Wednesday, July 30, 2025

Anjuran Membaca Ayat Kursi di Hari Jumat.

 

Judul: Anjuran Membaca Ayat Kursi di Hari Jumat

Intisari Bahasan: Membaca Ayat Kursi secara rutin, khususnya 12 kali di pagi hari Jumat sebelum sholat Subuh, memiliki keutamaan yang agung dalam perlindungan dari setan, mendapatkan pahala khataman Al-Qur'an, dan kelak akan dianugerahi mahkota cahaya di Hari Kiamat. Buku ini membahas ayat Kursi dari berbagai aspek: teks dan terjemahan, tafsir mendalam, hikmah spiritual, serta nasihat dari para tokoh sufi besar.


1. Ayat Kursi

Teks Arab: الله لا إله إلا هو الحي القيوم لا تأخذه سنة ولا نوم له ما في السماوات وما في الأرض من ذا الذي يشفع عنده إلا بإذنه يعلم ما بين أيديهم وما خلفهم ولا يحيطون بشيء من علمه إلا بما شاء وسع كرسيه السماوات والأرض ولا يؤوده حفظهما وهو العلي العظيم

Latin: Allahu laa ilaaha illaa Huwal-Hayyul-Qayyuum. Laa taakhudzuhuu sinatuw wa laa nawm. Lahu maa fissamaawaati wa maa fil-ardh. Man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi-idznih. Ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bisyai'im-min 'ilmiihii illaa bimaa syaa-a. Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal-ardh. Wa laa yauuduhu hifzhuhumaa wa Huwal 'Aliyyul-'Azhiim.

Terjemah: "Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Hidup, Maha Mengatur. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa yang di depan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu-Nya kecuali yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung."


2. Tafsir Ayat Kursi (Ringkas)

  • Allah menegaskan keesaan dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.
  • "Kursi-Nya" adalah simbol kebesaran dan keluasan ilmu serta otoritas Allah.
  • Tak satu makhluk pun mampu memberi syafaat tanpa izin-Nya.

3. Hadis Anjuran Membaca Ayat Kursi Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama bersabda: "Tiada seorang hamba dari umatku ketika ia masuk waktu pagi, kemudian membaca Ayat Kursi sebanyak 12 kali, kemudian ia berwudhu, kemudian ia melaksanakan sholat Subuh, kecuali Allah akan menjaganya dari keburukan setan. Ia seperti orang yang membaca seluruh al-Quran 3 kali. Ia akan diberi mahkota di Hari Kiamat dari cahaya yang dapat menerangi seluruh penduduk dunia." (HR. Anas bin Malik)


4. Hikmah Hakekat

  • Perlindungan dari setan.
  • Pahala luar biasa seperti membaca Al-Qur'an tiga kali.
  • Mahkota cahaya di Hari Kiamat sebagai simbol kemuliaan spiritual.

5. Relevansi dengan Zaman Sekarang

  • Di era penuh distraksi digital dan fitnah dunia, amalan kecil namun istiqamah seperti ini sangat penting.
  • Menanamkan kebiasaan spiritual di hari Jumat memperkuat ruhani dan melindungi diri dari energi negatif zaman.

6. Nasihat Para Sufi dan Ulama Besar

  • Hasan Al-Bashri: "Jika kamu ingin perlindungan sejati, berlindunglah kepada Allah dengan zikir dan tilawah."
  • Rabi'ah al-Adawiyah: "Cinta kepada Allah melebihi ketakutan dan harapan. Bacalah ayat-Nya dengan cinta."
  • Abu Yazid al-Bistami: "Tiada jalan mendekat kepada-Nya kecuali dengan tenggelam dalam ayat-Nya."
  • Junaid al-Baghdadi: "Ayat Kursi adalah penjaga malam dan pelita hati."
  • Al-Hallaj: "Di balik huruf-huruf Ayat Kursi ada cahaya Ilahi yang menyinari ruh."
  • Imam al-Ghazali: "Ayat Kursi adalah landasan keyakinan tauhid dan kekuasaan Allah."
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Wahai anakku, jangan tinggalkan Ayat Kursi, karena ia adalah bentengmu di dunia dan akhirat."
  • Jalaluddin Rumi: "Ayat Kursi adalah nyanyian langit yang turun ke bumi untuk mengetuk hati manusia."
  • Ibnu ‘Arabi: "Di dalam Ayat Kursi terkandung rahasia Rububiyah dan kekekalan."
  • Ahmad al-Tijani: "Amalan ini menjadi jalan singkat menuju kedekatan dengan Allah."

7. Muhasabah

  • Sudahkah aku membaca Ayat Kursi hari ini?
  • Sudahkah aku menjaga dzikir pagiku sebagai benteng dari gangguan dunia?
  • Apakah aku termasuk orang yang bersiap memakai "mahkota cahaya" di Hari Kiamat?

Penutup: Membaca Ayat Kursi bukan hanya rutinitas, tapi juga jalan menuju kedekatan dan perlindungan Allah. Mari kita amalkan di hari Jumat, istiqamah, dan ajarkan pada keluarga kita.

Dokumen berjudul "Anjuran Membaca Ayat Kursi di Hari Jumat" telah selesai dibuat. Isinya mencakup:

  • Ayat Kursi lengkap (Arab, Latin, dan terjemahannya)
  • Tafsir singkat
  • Hadis yang menganjurkan membaca Ayat Kursi 12 kali di pagi Jumat
  • Hikmah dan keutamaan spiritual
  • Relevansi di masa kini
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar
  • Bagian muhasabah (introspeksi diri)

-------

Manisnya Dekat dengan Allah dan Pahitnya Putus Hubungan: Jalan Cinta Sejati Sang Hamba.

 

Berikut adalah draft lengkap struktur buku spiritual sufistik berdasarkan kutipan Asy-Syibli: "Apabila kamu telah mencicipi manisnya dekat dengan Allah, niscaya kamu mengetahui tentang pahitnya putus hubungan." Buku ini akan memadukan ayat Al-Qur’an, hadis, tafsir, hikmah sufistik, nasihat para wali, serta relevansinya di masa kini.


Judul Buku

“Manisnya Dekat dengan Allah dan Pahitnya Putus Hubungan: Jalan Cinta Sejati Sang Hamba”


Intisari Bahasan

Buku ini menggali makna kedekatan seorang hamba kepada Allah, bagaimana kelezatan batiniah itu dirasakan oleh para ahli makrifat, serta betapa dahsyatnya penderitaan spiritual saat hati seorang hamba terputus dari-Nya. Melalui ayat-ayat, hadis, hikmah, dan nasihat para tokoh sufi, pembaca diajak melakukan muhasabah dan memperbarui hubungan dengan Allah.


Bab 1: Makna Kedekatan dengan Allah

Kutipan Utama:

“Apabila kamu telah mencicipi manisnya dekat dengan Allah, niscaya kamu mengetahui tentang pahitnya putus hubungan.” — Asy-Syibli

Ayat Al-Qur’an:

1. QS. Al-Baqarah: 186

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
Latin: Wa idzā sa`alaka 'ibādī 'annī fa innī qarīb
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.
Tafsir Singkat:
Allah menegaskan bahwa jarak antara hamba dan Tuhannya sangat pendek, cukup dengan doa, dzikir, dan kesadaran hati, hubungan itu bisa terjalin.

2. QS. Al-Waqi’ah: 88–89

فَأَمَّا إِن كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ . فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ
Latin: Fa ammā in kāna minal-muqarrabīn. Fa raūḥu wa raīḥānuw wa jannatu na‘īm
Artinya: Adapun jika dia termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka baginya istirahat, rezeki dan surga kenikmatan.


Bab 2: Hadis-Hadis Tentang Kedekatan kepada Allah

  1. Hadis Qudsi:

“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta... Jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku datang kepadanya berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Doa Nabi Muhammad saw.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ
Latin: Allāhumma innī as`aluk(a) lazzatan-naẓari ilā wajhik, wasy-syauqa ilā liqā’ik.
Artinya: Ya Allah, aku memohon kelezatan memandang wajah-Mu dan rindu bertemu dengan-Mu.
(HR. An-Nasa’i)


Bab 3: Pahitnya Putus Hubungan

Ayat Al-Qur’an:

QS. Thaha: 124

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
Artinya: Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.
Makna: Jauh dari Allah bukan hanya menyempitkan hidup secara lahir, tapi batin terasa gelap, sempit, dan gersang.


Bab 4: Nasihat Para Wali dan Ahli Makrifat

1. Hasan Al-Bashri

“Celakalah hamba yang terhalang dari Allah, walau dunia seluruhnya ia miliki.”
➡️ Dunia tanpa Allah adalah neraka kecil.

2. Rabi‘ah al-Adawiyah

“Aku menyembah-Mu bukan karena takut neraka atau ingin surga, tetapi karena cinta.”
➡️ Kedekatan kepada Allah lahir dari cinta, bukan semata imbalan.

3. Abu Yazid al-Bistami

“Ketika aku sampai kepada-Nya, aku tidak melihat lagi diriku. Yang kulihat hanya Dia.”
➡️ Makrifat sejati meniadakan ego.

4. Junaid al-Baghdadi

“Makrifat adalah ketika air mata mengalir karena kerinduan.”
➡️ Cinta yang dalam membawa tangisan, bukan logika.

5. Al-Hallaj

“Aku adalah kebenaran” (Ana al-Haqq) — kalimat ini diucapkan dalam ekstase spiritual.
➡️ Ia larut dalam ketuhanan tanpa batas ego.

6. Imam al-Ghazali

“Jiwa yang mengenal Allah, tidak akan bahagia kecuali dekat kepada-Nya.”
➡️ Hati manusia selalu merindukan asalnya: Allah.

7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

“Jangan sampai hatimu bergantung kepada dunia, karena itu memutus hubunganmu dengan Allah.”
➡️ Dunia adalah hijab, bukan tempat tinggal abadi.

8. Jalaluddin Rumi

“Jiwaku adalah dari tempat yang tinggi, dan aku selalu rindu pulang.”
➡️ Dunia bukan rumah utama; Allah adalah rumah sejati.

9. Ibnu ‘Arabi

“Wujudmu adalah hijab antara engkau dan Tuhanmu.”
➡️ Makrifat menuntut fana’ (melebur) dalam cinta Ilahi.

10. Ahmad al-Tijani

“Cinta kepada Allah adalah jaminan bagi makrifat dan maqam tertinggi.”
➡️ Kedekatan lahir dari cinta, bukan banyaknya amal semata.


Bab 5: Relevansi di Zaman Sekarang

  • Hedonisme, sosial media, dan overthinking membuat kita jauh dari Allah.
  • Depresi spiritual meningkat karena kurangnya zikir dan kesadaran akan kehadiran Tuhan.
  • Banyak yang merasakan “hampa” meski sukses dunia, karena jauh dari Allah.
  • Buku ini ingin mengajak pembaca kembali pulang, menyucikan hati, dan memperbarui cinta kepada Allah.

Bab 6: Muhasabah Diri

Pertanyaan-pertanyaan reflektif:

  1. Sejauh mana kita merasakan manisnya beribadah?
  2. Kapan terakhir kali kita menangis karena rindu Allah?
  3. Apakah kita lebih takut kehilangan dunia daripada kehilangan Allah?

Doa Muhasabah

Ya Allah, jangan Engkau tinggalkan kami walau sekejap mata. Jangan Engkau putuskan hubungan kami dengan-Mu walau sehalus lintasan hati.


Penutup: Jalan Cinta Sejati

Hidup di dunia adalah perjalanan cinta, bukan hanya aturan dan pahala.
Mereka yang pernah mencicipi manisnya dekat dengan Allah tak akan pernah ingin kembali jauh.
Dekat kepada Allah bukan pilihan, tapi kebutuhan jiwa.


Jika berkenan, saya bisa bantu:

  • Membuat naskah bukunya dalam bentuk .docx atau PDF
  • Mendesain cover ala sufistik-modern atau komik Islami
  • Menyusun versi ringan untuk anak-anak remaja atau pelajar

Apakah Anda ingin saya lanjutkan dengan membuat file dokumen buku ini?

Dunia dan Kematian: Jalan Pulang Sang Hamba.

 


Judul Buku: Dunia dan Kematian: Jalan Pulang Sang Hamba

Intisari Bahasan: Buku ini membahas tentang kefanaan dunia, hakikat kematian, dan bagaimana seorang hamba seharusnya menyikapi hidup agar tidak tertipu oleh kenikmatan sesaat duniawi. Dengan menggabungkan syair, hadis, ayat Al-Qur'an, dan nasehat para wali Allah serta ulama sufi besar, buku ini menjadi ajakan muhasabah mendalam menuju kehidupan yang abadi.


Bab 1: Dunia yang Menipu

"Hai, orang yang sibuk mengurusi dunia! Sungguh, engkau telah tertipu oleh angan-anganmu yang panjang..."

Ayat Al-Qur'an:

  1. Surah Al-Hadid: 20

"\u0627\u0639\u0644\u0645\u0648\u0627 \u0623\u0646\u0651\u0645\u0627 \u0627\u0644\u062d\u064a\u0627\u0629\u064f \u0627\u0644\u062f\u064f\u0646\u064a\u0627 \u0644\u064e\u0639\u0650\u0628ٌ \u0648\u064e\u0644\u064e\u0647\u0652\u0648ٌ..."

Latin: A'lamu annamal-hayâtud-dunyâ la'ibun wa lahwun...

Artinya: "Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kalian serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak-anak..."

Tafsir: Dunia hanyalah tempat ujian. Jangan tertipu olehnya karena ia hanyalah bayangan yang memudar.

Hikmah dan Hakikat:

Dunia itu fatamorgana; ia menjanjikan nikmat namun berujung pada kekecewaan jika dijadikan tujuan.


Bab 2: Hakikat Kematian

Hadis Riwayat Ad-Dailami:

_"Meninggalkan dunia itu lebih pahit dari jadam dan lebih pedih dari goresan pedang di medan jihad..."

Ayat Al-Qur’an:

  1. Surah Ali Imran: 185

\u0643\u0644\u0651\u064f \u0646\u064e\u0641\u0633ٍ \u0630\u0627\u0626\u0650\u0642\u064e\u0629ُ \u0627\u0644\u0645\u064e\u0648\u0652\u062aِ...

Latin: Kullu nafsin dzâ`iqatul-maut...

Artinya: "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati..."

Tafsir: Tidak ada yang kekal, maka persiapkan bekal sebelum datang waktunya.

Muhasabah: Sudahkah aku siap jika esok dipanggil? Sudahkah amal cukup untuk menjadi pelita dalam kubur?


Bab 3: Dunia vs Akhirat

Hadis Riwayat Ibnu Majah:

_"Barangsiapa berniat untuk memperoleh akhirat, Allah menghimpunkan potensinya..."

Ayat Al-Qur’an:

  1. Surah Al-Qashash: 77

_"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat..."

Hikmah: Fokus pada akhirat justru membuat dunia datang menghampiri, bukan sebaliknya.


Bab 4: Nasehat Para Wali dan Ulama Sufi

  1. Hasan Al-Bashri:

"Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu harimu berlalu, maka sebagian dari dirimu telah hilang."

  1. Rabi'ah al-Adawiyah:

"Tuhanku, aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka-Mu atau karena ingin surga-Mu, tetapi karena cinta kepada-Mu."

  1. Abu Yazid al-Bistami:

"Keluarlah kamu dari dirimu agar kamu bisa sampai kepada-Nya."

  1. Junaid al-Baghdadi:

"Tasawuf adalah mematikan diri dari keinginan hawa nafsu dan hidup hanya untuk Allah."

  1. Al-Hallaj:

"Aku adalah yang Kucinta, dan yang Kucinta adalah aku."

  1. Imam al-Ghazali:

"Kematian adalah jembatan yang menghubungkan kekasih dengan Kekasih-nya."

  1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

"Jangan menjadi budak dunia, karena ia makhluk paling hina. Jadilah hamba Allah yang sejati."

  1. Jalaluddin Rumi:

"Dunia ini ibarat rumah sewa, jangan sampai engkau menghabiskan umur untuk menghiasinya."

  1. Ibnu ‘Arabi:

"Jangan tertipu oleh wujud zahir, karena hakikat berada pada yang ghaib."

  1. Ahmad al-Tijani:

"Waspadai dunia, karena ia mencuri hati para pencinta akhirat tanpa terasa."


Bab 5: Zikir Kematian dan Jalan Pulang

"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (maut)."

Latihan Muhasabah:

  • Hari ini apa yang kau cari?
  • Apakah kau mengingat kematian minimal sekali sehari?
  • Apakah hatimu tenang dengan dunia, atau gelisah karena akhirat?

Penutup: Mari kita hidup dengan kesadaran bahwa dunia ini hanya perantara. Persiapkan diri untuk pulang kepada Allah dengan amal terbaik, zikir yang istiqamah, dan hati yang bersih dari cinta dunia.

Doa:

"Ya Allah, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan utama kami, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang rindu kepada-Mu dan siap kembali kepada-Mu."

Dokumen buku berjudul "Dunia dan Kematian: Jalan Pulang Sang Hamba" telah selesai dibuat. Buku ini mengupas:

  • Syair dan hadis seputar kefanaan dunia,
  • Ayat-ayat Al-Qur'an lengkap dengan Arab, latin, dan tafsirnya,
  • Hikmah dan hakikat kehidupan serta kematian,
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi dan ulama besar,
  • Rangkaian muhasabah dan doa penutup.

-----

Senang kepada Allah dan Tidak Senang kepada Diri Sendiri.

 


Judul: Senang kepada Allah dan Tidak Senang kepada Diri Sendiri

Intisari Bahasan: Muhasabah tentang kecintaan kepada Allah dan pemutusan kecintaan terhadap diri sendiri, dengan teladan kisah Asy-Syibli serta pandangan para sufi besar.


Kisah Asy-Syibli Asy-Syibli berkata:

"Jika kamu ingin bersenang-senang kepada Allah, maka patahkanlah kecintaanmu terhadap dirimu sendiri."

Setelah beliau wafat, dalam sebuah mimpi ia ditanya tentang nasibnya. Allah bertanya kepadanya:

"Wahai Abu Bakar, mengapa Aku mengampunimu?"

Asy-Syibli menyebut amal, keikhlasan, ibadah, haji, puasa, salat, dan pencarian ilmu. Namun Allah menolak semuanya dan berkata:

"Ingatkah kamu saat di Baghdad, kamu melihat seekor kucing menggigil kedinginan lalu kamu menolongnya? Karena kasih sayangmu itu, Aku pun sayang kepadamu."


Dalil Al-Qur'an

  1. Surah Al-Insan: 8-9

النُون أَسْقى يُحِبونَ وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكينًا وَيَتيمًا وَأَسِيرًاً إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Latin: "Wa yuṭ‘imūnat-ṭa‘āma ‘alā ḥubbihi miskīnan wa yatīman wa asīrā. Innamā nuṭ‘imukum liwajhi Allāh, lā nurīdu minkum jazā’an wa lā syukūrā."

Arti: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (seraya berkata), 'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap wajah Allah. Kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula ucapan terima kasih darimu.'"

Tafsir: Ayat ini menekankan nilai memberi karena Allah semata, bukan karena keinginan pujian.


Hadis Terkait

Rasulullah saw. bersabda:

"Kasihilah siapa yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan mengasihimu." (HR. Tirmidzi)


Hikmah dan Hakekat

  • Amal bukan ukuran utama diterimanya rahmat Allah.
  • Ikhlas dan kasih sayang yang tulus kepada makhluk menjadi sebab turunnya rahmat.
  • Allah lebih menyukai hati yang lembut dan penuh kasih.

Relevansi dengan Keadaan Sekarang

  • Di zaman ini banyak yang terjebak dalam pencitraan amal. Kisah Asy-Syibli menjadi pengingat bahwa rahmat Allah bisa datang dari kebaikan yang paling kecil sekalipun.
  • Mengasihi makhluk—termasuk hewan—bisa menjadi ladang pahala yang besar.

Nasehat Para Sufi

  1. Hasan Al-Bashri: "Ikhlas itu tidak diketahui oleh malaikat untuk ditulis, tidak diketahui oleh setan untuk dirusak, dan tidak diketahui oleh hawa nafsu untuk diselewengkan."

  2. Rabi'ah al-Adawiyah: "Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena cinta kepada-Nya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jalan menuju Allah adalah dengan mematikan diri dari segala sesuatu selain-Nya."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah bahwa Allah mematikanmu dari dirimu dan menghidupkanmu dengan-Nya."

  5. Al-Hallaj: "Akulah kebenaran"—bukan kesombongan, tetapi fana dalam cinta ilahi.

  6. Imam al-Ghazali: "Hati yang bersih adalah cermin yang memantulkan cahaya Allah."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jadilah seperti bumi yang diinjak-injak tapi tetap memberi kehidupan."

  8. Jalaluddin Rumi: "Cinta sejati adalah ketika kamu mencintai tanpa sebab dan tetap mencintai walau disakiti."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Tuhan bukan hanya dikenal lewat hukum, tapi melalui cinta dan rahasia-Nya."

  10. Ahmad al-Tijani: "Lepaskan ketergantungan pada makhluk, maka akan datang kekuatan dari Sang Khalik."


Muhasabah Diri Sudahkah kita melepaskan cinta diri? Sudahkah kita berbuat tanpa pamrih? Sudahkah kita menolong makhluk Allah hanya karena Allah?

Mari bermuhasabah dan menjadikan cinta kepada Allah sebagai puncak kebahagiaan, serta memutus cinta terhadap ego dan kepentingan diri.

Dokumen berjudul "Senang kepada Allah dan Tidak Senang kepada Diri Sendiri" sudah saya buat dan dapat dilanjutkan, dikembangkan, atau diedit sesuai arahan Anda. 

Munajat dan Mohon Ampunan: Sebuah Renungan Makrifat.

 


Judul: Munajat dan Mohon Ampunan: Sebuah Renungan Makrifat

Intisari Bahasan: Buku ini mengajak pembaca untuk bermuhasabah melalui kisah dan munajat Abu Bakar Asy-Syibli r.a., disertai ayat-ayat Al-Qur'an, hadis, tafsir, serta nasihat para tokoh sufi dan ulama besar. Fokus utama adalah permohonan ampun, pengakuan kelemahan, dan cinta sejati kepada Allah swt.


Bab 1: Munajat Abu Bakar Asy-Syibli

"Wahai Tuhanku, sungguh aku senang menghaturkan kepada-Mu seluruh kebajikanku berikut kemelaratan dan kelemahanku, maka bagaimana lagi Engkau oh Tuhanku, tidak suka menganugerahkan kepadaku seluruh kejelekanku berikut kemahakayaan-Mu untuk tidak menyiksa aku."

Kemelaratan: kebutuhan akan kebaikan. Kelemahan: ketidakmampuan beribadah dengan sempurna.

Bab 2: Ayat Al-Qur'an Terkait

Q.S. At-Taubah: 128-129:

**بَلَغَ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رٞحِيمٌ (128)

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لَا إِلـْهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ العَرْشِ الْعَظِيمِ (129)**

Latin: 128. Laqad jaa'akum rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun 'alaikum bilmu'miniina raufur rahiim. 129. Fa in tawallaw faqul hasbiyallaah, laa ilaaha illaa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim.

Artinya: 128. Sungguh telah datang kepada kamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. 129. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung."

Tafsir Singkat: Ayat ini menggambarkan kasih sayang Rasulullah saw. terhadap umatnya. Tawakal menjadi kekuatan terakhir seorang mukmin saat semua pintu tertutup.

Bab 3: Hikmah dan Hakekat

  • Hikmah dari munajat Asy-Syibli: Pengakuan kelemahan adalah kekuatan makrifat.
  • Keinsafan diri membuka pintu rahmat.
  • Pengharapan seorang hamba tak pernah sia-sia di hadapan Dzat Yang Maha Pengampun.

Bab 4: Hadis yang Berkaitan

  1. "Setiap anak Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat." (HR. Tirmidzi)
  2. “Allah lebih gembira dengan taubat seorang hamba-Nya daripada seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bab 5: Nasihat Para Tokoh Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Jangan kamu tertipu dengan amalmu, karena sesungguhnya keselamatan itu ada pada rahmat Allah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi karena cinta.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Sebaik-baik hamba adalah yang senantiasa mengakui ketidaklayakan dirinya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Makrifat itu adalah minum tanpa gelas, melihat tanpa mata, dan berjalan tanpa kaki.”
  • Al-Hallaj: “Aku adalah Yang Aku Cinta dan Yang Aku Cinta adalah Aku.” (penjelasan tasawuf hakikat cinta)
  • Imam al-Ghazali: “Taubat sejati adalah berhenti dari dosa, menyesali, dan bertekad tidak mengulanginya.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan bersandar pada amal, bersandarlah kepada Yang memberi taufik untuk beramal.”
  • Jalaluddin Rumi: “Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu.”
  • Ibnu 'Arabi: “Jalan menuju Tuhan berbeda-beda sebanyak jumlah makhluk.”
  • Ahmad al-Tijani: “Rahmat Allah lebih luas dari seluruh dosa-dosa hamba.”

Bab 6: Relevansi dengan Kehidupan Sekarang

  • Di tengah dunia yang penuh godaan dan kegelisahan, manusia perlu kembali kepada keinsafan diri.
  • Tawakal, taubat, dan cinta kepada Allah adalah kekuatan utama menghadapi tekanan hidup.
  • Rutinitas zikir dan doa setelah salat fardu sangat dianjurkan sebagai jalan pembuka kedekatan dengan Allah.

Bab 7: Penutup dan Muhasabah Mari renungkan diri: adakah kita telah benar-benar memohon ampun? Adakah kita mengakui kelemahan kita dengan jujur di hadapan Allah? Munajat Asy-Syibli menjadi teladan abadi untuk kembali pada Allah dengan rendah hati dan harapan besar.

Doa Penutup: “Ya Allah, tetapkanlah kami di jalan yang lurus. Ampunilah dosa-dosa kami, dan jangan Engkau seret kami ke neraka karena kelemahan kami. Engkaulah Tuhan yang Maha Lembut dan Maha Pengampun.”


Disusun oleh: Djoko Ekasanu

Sudah saya buatkan buku dengan judul "Munajat dan Mohon Ampunan: Sebuah Renungan Makrifat". Buku ini mencakup:

  • Munajat Asy-Syibli dan penjelasannya
  • Ayat Al-Qur’an (Arab, latin, arti, tafsir)
  • Hadis-hadis penguat
  • Nasihat 10 tokoh sufi besar
  • Relevansi di zaman sekarang
  • Intisari muhasabah diri


Alasan Revisi Injil.

 

Kitab Injil mengalami banyak revisi dan perubahan sepanjang sejarah karena beberapa alasan yang bersumber dari berbagai pihak. Berikut penjelasannya:


🟤 1. Injil Asli Tidak Tersimpan dengan Baik

  • Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa 'alaihis salam (AS) dalam Islam disebut sebagai wahyu yang murni dari Allah. Namun Injil asli ini tidak terjaga sebagaimana Al-Qur’an, karena tidak ada jaminan dari Allah untuk menjaganya (berbeda dengan Al-Qur’an, yang dijaga langsung oleh Allah – QS Al-Hijr: 9).
  • Para pengikut Nabi Isa tidak lama kemudian menghadapi penindasan, dan pewarisan teks berlangsung secara lisan dan pribadi, sehingga mudah terjadi perubahan.

🟤 2. Penulisan Injil oleh Manusia, Bukan Langsung dari Wahyu

  • Injil yang beredar sekarang, seperti Injil Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, semuanya ditulis bukan oleh Nabi Isa sendiri, melainkan oleh pengikut atau orang setelahnya.
  • Bahkan ada banyak versi Injil lain (lebih dari 30 versi pada abad awal), seperti Injil Barnabas, Tomas, Philip, tapi kemudian tidak diakui oleh gereja resmi.

🟤 3. Revisi karena Perbedaan Doktrin

  • Gereja melakukan berbagai konsili (rapat besar) untuk menentukan doktrin resmi, seperti:
    • Konsili Nicea (325 M): Menetapkan bahwa Yesus adalah Tuhan (Tuhan Anak), dan menolak pandangan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa atau nabi.
    • Konsili Hippo (393 M) dan Konsili Kartago (397 M): Menentukan daftar kitab yang dianggap suci (kanonisasi Alkitab), dan menolak kitab-kitab lain.

📌 Revisi terjadi karena perlu "menyesuaikan" isi Injil dengan keputusan konsili, bukan sebaliknya.


🟤 4. Terjemahan dan Salinan Manual

  • Awalnya Injil ditulis dalam bahasa Yunani, lalu diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, dan lainnya.
  • Proses penyalinan manual menyebabkan banyak kesalahan penulisan (sengaja maupun tidak).
  • Penambahan atau pengurangan ayat terjadi seiring waktu, misalnya:
    • Dalam beberapa versi Injil modern, ada catatan kaki yang menunjukkan bahwa beberapa ayat tidak ditemukan dalam naskah awal, contohnya:
      • Markus 16:9-20 – tidak ada di manuskrip paling awal.
      • 1 Yohanes 5:7 – ayat tentang "Trinitas" yang ternyata ditambahkan belakangan.

🟤 5. Siapa yang Merevisi?

Berikut adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam revisi Injil:

Pelaku Peran
Gereja (Vatikan & konsili) Menghapus, memilih, dan menentukan kitab resmi
Ahli Teologi Kristen Menyesuaikan isi Injil dengan doktrin gereja
Penyalin Abad Pertengahan Terkadang menambah keterangan atau menyisipkan ayat
Penerjemah Modern Menafsirkan teks sesuai pemahaman masa kini

🟢 Pandangan Islam

Menurut Islam:

"Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjaganya sebagai penjaga terhadap kitab-kitab itu…"
📖 QS Al-Ma'idah: 48

  • Al-Qur’an membenarkan bahwa Injil pernah ada sebagai wahyu.
  • Namun isinya sudah diubah oleh tangan-tangan manusia (tahrif).

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘Ini dari Allah’...”
📖 QS Al-Baqarah: 79


🔚 Kesimpulan Singkat

  • Injil mengalami revisi karena ditulis manusia, disalin berulang, diterjemahkan, dan disesuaikan dengan doktrin gereja.
  • Revisi dilakukan oleh gereja, penyalin, dan penerjemah, bukan oleh Nabi Isa atau para nabi.
  • Islam meyakini bahwa Injil asli adalah wahyu dari Allah, tapi isinya sudah tidak asli lagi sekarang.


Mengingkari Nikmat dan Bersahabat dengan Orang Tolol: Sebuah Muhasabah Spiritual.

 


Judul: Mengingkari Nikmat dan Bersahabat dengan Orang Tolol: Sebuah Muhasabah Spiritual

Intisari Bahasan: Buku ini membahas dua penyakit batin yang sangat membahayakan jiwa: mengingkari nikmat dan bersahabat dengan orang tolol. Dengan dalil dari Al-Qur'an, hadis, serta nasihat para ulama dan sufi, kita diajak bermuhasabah agar menjadi pribadi yang bersyukur, sabar, dan selektif dalam pergaulan.


Bab 1: Mengingkari Nikmat Adalah Kehinaan

1.1. Ayat Al-Qur'an

Surah Ibrahim ayat 7:

وإذ تأذن ربُكم لئن شكرتم لأزيدنّكم ولئن كفرتم إنّ عذابي لشديد

Latin: Wa idz ta’adz-dzana rabbukum la in syakartum la-aziidannakum wa la in kafartum inna ‘adzaabi lasyadiid.

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'"

1.2. Tafsir Ringkas: Menurut tafsir Ibn Katsir, syukur mendatangkan tambahan nikmat, sedangkan kufur nikmat (ingkar) akan mendatangkan azab yang nyata, baik di dunia berupa sempit hati, maupun di akhirat berupa siksa.

1.3. Hikmah Hakekatnya:

  • Syukur adalah kunci kelapangan hidup.
  • Mengingkari nikmat menandakan kehinaan jiwa dan kesombongan batin.

1.4. Nasihat Para Sufi:

  • Hasan Al-Bashri: "Nikmat itu bukan banyaknya harta, tapi hati yang tenang dan selalu bersyukur."
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak pernah meminta surga atau takut neraka, yang aku ingin hanyalah ridha Allah. Dan syukur adalah bentuk tertinggi dari penghambaan."
  • Junaid al-Baghdadi: "Orang yang bersyukur, sesungguhnya ia telah mengenal Tuhannya."
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Syukur adalah jembatan menuju kedekatan dengan Allah."

Bab 2: Bahaya Bersahabat dengan Orang Tolol

2.1. Hadis Nabi Saw.: Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Basyir:

"Janganlah engkau bersahabat dengan si tolol."

2.2. Makna Tolol Menurut Ulama: Orang tolol bukan hanya bodoh secara intelektual, tapi juga bodoh secara spiritual dan moral: meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya meski tahu itu salah.

2.3. Hikmah Hakekatnya:

  • Bersahabat dengan orang tolol adalah sumber bencana karena kita akan terseret dalam kebodohannya.
  • Watak buruk menular.

2.4. Nasihat Para Sufi:

  • Abu Yazid al-Bistami: "Bersabarlah bersama orang yang bodoh, tetapi jangan jadikan ia teman perjalanan hidupmu."
  • Al-Hallaj: "Kebodohan adalah tabir yang menghalangi seseorang dari Nur Ilahi."
  • Imam al-Ghazali: "Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang bisa menuntunmu menuju Allah."
  • Jalaluddin Rumi: "Temanmu adalah cerminmu, maka berhati-hatilah memilih cermin."
  • Ibnu ‘Arabi: "Sahabat sejati adalah yang menuntunmu kepada hakikat dirimu dan Tuhanmu."
  • Ahmad al-Tijani: "Jangan menyia-nyiakan hidupmu bersama orang yang tidak mencintai Allah."

Bab 3: Syukur, Sabar, dan Ukuran Kualitas Diri

3.1. Hadis Riwayat Tirmidzi dari Ibnu Umar:

"Dua hal, jika keduanya dimiliki seseorang, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang syukur dan sabar..."

3.2. Inti Pesan Hadis:

  • Bandingkan agama kita dengan yang lebih tinggi agar termotivasi.
  • Bandingkan dunia kita dengan yang lebih rendah agar tetap bersyukur.

3.3. Relevansi Zaman Sekarang: Di era media sosial, banyak orang merasa kekurangan karena membandingkan hidupnya dengan selebritas. Padahal, hakikatnya syukur itu ada pada melihat ke bawah dalam urusan dunia, dan ke atas dalam urusan agama.


Bab 4: Muhasabah Diri

4.1. Pertanyaan Untuk Renungan:

  • Sudahkah aku mensyukuri nikmat Allah hari ini?
  • Siapa teman terdekatku, dan apakah ia menuntunku kepada kebaikan?
  • Apakah aku lebih banyak membandingkan hartaku atau agamaku?

4.2. Penutup: Syukur dan selektif dalam pergaulan adalah dua jalan keselamatan. Jangan biarkan hati kita menjadi gelap karena ingkar nikmat dan salah memilih teman. Dekatlah kepada Allah dengan syukur dan sabar, jauhilah teman yang tolol, dan temani orang-orang yang bertaqwa.


Doa Penutup:

اللهم اجعلنا من الشاكرين والصابرين وارزقنا صحبة الصالحين

"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bersyukur dan sabar, dan anugerahkan kepada kami persahabatan dengan orang-orang yang shalih."

Dokumen berjudul “Mengingkari Nikmat dan Bersahabat dengan Orang Tolol: Sebuah Muhasabah Spiritual” sudah saya susun. Buku ini membahas secara menyeluruh topik ingkar nikmat dan bahaya bersahabat dengan orang tolol, dilengkapi ayat Al-Qur’an, hadis, tafsir, hikmah sufi, serta relevansi masa kini.



📕 Judul:

“Jangan Lupa Bersyukur, dan Jangan Main Sama Orang Tolol”
Renungan Ringan Tapi Ngena Buat Jiwa yang Mau Naik Kelas


🧠 Intisari Bahasan:

Buku ini ngajak kita buat mikir ulang:
📌 Udah seberapa bersyukur kita hari ini?
📌 Temen-temen kita itu beneran ngajak ke arah baik, atau malah bikin makin jauh dari Allah?

Dengan bahasan ringan tapi dalem, buku ini bakal bahas bahayanya kufur nikmat (alias gak tahu diri) dan nempel-nempel terus sama orang yang bawaannya tolol—yaitu orang yang tahu salah tapi tetap ngelakuin.


💡 Bab 1: “Inget, Gak Bersyukur Itu Bikin Hidup Lo Hina!”

📖 Ayat Qur'an:

QS. Ibrahim: 7

“Kalau kalian bersyukur, Aku tambah nikmatnya. Tapi kalau kalian kufur (ingkar), awas, azab-Ku pedih banget.”

Maknanya:
Allah tuh gak main-main. Bersyukur itu bukan cuma ucapan “Alhamdulillah”, tapi juga ngehargain dan ngejaga nikmat yang udah dikasih. Kalau gak, ya siap-siap hidup makin sempit dan hati makin gelap.

🎯 Insight Santai:

  • Nikmat itu bukan selalu uang. Hati tenang, bisa bangun pagi, masih punya orang tua — itu semua nikmat besar.
  • Jangan banding-bandingin hidup lo sama yang lebih ‘wah’, ntar lo lupa nikmat yang udah ada di depan mata.

🧙‍♂️ Kata Para Orang Bijak:

  • Hasan Al-Bashri: “Orang yang paling santai itu yang hidupnya bersyukur.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Gue gak ngejar surga, gak takut neraka, yang penting gue dapat cinta-Nya Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Kalo lo bisa bersyukur, itu tandanya lo udah kenal sama Allah.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Syukur tuh kunci buat makin deket sama Allah.”

❌ Bab 2: “Jangan Nongkrong Sama Orang Tolol!”

🗣️ Sabda Nabi ﷺ:

“Jangan berteman sama orang tolol.”
(HR. Ath-Thabrani)

🧠 Siapa Itu Orang Tolol?

Bukan cuma yang IQ-nya pas-pasan, ya. Tapi orang yang udah tahu itu salah, tapi masih juga dilakuin. Yang ngomongnya manis, tapi kelakuannya nyeret kita ke lubang dosa.

🧨 Bahayanya:

  • Lo bisa ketularan gaya hidupnya.
  • Waktu, tenaga, dan hati lo abis buat hal yang gak manfaat.

🧙‍♂️ Nasihat Ulama Sufi:

  • Abu Yazid al-Bistami: “Lo bisa sabar sama orang bodoh, tapi jangan deket-deket.”
  • Al-Hallaj: “Kebodohan itu bikin hati lo ketutup dari cahaya Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Temenan tuh sama yang bisa bantu lo makin dekat ke Allah.”
  • Rumi: “Temen itu cermin, jangan salah milih kaca.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Sahabat sejati tuh yang bikin lo makin kenal Tuhan.”
  • Ahmad Tijani: “Jangan buang waktu lo sama orang yang gak cinta Allah.”

⚖️ Bab 3: Syukur dan Sabar: Kombinasi Kuat Buat Naik Level

Hadis Gaul Banget (HR. Tirmidzi):

“Orang yang bandingin agamanya sama yang lebih bagus dan dunianya sama yang lebih rendah — itu baru orang yang sabar dan bersyukur.”

🔍 Intinya:

  • Lihat ke atas soal ibadah → Biar semangat!
  • Lihat ke bawah soal dunia → Biar gak ngeluh mulu.

🎯 Relevansi Zaman Now:

Media sosial bikin kita gampang iri. Tapi tenang, lo cukup bandingin hidup lo sama yang lebih susah — dan ucapin “Alhamdulillah” dari hati.


🔄 Bab 4: #SelfReminder - Waktunya Muhasabah!

Pertanyaan buat lo:

  • Hari ini, lo udah bersyukur belum?
  • Temen deket lo itu bawa pengaruh baik apa buruk?
  • Lo lebih sering iri sama kekayaan orang, atau ngiri sama ketakwaannya?

🙌 Penutup:

Hidup tuh pilihan. Mau jadi orang yang rendah hati dan penuh syukur, atau jadi orang yang ngeluh mulu dan hidupnya gak maju-maju.
Dan inget, temen itu kayak kendaraan. Lo naik motor mogok, ya gak sampe-sampe.
Pilih temen yang ngajak lo makin kenal sama Allah.


✨ Doa Keren:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الشَّاكِرِينَ وَالصَّابِرِينَ وَارْزُقْنَا صُحْبَةَ الصَّالِحِينَ
“Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang bersyukur dan sabar, serta karuniakan kami sahabat-sahabat yang shalih.”



Pangkal Segala Kesalahan dan Pokok Semua Fitnah.

 


Judul: Pangkal Segala Kesalahan dan Pokok Semua Fitnah


Hadis Rasulullah SAW:

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Hubbul dunya ra'su kulli khathi'atin wa ra'su kulli fitnatin tarkuz zakati wal 'usyur."

Artinya: “Pangkal segala kesalahan adalah cinta dunia, sedangkan pokok segala fitnah adalah enggan membayar zakat dan sepersepuluh hasil bumi.”


I. Ayat Al-Qur'an yang Berkaitan

  1. Surat Al-Hadid ayat 20:

اعلموا أنما الحياةُ الدنيا لعِبٌ ولَهْوٌ وزِينَةٌ وتفاخُرٌ بَينَكُم وتَكاثُرٌ فِي الأموالِ وَالأولَادِ...

Latin: "I'lamuu annamal hayaatud dunyaa la'ibun walahwunw wa zeenatunw wa tafaakhurum bainakum wa takaathurum fil amwaali wal aulaad..."

Artinya: "Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak..."

Tafsir Ringkas: Dunia hanyalah tempat ujian. Bila dicintai secara berlebihan, ia menjadi sumber kesalahan.

  1. Surat At-Taubah ayat 34-35: Tentang ancaman bagi orang yang menimbun harta dan tidak menunaikan zakat.

II. Hikmah dan Hakekat

  • Cinta dunia adalah kecenderungan hati yang melampaui batas. Bukan sekadar memiliki dunia, tapi diperbudak olehnya.
  • Enggan berzakat menandakan hati yang terikat pada dunia, menolak ketentuan Allah.
  • Dunia jika dicintai secara berlebihan akan menjadi tirai antara hamba dan Tuhannya.

III. Sebab Munculnya Hadis Ini

Hadis ini diriwayatkan sebagai peringatan keras kepada kaum Muslimin saat banyak yang lalai dalam menunaikan zakat, serta menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Hal ini terlihat sejak masa-masa awal kejayaan umat Islam yang mulai terjerumus dalam kemewahan.


IV. Relevansi dengan Keadaan Sekarang

  • Banyak orang menilai kesuksesan dari materi dan penampilan.
  • Gaya hidup konsumtif dan hedonis menjadikan manusia lupa akhirat.
  • Banyak yang enggan berzakat, meskipun pendapatannya mencukupi.
  • Fitnah sosial, politik, dan ekonomi sering berpangkal dari kecintaan terhadap harta.

V. Nasehat Para Tokoh Sufi dan Ulama

  1. Hasan Al-Bashri: “Celakalah orang yang dunia menjadi tujuannya, padahal dunia akan lenyap dan akhirat kekal selamanya.”

  2. Rabi'ah al-Adawiyah: “Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena ingin surga, jauhkan aku darinya; jika karena takut neraka, masukkan aku ke dalamnya. Tapi jika aku menyembah-Mu karena cinta, maka jangan Engkau jauhkan aku dari-Mu.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Cinta dunia adalah racun bagi ruhani. Orang yang menyelami lautan dunia akan tenggelam kecuali yang hatinya terpaut pada Allah.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Zuhud itu bukan tidak memiliki dunia, tetapi dunia tidak memiliki hatimu.”

  5. Al-Hallaj: “Tak ada yang menyakiti selain cinta selain cinta yang bukan pada tempatnya.”

  6. Imam al-Ghazali: “Harta itu bagaikan ular: kulitnya halus, tetapi di dalamnya racun. Ambillah seperlunya, dan jauhilah cinta yang berlebih padanya.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Lepaskan hatimu dari dunia jika kau ingin dekat dengan Tuhanmu. Dunia adalah penjara bagi orang mukmin.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Jangan biarkan dunia menyesatkanmu, seperti air laut yang tak terlihat batasnya, padahal menenggelamkan.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Barang siapa mencintai dunia, ia terhijab dari mengenal Allah. Dunia adalah bayangan, dan bayangan tak akan pernah menjadi sumber cahaya.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Zakat adalah penyucian. Menolak zakat adalah bukti bahwa hati masih kotor oleh dunia.”


VI. Intisari Bahasan

  • Cinta dunia dan kikir dalam zakat adalah dua hal yang merusak.
  • Dunia harus dijadikan sarana menuju Allah, bukan tujuan.
  • Zakat adalah jalan penyucian hati dan penghapus fitnah sosial.
  • Mengamalkan zuhud bukan berarti miskin, tapi menjaga hati dari ketamakan.

VII. Muhasabah (Introspeksi Diri)

  • Apakah aku mencintai dunia lebih dari akhirat?
  • Sudahkah aku menunaikan zakat hartaku?
  • Apakah aku iri terhadap orang yang hidup bermewah-mewah?
  • Apakah hartaku mendekatkan atau menjauhkan aku dari Allah?
  • Sudahkah aku membersihkan hatiku dari kelekatan dunia?

Penutup:

Pangkal segala kesalahan adalah mencintai dunia secara berlebihan, dan fitnah besar zaman ini adalah cinta harta dan enggan berbagi. Jalan keluarnya adalah kembali kepada Allah, menguatkan iman, mengamalkan zakat dan mencintai akhirat.

Allahumma la taj'al al-dunya akbara hammina...


Oleh: M. Djoko Ekasanu

Berikut ini adalah draft buku berjudul "Pangkal Segala Kesalahan dan Pokok Semua Fitnah", berisi hadis, ayat Al-Qur’an, tafsir, hikmah, muhasabah, serta nasihat dari para tokoh sufi besar. 

------

Judul: Pangkal Segala Kesalahan dan Pokok Semua Fitnah


Hadis Rasulullah SAW (versi gaul):

Rasulullah SAW pernah bilang:

"Cinta dunia tuh biangnya semua kesalahan, dan sumber semua kekacauan adalah pas orang pelit, ogah bayar zakat sama nggak mau bagi hasil panen."


I. Ayat Al-Qur'an yang Nyambung Banget

  1. Al-Hadid ayat 20:

Dunia ini cuma main-main, hiburan, pamer, dan ajang adu siapa paling kaya dan punya banyak anak. Tapi semua itu cuma sementara, bro.

Pesannya: Jangan sampai dunia bikin kita silau, lupa tujuan hidup yang sebenarnya.

  1. At-Taubah 34–35:

Allah marah banget sama yang nyimpen harta, tapi pelit keluarin zakatnya. Nanti harta itu dibakar dan ditempel ke badan mereka.

Intinya: Harta yang nggak dibagiin bakal jadi bencana.


II. Makna dan Hikmah yang Dalem

  • Cinta dunia itu kayak jebakan Batman—kelihatan manis tapi bikin nyungsep.
  • Kalau udah cinta dunia, dijamin males sedekah dan lupa akhirat.
  • Zakat itu kayak detox buat hati. Bikin bersih, bikin ringan.

III. Latar Belakang Hadis Ini Muncul

Hadis ini muncul karena banyak orang zaman dulu (dan sekarang juga sih) mulai keenakan hidup mewah. Lupa zakat, lupa berbagi. Padahal semua harta itu cuma titipan.


IV. Zaman Sekarang Gimana?

  • Banyak yang ngejar gaya hidup fancy, tapi lupa zakat.
  • Gaji gede, tapi susah banget ngeluarin 2.5% buat sedekah.
  • Fitnah makin merajalela karena orang makin cinta duit dan lupa nilai kebaikan.

V. Wejangan Para Tokoh Sufi (versi santai):

  1. Hasan Al-Bashri:

"Bro, dunia itu bakal habis. Masa kamu lebih ngebet sama yang sementara ketimbang yang kekal?"

  1. Rabi‘ah al-Adawiyah:

"Aku cinta Allah bukan karena pengen surga, tapi karena aku cinta beneran."

  1. Abu Yazid al-Bistami:

"Cinta dunia tuh kayak racun. Bikin ruhani lo drop."

  1. Junaid al-Baghdadi:

"Bukan soal lo punya dunia, tapi jangan sampe dunia punya hati lo."

  1. Al-Hallaj:

"Cinta yang salah tempat itu nyakitin. Termasuk cinta dunia."

  1. Imam Al-Ghazali:

"Dunia itu kayak ular, luar mulus dalamnya bisa mematikan."

  1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

"Kalau mau deket sama Allah, jangan lengket sama dunia."

  1. Jalaluddin Rumi:

"Dunia itu kayak laut, dalam dan bisa menenggelamkan kalau lo nggak hati-hati."

  1. Ibnu ‘Arabi:

"Cinta dunia itu bikin lo susah kenal sama Allah."

  1. Ahmad al-Tijani:

"Zakat itu kayak sabun buat hati. Nggak mau zakat? Ya hatinya kotor."


VI. Intisari (Spoiler Pendek):

  • Cinta dunia & pelit = sumber kekacauan.
  • Dunia bukan tujuan, cuma alat buat deket ke Allah.
  • Zakat itu kunci kedamaian sosial.
  • Zuhud itu bukan miskin, tapi nggak nempel sama harta.

VII. Waktunya Cek Diri (Muhasabah):

  • Gue cinta dunia lebih dari akhirat nggak ya?
  • Udah zakat belum sih?
  • Gue iri sama orang kaya, atau kagum sama orang soleh?
  • Duit gue bikin gue makin deket atau makin jauh dari Allah?

Penutup:

Cinta dunia itu awal dari semua kekacauan. Yuk balik ke Allah, perkuat iman, rajin zakat, dan siap-siap menjemput akhirat.

Doa bareng: "Ya Allah, jangan jadiin dunia ini tujuan utama hidupku."


Oleh: M. Djoko Ekasanu