Friday, September 19, 2025

PUGARLAH KAPALMU, RINGANKAN BEBANMU.

 




PUGARLAH KAPALMU, RINGANKAN BEBANMU

Jalan Panjang Menuju Akhirat

(Oleh: M. Djoko Ekasanu)


Ringkasan Redaksi Asli

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah ﷺ berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari agar “memugar kapal” karena lautan perjalanan akhirat sangat dalam; membawa bekal sempurna karena perjalanannya jauh; meringankan beban karena rintangannya berat; serta mengikhlaskan amal karena Allah Maha Meneliti. Pesan ini ditegaskan pula oleh para sahabat dan tabi’in bahwa kadar pertolongan Allah sesuai dengan kadar niat.


Maksud dan Hakikat

  • Memugar kapal = memperbaiki niat agar setiap amal bernilai ibadah.
  • Laut dalam = simbol perjalanan menuju akhirat yang penuh ujian.
  • Bekal sempurna = amal saleh, ilmu, dan takwa.
  • Ringankan beban = lepaskan keserakahan duniawi, cukupkan diri dengan kebutuhan pokok.
  • Ikhlas = amal tidak bercampur riya, karena Allah Maha Melihat yang tersembunyi.

Tafsir dan Makna Judul

“Pugar Kapalmu” melambangkan perbaikan batin. Kapal adalah hati, lautan adalah kehidupan akhirat, muatan adalah amal perbuatan, dan beban adalah cinta dunia. Hanya kapal yang bersih, ringan, dan kokoh yang mampu berlayar selamat menuju dermaga akhirat.


Tujuan dan Manfaat

  1. Menegaskan pentingnya niat tulus dalam amal.
  2. Mengingatkan manusia agar tidak terlena oleh beban duniawi.
  3. Memberi panduan sederhana menghadapi perjalanan panjang menuju akhirat.

Latar Belakang Masalah di Jamannya

Pada masa Rasulullah ﷺ, para sahabat hidup dalam kesederhanaan. Namun seiring waktu, godaan dunia mulai masuk, terutama setelah Islam berkembang luas. Maka, nasihat tentang niat, ikhlas, dan mengurangi beban dunia menjadi sangat relevan agar umat tidak terjerumus dalam kecintaan dunia berlebihan.


Intisari Masalah

  • Manusia sering memberatkan diri dengan kebutuhan yang tak mendesak.
  • Pertolongan Allah bergantung pada kualitas niat.
  • Bekal akhirat lebih penting daripada tumpukan bekal dunia.

Sebab Terjadinya Masalah

  • Kelekatan manusia pada dunia.
  • Lupa bahwa maut lebih dekat daripada rencana.
  • Amal sering tercampur riya atau pamrih duniawi.

Dalil Qur’an dan Hadis

  • QS. Al-Baqarah [2]: 197:
    “Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”
  • Hadis Riwayat Bukhari-Muslim:
    “Sesungguhnya amal itu bergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

Analisis dan Argumentasi

Nasihat Nabi ﷺ bersifat universal: manusia harus menyiapkan hati (kapal) dan amal (bekal) untuk menghadapi kehidupan setelah mati. Kapal yang rapuh (niat rusak) atau muatan berlebihan (cinta dunia) akan tenggelam dalam samudra ujian akhirat. Analogi ini kuat secara psikologis maupun spiritual: bahwa kesederhanaan dan keikhlasan justru memudahkan perjalanan menuju Allah.


Relevansi Saat Ini

Di zaman modern, manusia tenggelam dalam hedonisme, materialisme, dan persaingan duniawi. Rumah, kendaraan, makanan berlebihan, hingga media sosial sering menjadi “beban kapal”. Nasihat Rasulullah ﷺ menjadi terapi spiritual: ringankan beban hidup, sederhanakan kebutuhan, ikhlaskan amal, dan fokus pada akhirat.


Kesimpulan

Pesan Rasulullah ﷺ kepada Abu Dzar adalah seruan abadi agar manusia tidak salah mengisi muatan hidup. Bekal yang sejati adalah takwa dan amal ikhlas, bukan tumpukan dunia.


Muhasabah dan Caranya

  1. Periksa kembali niat setiap amal.
  2. Kurangi kesenangan yang tidak mendesak.
  3. Sedekahkan harta berlebih untuk meringankan beban di akhirat.
  4. Jadikan kesulitan dunia sebagai latihan kesabaran.

Doa

اللَّهُمَّ اجعل نِيَّاتِنَا خَالِصَةً لِوَجهِكَ الكَرِيم، وَهَيِّئ لَنَا زَادًا صَالِحًا يُنِيرُ طَرِيقَنَا إِلَى الآخِرَة، وَخَفِّفْ عَنَّا أَثْقَالَ الدُّنْيَا، وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسنِ الخَاتِمَة.

(Ya Allah, jadikanlah niat kami tulus karena-Mu, siapkan bekal saleh yang menerangi jalan menuju akhirat, ringankan beban dunia dari kami, dan tutup hidup kami dengan husnul khatimah).


Nasehat Para Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Ikhlas adalah ketika pandangan manusia tidak lagi kau pedulikan, yang kau harap hanya ridha Allah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di neraka. Jika aku menyembah-Mu karena berharap surga, tutuplah surga dariku. Tapi jika aku menyembah-Mu karena cinta-Mu, jangan palingkan aku dari-Mu.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Buanglah dunia dari hatimu, maka engkau akan terbang menuju Allah dengan ringan.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Jalan menuju Allah adalah ikhlas yang murni, tanpa pamrih duniawi.”
  • Al-Hallaj: “Yang ada hanyalah Allah, selain itu hanyalah bayangan fana.”
  • Imam al-Ghazali: “Dunia adalah ladang akhirat; jangan biarkan hatimu diperbudak oleh sesuatu yang hanya sarana.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kosongkan hatimu dari dunia, penuhkan dengan Allah, maka engkau akan selamat.”
  • Jalaluddin Rumi: “Kapal tenggelam bukan karena air di sekitarnya, tapi karena air yang masuk ke dalamnya. Dunia jangan sampai masuk ke hatimu.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Ikhlas adalah menyaksikan Allah dalam segala amal, tanpa selain.”
  • Ahmad al-Tijani: “Amal tanpa niat ikhlas hanyalah debu yang beterbangan di padang akhirat.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih al-Bukhari & Muslim.
  3. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  4. Al-Futuhat al-Makkiyah – Ibnu ‘Arabi.
  5. Fath al-Rabbani – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  6. Masnawi – Jalaluddin Rumi.
  7. Risalah al-Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para pembaca yang masih setia menimba hikmah dari warisan Rasulullah ﷺ dan ulama salaf. Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang meringankan beban perjalanan akhirat.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu




PUGARLAH KAPALMU, RINGANKAN BEBANMU

Jalan Panjang Menuju Akhirat

(Oleh: M. Djoko Ekasanu)


Ringkasan Singkat

Rasulullah ﷺ pernah kasih wejangan mendalam buat Abu Dzar al-Ghifari. Beliau mengibaratkan hidup ini kayak perjalanan jauh melintasi samudra. Kalau mau selamat sampai tujuan, kapalnya harus kuat, muatan jangan berlebihan, dan bekalnya cukup. Intinya: niat harus lurus, amal harus ikhlas, dan jangan bawa beban dunia terlalu banyak.


Maksud dan Pesan Utama

  • “Pugar kapalmu” → perbaiki niat biar hati bersih dan amal jadi ibadah.
  • “Lautnya dalam” → perjalanan ke akhirat itu nggak gampang, banyak ujian.
  • “Bekal sempurna” → amal baik, ilmu, dan takwa.
  • “Ringankan beban” → jangan terlalu berat dengan urusan dunia yang nggak penting.
  • “Ikhlas” → semua demi Allah, bukan demi gengsi atau pujian orang.

Kenapa Judulnya Begitu?

Kapal itu lambang hati kita, laut adalah akhirat, muatan adalah amal, dan beban adalah nafsu dunia. Kalau kapal rapuh, muatan salah, dan beban numpuk, pasti karam. Tapi kalau hati bersih dan ringan, perjalanan ke akhirat jadi lebih mudah.


Tujuan dan Manfaat Buat Kita

  1. Biar kita sadar hidup ini bukan sekadar kumpulin harta.
  2. Supaya fokus ngisi hari-hari dengan amal yang bener-bener bermanfaat.
  3. Ngajarin kita buat hidup sederhana dan ikhlas.

Konteks Zaman Nabi

Di masa Rasulullah ﷺ, sahabat hidup apa adanya. Tapi begitu Islam meluas, dunia mulai masuk. Nah, nasihat ini muncul biar umat nggak kebablasan cinta dunia.


Masalah Intinya

  • Banyak orang terlalu sibuk dengan dunia.
  • Lupa kalau kematian itu lebih dekat daripada rencana.
  • Amal sering masih campur pamrih.

Dalil Qur’an & Hadis

  • QS. Al-Baqarah [2]: 197:
    "Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa."

  • Hadis Bukhari-Muslim:
    "Sesungguhnya amal itu bergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan."


Analisis Ringan

Kalau kita renungin, pesan Nabi ﷺ ini tuh universal banget. Manusia sering ribet sama hal-hal kecil dunia, padahal yang paling penting itu bekal akhirat. Dunia boleh ada, tapi jangan jadi beban yang bikin tenggelam.


Relevansi Buat Sekarang

Di era modern, banyak orang malah makin berat bebannya: cicilan, gaya hidup, konten sosial media, pamer sana-sini. Padahal, hidup sederhana, cukup seperlunya, dan ikhlas malah bikin hati adem.


Kesimpulan

Pesan Nabi ﷺ itu kayak reminder abadi: jangan sampai kapal hidup kita rusak gara-gara niat yang salah atau beban dunia yang berlebihan.


Cara Muhasabah (Introspeksi)

  1. Cek ulang niat tiap kali mau berbuat sesuatu.
  2. Hidup sederhana aja, nggak usah semua pengen diturutin.
  3. Rajin sedekah biar beban dunia jadi ringan.
  4. Latih sabar biar hati nggak gampang goyah.

Doa

اللَّهُمَّ اجعل نِيَّاتِنَا خَالِصَةً لِوَجهِكَ الكَرِيم، وَهَيِّئ لَنَا زَادًا صَالِحًا يُنِيرُ طَرِيقَنَا إِلَى الآخِرَة، وَخَفِّفْ عَنَّا أَثْقَالَ الدُّنْيَا، وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسنِ الخَاتِمَة.


Nasehat Ulama & Sufi Besar

  • Hasan al-Bashri: Ikhlas itu ketika nggak peduli pandangan manusia, yang dicari cuma ridha Allah.
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: Ya Allah, kalau aku ibadah karena takut neraka, bakarlah aku di neraka. Kalau aku ibadah karena surga, tutuplah surga dariku. Tapi kalau karena cinta-Mu, jangan jauhkan aku dari-Mu.
  • Abu Yazid al-Bistami: Buang dunia dari hatimu, nanti kamu bisa terbang ringan menuju Allah.
  • Junaid al-Baghdadi: Jalan menuju Allah adalah ikhlas murni, tanpa pamrih.
  • Al-Hallaj: Yang ada hanyalah Allah, selain itu hanya bayangan.
  • Imam al-Ghazali: Dunia itu ladang akhirat, jangan sampai hatimu terikat pada alat semata.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: Kosongkan hatimu dari dunia, penuhi dengan Allah, pasti selamat.
  • Jalaluddin Rumi: Kapal tenggelam bukan karena air di luar, tapi karena air yang masuk ke dalamnya. Begitu juga hati kita dengan dunia.
  • Ibnu ‘Arabi: Ikhlas itu menyaksikan Allah dalam setiap amal, tanpa selain.
  • Ahmad al-Tijani: Amal tanpa ikhlas itu kayak debu, nggak ada harganya di akhirat.

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Shahih Bukhari & Muslim.
  • Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  • Fath al-Rabbani – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  • Masnawi – Jalaluddin Rumi.

Terima Kasih

Terima kasih buat para pembaca yang masih mau merenungi pesan Nabi ﷺ ini. Semoga kita bisa jadi orang-orang yang kapalnya kuat, bebannya ringan, dan perjalanannya selamat sampai ke akhirat.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu



Ilmu, Jalan Menuju Surga.

 




Ilmu, Jalan Menuju Surga

Ringkasan Redaksi Aslinya

Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa ilmu merupakan jalan menuju surga. Setiap sesuatu memiliki jalan dan kunci, dan kunci surga adalah mencintai orang miskin serta faqir. Ilmu bagaikan gudang yang kuncinya adalah bertanya. Kebaikan dunia dan akhirat bersamaan dengan ilmu, sementara kehancuran umat terletak pada meninggalkan ilmu dan terjerat dalam cinta harta. Bahkan, menyembunyikan ilmu merupakan dosa besar hingga segala makhluk melaknat pelakunya.


Maksud

Maksud dari pesan ini adalah menekankan posisi sentral ilmu dalam kehidupan seorang Muslim. Ilmu bukan sekadar wawasan duniawi, tetapi ia adalah bekal menuju akhirat.


Hakikat

Hakikat ilmu adalah cahaya dari Allah yang menerangi hati manusia untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tanpa ilmu, manusia akan kehilangan arah.


Tafsir

  • “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
  • “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Ayat dan hadis ini menegaskan bahwa ilmu adalah tangga yang mengangkat manusia di sisi Allah.


Makna dari Judul

“Ilmu, Jalan Menuju Surga” bermakna bahwa jalan paling pasti menuju ridha Allah bukanlah kekayaan atau kedudukan, melainkan ilmu yang diamalkan dengan ikhlas.


Tujuan dan Manfaat

  • Mengingatkan umat agar tidak meninggalkan ilmu.
  • Membimbing masyarakat untuk lebih peduli pada fakir miskin.
  • Menumbuhkan kesadaran bahwa ilmu adalah ibadah, bukan sekadar profesi.

Latar Belakang Masalah di Jamannya

Pada masa Rasulullah ﷺ, ada golongan yang mengabaikan ilmu agama karena sibuk mengejar harta dan kedudukan. Hal ini menyebabkan lahirnya kelompok munafik, perpecahan, dan kerusakan akhlak.


Intisari Masalah

  • Umat hancur jika meninggalkan ilmu.
  • Cinta dunia berlebihan mempercepat kehancuran.
  • Ilmu yang tidak diamalkan atau disembunyikan adalah bencana.

Sebab Terjadinya Masalah

  1. Lalai dari menuntut ilmu.
  2. Menyalahgunakan ilmu demi kepentingan dunia.
  3. Tidak mencintai fakir miskin.

Dalil Qur’an dan Hadis

  • Q.S. Az-Zumar: 9 – “… Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
  • HR. Tirmidzi – “Barangsiapa ditanya tentang ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan diberi kekang dari api neraka pada hari kiamat.”

Analisis dan Argumentasi

Ilmu adalah pilar peradaban. Jika ilmu ditinggalkan, maka kerusakan moral dan kebodohan akan meluas. Hal inilah yang terjadi pada sebagian umat Islam saat ini—lebih sibuk mengejar dunia daripada menuntut ilmu agama.


Relevansi Saat Ini

Di era modern, umat Islam banyak terjebak pada materialisme. Ilmu agama kurang diprioritaskan dibanding ilmu dunia. Akibatnya, muncul krisis akhlak, perpecahan, dan kesenjangan sosial. Pesan Rasulullah ini sangat relevan sebagai solusi.


Kesimpulan

Ilmu adalah jalan menuju surga, sedangkan meninggalkan ilmu dan mencintai harta secara berlebihan adalah jalan kehancuran umat.


Muhasabah dan Caranya

  • Periksa diri: seberapa banyak waktu kita untuk ilmu agama?
  • Tanyakan: sudahkah ilmu kita bermanfaat untuk orang lain?
  • Caranya: sisihkan waktu harian untuk belajar, berdzikir, dan mengajar.

Doa

“Ya Allah, jadikanlah ilmu kami ilmu yang bermanfaat, hati kami hati yang tunduk, dan amal kami amal yang Engkau ridai. Jauhkanlah kami dari ilmu yang tidak berguna dan hati yang keras.”


Nasehat Para Ulama Sufi

  • Hasan Al-Bashri: “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ilmu yang benar adalah yang membuatmu semakin mencintai Allah.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Ilmu adalah tirai yang menyingkap jalan menuju Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Barangsiapa menempuh jalan ilmu tanpa adab, maka ia tersesat.”
  • Al-Hallaj: “Ilmu yang sejati adalah mengenal Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Ilmu yang tidak mendekatkan pada akhirat adalah bencana.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan berhenti pada ilmu, tapi gunakan ilmu untuk menuju Allah.”
  • Jalaluddin Rumi: “Ilmu tanpa cinta hanyalah huruf mati.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Ilmu hakikat membuka tabir rahasia Allah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Ilmu adalah bekal bagi salik untuk sampai pada Allah.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi.
  3. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  4. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  5. Risalah al-Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi.
  6. Fihi Ma Fihi – Jalaluddin Rumi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para guru, ulama, dan pembaca setia yang terus menjaga semangat menuntut ilmu. Semoga tulisan ini menjadi amal jariyah bagi penulis dan pembaca.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu


Siap, saya bantu bikin redaksi versi sopan santun tapi santai gaul kekinian, biar enak dibaca tapi tetap menjaga makna seriusnya. Saya tetap jaga arti ayat Qur’an dan hadisnya sesuai teks aslinya.


Ilmu, Jalan Pasti ke Surga

Ringkasan

Kalau mau gampangnya gini: semua hal di dunia ini punya jalan, dan jalan paling aman menuju surga itu ya lewat ilmu. Ilmu itu kayak gudang besar, dan kuncinya adalah bertanya. Ilmu bukan cuma bikin hidup dunia lebih berkah, tapi juga jadi bekal akhirat. Sebaliknya, kalau umat ninggalin ilmu dan cuma sibuk ngumpulin harta, ya siap-siap aja hancur. Bahkan, kalau ada orang yang nyimpen ilmu tapi nggak mau berbagi, itu bisa jadi dosa besar banget.


Maksud

Pesan ini intinya ngajak kita buat nggak males belajar. Ilmu itu bukan cuma teori, tapi jalan hidup yang bikin kita lebih dekat sama Allah dan lebih bermanfaat buat orang lain.


Hakikat

Hakikatnya, ilmu itu cahaya dari Allah. Dia yang bikin hati kita bisa bedain mana jalan benar dan mana jalan yang nyasar.


Tafsir Ayat & Hadis

  • “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
  • “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Ayat dan hadis ini jelas banget: ilmu itu bukan sekadar nilai raport atau ijazah, tapi jalan buat naik derajat di sisi Allah.


Judul

“Ilmu, Jalan Pasti ke Surga” maksudnya: kalau mau selamat dunia-akhirat, ya belajar. Bukan sekadar belajar biar kaya, tapi belajar biar hati makin dekat ke Allah.


Tujuan dan Manfaat

  • Supaya kita sadar, ninggalin ilmu itu bikin hancur.
  • Biar kita peduli sama orang-orang kecil, miskin, dan faqir.
  • Ngingetin kalau ilmu itu ibadah, bukan sekadar profesi.

Latar Belakang

Dulu di zaman Rasulullah ﷺ, ada orang-orang yang sibuk ngejar dunia sampai lupa belajar agama. Akhirnya muncul kelompok munafik, perpecahan, bahkan kehancuran akhlak. Itu jadi peringatan buat kita semua.


Inti Masalah

  • Umat bisa jatuh kalau cuek sama ilmu.
  • Kalau cinta harta kebangetan, bakal bikin rusak.
  • Ilmu yang ditimbun tanpa diajarin ke orang lain = dosa.

Penyebab

  1. Malas menuntut ilmu.
  2. Nyalahgunain ilmu buat cari untung dunia.
  3. Kurang peduli sama kaum lemah.

Dalil Pendukung

  • Q.S. Az-Zumar: 9 – “… Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
  • HR. Tirmidzi – “Barangsiapa ditanya tentang ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan diberi kekang dari api neraka pada hari kiamat.”

Analisis

Kalau umat ninggalin ilmu, ya jangan kaget kalau moral rusak, perpecahan makin parah, dan umat gampang dipecah belah. Ilmu itu pondasi. Tanpa ilmu, kita gampang banget digiring ke arah yang salah.


Relevansi Zaman Now

Sekarang, banyak orang lebih fokus ngejar duit dan status sosial daripada ngaji atau belajar agama. Akibatnya, krisis akhlak muncul di mana-mana. Jadi, pesan Nabi ini bener-bener masih fresh buat zaman sekarang.


Kesimpulan

Ilmu itu kunci surga. Jangan pernah ninggalin ilmu, jangan cinta dunia berlebihan, dan jangan pelit berbagi ilmu.


Muhasabah

  • Yuk cek diri: udah luangin waktu buat belajar agama belum?
  • Tanya ke hati: ilmu yang kita punya udah bermanfaat buat orang lain atau belum?
  • Mulai langkah kecil: sisihin waktu harian buat belajar dan ngajarin orang lain.

Doa

“Ya Allah, jadikanlah ilmu kami ilmu yang bermanfaat, hati kami hati yang tunduk, dan amal kami amal yang Engkau ridai. Jauhkanlah kami dari ilmu yang tidak berguna dan hati yang keras.”


Nasehat Para Ulama Sufi

  • Hasan Al-Bashri: “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ilmu yang benar adalah yang bikin kamu makin cinta sama Allah.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Ilmu itu tirai buat nemuin jalan menuju Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Kalau belajar ilmu tanpa adab, ujungnya bisa nyasar.”
  • Al-Hallaj: “Ilmu sejati itu kenal sama Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Ilmu yang nggak bikin kamu inget akhirat = bencana.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan berhenti di ilmu, pakai ilmu buat sampai ke Allah.”
  • Jalaluddin Rumi: “Ilmu tanpa cinta itu kayak huruf mati.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Ilmu hakikat itu buka tabir rahasia Allah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Ilmu itu bekal jalan spiritual buat sampai ke Allah.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi
  • Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali
  • Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  • Risalah al-Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi
  • Fihi Ma Fihi – Jalaluddin Rumi

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat semua guru, ulama, dan pembaca yang terus semangat belajar. Semoga tulisan ini jadi amal jariyah buat penulis dan pembaca.


✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu