, "Pada sel berbentuk kental ada yang namanya sel darah merah untuk membawa oksigen atau tenaga, sel darah putih untuk menangkal penyakit, dan butir-butir trombosit untuk menghentikan perdarahan jika pembuluh darah bocor." Sedangkan pada sel berbentuk bening terdapat faktor-faktor pembekuan sebanyak 13.

Bila faktor I ada, maka proses pembekuan berlanjut ke faktor II, faktor III, dan seterusnya sampai faktor XIII. Nah, dua di antara 13 faktor tersebut, yaitu faktor VIII dan IX, bila salah satunya tak ada atau kurang, maka faktor selanjutnya sampai XIII akan kekurangan juga. "Jadi, bila salah satu dari faktor VIII dan IX ini kurang, maka darah tak akan bisa membeku. Inilah yang disebut hemofilia," terang Moeslichan.

Kekurangan faktor VIII disebut hemofilia A dan kekurangan faktor IX disebut hemofilia B. "Yang paling parah jika terjadi kekurangan faktor VIII atau hemofilia A," lanjutnya. Perlu diketahui, 1:16 ribu penduduk dunia menderita hemofilia. Sekitar 20 persennya adalah penderita hemofilia B. Jadi, penderita hemofilia A jauh lebih banyak ketimbang penderita hemofilia B. Padahal, justru hemofilia A-lah yang lebih parah.

KEMATIAN USIA DINI

Karena hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah, maka perdarahan akan sukar berhenti bila si penderita mengalami luka. Tak demikian halnya pada orang normal, perdarahan umumnya akan berhenti sendiri. Disamping itu, biasanya terjadi juga perdarahan di dalam otot dan sendi sehingga si penderita sukar berjalan dan merasa sakit. Ada beberapa stadium hemofilia, seperti diterangkan Moeslichan, yaitu ringan, sedang, dan berat. "Bila tak terkena pukulan keras, penderita tak apa-apa."

Tapi pada penderita hemofilia A bisa saja mengalami perdarahan spontan. Namun demikian, terlepas dari berat-ringannya, penderita hemofilia harus segera ditolong. Kalau tidak, bisa menyebabkan kematian usia dini atau cacat anggota geraknya (cripple) . "Bila mengalami kecacatan tentunya jadi beban di masyarakat, kan?" ujar Moeslichan. Karena untuk berjalan saja, si penderita tak mampu sehingga harus memakai kursi roda. Tapi bila secepatnya ditolong, "ia akan bisa segera diobati dan menjadi warga masyarakat yang tak cacat, mencapai usia yang tidak berbeda dengan warga masyarakat lain, dan mampu berprestasi," lanjutnya.

Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengalami luka dan perdarahannya tak juga berhenti, segeralah bawa ke dokter. "Harus dipikirkan kemungkinan hemofilia!" tegas Moeslichan. Apalagi selain perdarahan, bila lututnya terbentur akan membiru dan terasa kaku. Anak juga mengeluh sakit tulang, sakit sendi, dan ototnya. "Bila itu terjadi pada anak lelaki, orang tua harus mengingat kemungkinan hemofilia. Nanti dokter akan memeriksa apakah anak memang terkena hemofilia," lanjutnya.

Biasanya hemofilia sudah bisa diketahui sekitar usia 6 bulan ke atas, "karena di atas usia tersebut, anak, kan sudah mulai aktif merangkak ke sana ke mari sehingga bisa terjadi kecelakaan seperti terjatuh atau terbentur," terang Moeslichan. Nah, pada saat itulah Bapak dan Ibu harus waspada bila sang buah hati terluka namun perdarahannya tak kunjung berhenti.

PENGOBATAN SEUMUR HIDUP

Tentunya, karena hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan, maka seumur hidupnya anak akan tetap menderita penyakit ini. Tapi, toh, Bapak dan Ibu tak perlu cemas karena si kecil tetap bisa menjalani hari-harinya sebagaimana teman-teman sebayanya yang tak menderita hemofilia. Ia pun bisa berprestasi tak kalah hebat dengan anak normal. Yang penting, si kecil segera mendapatkan pengobatan. "Penderita hemofilia A diobati dengan diberikan cryopresipithate, sedangkan hemofilia B dengan fresh frozen plasma," jelas Moeslichan. Cryopresipithate adalah faktor VIII yang diambil dari darah.

"Darah dapat dipilah-pilah. Darah merah untuk pasien thalassemia, trombosit untuk pasien leukimia, dan plasma untuk pasien lever. Nah, cryopresipithate yang banyak mengandung faktor VIII untuk pasien hemofilia," lanjutnya. Namun pengobatan hemofilia tergantung juga pada berat badan dan kondisi anak. Umumnya, rata-rata penderita hemofilia A membutuhkan 4 sampai 15 kantung cryopresipithate per minggu, sedangkan penderita hemofilia B membutuhkan sekitar 2 sampai 4 kantung fresh frozen plasma.

Satu kantung cryopresipithate berisi sekitar 30 cc, sementara satu kantung fresh frozen plasma ada yang berisi 120 cc, 170 cc, atau 200 cc. Pemberian cryopresipithate dilakukan seminggu 2 kali menurut aturan dan berlangsung seumur hidup. Dengan demikian, penderita hemofilia tentunya membutuhkan banyak bantuan dari para donor. Itulah mengapa, setiap 17 April dunia memperingatinya sebagai World Haemophilia Day, sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih para penderita kepada donor yang tak mereka kenal.

Selain juga, memberikan informasi kepada para penderita hemofilia agar mau berkonsultasi ke pusat-pusat pelayanan kesehatan. Dengan Hari Hemofilia Sedunia diharapkan masyarakat luas juga bersedia menjadi donor darah sukarela. "Apalagi menurut WHO, pengobatan hemofilia di suatu negara akan seimbang dengan prestasi kerja mereka," ujar Moeslichan. Tentu saja, terlepas dari berprestasi atau tidak, kita memang punya kewajiban untuk menolong sesama, bukan?

JANGAN TERLALU PROTEKTIF KENDATI SI KECIL MENDERITA HEMOFILIA

Kebanyakan orang tua cenderung akan bersikap penuh perlindungan bila mengetahui buah hatinya menderita sesuatu penyakit tertentu yang tak bisa disembuhkan. Bahkan, ada orang tua yang sangat ketakutan sampai-sampai anak disenggol saja pun enggak boleh. Padahal, sikap demikian sungguh keliru. "Orang tua sama sekali tak dibenarkan bertindak terlalu protektif pada anak karena akan mengganggu tumbuh kembang anak," tegas Moeslichan.

Jadi, Bu-Pak, perlakukanlah buah hati Anda secara wajar. Ia berhak, kok, menikmati kehidupan ini sebagaimana anak-anak normal. Misalnya, ia boleh berolah raga namun yang sederhana semisal bersepeda atau renang. "Olah raga yang dilarang adalah tinju dan main bola karena kedua jenis olah raga ini memungkinkan untuk terjadinya benturan keras," terang Moeslichan.

Tentunya, yang terpenting ialah anak harus mendapatkan pengobatan yang terbaik agar ia bisa tumbuh sewajarnya dan berprestasi. Sebagai tindak pertolongan pertama bila ia mengalami benturan atau perdarahan ialah berikan kompres dingin lalu istirahatkan kaki/tangan atau sendi yang bengkak.

Hasto Prianggoro

Radang Otak Bisa Berakibat Fatal

Radang Otak Bisa Berakibat Fatal

Poeguh/nakita

T ergolong penyakit berat karena menyerang jaringan otak. Bagaimana mengatasinya?

I bu Syam panik ketika putri semata wayangnya mengalami panas tubuh tinggi. Tak mau ambil risiko, ia segera membawa permata hatinya ke rumah sakit. Di perjalanan, si kecil mengalami kejang-kejang. Bahkan juga mengalami penurunan kesadaran. Hal tersebut tentu saja membuat nyali Ibu Syam makin menciut. Apalagi ketika putrinya langsung dirawat di ICU dan dokter yang menangani mengatakan si kecil terkena ensefalitis. Penyakit apa ini?

"Ensefalitis atau radang otak adalah infeksi pada jaringan otak," terang Dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K), MMed, dari Sub Bagian Neurologi Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sebetulnya diagnosis ensefalitis, terang Dwi Putro, ditegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Tapi, pada prakteknya diagnosis dibuat berdasarkan gejala neurologis, seperti kejang demam dan penurunan kesadaran seperti yang dialami putri Ibu Syam.

MENYERANG JARINGAN OTAK

Bagaimana proses terjadinya peradangan otak tersebut? Yang penting terlebih dulu diketahui, penyebab ensefalitis bisa berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, cacing, protozoa, dan sebagainya. "Yang terpenting dan tersering adalah virus. Berbagai jenis virus dapat menyebabkan ensefalitis dengan gejala klinis sama," ujar Dwi Putro.

Anak yang terkena infeksi lain, seperti cacar, gondongan, campak, atau TB, kemungkinan akan pula terkena ensefalitis. "Setelah masuk ke dalam tubuh, virus atau kuman akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Jika akhirnya virus menyerang jaringan otak, maka akan terjadi kerusakan otak." Sementara sel-sel syaraf termasuk sel otak sangat sulit beregenerasi. Akibatnya daya kemampuan otak pun berkurang. Nah, karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung bagian otak mana yang terkena. "Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai susunan syaraf pusat, sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Kalaupun sembuh, angka kecacatannya juga cukup tinggi," ujar Dwi. Angka kematian penderita ensefalitis 30-50 persen. "Sisanya bisa selamat. Tapi dari yang selamat, 20 sampai 40 persen diantaranya akan mengalami kecacatan."

Cacatnya bisa macam-macam, dari gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kelumpuhan, anak jadi kurang cerdas, gangguan emosi, gangguan tingkah laku, dan sebagainya. Ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan. Artinya jika bagian pusat pendengaran yang terkena, kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya pun tergantung pada kerusakannya.

TIGA GEJALA UMUM

Ensefalitis memang paling sering menyerang anak usia 2 bulan sampai 2 tahun. Tapi, bukan tidak mungkin menyerang anak yang lebih besar. Terbukti, di beberapa rumah sakit besar, seperti RSCM cukup sering menangani kasus ensefalitis pada anak di atas usia balita. Yang penting diketahui, Bu- Pak, gejala ensefalitis yang umum ada tiga (trias), antara lain infeksi, baik akut maupun sub akut, kejang-kejang, dan kesadaran menurun. Memang tidak ada waktu tertentu kapan anak akan mengalami gejala trias tadi.

Pada beberapa anak mungkin mula-mula hanya mengalami gangguan ringan, tapi kemudian mengalami koma. Pada anak lain mungkin diawali dengan demam tinggi, kejang-kejang hebat diselingi gerakan-gerakan aneh. "Kadang-kadang ada anak yang langsung panas tinggi, tetapi ada yang baru pada hari kedua mengalami panas tinggi," ujar Dwi. Umumnya gejala-gejala awal penyakit ini, seperti diutarakan Dwi menyerupai penyakit sistemis akut yang sukar dibedakan. Selain panas tinggi, biasanya anak cenderung rewel, enggak mau menyusu atau makan, kadang-kadang dibarengi mual dan muntah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang timbul sakit kepala. Yang sulit diketahui adalah saat masuknya virus ke dalam jaringan otak tersebut. Sesungguhnya, terang Dwi, begitu masuk ke dalam tubuh, virus akan berantem dulu dengan tubuh.

"Kalau tubuh kalah, maka virus akan berkembang biak dengan cepat, termasuk ke jaringan otak. Nggak sampai satu hari bisa timbul panas tinggi dan kejang-kejang, dan dalam beberapa jam sudah bisa terjadi penurunan kesadaran." Jadi, memang sebaiknya Bapak dan Ibu selalu waspada jika putra-putrinya mengalami panas tinggi. Apalagi jika gejala trias muncul; panas tinggi, kejang-kejang dan penurunan kesadaran. Jangan ambil risiko, segeralah bawa anak ke rumah sakit untuk dirawat. "Tak bisa ditawar. Bahkan, sebaiknya anak dirawat di ICU," tegas Dwi.

]Tapi, ingat ya Bu-Pak, tindakan tersebut tidak berarti sama sekali bisa mencegah serangan penyakit ensefalitis. Hanya saja, mengingat gejala ensefalitis yang berlangsung demikian cepat, tentu akan memudahkan penanganan sehingga bisa meminimalkan keparahan yang akan terjadi. "Umumnya yang datang ke rumah sakit sudah berstadium berat karena pasien datang terlambat. Mungkin saat ada keluhan demam dan kejang, anak belum dibawa ke dokter. Baru ketika mengalami penurunan kesadaran, anak dibawa ke dokter." Sementara penanganan penderita ensefalitis memang sangat tergantung stadiumnya. "Jika masih ringan dan kondisi fisik anak bagus, mungkin bisa sembuh." Jadi, tegas Dwi, jika ketiga gejala ini muncul, sebaiknya harus dipikirkan kemungkinan ensefalitis. Barangkali bila anak hanya demam dan kejang, orang tua masih boleh menduga anak hanya kejang demam saja; mungkin belum perlu memikirkan ke arah proses di serebral (otak).

"Tapi jika sudah sampai terjadi penurunan kesadaran, kita harus memikirkan kemungkinan radang otak maupun radang selaput otak." Memang gejala trias tadi tidak mutlak berarti ensefalitis. Penyakit lain yang memiliki gejala sama adalah meningitis (radang selaput otak). "Karena itu anak harus segera dirawat, diperiksa, dan diobservasi apakah ia terserang radang, radang selaput otak atau penyakit lain."

RANGKAIAN PEMERIKSAAN

Selama dirawat, baik saat di ICU atau rawat inap biasa, anak akan menjalani berbagai pemeriksaan antara lain dengan lumbalfungsi (mengambil cairan dari sumsum tulang belakang). Kemudian dilakukan pemeriksaan darah. "Darah diambil dan dilakukan biak atau kultur darah untuk melihat penyebabnya. Sayangnya, virus di dalam darah tersebut cepat hilang, sehingga sulit mendapatkan virus atau kumannya."

Padahal dengan mengetahui penyebabnya akan sangat memudahkan penanganan selanjutnya. "Sayangnya kebanyakan virus sulit diidentifikasi, bahkan lebih dari 50 persen kasus ensefalitis tak diketahui penyebabnya. Karena itu secara umum pengobatan ensefalitis dilakukan secara symptomatic, " lanjut Dwi.

Artinya, jika penyebabnya kuman TB, kita obati TB-nya. Kalau penyebabnya virus yang lain, penanganannya lain lagi. Kecuali itu, anak pun akan mengalami pemeriksaan dengan elektroensefalografi (EEG); dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi neuron. Biasanya perlu juga dilakukan CT Scan untuk mengetahui kerusakan di otak. Bahkan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut akan terus dilakukan tergantung pada gangguan yang kemudian ditimbulkan. Semisal, dari hasil CT Scan menunjukkan adanya gangguan pada pusat pendengaran. Nah, untuk mengetahui seberapa jauh gangguannya dilakukan pemeriksaan Brain Evoked Response Audiometry (BERA).

MEMINIMALKAN GEJALA SISA

Mengingat gejala sisa yang tidak kecil dari ensefalitis, pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Salah satunya dengan imunisasi, seperti MMR atau HiB. "Selain itu bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh. Status gizi harus baik, sehingga daya tahan tubuh akan bisa mengantisipasi kemungkinan ensefalitis." Tapi, tentu saja tingkat keberhasilannya tidaklah 100 persen karena serangan virus bisa berulang. "Penyebabnya mungkin saja jenis virus yang menyerang berbeda dari sebelumnya, atau virusnya lebih ganas. Bisa juga saat virus menyerang, daya tahan tubuh sedang lemah."

Tapi, justru jangan diartikan orang tua lantas menyerah begitu saja bila anak terkena ensefalitis. Berbagai terapi "penyembuhan" berikutnya justru harus diupayakan. Caranya, lanjut Dwi, dengan mengidentifikasi kemungkinan cacat yang akan ditimbulkan. Angka kecacatannya kan cukup tinggi. "Penanganannya dengan rehabilitasi. Karena yang diserang otak, maka prinsipnya tergantung bagian otak mana yang rusak." Bila bagian pendengaran yang terkena, mungkin proses pendengarannya yang terganggu; bisa salah satu atau kedua telinga; bisa rendah atau parah. Bila bagian motorik yang kena, mungkin saja anak jadi lumpuh.

"Bisa juga mengenai pendengaran, motorik, dan penglihatan sekaligus, misalnya." Dengan adanya kemungkinan gangguan pertumbuhan fisik maupun mental, orang tua kiranya perlu bersabar menghadapinya. Karena, Bu-Pak, kunci keberhasilan justru di tangan Bapak dan Ibu dalam merawat anak yang memiliki kelainan tersebut. Riesnawiati/Hasto Prianggoro

TERAPI ANAK "ISTIMEWA"

Ada beberapa terapi yang harus dijalani anak-anak yang terkena ensefalitis. Tapi, pelaksanaan terapi tergantung pada gejala sisa yang timbul. Yang jelas, terang dr. Dwi Putro, Sp.A(K), MMed., semua usaha diarahkan untuk mengarahkan dan melatih kemampuan otaknya supaya bisa mendekati kemampuan anak normal yang sebaya.

Bisa jadi semuanya harus dijalani, bisa jadi hanya sebagian. Sebaiknya orang tua mengkonsultasikan hal ini dengan dokter yang menangani anak. Yang jelas, berbagai terapi yang menstimulasi otak diharapkan dapat mengurangi kecacatan yang mungkin timbul. Semisal, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan sebagainya.

Riesnawiati/Hasto

Omega-3 Tak Menjamin Cerdas

Omega-3 Tak Menjamin Cerdas

U ntuk jadi cerdas, si kecil perlu mendapat banyak rangsangan. Lagi pula, bila Omega-3 di konsumsi tak seimbang dengan Omega-6 dan zat gizi lainnya, hasilnya malah membahayakan.

Saat ini, di pasaran semakin banyak dijumpai produk makanan bayi, baik susu maupun makanan tambahan, yang berlabel "Plus Omega-3" atau "Plus DHA". Konon, Omega-3 dan DHA bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan bayi. Sebenarnya, apa, sih, yang dimaksud Omega-3 dan DHA?

"Omega-3 itu nama umum asam alfa-linolenat sedangkan DHA merupakan senyawa turunan dari alfa -linolenat," jelas Mohamad Harli . Yang dimaksud Omega adalah nama kelompok asam lemak tak-jenuh majemuk berantai panjang (polyunsaturated fatty acids, PUFA) dengan panjang rantai karbon dari 18-22 (C18-22). Selain Omega-3, masih ada 2 macam Omega lagi, yaitu Omega-6 (asam linoleat ), dan Omega-9 (asam oleat ).

Namun, dari ketiga Omega tersebut, yang utama hanyalah Omega-3 dan Omega-6 karena merupakan asam lemak esensial dan sangat diperlukan oleh tubuh. "Sayangnya, tubuh manusia tak membentuk asam lemak esensial, sehingga harus dipasok dalam bentuk yang terdapat pada makanan atau bisa ditambahkan pada makanan tertentu," lanjut Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga dari IPB ini. H

ARUS SEIMBANG

Omega-3, terang Harli, akan diproses menjadi tiga bentuk senyawa aktif, yaitu asam lemak DHA (dokosaheksaenoat ), EPA (eikosapentaenoat ), dan LNA (asam alfa-linolenat). Sedangkan Omega 6 menghasilkan senyawa aktif asam lemak LA (linoleat ) dan asam lemak AA (arakhidonat ). Bila diibaratkan kue, Omega-3 dan Omega-6 adalah tepung, telurnya atau bahan dasar pembuat kue. Sedangkan bentuk jadinya atau kuenya adalah DHA, EPA, LNA, LA, dan AA. Sementara proses pembuatannya, seperti mengaduk, mencampur, dan lainnya, adalah proses di dalam tubuh yang disebut elongase dan desaturase.

"Asam-asam lemak esensial dan turunannya ini mempunyai fungsi sendiri-sendiri dan saling bekerja sama satu sama lain demi keseimbangan. Oleh karena itu, pasokannya dari makanan juga harus seimbang," jelas Harli. Bila hanya salah satu senyawa saja yang diutamakan, misalnya DHA saja, akibatnya akan merusak keseimbangan dalam tubuh dan akan mengganggu proses biokimia lainnya. DHA, jelas Harli lebih lanjut, bila dalam jumlah seimbang akan memiliki peranan menyehatkan peredaran darah karena mekanisme kerja DHA adalah melebarkan pembuluh darah dan menghambat penggumpalan darah.

"Tapi kalau kelebihan, malah akan membuat darah terlalu encer. Akibatnya, ketika diperlukan penggumpalan atau pembekuan darah seperti saat tengah menjalani operasi, maka darah jadi sulit menggumpal." Celaka, kan! Selain itu, tak berbeda jauh dengan efek susu formula secara umum, kelebihan DHA juga dapat membuat kegemukan pada bayi. "Memang, bayi yang menyusu ASI juga akan menjadi gemuk namun tak berlebihan alias normal. Hal ini disebabkan, ketika ia banyak bergerak, berat badannya akan cepat menyusut," jelas Harli.

Tak demikian halnya dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula, "gemuknya tak sehat seperti gemuk berair dan itu bisa berlanjut terus hingga dewasa bila tak diwaspadai dan dikontrol konsumsinya." Itulah mengapa, Harli menganjurkan agar susu formula ditambahi DHA harus dikonsumsi sesuai petunjuk/aturannya.

TAK MENJAMIN CERDAS

Memang, diakui Harli, DHA mempunyai manfaat besar bagi proses tumbuh kembang sel-sel otak dan retina janin maupun bayi. "Senyawa ini diperlukan dalam proses pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan sel-sel otak serta saraf sejak masa pembentukan janin hingga anak berusia 2 tahun." Jadi, kekurangan DHA pada saat-saat tersebut akan ditandai dengan rendahnya kemampuan kognitif dan intelektual anak. Tapi bukan berarti DHA lalu menjadi sangat super. "Karena dalam proses tumbuh kembang sel-sel otak pada bayi, DHA sebenarnya tak bekerja sendiri, seperti zat gizi kalori-protein, mineral yodium, zat besi, vitamin A," jelas peneliti Omega-3 di daerah Magelang tahun 1994-1997 ini.

Selain itu, kecerdasan pun sebenarnya dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya ialah rangsangan dari lingkungan. "Justru 90 persen aspek kecerdasan seseorang ditentukan oleh pengalaman hidupnya," ujar Harli. "Walaupun bahan dasarnya bagus, artinya zat gizinya cukup, namun bila bayi tak dirangsang dengan lingkungan yang menunjang dan menantang proses berpikirnya, maka akan percuma saja," lanjutnya.

Misal, seorang bayi yang bergizi baik tapi karena terlalu dilindungi oleh orang tuanya, bisa saja ia kemudian jadi penakut terhadap lingkungan sehingga perkembangan kecerdasannya pun terhambat. Jadi, Bu-Pak, selain tersedia materi dasar berupa sel-sel otak yang optimal, kecerdasan tetap harus dirangsang dengan berbagai pengalaman lingkungan setelah bayi lahir.

Lagi pula, berdasarkan penelitian tak ada perbedaan dampak yang nyata terhadap psikologis bayi antara yang mengkonsumsi susu formula dengan DHA dan tanpa DHA. "Baik tingkat kecerdasannya, mental, maupun psikomotoriknya tak berbeda, kok, bila lingkungannya mendukung masa-masa perkembangan sang anak," ujar Harli. Hal ini disebabkan turunan Omega-3 dan Omega-6 dapat diolah tubuh sesuai keperluannya, asalkan bahan baku atau prekusornya berupa asam linoleat dan linolenat dari makanan sudah ada.

"Jadi, bila sebuah merek susu formula yang tak mencantumkan DHA namun dalam kandungannya terdapat asam lemak esensial berarti susu itu tak lebih jelek dari susu dengan DHA," tandas Harli. Pendeknya, baik susu formula dengan ataupun tanpa DHA, apabila dikonsumsi oleh bayi sehat, maka hasilnya akan sama. Yang beda cuma harga susunya, kok, Bu-Pak, jadi lebih mahal karena ada tambahan DHA-nya. Iya, kan!

Faras Handayani

Keringet Buntet

Keringet Buntet

Sering, kan, bayi mengalaminya? Tapi, tak usah panik, Bu-Pak, karena bisa disembuhkan. Yang penting, hindari faktor pencetusnya.

Keringet buntet alias biang keringat merupakan kelainan kulit yang disebabkan tersumbatnya kelenjar keringat. Karena ada istilah "tersumbat" inilah makanya orang awam kerap menyebut biang keringat sebagai keringet buntet. Bagian tubuh yang diserang adalah daerah kepala, punggung, dada, dan bahkan muka. Maklumlah, hampir semua anggota tubuh manusia mengandung kelenjar keringat, kecuali mulut.

Sejak manusia lahir, terang dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, sudah memiliki kelenjar keringat dan jumlahnya tak akan berubah karena tak ada penambahan. "Hanya pada bayi fungsi kelenjar keringatnya belum berjalan sempurna sehingga bayilah yang lebih kerap mengalami sumbatan kelenjar keringat." Itulah mengapa, biang keringat lebih umum ditemukan pada bayi.

BAJU DAN VENTILASI

Tapi, bukan berarti setiap bayi akan mengalami biang keringat, lo. Banyak juga, kok, bayi yang tak mengalaminya. Bukan lantaran bayi yang satu lebih rentan dengan biang keringat dibanding bayi lainnya, melainkan perawatan kulitnya. "Jika kulit bayi dirawat dengan baik, biang keringat juga tak akan terjadi, kok," ujar Ari.

Apalagi, tambahnya, biang keringat sebenarnya mudah dihindari. Misalnya, dengan memakaikan baju dari bahan yang menyerap keringat. Bahan katun bisa menjadi salah satu alternatif. Tapi modelnya jangan terlalu ketat, lho. Kalau modelnya ketat, meskipun bahannya katun, tetap saja akan mudah keringatan. Tapi kalau longgar, kan, lebih nyaman. Tentunya, ventilasi ruangan juga harus diperhatikan agar sirkulasi udaranya bagus.

"Nah, inilah prinsip-prinsip dasar mencegah dan mengobati tahap pertama biang keringat," tukas Ari. Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengalami biang keringat segeralah cari faktor pencetusnya, apakah karena pakaiannya yang tak tepat ataukah ventilasinya kurang. Bila keduanya sudah baik namun masih terjadi biang keringat, "bisa jadi karena kelalaian sang ibu atau pengasuhnya," tandas Ari. Misalnya, saat bayi berkeringat banyak dan bajunya basah tak langsung diganti bajunya dan dikeringkan badannya. Hal ini juga memicu terjadinya biang keringat, lho.

BEDAK GATAL

Biasanya para ibu akan memberi bedak tabur bayi di daerah yang terkena biang keringat. "Enggak apa-apa, kok, karena fungsi bedak, kan, untuk menyerap sisa kelembaban sehingga kulit jadi kering kembali," kata Ari. Juga, tak usah khawatir kulit si kecil akan bertambah kering dan bersisik dengan digunakannya bedak tabur. "Tanpa diberi bedak pun, pada dasarnya kulit dengan biang keringat sudah seperti bersisik kasar karena bentuknya yang bintil-bintil kecil berisi air.

Lagi pula, dalam waktu singkat juga akan dibuang bersama pengelupasan kulit karena letaknya sangat dangkal," terangnya. Bisa juga digunakan bedak khusus untuk mengatasi biang keringat yang dijual di pasaran, terutama bila biang keringatnya tetap membandel. "Bedak-bedak tersebut biasanya mengandung zat tambahan untuk mengurangi rasa gatal. Namun tak apa, karena prinsip pengobatan biang keringat hanya symptomatic atau mengurangi gejalanya saja. Selain itu, tentunya para produsen pun sudah memperhitungkan bahan-bahan yang aman bagi bayi."

Adapun bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi rasa gatal biang keringat ialah calamine dan mentol. "Kedua bahan ini aman untuk bayi," ujar Ari. Tapi tentu yang namanya individual cases atau exceptional cases pasti ada. Misalnya, bayi A ternyata tak cocok pakai bedak biang keringat. "Mungkin ia rentan karena usia yang lebih muda. Bukankah usia muda memang lebih mudah mengalami iritasi?"

Nah, kalau sudah demikian berarti sudah menjadi tugas dokter. Serahkan juga pada dokter bila biang keringat akhirnya menjadi infeksi sekunder yang biasanya kerap terjadi pada biang keringat tipe dua"Karena gatal, maka anak-anak kerap menggaruknya sehingga terjadi infeksi sekunder. Bintil-bintil yang berwarna merah tersebut akan berisi nanah," tutur Ari. Biasanya dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antibiotik.

HATI-HATI JAMUR

Yang perlu diperhatikan, ujar Ari, jangan sampai orang tua keliru mengira biang keringat padahal sebenarnya jamur. "Ini sering terjadi, lo. Orang tua mengeluh, biang keringatnya, kok, enggak sembuh-sembuh. Sewaktu diperiksa baru ketahuan itu bukan biang keringat, melainkan jamur," tuturnya. Oleh karena itu, anjurnya, sebaiknya orang tua yang sudah mencoba obat-obatan biang keringat memperhatikan bentuk hasil uji cobanya. Apalagi, sering terjadi kulit bayi tetap tak membaik meskipun sudah dicoba berbagai obat gatal.

"Sebaiknya bawa ke dokter terdekat untuk memastikan apakah benar biang keringat atau jamur. Karena orang awam mungkin sulit membedakan jamur dengan biang keringat. Mereka hanya lihat bintil-bintil merah. Tapi kalau dokter, pada umumnya dengan melihat sepintas bisa membedakan ini jamur atau biang keringat." Begitu pun bila bayi mengalami bruntusan merah di daerah kelamin.

"Itu bukan biang keringat karena tak ada pengaruhnya antara BAK dengan biang keringat. BAK merupakan fungsi sekresi yang berhubungan dengan saluran kemih, sedangkan biang keringat adalah sumbatan kelenjar keringat," terang Ari. Begitu juga bila bokong bayi mengalami bintil-bintil erah, "urusannya bukan pada biang keringat tapi lebih ke ruam popok."

Bagaimanapun, memang lebih aman diperiksakan dulu ke dokter baru kemudian diobati. Bukan begitu, Bu-Pak?

TIPE BIANG KERINGAT

Berdasarkan kedalaman sumbatannya, biang keringat dibagi dalam 3 tipe, yaitu:

* Tipe Pertama

Sumbatan terjadi di permukaan lapisan jangat atau lapisan tanduk sehingga lokasinya dangkal sekali. Biang keringat tipe inilah yang paling umum dan sering terjadi. Gejalanya, pada kulit tubuh bayi yang sering keringatan akan tampak mengelupas, kering, dan kasat. Gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya udara. "Biang keringat tipe ini ditandai bintik-bintik berisi air kecil-kecil dan akan mudah pecah sendiri karena lokasinya yang masih dangkal sekali," terang Ari.

* Tipe Dua

Lokasi sumbatan di bagian lapisan jangat yang lebih dalam. Selain kulit menjadi bruntusan merah, juga disertai rasa gatal. Itulah mengapa, biang keringat tipe ini irritable atau mengganggu. Bayi yang mengalami biang keringat tipe dua akan menjadi rewel akibat rasa gatal. "Orang tua biasanya akan mengeluh pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tak nyenyak, dan lainnya. Ini bisa dijadikan indikator rasa gatal pada bayinya mengingat bayi belum bisa bicara," tutur Ari. Tak ada tanda lain semisal panas karena biang keringat bukan penyakit infeksi. Kita hanya bisa melihat reaksi tubuh yang membuat bayi jadi gatal. "Bila ibu merawat sendiri bayinya, maka biang keringat bisa cepat ketahuan karena naluri juga berperan besar," lanjut Ari.

* Tipe Tiga

Sumbatan terjadi di subkutis yang letaknya di bawah lapisan jangat. Jadi, sumbatannya lebih dalam dibanding tipe dua. Biasanya tipe tiga terjadi di daerah-daerah yang suhunya sangat panas. Walaupun Indonesia termasuk negara tropis, namun biang keringat tipe tiga jarang terjadi. "Mungkin faktor angin sangat mempengaruhi sehingga suhu di Indonesia tak terlalu panas. Lain halnya dengan negara lain yang suhunya mungkin mencapai 40 derajat Celcius," tutur Ari. Biang keringat tipe tiga ditandai bintil-bintil pada kulit dan bila diraba akan terasa agak keras. Bintil-bintil ini sekilas mirip jerawat batu.

LEBIH AMAN BEDAK TABUR KETIMBANG BEDAK KOCOK

Selain dalam bentuk bedak tabur, di pasaran juga dijual pengurang rasa gatal dalam bentuk bedak kocok, krem, dan salep. Menurut Ari , pada prinsipnya sama saja karena bahan-bahan yang ditempelkan di kulit bisa dalam berbagai bentuk. Hanya saja, semakin kental atau semakin berbentuk salep, maka akan semakin lekat. "Bedak tabur kalau ditempelkan di badan tentu fungsi lekatnya kurang. Lain dengan bedak kocok yang ditambahi cairan tertentu sehingga lebih melekat ke badan," terang Ari. Cuma, seringkali bedak kocok ada tambahan alkoholnya sehingga pada beberapa orang bisa menimbulkan iritasi bila digunakan. Jadi, Bu-Pak, silakan pilih mau bentuk yang mana. Tapi kalau mau lebih aman dan nyaman, sih, pilihlah bentuk bedak tabur seperti dianjurkan Ari. "Kecuali bila biang keringatnya agak berat, barulah gunakan bedak kocok." Tapi, ya, itu tadi, karena ada alkoholnya, pada beberapa orang, kulitnya akan kelihatan lebih kering setelah pengobatan.

Faras Handayani

Telinga Bau

Telinga Bau

Putra pertama saya berusia lima bulan. Ia lahir normal dengan BB 3,3 kg dan PB52 cm. April lalu saat ia empat bulan BB-nya 7,5 kg dengan PB 63 cm. Kelebihan ya Dok? Saat ini ia cuma minum ASI dan susu formula di siang hari karena saya tinggal. Kemudian telinga anak saya bau. Yang sebelah kanan lebih bau daripada yang sebelah kiri. Padahal sudah sering saya bersihkan, hampir setiap hari. Tapi kok baunya tidak mau hilang. Kotorannya juga berbentuk gumpalan basah dan berwarna kuning.

Kenapa ya, Dok? Apa ia terkena radang telinga? Berbahaya atau tidak? Ia suka menggaruk bagian belakang telinganya saat mau tidur.Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.

Lyra ­ via email

Saya sering menjumpai ibu-ibu yang mengeluhkan telinga anaknya bau, meskipun jika diperiksa tidak ada apa-apa. Biasanya baunya tidak menyengat dan agak "apek". Sepanjang tidak ada tanda-tanda infeksi mungkin tidak jadi masalah. Jangan membersihkan liang telinga bayi (bagian dalam). Hal ini dapat menimbulkan luka lecet kecil dan juga malah akan merangsang produksi kotoran telinga. Bersihkan saja bagian luarnya dan nanti kotoran dari dalam akan keluar sendiri. Banyak juga bayi yang suka menggaruk telinganya, hal ini tidak bermasalah. Namun, ada baiknya si kecil diperiksakan ke dokter anak untuk memastikan apakah ada tanda tanda infeksi pada telinganya.

Si Kecil Alergi?


Foto: Getty Images

Banyak mitos dan pertanyaan seputar alergi pada anak. Manakah yang benar?

Pertanyaan seputar alergi pada anak memang kerap menghantui para Ibu dan calon Ibu. Mulai bagaimana mengetahui gejalanya, apakah bisa disembuhkan, hingga bisakah teridentifikasi dari masalah alergi Ibu ketika mengandung.

Agar lebih jelas mengenai alergi pada anak (batita), berikut tanya-jawab yang dihimpun seputar alergi.

1 . Orang awam kerap mengatakan “bayi saya alergi susu”. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan alergi susu?

Alergi susu diartikan bila minum susu timbul reaksi alergi, biasanya mengenai kulit berupa eksim atopi yang disebut dermatitis atopi.

Alergi susu juga dapat mengenai bayi hingga dewasa. Memang, memberikan pengganti berupa susu kedelai adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan pada anak dengan alergi susu, namun itu bukan satu-satunya solusi. Bisa juga dengan mengganti susu formula dengan susu yang dihidrolisis misal, Nan HA.

2 . Bahan apa dalam susu yang menyebabkan alergi?

Bahan dalam susu yang menyebabkan alergi adalah proteinnya.

3 . Apakah ASI dapat saja menjadi penyebab alergi susu dan harus dihentikan?

ASI dapat saja menjadi penyebab alergi, oleh karena itu Si Ibu harus diet terhadap makanan yang sering menyebabkan alergi, seperti susu, telur, makanan laut, vetsin, dan makanan lain yang dicurigai.

4. Gejala apa yang bisa dikenali bila anak menderita alergi khususnya makanan?

Gejala umunya, berupa gatal-gatal pada kulit yang disebut dermatitis atopi atau biduran/kaligata yang disebut urtikaria. Namun dapat juga mengenai saluran napas berupa asma.


Si Kecil Alergi? (2)

Foto: Agus Dwianto

5 . Benarkah pada ibu yang memiliki riwayat alergi makanan, terutama pada saat hamil menjadi alergi pada makanan tertentu, anaknya akan menderita alergi pada bahan makanan yang sama?

Belum tentu. Bisa ya, bisa juga tidak. Alergi memang dapat diturunkan secara genetik, tetapi jenis alerginya tidak harus sama, bisa saja ibunya alergi makanan tertentu, anaknya menderita asma atau pilek alergi, atau juga anaknya alergi makanan yang sama jenisnya dengan ibu, tetapi bisa juga berbeda, misalnya anaknya alergi udang, ibunya alergi bukan udang.

6 . Bila anak sudah pernah (terbukti) alergi terhadap produk susu, bisakah Ibu memberikan makanan mengandung susu seperti biskuit, pancake , bubur susu dsb?

Tidak bisa, harus dihindari. Jika anak terbukti memiliki alergi terhadap susu sebaiknya bukan hanya menghindari susu, tetapi harus menghindari produk susunya juga.

7 . Bisakah ibu mencegah anak mewarisi bakat alergi ibu?

Genetik tidak dapat dicegah, tetapi dihindari. Bila orang tua telah diketahui memiliki riwayat alergi dan anak sudah pernah menunjukkan gejala alergi, sebaiknya hindari saja bahan-bahan yang menimbulkan reaksi alergi.

8 . Bahan makanan apa saja yang bisa memicu alergi pada batita?

Alergi pada batita dapat berupa alergi terhadap: susu, telur, kacang, makanan laut/seafood , dan minyak ikan.

9 . Bisakah alergi disembuhkan, atau harus bagaimana bila ibu sudah mengetahui anak punya alergi terhadap bahan makanan tertentu?

Alergi tidak dapat disembuhkan, tetapi dikontrol. Alergi dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor genetik yang tidak bisa di-apa-apakan, dan faktor lingkungan yang harus dikontrol.

Jadi alergi dapat diketahui dari pengalaman pasien dan kita dapat melakukan tes alergi melalui uji tusuk kulit atau skin prick test , dan pemeriksaan darah IgE Atopi untuk mengetahui faktor pencetus. Dengan demikian pasien dapat mencegah kambuhnya penyakit alergi dengan cara menghindari penyebabnya.

10 . Usia berapa anak bisa menjalani tes alergi dan bagaimana prosedurnya?

Tes alergi berupa uji tusuk kulit sudah dapat dilakukan pada usia 1 tahun, kurang dari satu tahun juga bisa, hanya saja bayi tersebut belum banyak paparannya, sehingga umumnya dilakukan pada anak usia diatas 1 tahun.

Prosedurnya adalah tidak minum anti alergi atau anti histamin 3 hari sampai dengan 1 minggu (tergantung jenis anti histaminnya). Hal ini untuk menghindari hasil negatif palsu.

Uji tusuk kulit pada anak 1 tahun sering dilakukan di paha, pada usia batita hingga dewasa biasanya dilakukan pada lengan bawah. Alergen ditetes di lengan bawah, kemudian tiap alergen yang ditetes, ditusuk dengan jarum khusus, lalu didiamkan 15 menit untuk menuggu reaksi yang muncul, setelah itu di lap dengan tisu dan tes siap dibaca. Reaksi positif dinyatakan dengan timbulnya bentol yang berukuran diameter minimal 3 mm.

Laili Damayanti

Nara sumber: Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM.

Penyebab dan Penanganan Kram Kaki

Penyebab dan Penanganan Kram Kaki


kram kakiKram kaki adalah nyeri akibat spasme otot di kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis di bawah dan belakang lutut. Nyeri kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi.

Kram kaki biasanya terjadi saat kita beristirahat, bahkan mungkin sedang tidur. Orang tua lebih sering terkena kram daripada orang muda. Pada beberapa orang tua, kram bahkan bisa terjadi setiap hari.

Penyebab

Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik). Sementara ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk kontraksi. Hal ini terjadi saat kita tidur dengan posisi dengkul setengah ditekuk, dan telapak kaki sedikit mengarah ke bawah. Pada posisi ini otot betis agak tertekuk dan mudah terkena kram. Itulah mengapa gerakan pelenturan sebelum tidur dapat mencegahnya.

Pada beberapa kasus, kram mungkin terjadi karena masalah atau kondisi lainnya, misalnya:

  • Beberapa jenis obat dapat memberikan efek samping berupa kram. Golongan obat ini antara lain: diuretik, nifedipine, cimetidine, salbutamol, statins, terbutaline, lithium, clofibrate, penicillamine, phenothiazines, dan nicotinic acid.
  • Dehidrasi
  • Ketidakseimbangan zat garam dalam darah (misalnya, kadar kalsium atau potasium terlalu rendah)
  • Kehamilan, terutama pada trimester akhir
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif
  • Penyempitan arteri kaki yang menghambat sirkulasi
  • Gangguan saraf
  • Sirosis hati

Pada kondisi di atas, kram hanyalah satu dari beberapa gejala lainnya. Bila tidak ada gejala lain, kemungkinan besar kram bersifat idiopatik dan bukan karena kondisi di atas.

Penanganan

Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram. Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja. Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram.

Pencegahan

  • Beritahu dokter bila kram kemungkinan disebabkan oleh konsumsi salah satu obat di atas. Dokter dapat memberikan obat alternatif.
  • Minum setidaknya enam gelas penuh setiap hari, termasuk satu gelas sebelum tidur. Juga perbanyak minum sebelum, selama dan setelah berolah raga.
  • Konsumsi makanan yang kaya kalsium, potasium dan magnesium. Makan satu atau dua buah pisang sehari sudah cukup memenuhi kebutuhan potasium Anda.
  • Bila Anda sering mengalami kram saat tidur, lakukan gerakan pelemasan pada otot-otot betis sebelum tidur. Caranya adalah dengan berdiri sekitar 60-90 cm dari dinding, lalu condongkan badan ke arah dinding dengan telapak kaki tetap di tempat. Lakukanlah beberapa kali. Anda mungkin perlu beberapa hari melakukannya sampai efeknya terasa.
  • Tidurlah dengan posisi yang mencegah otot betis Anda tertekan tanpa disadari:
    • Gunakan bantal untuk menyangga telapak kaki saat Anda tidur telentang.
    • Bila Anda tidur tengkurap, posisikan telapak kaki menggantung di ujung kasur.
    • Usahakan selimut tetap longgar di bagian kaki agar jari-jari dan kaki telapak tidak menghadap ke bawah saat tidur.