Friday, November 26, 2010

Tinja Cair Tak Selalu Berarti Diare

Tinja Cair Tak Selalu Berarti Diare (1)

Foto: Iman

Aduh,Dok, bayi saya, kok, mencret terus, sih. Setiap kali saya kasih ASI,selalu keluar lagi. Apakah ini berbahaya? Lalu, apa yang harus sayalakukan?" keluh seorang ibu di ruang konsultasi dokter.

BAB(buang air besar) pada bayi memang kadang membuat cemas orang tua.Warna, bentuk, dan pola BAB yang berbeda dengan orang dewasa inilahyang kadang menimbulkan kekhawatiran. Jadi, kala si bayi BABnya cair,tak teratur keluarnya, atau warnanya berubah, paniklah kita. Padahalmenurut dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, BAB bayi yang cair adalahwajar dan tak berbahaya.

TERGANTUNG SUSU

BAB bayi, terang Waldi, sangatdipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. "Bayi yang diberikan ASIeksklusif dengan yang disusui memakai susu formula akan berbedaBABnya." Pada bayi yang diberikan ASI ekslusif, tinjanya akan berbentukpasta yang kadang disertai biji-bijian kecil dan warnanya biasanyakuning. Kadang bentuknya bisa lebih cair, sedikit berbusa, dan bisadisertai banyak kentut. Jadi, jangan buru-buru mengasumsikan hal inisebagai diare, ya, Bu. Sebab, terang Waldi lebih lanjut, "selama tumbuhkembangnya bagus, berat badannya naik, berarti bayi itu sehat-sehatsaja."

Pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, tinjanya dapat lebihkeras, bentuknya agak liat dan merongkol-merongkol bulat, serta warnanya coklat tua. "Jadi, yang mengkonsumsi susu formula lah yang terkadang bisa menimbulkan bebelan (susahbuang air besar, Red.)," tukas Waldi. "Sedangkan ASI, tidak. Itulahhebatnya ASI," tambahnya.

HATI-HATI BILA BERWARNA MERAH

Jika pun tinjabayi tak berwarna kuning tapi hijau, misalnya, jangan buru-buru panik.Menurut Waldi, warna tersebut masih dianggap wajar, "karena warna BABbayi juga dipengaruhi oleh jumlah zat empedu yang dikeluarkannya" Lainhalnya bila tinja bayi berwarna merah atau malah putih, ibu patutwaspada. Sebab, terang Waldi, tinja warna merah menandakan sudahbercampur darah. "Ini berarti ada masalah serius di dalam usus bayi."Sedangkan tinja warna putih, biasanya berhubungan dengan masalah yangterjadi di pipa penyaluran empedu; karena cairan di pipa inilah yangmewarnai tinja. "Nah, kalau ada masalah dengan pipa ini, bisa panjangceritanya," ujar Waldi.

Tapi sepanjang tinja bayi tak berwarna putihdan tak ada merah-merahnya, berarti aman-aman saja. Begitupun bilaBABnya cair, tak perlu keburu panik, Bu. Sebab, tutur Waldi, bilaterdapat masalah pencernaan pada bayi, biasanya keluhannya jarangberdiri sendiri. "Jadi, kalau bayi Anda seakan mencret karena minumASI, itu normal-normal saja. Tapi bila mencretnya disertai keluhandemam, muntah, atau keluhan lain, dan mencretnya dalam jumlah sangatbanyak dan mancur, berarti memang ada masalah dengan bayi. Bayi segeraperlu dibawa ke dokter."

PENTINGNYA BAB PERTAMA

Bagaimana denganfrekuensi BAB pada bayi? Menurut Waldi, frekuensi BAB tak bisadijadikan patokan. "Ada bayi yang BAB setiap kali minum susu, tapi adajuga yang tidak BAB selama empat hari misalnya," tuturnya. Biasanyakalau bayi tidak BAB sampai dua atau tiga hari atau bahkan lebih dan iakelihatan normal-normal saja dan tak ada keluhan, seperti tidur tetapbagus, minumnya bagus, semuanya bagus, berarti bayi enggak apa-apa.

Justru yang kerap kali terlewatkan oleh para ibu adalah sejarah BABpertama bayinya: sewaktu 24 jam pertama kelahirannya, apakah bayinyaBAB atau tidak? Bayi yang normal, terang Waldi, akan BAB pada 24 jampertama setelah kelahirannya. "Sayangnya, ya, itu tadi. Banyak ibu yangtak tahu, bahkan para suster/bidan yang merawat bayi di rumah sakit punbanyak yang lupa mencatat kapan BAB bayi waktu pertama kalinya, ataumenceritakannya kepada ibunya."

Padahal saat BAB pertama ini sangatpenting, lo, karena akan dijadikan patokan oleh dokter kalau bayimengalami permasalahan pencernaan di kemudian hari. Misalnya, padabulan-bulan berikutnya BAB bayi tidak lancar. Nah, kalau ibu tak tahuapakah bayinya BAB atau tidak pada hari pertama, tentu sulit bagidokter untuk mengetahui apakah tidak lancarnya BAB itu sebagai polanormal bayi atau memang si bayi mengalami masalah pencernaan. Namun,kalau ibu yakin bayinya tidak BAB dalam 24 jam pertama dan bulanberikutnya dia mengalami kesulitan BAB, itu lampu kuning buat dokteruntuk bertindak lebih lanjut; karena, bisa saja ada gangguan pergerakanusus yang mengakibatkan gangguan BAB.

Jadi, Bu, kalau Anda yakin sikecil BAB pada hari pertama, dijamin pergerakannya pembuangan tinja diususnya normal. "Mengenai bayi tak bisa BAB di bulan selanjutnya,merupakan masalah kedua. Ini biasanya normal karena bayi hanya minumsusu. Bukankah susu tak mengandung serat, sehingga residu atau ampasnyaamat sedikit? Jadi, wajar kalau tinjanya sedikit," tutur Waldi. Juga,kalau bayi tidak BAB selama 3-4 hari, bahkan bisa-bisa tujuh hari,selama ia hanya minum ASI dan riwayat BABnya normal ketika lahir, makamasih boleh dikatakan bayi tak ada gangguan apa-apa.

Tinja Cair Tak Selalu Berarti Diare (2)

Foto: Iman

BUANG AIR KECIL

Tak berbeda dengan BAB, BAK (buang air kecil) pun menutut perhatiandari ibu sejak awal. Pada hari pertama kelahiran, lanjut Waldi, bayibiasanya sudah BAK. "Jadi kalau sampai hari kedua bayi tidak BAK, ibupatut melaporkannya pada dokter karena kemungkinan bayi mengalamimasalah." Masalah yang berkaitan dengan BAK biasanya ada dua. Yangpertama, ada air seni, tapi tak dapat keluar karena ada penyumbatan.Masalah kedua, air seni memang sama sekali tak keluar karena bayimengalami kekurangan cairan.

Pada saat pertama lahir, terang Waldi,sebetulnya bayi memiliki cadangan air cukup banyak. Jadi, tak perlukhawatir bayi akan dehidrasi jika ibu belum bisa menyusui bayinya."Banyak ibu (bahkan bidan pun) yang takut kalau anaknya tak minum padahari pertama sehingga diberi susu formula agar tak kehausan. Inisebenarnya enggak perlu, karena pada hari pertama bayi tak butuh minum.

Yang bisa dilakukan ibu adalah menyiapkan ASI agar dapat diberikan padabayi di hari berikutnya. "Caranya? Dengan membiarkan bayi menetekibunya pada hari pertama itu. Biarpun ASI tak keluar, tindakan tadimerupakan pemicu terjadinya produksi ASI". "Tuhan sudah mengatur denganbaik sekali, kok. Hari pertama saat ASI belum keluar, bayi belummembutuhkan minum.Pada hari kedua, saat ASI keluar sedikit, stok airpada bayi pun mulai menurun. Sedangkan pada hari ketiga, saat stokibunya penuh, stok anaknya berkurang. Jadi, alam sudah mengatur semua,"tutur Waldi lebih lanjut.

Jadi, kalau pada hari pertama kelahirannyabayi minumnya kurang, tak jadi masalah karena bayi sudah punya stokpenyimpanan air. "Karena dia sudah punya cadangan inilah, maka dia akankencing. Nah, kalau ia tidak kencing, maka mungkin ada masalah lain."

Air seni bayi, terang Waldi, biasanya berwarna kuning tua atau kuningmuda. Namun bila bayi banyak minum air putih, maka warna air seninyapun menjadi putih jernih alias tak berwarna. "Semua ini masih normal.Yang tidak wajar justru bila air seni bayi berwarna cokelat seperti tehatau kopi; bisa jadi bayi mengalami gangguan pada fungsi hati atauginjalnya." Kadang, air seni bayi pun berwarna pink. "Umumnya ibu-ibulangsung panik melihat air seni anaknya berwarna pink, karena warnapink diidentikkan dengan darah. Padahal, tak selamanya air seni yangberwarna pink itu bercampur darah. Bisa saja karena air seninyabercampur dengan zat kimia dari diaper bayi."

Namun untuk lebihamannya, anjur Waldi, tak ada salahnya jika membawa air seni itu kelaboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Cara ini paling gampanguntuk memastikan apakah warna pink itu berasal dari darah atau bukan,karena seharusnya dalam kencing tak boleh ada darah. Jadi, boleh warnamerah, tapi bukan darah; dan ini hanya bisa diperiksa di laboratorium,bukan dengan mata kasat."

BOLEH MENGEJAN

Tak jarang bayi BAK denganmengejan. Menurut Waldi, itu hal biasa, asalkan pancarannya normal.Artinya, tak tersendat. Tapi bila air seninya keluar sedikit-sedikit,ini yang perlu mendapat perhatian. Tersendatnya air yang keluar,khususnya yang terjadi pada bayi lelaki, mengindikasikan pintu keluarpada ujung penisnya sempit. Jadi, bila ia BAK, ujung kulupnya akanmengembung sehingga air seni tak bisa memancar keluar dengan baikkarena tertahan oleh lubang yang sangat kecil.

Kalau sudah demikian,orang tua patut mempertimbangkan untuk menyunat bayinya, walaupun adabeberapa dokter yang mencoba meregangkannya dengan alat agar lubangnyalebih lebar. "Tapi cara ini tak menjamin BAK akan lancar, lain dengansunat yang akan menyelesaikan masalah," ujar Waldi. Frekuensi BAK puntak bisa dijadikan patokan sebagai sesuatu yang normal atau tidak.

Menurut Waldi, selama BAK bayi lancar, ya, enggak ada masalah. "Bilabayi hanya BAK sehari, tapi sewaktu BAK air seninya banyak sekali, iniberarti pola BAK bayi normal." Jadi, kalau ada bayi berumur tiga bulan,misalnya, hanya BAK satu kali sehari, cobalah timbang berat badannya.Jika turun beratnya, berarti ia kekurangan cairan. Kalau sudah begitu,pasti bayi memiliki keluhan lain. Kehausan, misalnya. "Kalau enggakkehausan, tapi kencingnya sedikit, ya, enggak apa-apa." Dengan katalain, bayi yang mengalami masalah pada BAK kebanyakan akan memilikikeluhan lain, seperti halnya BAB. Entah itu demam atau panas ataugangguan pertumbuhan. Biasanya juga disertai dengan rewel atau sulittidur. Nah, sudah enggak panik lagi, kan!

BOLEHKAH DITATUR?

Banyakibu yang "melatih" bayinya BAK maupun BAB sejak usia dini, istilahnyaditatur dalam bahasa daerah (Jawa). Tujuannya agar kelak si kecil takmengompol dan BAB di celana lagi setelah usia bayi, di samping agar takrepot karena harus sering mencuci popok bekas ompol maupun BABnya.

Tapi terus terang sangat tak lazim melatih bayi BAB atau BAK. Biasanya toilet training mulaidilakukan saat anak berusia sekitar 2 tahun, dan ini bukan disebut bayilagi. Menurut Waldi dalam kepustakaan disebutkan bahwa latihan kebelakang sebelum usia 18 bulan dapat mengakibatkan pemanjangan latihanhingga mencapai usia 4 tahun!

Jadi latihan yang kepagian akanmemperpanjang proses latihan itu sendiri. Juga suasana yang mendukunglatihan perlu diperhatikan. Sangat perlu diperhatikan agar anak yangingin ditatur sebaiknya juga mempunyai keinginan demikian di dirinya.Dan ini biasanya timbul pada usia antara 18 bulan-2 tahun. Kalau tidak,"bisa-bisa latihan pergi ke toilet ini menjadi suatu pengalaman yang traumatik sehingga malah susah dijalankan," kata Waldi.

Untuk mempermudah pelatihan di toilet sebaiknyaanak mula-mula dipersilakan melihat bagaimana caranya orang dewasa BABdi toilet. Duduk di kursi berpispot dengan menggunakan pakaian lengkapuntuk pelajaran awal juga dianjurkan. "Jangan menggunakan contoh lawanjenis seks ya, nanti bikin bingung. Juga penting diperhatikan," kataWaldi,"bila mau melatih anak BAB di WC, jangan sampai kakinyamenggantung." Sebab, ketika BAB, ia akan menggunakan otot badan untukmenekan perut agar bisa keluar. "Bila kakinya dibiarkan menggantung,pasti anak susah mengejan, dong. Jadi, untuk latihan, pispot lebihdianjurkan karena lebih gampang."

Jadi, kalau mau menggunakanWC, posisi duduk anak harus enak. "Kita harus memberinya tempat pijakandi kaki kiri dan kanan. Biasanya, sih, dengan memberi dua bangku kecilyang rendah sehingga ia bisa duduk dengan menjejakkan kakinya. Janganlupa, suasananya harus senang dan santai."

Faras Handayani/nakita


Bila Si Kecil Terkena Cacar Air

Bila Si Kecil Terkena Cacar Air

Iman Dharma/nakita

M emang bisa sembuh sendiri, tapi sebaiknya orang tua tetap waspada. Adakah upaya menghindarinya ?

"Aduh, anakku kena cacar air, nih. Yang aku takutkan, nanti akan ada bekasnya. Anakku, kan, perempuan," ujar Ibu Ida panik. Kepanikan serupa mungkin pernah juga dialami oleh Anda di rumah saat si kecil terkena cacar air.

Menurut Dr. Tb. Rahmat Sentika, SpA, MARS, cacar air atau chicken pox adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Virus ini menyerang kulit dengan membentuk lesi (luka) yang berisi cairan (serous). Infeksi virus ini biasanya menyerang anak berusia 9 bulan ke atas. "Pada beberapa kasus, cacar air juga bisa menyerang orang-orang dewasa. Tetapi, makin dewasa biasanya makin berkurang." Bayi berusia di bawah 6 bulan jarang terkena penyakit cacar air, karena masih memiliki kekebalan dari ibunya.

"Nah, pada usia 8-9 bulan, bayi tidak lagi memiliki kekebalan dari ibunya," lanjut Rahmat. Penyebab cacar air adalah virus varicella. "Pada cacar biasa virusnya bernama Variola. Cacar variola lebih berat daripada cacar air. Pada cacar variola, lukanya berisi nanah, sedangkan pada cacar air, lukanya berisi cairan," ujar dokter anak dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta ini. Penyakit ini ditularkan melalui udara dan sampai saat ini masih sering menjadi wabah di beberapa tempat dan belum bisa dihapus.

Penyakit cacar air merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penderita cacar air akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya. Cara penularan cacar air bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Karena itu, penderita sebaiknya dipisahkan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya anak-anak. "Karena anak-anak akan lebih cepat tertular. Orang dewasa memang jarang terkena cacar air, tetapi begitu kena biasanya akan lebih berat daripada jika yang terkena anak kecil. Pasalnya, daya tahan tubuh orang dewasa sudah semakin berkurang," lanjut Rahmat.

INFEKSI SEKUNDER

Gejala cacar air antara lain panas tinggi yang berlangsung sekitar 3 hari sampai satu minggu. Kemudian, setelah panas turun, muncul bintik-bintik yang dimulai dari daerah sekitar dada dan kemudian menyebar ke lengan dan kaki. "Gejala lainnya adalah gatal pada bagian kulit yang luka," lanjut Rahmat. Biasanya, pada cacar air juga akan terjadi infeksi sekunder, karena pecahnya lesi (luka) di kulit yang kemudian terkena infeksi bakteri. "Akibatnya, kulit jadi sering rusak," ujar Rahmat.

Cairan atau serous di dalam luka si penderita sifatnya infectious (menular), sehingga jika luka pecah, akibatnya akan menyebar ke bagian lain dari kulit. "Akibatnya, hampir seluruh bagian tubuh pun akan terkena. Biasanya yang paling sering terkena adalah kulit di sekitar punggung lengan, karena kulit di bagian ini lebih tipis," ujar Rahmat.

Timbulnya infeksi sekunder juga akan membuat panas tubuh penderita enggak turun-turun. "Seolah-olah panasnya menetap, meski tidak terlalu tinggi dan tidak sampai normal. Ini biasanya berlangsung sekitar satu minggu," lanjut Rahmat. Baru setelah itu, pada minggu kedua, akan terjadi masa penyembuhan. "Sebetulnya penyakit cacar air termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri (self limiting disease) . Jadi, nggak diobati pun akan sembuh sendiri," ujar Rahmat.

Kemudian, karena disertai dengan radang tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan, maka penderita perlu juga waspada pada kemungkinan terkena radang paru-paru (pneumonia). "Karena terjadi infeksi sekunder, maka perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya infeksi meluas," ujar Rahmat. Meski bukan termasuk penyakit berat, tetapi perlu juga diwaspadai kemungkinan cacar air timbul di bagian tubuh yang berselaput lendir, misalnya di tenggorokan atau mata. "Tetapi ini jarang terjadi," lanjut Rahmat.

SERING MANDI

Menurut Rahmat, sampai saat ini belum terdapat obat-obat antivirus yang efektif untuk mengurangi atau menyembuhkan penyakit ini. Walaupun demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi penderita cacar air. Antara lain, jika masih terdapat luka berisi cairan (serous), sebaiknya jangan dipecahkan. "Kalaupun sudah pecah, sebaiknya hindarkan jangan sampai terjadi infeksi sekunder," ujarnya. Rahmat juga menganjurkan supaya penderita sering-sering mandi.

"Banyak orang yang keliru, justru melarang anaknya yang terkena cacar air mandi." Padahal, lanjut Rahmat, "Dengan mandi, tubuh akan menjadi bersih dan mencegah timbulnya infeksi kuman yang masuk melalui luka. Kalau perlu, mandi 4-5 kali sehari dengan menggunakan sabun antiseptik. Selain itu, mandi juga akan mengurangi gatal," ujar Rahmat. Yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati saat mandi supaya pada bagian yang luka tidak sampai pecah. "Karena itu, pada bagian-bagian yang terkena sebaiknya jangan digosok keras-keras," lanjut Rahmat.

Karena infeksi sekunder tak bisa dihindari, maka penderita sebaiknya juga diberi obat-obat antibiotik. "Bahaya infeksi sekunder adalah munculnya bekas pada kulit seperti bopeng-bopeng. Pada cacar biasa, bopeng ini akan lama hilang dan bahkan tak bisa hilang. Tetapi pada cacar air, bopeng ini akan hilang, tergantung seberapa lesi-nya," lanjut Rahmat. Penderita sebaiknya juga diberikan antivirus yang kini sudah banyak tersedia. "Meski efektifitasnya masih sering diragukan, tetapi kebanyakan dokter akan memberikan obat-obat antivirus ini." Malah, sekarang antibiotik atau antivirus ini ada yang sifatnya topikal atau langsung diberikan berupa salep. "Sehabis mandi, kulit yang sehat diberi bedak cair, sementara pada kulit yang luka diberi salep tadi."

IMUNISASI

Pada umumnya, lanjut Rahmat, karena sifat penyakit ini yang self limiting disease, "Maka yang terutama harus diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan." Biasanya, penderita yang sudah terkena cacar air akan membentuk sistem kekebalan sehingga tidak akan kembali terkena cacar air. Dulu, muncul pengetahuan yang salah di kalangan masyarakat.

"Katanya, kalau ada penderita yang terkena cacar air, deketin saja sehingga ia juga akan terkena. Kalau sudah kena, kan, jadi kebal. Cara ini sebetulnya nggak perlu dan justru berbahaya," tuturnya lagi. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein serta istirahat yang cukup juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita. "Kalau perlu berikan beberapa vitamin dan buah-buahan segar. Dengan cara-cara ini, maka lamanya penyakit akan bisa diperpendek. Kalau biasanya berlangsung dua minggu, maka dengan cara ini mungkin hanya 4 hari," ujar Rahmat.

Untuk mencegah kemungkinan terkena atau tertular cacar air, bisa diberikan imunisasi Varilrix. "Imunisasi sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan ke atas, karena pada usia ini bayi sudah tak lagi memiliki kekebalan tubuh dari ibunya. Dan imunisasi ini biasanya diberikan setelah program imunisasi dasar lain diberikan, misalnya imunisasi campak," ujar Rahmat. Sayang, biaya untuk imunisasi Varilrix cukup mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu. "Sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa membayar imunisasi Varilrix," lanjut Rahmat. Yang penting, saran Rahmat, makan cukup makanan bergizi serta banyak istirahat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Ini merupakan pencegahan yang terbaik."

PERTOLONGAN YANG DILAKUKAN

Apa yang harus Anda lakukan ketika anak Anda terkena cacar air? Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya Perawatan Bayi dan Anak menganjurkan beberapa hal, di antaranya:

* Segera ke dokter Tujuannya untuk memastikan anak Anda menderita cacar air atau bukan. Segera berobat jika timbul kemerahan dan bengkak pada bintik-bintik yang menunjukkan terjadinya infeksi, atau bintik-bintik terus menerus digaruk. Selain itu, segera berobat jika anak demam atau sakit kepala sewaktu bintik-bintik sudah menyebar ke seluruh tubuh dan keadaan anak mulai membaik.

* Olesi losion Untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan penderita, Anda bisa mengatasinya dengan mengoleskan losion kalamin pada bintik-bintik atau memberi kompres hangat dengan larutan soda atau bikarbonat.

* Sering ganti popok Jika si kecil masih memakai popok, popok harus sering diganti. Atau jika mungkin, jangan gunakan popok dulu supaya bintik-bintik cepat kering.

* Gunting kuku Kuku sebaiknya juga dipotong pendek dan larang anak supaya jangan menggaruk.

* Isolasi Yang juga harus dilakukan adalah sedapat mungkin menjauhkan penderita dari anak lain. Kalau perlu, larang ke sekolah dulu sebelum semua bekasnya hilang.

Hasto Prianggoro /nakita

Share

Waspadai Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak

Waspadai Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak

Pugoeh/nakita

P enyakit jantung ternyata tak hanya milik para orang tua. Bayi baru lahir pun bisa kena, lo.

Kegembiraan karena lahirnya si buah hati tak berlangsung lama di rumah Ny. Dinda. Pasalnya, dokter menyatakan bahwa anaknya menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Ia tak kunjung mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi pada anaknya? Menurut dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed.,Paed. , 1 diantara 125 bayi yang lahir hidup menderita PJB. "Penyakit ini tidak memandang tingkat sosial ekonomi atau ras. Tidak pandang bulu, risikonya sama." Penyebab PJB paling banyak adalah multifaktoral. Penyebab multifaktoral bisa karena pengaruh dari ibu saat hamil. Misalnya waktu hamil ibu terkena infeksi rubella. "Kalau ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, maka kemungkinan bayi yang dikandung akan menderita PJB, disamping akibat lain rubella, seperti kebutaan," ujar dokter konsultan ahli jantung anak dari Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Penyebab lain adalah ibu yang suka minum minuman beralkohol saat hamil, ibu yang menderita diabetes mellitus, atau ibu yang mengkonsumsi obat-obat tertentu saat hamil, seperti obat-obat hormon. "Misalnya pil KB tertentu. Si ibu mungkin tidak tahu ia sudah hamil dan terus saja minum obat KB. Nah, hal ini diduga akan menyebabkan anak menderita PJB." Memang, aku Najib, sulit memastikan penyebab pasti PJB. "Kecuali bila diketahui si ibu sebelumnya terkena rubella, atau karena ibu biasa minum minuman beralkohol selama hamil, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah hal-hal tersebut." Kendati sulit diketahui penyebabnya, PJB dapat dideteksi sejak janin masih dalam kandungan berusia 18 minggu.

Biasanya pemeriksaan dilakukan dokter jantung anak dan terutama deteksi dilakukan untuk ibu yang cenderung anaknya menderita PJB. Misalnya, jika anak pertama menderita PJB, maka pada kehamilan kedua kemungkinan bayi juga menderita PJB. Atau jika ibunya diketahui terkena rubella waktu hamil. Selain itu, ibu penderita PJB, maka kemungkinan anaknya terkena PJB akan lebih besar dibandingkan anak dari ibu yang tidak menderita PJB. "Kemungkinannya 3 persen atau satu di antara seratus. Ada juga jenis PJB yang kemungkinan diturunkan ke anaknya sekitar 10 persen."

MUDAH LELAH

Jenis PJB, menurut Najib, sangat beragam. Variasinya bisa lebih dari 20, dan masing-masing memberikan gejala yang berbeda. Paling sering ditemukan kasus terdapatnya celah atau lubang pada sekat antara bilik kiri dan kanan atau sekat antara serambi kiri dan serambi kanan jantung. "Jika lubang atau celahnya kecil, kemungkinan akan menutup sendiri," jelas konsultan ahli rubrik Tanya Jawab Kesehatan Anak nakita ini. Untuk itu, terang Najib, anak penderita PJB akan dilihat perkembangannya. Bila membaik, sampai usia 2-3 tahun, mungkin tak perlu operasi. "Tapi bila celah terus membesar dan pertumbuhan fisik anak terganggu, maka mungkin sebelum satu tahun harus dioperasi."

Jenis lain adalah adanya penyempitan pada saluran keluar atau katup saluran keluar dari jantung. Bisa juga letak pembuluh darah yang tidak normal sehingga pembuluh darah ke paru-paru bertukar tempat dengan pembuluh darah ke badan atau disebut transposisi pembuluh nadi besar. "Akibatnya, badan tidak mendapat oksigen karena semua oksigen lari ke paru-paru. Bila ini terjadi tentu semua fungsi organ akan terganggu." Biasanya ini harus dioperasi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir. Lebih lanjut Najib menerangkan bahwa secara garis besar, PJB dibagi dalam 2 kelompok; PJB biru dan tidak biru. PJB biru biasanya lebih berat. Gejala PJB biru sudah ketahuan ketika bayi baru lahir. "Misalnya bibir atau kukunya berwarna biru. Nah, kita harus pikirkan kemungkinan anak terkena PJB."

Ada juga bayi baru lahir langsung sesak nafas. "Ini harus dioperasi beberapa hari setelah lahir. Kalau tidak, ia bisa tidak tertolong." Gejala lain pada PJB berat, anak mudah lelah. Pada bayi yang masih minum ASI, akan terlihat bahwa ia tidak kuat lama menetek. Sebentar berhenti untuk beristirahat, baru kemudian menetek lagi. Sedangkan pada anak yang lebih besar, ia akan kelihatan tidak kuat bermain lama-lama, mudah lelah, dan dadanya gampang berdebar-debar. Saat berjalan, misalnya, baru berjalan sebentar sudah berjongkok karena kecapekan. Sementara pada PJB ringan kerap muncul tanpa gejala, sehingga tak tampak saat lahir. Umumnya gejala yang muncul adalah anak sering batuk pilek atau panas yang tidak sembuh-sembuh. Yang jelas, apa pun jenisnya, PJB bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Pada beberapa kasus ditemukan fisik anak tidak tumbuh dengan baik. "Badannya kecil, ternyata setelah diperiksa ia menderita PJB. Barulah setelah dioperasi, badannya bisa besar dan gemuk." Artinya kalau pertumbuhan badannya kecil sementara pemeriksaan lain tidak menunjukkan adanya kelainan, harus diwaspadai kemungkinan PJB.

METODE PEMERIKSAAN

Nah, Bu-Pak, untuk memastikan anak terkena PJB atau tidak bisa dilakukan dengan pemeriksaan-pemeriksaan; elektrokardiografi dan ekokardiografi. "Pemeriksaan yang paling pasti dan meyakinkan adalah dengan ekokardiografi. Ekokardiografi hampir mirip dengan pemeriksaan USG pada wanita hamil." Jadi, kalau ada lubang atau celah sedikit saja dengan pemeriksaan ini akan kelihatan. Tentu saja pemeriksaan hanya bisa dilakukan dokter ahli jantung. Pemeriksaan lain dengan kateterisasi. "Selain pemeriksaan, kateterisasi juga merupakan bentuk penanganan. Tujuannya untuk menutup lubang jantung dengan kateterisasi."

Lewat pemeriksaan ini akan diketahui kadar oksigen, ada lubang atau tidak, kemana aliran darah, dan sebagainya. "Tapi kateterisasi kurang menguntungkan karena radiasinya tinggi." Menurut Najib, penanganan PJB sangat tergantung pada jenisnya. Untuk PJB ringan, biasanya tidak masalah. "Seringkali bisa baik sendiri, meski tanpa operasi. Tapi kalau berat, risikonya besar," ujar Najib. Kendati bisa pulih tanpa operasi, bukan berarti PJB ringan tak perlu dimonitor. "PJB harus selalu dimonitor dengan ekokardiografi dan dengan pemeriksaan fisik. Memang ada beberapa jenis yang sampai usia tertentu; 2-4 tahun, kemungkinan bisa membaik sendiri." Namun untuk kasus seperti transposisi pembuluh nadi besar tetap harus dioperasi. "Saat operasi juga tergantung jenis PJB-nya. Misalnya, operasi transposisi pembuluh nadi besar harus dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir." Tapi ada juga kelainan-kelainan lain yang operasinya bisa dilakukan pada usia yang sudah agak besar. "Jadi, penanganannya memang bisa berbeda-beda tergantung jenis dan derajatnya."

HIDUP SECARA NORMAL

Yang jelas, Bu-Pak, bila putra-putri ibu menderita PJB jangan biarkan sampai berlarut-larut. Diakui Najib, terkadang orang tua sering tidak percaya kalau anaknya menderita PJB. "Mereka kemudian pergi ke dokter lain untuk meyakinkan. Akhirnya ketika kembali kondisinya sudah berat," ujar Najib. Padahal, terang Najib, orang tua harus tahu bahwa penyakit jantung tak hanya menyerang orang tua. Anak pun bisa terkena penyakit jantung, termasuk PJB ini. "Ini yang membuat mereka menolak, enggak percaya atau denial ketika diberitahu anaknya menderita PJB."

Itulah mengapa, deteksi dini penting dilakukan. Misalnya, pembuluh darah yang masih belum menutup pada bayi prematur. "Kalau segera diketahui dan diberi obat, mungkin akan segera menutup. Tetapi kalau didiamkan dan baru ketahuan setelah beberapa minggu, maka tidak bisa diberi obat lagi dan harus dioperasi." Selain itu, jika tidak dideteksi dini, jantung yang bekerja terlalu berat bisa mengalami gagal jantung yang bisa berakibat kematian. Artinya, jantung tidak bisa lagi memompa darah sesuai kebutuhan tubuh. Pada PJB, lanjut Najib, jantung dipaksa bekerja dalam kondisi yang tidak normal. "Akibatnya, anak gampang capek. Kalau lelah dan jantung tidak sanggup lagi, akhirnya gagal jantung."

Namun demikian, terang Najib, orang tua sebaiknya jangan terlalu membiarkan, tapi juga jangan terlalu overprotektif pada anak penderita PJB. Misalnya, anak menderita PJB ringan, tapi orang tua selalu melarang karena khawatir. "Hal ini akan mengganggu tumbuh kembang anak. Anak akan merasa dirinya lain dari yang lain, akibatnya ia akan minder." Tapi juga, orang tua juga jangan selalu membolehkan anak, demi pemanjaan atas kondisinya. "Justru orang tua harus tahu mana yang boleh dan mana yang enggak." Misalnya, untuk penderita PJB berat, tidak disarankan melakukan olahraga bersifat kompetitif. "Karena akan membuat anak lupa daratan. Ia terlalu bersemangat, sehingga energinya akan terkuras habis-habisan." Nah, Bu-Pak janganlah terlalu khawatir berlebihan bila salah satu putra-putri Anda menderita PJB. Yang penting, anjur Najib, kontrol teratur. "Ikuti instruksi dan saran dokter supaya kondisi anak tidak tambah buruk. Sehingga anak bisa hidup seperti anak lain, minimal mendekati."

KONTROL SEUMUR HIDUP

Kendati penyebab PJB sulit dipastikan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan anak terkena PJB. Misalnya, memberi suntikan anti rubella atau MMR, terutama pada anak perempuan untuk menghindari terkena infeksi rubella. "Sehingga kelak setelah besar dan hamil, ia tidak terkena rubella," ujar dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed.,Paed. Yang tak kalah penting justru pencegahan saat kehamilan. Misalnya ibu hamil tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan, terutama pada kehamilan trimester pertama. Selain itu, juga menjaga kondisi fisik. Usahakan untuk tidak terkena berbagai infeksi.

Ibu hamil juga tidak boleh minum alkohol. "Bila memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes, sebaiknya dikontrol dengan baik." Langkah berikutnya, bila dicurigai anak menderita PJB, terang Najib, orang tua harus rajin membawa anaknya kontrol teratur pada dokter jantung anak. "Sering terjadi karena tidak ada keluhan, mereka tidak kontrol. Akhirnya kala datang, kondisinya sudah berat." Apalagi bila sudah diketahui menderita PJB, anak harus tetap dimonitor baik sebelum maupun sesudah operasi. "Karena ada beberapa jenis PJB yang setelah operasi tidak bisa kembali normal 100 persen dan harus kontrol seumur hidup."

OPERASI BERBIAYA MAHAL

Operasi jantung membutuhkan biaya cukup mahal. Rata-rata berkisar antara Rp 10-40 juta. Mahalnya operasi karena peralatan yang dibutuhkan sangat banyak. Selain itu, operasi kerap dilakukan lebih dari sekali. "Pada PJB yang berat, bisa dua tiga kali operasi. Sehingga menjadi problem tersendiri buat anak, ia harus di rumah sakit selama berminggu-minggu," terang dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed., Paed. Selain itu, efek kosmetik akibat operasi juga jelek. "Bekas operasi di dada akan tetap tampak. Pada anak, khususnya anak perempuan bisa memberikan efek psikologis yang kurang baik." Selain operasi, ada beberapa cara penanganan tanpa operasi. Misalnya, dengan metode intervensi.

"Metode ini dilakukan dengan memasukkan selang ke pembuluh darah di lipatan paha. Misalnya jika terdapat celah." Pada selang tersebut terdapat alat untuk menutup lubang atau celah pada jantung. "Metode ini tidak meninggalkan cacat bekas operasi, tapi tentu soal biaya jauh lebih mahal." Penanganan lain dengan memberikan obat. Tapi ini hanya pada kasus duktus arteriosus paten (pembuluh darah yang seharusnya menutup, tapi belum menutup) pada bayi prematur. Normalnya pada bayi baru lahir, pembuluh darahnya menutup. "Nah, pemberian obat pada hari-hari pertama kelahirannya bertujuan menutup lubang atau celah tadi. Ini pun kemungkinan menutupnya hanya 25 persen."

Risiko operasi sangat tergantung jenis PJB. Ada beberapa jenis yang angka keberhasilannya 90 persen, ada juga yang 50 persen. "Selain tergantung derajat, juga timing operasinya. Kalau terlambat, ya, angka keberhasilannya menjadi rendah." Yang juga harus diketahui, pada penderita PJB baik yang biru maupun yang tidak biru, jika akan melakukan tindakan operasi kecil, entah itu sunat, cabut gigi, atau tindik telinga, harus diberikan antibiotik terlebih dulu sebelum dan sesudah operasi. "Hal ini untuk mencegah supaya tidak terjadi infeksi pada katup jantung. Jadi, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter jantung anak sebelum melakukan operasi kecil."

Hasto Prianggoro

Kok, Mabuk Terus, Sih?

Kok, Mabuk Terus, Sih?

Iman Dharma/nakita

M eski bukan penyakit berat, tapi mabuk jelas membuat perjalanan tak menyenangkan. Bisakah dihindari?

"Saya benar-benar repot dibuatnya, Dok. Setiap kali bepergian, anak saya selalu mabuk. Biarpun jaraknya dekat, tetap saja mabuk. Kalau jaraknya jauh, mabuknya lebih heboh lagi, bisa muntah berkali-kali. Penyebabnya apa, sih, Dok? Bisa disembuhkan enggak?" pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Ibu Andry di ruang konsultasi dokter anak.

Kita pun sering, kan, mengeluhkan hal yang sama dengan Ibu Andry. Jadi, yuk, kita sama-sama mencari tahu tentang mabuk perjalanan.

GERAKAN SPASIAL

Mabuk, menurut Dr.H. Adi Tagor, Sp.A, DPH, terjadi karena gerakan spasial (ruangan) yang menyebabkan alat keseimbangan terangsang secara berlebihan. Hal ini terjadi karena sensasi gerakan tak sesuai dengan yang dilihat mata sehingga penafsiran otak jadi kacau. Alat keseimbangan terdapat di dalam telinga yang syaraf-syarafnya tersambung ke otak belakang, disebut gyrocensor atau motion censor (sensor keseimbangan). "Semua rangsangan gerak dari luar akan merangsang diri kita melalui sensor tersebut," terangnya. Alat keseimbangan ini seperti dua tabung berbentuk dua lingkaran.

"Lingkaran horisontal letaknya memotong badan kita, sedangkan satunya lagi vertikal atau sejajar dengan sumbu badan kita. Di dalamnya terdapat cairan. Bila ada gerakan memutar, misalnya, maka syaraf akan terangsang." Prinsip alat keseimbangan tak berbeda dengan indra lain, misalnya, lidah yang bisa peka terhadap rasa, baik asem, asin, manis, dan pedas. Reaksi dari rangsangan yang ditimbulkan berupa motion sickness, yaitu keadaan yang ditandai dengan pusing, sakit kepala, mual-mual, sampai muntah-muntah. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akibat gerakan vertikal (naik turun) lebih parah daripada gerakan horisontal (ke kiri dan ke kanan). Misalnya, mobil yang berbelok atau jet coaster yang bergerak memutar naik turun.

"Gyrocensor memang lebih peka terhadap gerakan vertikal. Jadi, gerakan naik turun ini akan lebih merangsang muntah." Kalau anak mengalami dua-duanya sekaligus, misalnya, naik bus di pegunungan yang berkelok-kelok, "maka dua-duanya akan terasa, baik vertikal maupun horisontal." Jadi, Bu-Pak, tak heranlah kalau kemudian si kecil langsung mengalami motion sickness ketika melewati kondisi jalanan seperti itu.

MEMANG SUDAH BAWAAN

Persoalannya, kenapa ada yang langsung bereaksi muntah karena perjalanan berkelok tadi, tapi ada juga yang tidak? Ternyata, kata Adi, sensitivitas alat keseimbangan pada setiap anak berbeda satu sama lain. "Soal sensitif ini memang karena sudah bawaan. Bila sejak kecil sudah peka, ya, sampai tua pun ia akan peka." Alat ini pun, terangnya kemudian, enggak bisa dilatih supaya kepekaannya berkurang.

"Sama seperti orang yang enggak tahan pedas, sampai tua pun ia enggak tahan pedas meski dilatih makan cabe." Pada anak yang sangat peka, mungkin reaksi yang muncul langsung muntah; pada anak lain, mungkin hanya berupa pusing dan mual-mual. Kecuali karena kepekaan gerakan spasial, motion sickness pun dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tubuh. Misalnya, saat anak lebih fresh dan fit, kendati ia memiliki kepekaan tinggi, mungkin motion sickness-nya tak muncul secara parah. Sebaliknya gerakan spasial hebat bisa saja mempengaruhi keseimbangan orang sehat sekalipun. Tak heran bila seorang pilot satu waktu mungkin mengalami motion sickness. "Maka itu mereka dilarang terbang bila sedang flu karena virus bisa mempengaruhi alat keseimbangan." Perlu Bapak-Ibu ketahui pula, anak yang memiliki kecenderungan alergi mudah terkena motion sickness, "karena alergi akan mempengaruhi kinerja alat keseimbangan," terang Adi. Misalnya, anak yang berbakat asma.

"Penderita asma bisa lebih sensitif pada kondisi-kondisi tertentu yang disebut bioritme. Saat bioritmenya rendah, asmanya kumat." Nah, saat asma datang, alat keseimbangan pun jadi terganggu sehingga anak bisa mengalami motion sickness. "Tak beda dengan tubuh kita, bila sedang 'down', kita jadi mudah terserang pilek, kan?" Sebetulnya, Bapak-Ibu bisa mengetahui kepekaan anak terhadap gerakan spasial ini sejak masih bayi. Coba saja, saat bermain dengan bayi, lakukan gerakan naik turun atau mengayun-ayun. "Mungkin bayi akan menjerit karena ia tak pede (percaya diri, Red.) pada keseimbangan dirinya." Selain menjerit, ekspresi takut anak bisa diperlihatkan dengan memejamkan mata, tertawa tapi suaranya getir. Jika parah, bisa sampai muntah, lo.

KERACUNAN POLUTAN

Ternyata, Bu-Pak, muntah-muntah tak selamanya akibat mabuk perjalanan karena gejala serupa muncul pula pada kasus keracunan polutan. Bau solar, misalnya, bisa mengakibatkan muntah-muntah. "Bedanya, pada motion sickness diawali dengan vertigo atau sakit kepala tujuh keliling, baru muntah-muntah. Sedangkan keracunan polutan hanya mual dan muntah tanpa vertigo."

Itulah mengapa, mabuk yang terjadi pada keracunan polutan sama sekali tak ada hubungannya dengan kepekaan spasial. "Mabuk jenis ini akibat toksin yang langsung masuk ke pusat muntah di otak," jelas Adi. Keracunan polutan bisa juga timbul akibat infeksi. Misalnya, anak jajan makanan basi atau minum air mineral yang tak steril sebelum melakukan perjalanan. Bila saat itu daya tahan tubuh lemah, bisa dipastikan 3-6 jam kemudian anak akan muntah-muntah.

Begitu juga bila suasana kendaraan umum terlalu berdesakan sehingga kurang oksigen. Bahkan, bau keringat yang ditimbulkan para penumpang pun bisa merangsang mual dan muntah. Cuma, rangsangannya melalui hidung, bukan telinga.

KEKURANGAN KALORI

Kendati mabuk perjalanan tampak sepele, tapi hati-hati, lo, karena bisa berakibat fatal. "Terutama pada bayi, bila muntah bisa masuk ke paru-paru," jelas Adi. Bila sampai muntah, umumnya anak bisa kembali pulih dengan rentang waktu enggak lebih dari 3 jam. Bila hebat dengan compulsory vomitting (muntah berulang) waktu pemulihannya bisa lebih dari 6 jam.

"Yang jelas, akibat muntah terus menerus, anak bisa tak mendapat intake." Nah, jika selama 12 jam enggak ada kalori yang masuk ke dalam tubuh anak, akan terjadi kekurangan garam dan kalori. "Kalau sudah demikian, anak harus diinfus untuk menggantikan cairan." Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Bapak-Ibu harus waspada jika anak kerap mengalami motion sickness yang berat. Yang pertama harus dilakukan, segera bebaskan jalan nafas anak.

"Baringkan anak dengan posisi miring ke kiri atau ke kanan." Kemudian, bersihkan jalan nafas, yaitu hidung dan mulut. Ibu-Bapak bisa melakukannya sendiri, kok, tanpa harus menunggu pertolongan peralatan canggih; isap saja hidung anak supaya bebas dari muntahan. Jika anak memakai ikat pinggang, lepaskan supaya ia bisa bernafas lega. "Oksigen bisa membantu mengurangi efek-efek yang muncul berikutnya."

Buka jendela mobil, misalnya, dan matikan AC supaya udara segar bisa masuk. Langkah selanjutnya, gosok badannya dengan minyak hangat. Beri juga bau-bauan seperti cologne agar bisa menghilangkan bau-bauan yang merangsang muntah seperti bau keringat atau bau bensin. Jangan lupa beri minum air hangat atau air putih biasa. "Hal ini akan membantu karena reaksi histamin akan diencerkan dan dikeluarkan dari urin." Nah, Bu-Pak, sekarang enggak panik lagi, kan, bila si kecil mabuk. Tak perlu dokter, kok, karena Anda berdua pun bisa mengatasinya.

BERI TAHU ANAK

Orang tua juga harus mendorong anak supaya tetap senang bepergian. "Memang sulit dan butuh dukungan keluarga. Jangan malah melecehkan, 'Ah, Ade payah, enggak berani naik kereta.' Kendati tujuannya bergurau, tapi anak bisa jadi enggak pede," ujar Dr.H. Adi Tagor, Sp.A, DPH . Hal tersebut enggak cuma dialami anak kecil saja, lo, orang dewasa pun bisa enggak percaya diri kalau kelemahannya diekspos.

Tapi ini juga tergantung si anak sendiri. "Bila cerdas dan berani, ia akan cari tahu kenapa selalu pusing setiap kali naik mobil, misalnya. Nah, tugas orang tualah untuk memberi tahu anak supaya ia tahu penyebabnya." Ajari pula anak cara mengatasinya. Agar tujuan tercapai, beri tahu anak dengan bahasa yang tak menakut-nakuti. Kalau tidak, salah-salah dia malah jadi trauma bepergian. Tentu ini akan mengganggu produktivitas dirinya di masa depan, baik dalam arti rekreatif maupun produktivitas sesungguhnya. Semisal, kelak jadi pengusaha yang harus bepergian dari satu kota ke kota lain. "Kalau selalu mabuk, kan, repot juga, ya."

Hasto Prianggoro

Kok, Kepalanya Panjul, Sih?

Kok, Kepalanya Panjul, Sih?

Pugoeh/nakita

J ika ibu melahirkan secara normal, wajarlah bila si kecil kepalanya panjul. Pasalnya, bentuk kepala dipengaruhi oleh proses kelahiran. Lain hal bila kepalanya peyang.

Jadi, Bu-Pak, bila bayi Anda memiliki kepala panjul sementara bayi tetangga atau kerabat Anda kepalanya berbentuk bulat sempurna, kemungkinan besar karena si tetangga/kerabat menjalani kelahiran lewat bedah sesar. "Bila ibu menjalani bedah sesar dan kepala belum masuk ke panggul ibu, bayi lahir melalui jalan yang lebih besar saat operasi sehingga kepalanya cenderung akan berbentuk bagus, yaitu bulat," terang dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Tak demikian halnya dengan bayi yang lahir melalui partus pervaginam atau proses kelahiran normal, "akan memiliki kepala yang sedikit memanjang," lanjut Irawan. Keadaan ini disebabkan kepala yang besar harus melalui jalan lahir yang kecil sehingga tulang kepala harus melakukan penyesuaian yang dalam istilah kedokteran disebut moulage (mulase).

BENGKAK DAN PANJUL

Lebih jauh dijelaskan Irawan, kepala bayi ketika lahir tak seperti kepala setelah lahir. Sebelum lahir, antara tulang kepala bayi sebelah kiri dan sebelah kanan seperti terbelah oleh "jahitan". "Jahitan" tersebut adalah sutura (persendian tak bergerak yang menggabungkan tulang-tulang tengkorak) yang berfungsi untuk mempermudah proses kelahiran. "Kepala ini sebenarnya, kan, tulang. Jadi, sutura diciptakan untuk mempermudah proses kelahiran," jelasnya.

Sewaktu proses kelahiran, sutura akan overlapping, saling menindih sehingga membuat kepala bayi mengecil. Dengan demikian, kepala bayi dapat melewati panggul ibu yang sempit sehingga lahirlah si bayi. Nah, bila proses kelahiran normal mengalami hambatan semisal bayi terlalu lama di dalam panggul ibu, bisa mengalami seval hematom, yaitu pendarahan di kulit kepala yang terjadi karena ibu terlalu lama menekan ketika proses kelahiran, namun bayi tak keluar. "Darah itu, kan, kadang susah diserap oleh kulit sehingga membuat kepala menjadi seperti panjul," terang Irawan.

Kalau ini yang terjadi, dokter pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendiamkannya. "Toh, lama-lama darah tersebut akan diserap sedikit demi sedikit dan sisanya akan menjadi tulang." Tapi, tak usah khawatir, Bu-Pak. Hal ini tak berbahaya karena pendarahannya terjadi di luar tulang kepala.

Pada kelahiran normal yang mengalami hambatan juga bisa terjadi kaput suksedaneum di kepala bayi, yakni bila ibu terlalu lama mengejan sehingga dari pembuluh darah keluar cairan yang merembes ke jaringan kulit kepala bayi. Akibatnya, kepala bayi jadi bengkak atau panjul.

Tapi Bapak dan Ibu juga tak perlu khawatir karena hal ini tak akan berlangsung lama. "Kepala bayi akan berubah ke bentuk normal dalam satu atau dua hari," kata Irawan seraya melanjutkan, "Hal ini hampir sama dengan bayi lahir lewat pertolongan ekstrasi vakum." Bentuk kepalanya akan lebih lonjong akibat bekas tarikan tindakan tersebut. Namun kelainan bentuk kepala ini akan dapat kembali normal dalam satu bulan setelah kelahiran.

KEPALA PEYANG

Bagaimana dengan bentuk kepala peyang ? Kalau yang ini, ujar Irawan, bukan lantaran proses kelahiran. "Kepala peyang biasanya terjadi pada bayi-bayi yang mengalami hipotoni atau kelemahan otot," jelasnya. Umumnya, posisi tidur bayi yang selalu telentang karena lemas sehingga menyebabkan kepala bagian belakang menjadi datar. Biasanya para ibu akan menggunakan bantal peyang karena khawatir kepala bayinya akan peyang.

Menurut Irawan, bila bayi normal atau sehat, bantal peyang sama sekali tak diperlukan. "Karena bayi yang sehat, pada saat tidur pun akan menggerak-gerakkan kepalanya. Terlebih lagi bila umurnya sudah 4 bulan, misalnya, bayi sudah bisa tengkurap sehingga ia akan bolak-balik dari tidur telentang ke tengkurap," terangnya. Jadi, Bu-Pak, tak perlulah si kecil diberi bantal peyang bila ia sehat. Toh, kepalanya tak akan jadi peyang. Lain halnya bila ia mengalami hipotoni, "bantal peyang akan berguna karena kepala bayi ditaruh di tempat yang datar, sehingga sedikit-banyak dapat membantu agar tak terlalu peyang," jelas Irawan.

PERHATIKAN LINGKAR KEPALA

Sebenarnya, kata Irawan, bentuk kepala tak terlalu penting. Yang lebih penting justru ukuran lingkar kepala karena menentukan proses perkembangan otak bayi. "Bila bentuk kepalanya panjul namun lingkar kepalanya normal, ini bukan masalah karena otak bayi akan berkembang dalam keadaan baik," terangnya. Ukuran lingkar kepala bayi yang normal kurang lebih 34 cm pada saat lahir. Selanjutnya akan bertambah 2 cm pada 3 bulan pertama, 1 cm pada 3 bulan kedua, dan 0,5 cm pada 6 bulan selanjutnya.

Mengingat pentingnya ukuran lingkar kepala, Irawan menganjurkan agar orang tua memantaunya secara rutin setiap 1 atau 2 bulan sekali sampai anak berusia 2 tahun. "Akan lebih baik bila hasil ukuran yang didapat tadi, secara telaten dibandingkan dengan grafik ukuran lingkar kepala dari Nelhaus yang selalu terdapat dalam buku catatan bayi." Dalam buku tersebut biasanya ada range atau kurve lingkar kepala.

Bila kurve-nya masih dalam range yang ada, berarti perkembangan kepalanya normal. Jadi, bila dalam grafik terlihat kenaikan yang curam, berarti perkembangan otak bayi tak baik karena perkembangan kepalanya terlalu besar atau dikenal dengan istilah makrosefali. "Kelainan makrosefali sering disebabkan peningkatan jumlah cairan otak atau istilahnya hidrosefalus," jelas Irawan. Sedangkan bila perkembangannya terlalu kecil disebut mikrosefali atau lingkar kepala yang kecil. "Mikrosefali mencerminkan perkembangan otak yang terganggu, misalnya, pada bayi dengan infeksi kongenital ataupun akibat gangguan saat proses persalinan," lanjutnya.

Deteksi dini adanya kelainan dalam ukuran lingkar kepala, tekan Irawan, dapat memberikan tatalaksana yang optimal sehingga gangguan dalam perkembangan anak dapat diminimalisir. Namun demikian, ukuran lingkar kepala tak dapat diterapkan pada semua bayi; terlebih pada bayi prematur karena ukuran lingkar kepalanya memang kecil. Jadi, pada bayi prematur, normal saja bila ukuran lingkar kepalanya kecil. "Tapi bagi bayi yang lahir lebih bulan dan cukup bulan, hal ini berlaku," ujar Irawan.

Bayi yang lahir lebih bulan, misalnya, akan memiliki lingkar kepala yang kecil karena perkembangannya terhambat saat janin. Sedangkan bayi lahir cukup bulan tapi kepalanya kecil, pasti ada gangguan nantinya. Mungkin dalam satu atau dua bulan setelah kelahiran tak terlihat. Tapi, semakin besar dan fungsi otaknya pun semakin kompleks serta penuh, maka akan terlihat si bayi menjadi ketinggalan. Misalnya, hingga usia 3 bulan bayi masih berkembang normal seumpama dapat tengkurap.

Namun di bulan berikutnya ketika bayi lain sudah bisa duduk, misalnya, ia mungkin belum bisa. Itulah mengapa, Irawan menegaskan, ketika bayi lahir, ibu sebaiknya mengetahui berapa ukuran lingkar kepala bayinya, "bukan malah bagaimana bentuk kepalanya." Jadi, Bu-Pak, tak usah risau dengan bentuk kepala si kecil. Meskipun panjul atau peyang, yang penting ukuran lingkar kepalanya normal. Toh, kecantikan/kegantengannya tak akan hilang hanya gara-gara bentuk kepalanya tak bagus. Iya, kan!

UBUN-UBUN

Bapak-Ibu pasti tahu yang disebut ubun-ubun atau fontanela istilah kedokterannya. Itu, lo, bagian kecil dari kepala bayi yang sangat lunak. Saking lunaknya, tak jarang orang tua sampai bergidik bila harus menyentuhnya dalam merawat bayi sehari-hari. Bahkan, ada yang tak berani menyentuhnya sama sekali. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang kita bayangkan karena ia dilapisi oleh membran (selaput tipis jaringan yang menutupi permukaan) yang cukup kuat. Jadi, sekalipun ubun-ubun sampai terkena "tusukan" jari kakak si bayi yang ingin tahu, membran tersebut akan mampu melindunginya.

Ubun-ubun terdiri dari 2 jenis, yaitu fontanela anterior dan fontanela posterior. Fontanela anterior atau fontanela depan terletak di puncak kepala bayi. Bentuknya seperti belah ketupat dan bisa mencapai lebar 5 cm. Fontanela depan akan mulai menutup ketika bayi berusia 6 bulan dan akan tertutup penuh ketika bayi berusia 18 bulan.

Karena letaknya mudah terlihat, keadaan fontanela ini biasanya bisa dijadikan beberapa indikator keadaan bayi. Misalnya, fontanela anterior yang melesak ke bawah biasanya merupakan tanda bahwa bayi sedang mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jadi bila melihat tanda ini sebaiknya bayi segera diberi cairan atau dibawa ke dokter. Atau, fontanela yang menonjol terus dapat menunjukan adanya peningkatan tekanan di dalam kepala. Ini juga segera membutuhkan perhatian dokter.

Sedangkan fontanela posterior terletak di belakang kepala dan bentuknya menyerupai segitiga dengan diameter kurang dari 1,25 cm. Tak seperti fontanela anterior, fontanela posterior tak gampang terlihat oleh orang awam. Ubun-ubun ini biasanya akan menutup pada bulan ketiga.

Kegunaan ubun-ubun yang terlihat lunak sebenarnya ada dua, yaitu untuk mempermudah proses kelahiran seperti yang sudah diutarakan di atas. Yang kedua, agar otak dapat berkembang maksimal. Seperti diketahui perkembangan otak paling pesat terjadFaras Handayanii selama tahun pertama bayi.

Soft Drink Bisa Menyebabkan Jantung Koroner

Soft Drink Bisa Menyebabkan Jantung Koroner

B oleh-boleh saja anak mengkonsumsi soft drink , asalkan tidak menjadi kebiasaan. Pasalnya, soft drink bisa menimbulkan obesitas, yang akhirnya bisa memunculkan jantung koroner di usia dewasa.

"Dok, boleh enggak, sih, anak saya baru tiga tahun minum soft drink? Kata orang, soft drink bahaya buat anak karena mengandung soda, benar begitu, Dok?" tanya Ibu Ina di ruang konsultasi dokter.

Pertanyaan Ibu Ina mungkin sering pula menjadi pertanyaan bagi ibu-ibu lainnya. Soalnya, banyak anak suka minum soft drink maupun minuman kemasan lainnya. Jika minumnya hanya sekali-kali, menurut Dr. Ir. Ali Khomsan, tak masalah. "Tapi jangan dijadikan kebiasaan dan kebutuhan sehari-hari, ya," pesan ahli gizi dari Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB ini. Pasalnya, soft drink yang sebenarnya merupakan bagian dari pola budaya Barat, hanya lebih bersifat sebagai minuman penyegar. Sementara minuman yang dikonsumsi anak, selain sifatnya menyegarkan dan menambah cairan, sebaiknya juga yang bernutrisi. Artinya, ada komponen gizinya. Nah, pada soft drink , kandungan yang diandalkan cuma kalori dan kadang-kadang kafein.

MEMUNCULKAN GEJALA STRES

Sebagaimana kita tahu, kafein akan merangsang denyut jantung sehingga menimbulkan efek terjaga. Itulah mengapa, kalau kita mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, kita jadi merasa lebih bergairah dan segar dibanding minuman yang tanpa kafein. Tapi, bukan berarti tak ada efeknya, lo. Apalagi bila kita mengkomsumsi kafein dengan kue yang banyak mengandung gula di pagi hari, bisa memunculkan gejala stres. Hal ini sudah dibuktikan lewat penelitian. Soalnya, terang Ali Khomsan, konsumsi gula yang tinggi dari kue akan menguras berbagai vitamin B. "Nah, kalau vitamin B terkuras, yang muncul adalah gejala stres, dimana orang mudah terusik atau teriritasi." Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan gula, berarti Bapak dan Ibu menyiapkan hari si kecil dengan stres. Kasihan, kan!

MASIH AMAN, KOK

Namun demikian, soft drink maupun minuman kemasan lainnya masih tergolong aman untuk dikonsumsi anak. Sekalipun soft drink, selain mengandung kafein, juga mengandung soda. "Biasanya soda tersebut diperkaya dengan karbondiokside yang menimbulkan busa. Tapi tarafnya masih aman, kok," kata Ali Khomsan. Beberapa soft drink biasanya juga mengandung vitamin C, misalnya, soft drink rasa jeruk. Masalahnya, minuman kemasan, termasuk soft drink, biasanya disimpan dalam suhu kamar selama sekitar 2 bulan. Misalnya, disimpan di rak penjualan dan belum laku dalam waktu lama. Nah, hal ini membuat kadar kehilangan vitamin C-nya bisa tinggi.

"Vitamin C itu, kan, paling sensitif untuk mengalami kerusakan. Misalnya, karena ekspos sinar matahari." Kemasan dalam botol, misalnya, bisa kehilangan kandungan vitamin C-nya sampai 70 persen. Itulah mengapa, Ali Khomsan menyarankan, sebaiknya membeli yang disimpan di refrigerator. "Meski terjadi kerusakan, tapi tidak tinggi." Oh ya, soft drink dan minuman kemasan lainnya, bisa dipastikan juga mengandung bahan pengawet. Tapi untuk yang satu ini, Bapak-Ibu tak perlu khawatir. Soalnya, bahan pengawet tersebut aman dan memang sudah diijinkan. Jadi, bahan pengawet dalam soft drink enggak ada bahayanya.

ANAK JADI OBESITAS

Sisi positif lain dari soft drink ialah kandungan kalorinya. Menurut penelitian, kutip Ali Khomsan, pemenuhan kebutuhan kalori anak seringkali lebih sulit daripada pemenuhan kebutuhan protein. Akibatnya, banyak anak yang kekurangan kalori daripada protein. "Nah, soft drink bisa bernilai positif dalam hal pemberian kontribusi kalori. Jadi, sebagian kebutuhan kalori pada anak bisa disubstitusi dari soft drink." Disamping itu, soft drink dan berbagai jenis minuman juga bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan cairan anak. "Kita, kan, tinggal di daerah khatulistiwa yang tropis, sehingga cairan yang keluar harus diantisipasi dengan minum cukup.

Kalau seorang anak hanya minum air putih, kadang ia menjadi malas minum. Nah, variasi produk-produk minuman, termasuk soft drink itu positif untuk membentuk pola minum yang baik," terang Ali Khomsan. Hanya saja, perlu Bapak-Ibu ingat, karena kandungan soft drink yang terutama adalah kalori sementara unsur gizi lainnya tak ada, maka soft drink juga bisa mempengaruhi berat badan anak. "Anak bisa menjadi obesitas, lo."

Meskipun belum ada penelitian soal ini, namun sudah menjadi suatu kekhawatiran, apalagi jika minum soft drink sudah menjadi kebiasaan. Akibat lebih jauh, setelah dewasa anak bisa terserang jantung koroner dan stroke. "Tapi tentu dalam jangka panjang. Setelah timbul masalah kegemukan, kemudian terjadi penyumbatan pembuluh darah, baru kemudian jantung dan stroke," terang Ali Khomsan.

SALAH ORANG TUA

Nah, sekarang Bapak dan Ibu sudah lebih paham, kan? Jadi, kita tak bisa bilang bahwa soft drink itu jelek sekali atau baik sekali. Di satu sisi soft drink memang tak begitu bagus, namun di sisi lain soft drink juga punya kelebihan. Yang penting, tekan Ali Khomsan, jangan berlebihan minum soft drink. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan kerap berdampak negatif? Jadi, sepanjang minum soft drink tak menjadi kebiasaan si kecil, Bapak dan Ibu enggak usah terlalu khawatir. Tentu saja, akan lebih baik bila Bapak-Ibu menyediakan minuman yang selain bersifat menyegarkan, juga mengandung nutrisi seperti susu atau orange juice .

Pada orange juice , kandungan vitamin C-nya bisa sampai 50 mg, lo. Ini cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin C pada anak, karena anak membutuhkan vitamin C sekitar 45 mg per hari. Bila si kecil maunya hanya minum soft drink , jangan-jangan kesalahannya ada pada Bapak dan Ibu. Bukankah pola makan dan minum anak dibentuk oleh orang tua? Jadi, kalau setiap hari kita selalu menyediakan soft drink , ya, enggak heran bila si kecil akhirnya minum soft drink melulu. Orang tua yang baik, kata Ali Khomsan, tentunya bisa mengatur kapan anak minum soft drink . "Bila perlu, orang tua bisa mengarahkan anaknya untuk memilih minuman yang lebih bergizi."

Lain hal bila orang tua hanya sekadar untuk mengenalkan dan frekuensinya pun enggak terlalu sering. Apalagi anak-anak di bawah usia 2 tahun, makanannya masih sangat dikontrol ibunya. Nah, ibu yang baik tentunya akan memberikan segala sesuatu yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan anaknya, bukan? Di sinilah pentingnya orangtua mengenalkan makanan yang benar-benar mengandung gizi seimbang sehingga tak menimbulkan masalah kesehatan, termasuk dalam pemilihan minuman.

Jangan pula dilupakan, orang tua adalah individu yang ditiru anak. Jadi, kebiasaan makan orang tua juga akan menentukan kebiasaan makan anak. Tapi, sebagai orang tua, kita, kan, tetap memiliki kekuatan untuk mengarahkan anak memilih makanan atau minuman yang jauh lebih baik. Nah, agar kita bisa mengarahkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak, maka kita harus cukup sadar gizi. Jadi, kita perlu selalu meng-up date diri dengan pengetahuan agar bisa menjaga keluarga dengan baik dari aspek kesehatan dan gizi. Bagaimanapun, pembentukan pola makan yang baik dan perbaikan gizi berasal dari keluarga. Bukan begitu, Bu-Pak?

IMBANGI KEGEMUKAN DENGAN AKTIFITAS FISIK

Di atas telah dikemukakan, bila mengkonsumsi soft drink dijadikan kebiasaan bisa berdampak pada obesitas atau kegemukan. Padahal, bila anak kegemukan dan mengembangkan pola makan yang jelek, maka untuk mengatasi masalah berat badan akan menjadi lebih sulit. Akibatnya, kegemukan ini bisa menetap sampai ia dewasa. Akibat lain, obesitas bisa membuat anak perempuan mengalami haid lebih awal. "Jadi, ia akan mengalami dewasa kelamin lebih dulu," tukas Ali Khomsan .

Namun yang lebih banyak muncul adalah dampak sosial. "Anak menjadi lambat atau malas. Ia lebih menikmati kegiatan yang ringan karena badannya yang kegemukan. Masalah sosial ini lebih sering dialami pada saat anak remaja, meski kelak masalah kesehatan yang akan lebih menonjol saat ia dewasa." Nah, bila si kecil sampai kelebihan berat badan, selain Bapak dan Ibu perlu mengurangi konsumsi soft drink-nya, juga harus diimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi. Banyak, lo, anak yang tampak kegemukan waktu balita, tapi kemudian berat badannya normal saat dewasa karena aktivitasnya yang tinggi

PERLU MELIHAT LABEL GIZI

Biasanya kalau membeli makanan atau minuman kemasan, kita cenderung lebih memperhatikan tanggal kadaluarsanya dibanding kandungan gizinya. "Padahal, di luar negeri, tanggal kadaluarsa merupakan tanggung jawab produsen, bukan konsumen. Jadi, kalau produsen sampai berani menjual barang yang sudah kadaluarsa, mereka bisa dituntut," tutur Ali Khomsan. Jadi, Bu-Pak, sebaiknya perhatikan juga label gizi pada kemasan soft drink ataupun minuman kemasan lainnya yang hendak dibeli.

"Label gizi biasanya mencantumkan kandungan gizi yang ada dalam produk, lalu bandingkan dengan angka kecukupan Gizi yang dianjurkan oleh RDA atau Recommended Dietary Allowances. . Jadi kalau seseorang minum sesuatu, ia akan tahu berapa kontribusi yang diperolehnya sesuai RDA-nya. Di Indonesia RDA memang belum menjadi acuan bagi komposisi label gizi. Paling hanya disebutkan minuman tersebut mengandung zat X sekian, dan seterusnya. Sementara kita enggak pernah tahu kebutuhan gizi kita berapa. Tapi jangan salah, lo, Bu-Pak, semakin tinggi kandungannya belum tentu semakin baik.

MENGENAL VARIASI MINUMAN

Minuman, dalam arti luas, banyak ragamnya. Kita mengenal susu sapi, susu kedelai, kacang hijau, sereal, jus dengan beragam variasi dari berbagai jenis buah-buahan, dan aneka soft drink . "Yang terbaik tentunya nutritious drink daripada minuman yang hanya mengandung kalori," kata Ali Khomsan . Jadi, bila Bapak dan Ibu ingin menjadikan habit, lebih baik memilih nutritious drink selain soft drink. Disamping penting dari segi pemenuhan gizi, beragam jenis minuman tadi juga penting untuk menciptakan selera yang baik bagi anak.

Variasi minuman akan membuat anak mengenal berbagai jenis minuman. Kalau tidak dikenalkan dan hanya mengenal satu jenis minuman, seumur-umur anak hanya mau minum satu jenis minuman. Misalnya, anak cuma doyan soft drink . "Ini, kan, enggak baik. Tapi, kalau anak mengenal variasi banyak minuman, selain tak bosan, anak juga tak menjadi terlalu selektif dalam hal minuman. Apapun yang ada di depannya, ia doyan, sehingga pola makannya pun akan berkembang baik."

Indra Pendengaran Berpengaruh Pada Kecerdasan

Indra Pendengaran Berpengaruh Pada Kecerdasan

A nak-anak yang pada masa bayi memiliki kepekaan pendengaran yang baik, biasanya akan mempunyai kecerdasan yang cukup baik. Kita perlu merangsang kepekaannya. Indra-indra lainnya juga perlu, lo, dirangsang. Mengapa ?

Bayi sudah peka terhadap suara sejak di kandungan. Banyak penelitian telah membuktikannya. Misalnya, bayi akan menunjukkan perubahan kecepatan mengisap dan merespon ketika mendengar musik yang biasa diperdengarkan selama ia masih berada di kandungan, atau ketika ia mendengar tuturan cerita yang pernah didengarnya saat masih di kandungan.

Nah, itu, kan, ada kaitannya dengan perkembangan kognitif. Makanya, seperti dituturkan Lidia L. Hidajat, MPH., kepekaan pendengaran biasanya dikaitkan dengan perkembangan kognitif bayi selanjutnya. "Anak-anak yang pada masa bayi menunjukan kepekaan pendengaran yang baik, biasanya akan mempunyai kecerdasan yang cukup baik," kata psikolog dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini.

RANGSANGAN DENGAN MUSIK

Banyak cara bisa dilakukan orang tua untuk merangsang kepekaan indra pendengaran bayi. Salah satunya dengan memperdengarkan musik. Sebagaimana kita ketahui, sejumlah penelitian telah dilakukan di beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk melihat keterkaitan antara pemberian musik selama bayi di kandungan dengan kecerdasan.

Kendati penelitian di Indonesia, tutur Lidia, belum dapat membuktikan bahwa musik dapat meningkatkan kecerdasan, namun musik jelas dapat menenangkan bayi yang rewel. Jadi, tak ada salahnya Bapak-Ibu merangsang pendengaran si kecil dengan musik. Adapun jenis musik yang disarankan ialah musik klasik atau easy listening . Kenapa tidak jenis musik lain, rock, misalnya? "Karena musik rock, menurut penelitian, dapat mengakibatkan sikap agresif. Sedangkan jenis musik klasik atau musik yang easy listening memiliki nada-nada yang mudah diikuti, termasuk oleh bayi," terang Lidia. Selain musik, "suara ibu-bapak dan orang-orang yang dekat dengan bayi juga dapat merangsang kepekaan indra pendengaran si kecil," tutur Lidia.

Bahkan menurut beberapa pakar, kepekaan pendengaran bayi sebenarnya sudah terasah ketika usianya belum genap tiga hari. Bukankah sejak janin, pendengarannya sudah peka terhadap suara? Nah, pada usia sedini itu, bayi sudah bisa membedakan suara ibunya dari suara orang lain.

Walaupun belum mengerti, bayi juga menunjukan perilaku yang berbeda ketika mendengar bahasa yang biasa diucapkan ibunya ketimbang bahasa lain yang asing di telinganya. Itulah mengapa, para ahli menyarankan agar ibu memberikan contoh bahasa yang baik dan benar. Jadi, jangan omong dengan pengucapan yang dicadelkan, ya, Bu-Pak. Nanti si kecil malah jadi bingung.

"Mainan gemerincing yang banyak dijual di pasaran juga dapat digunakan untuk merangsang kepekaan indra pendengaran bayi," lanjut Lidia. Pada bayi kecil yang belum dapat menggenggam, Ibu dan Bapak bisa merangsangnya dengan membantu mengguncangkan mainan di dekatnya. Lain hal pada bayi yang sudah lebih besar, ia bisa memainkannya sendiri.

HATI-HATI JULING

Bukan berarti cuma indra pendengaran saja yang perlu dirangsang, lo. "Semua indra perlu dirangsang karena ada yang sudah sempurna ketika bayi dilahirkan namun ada yang harus berkembang secara bertahap," jelas Lidia. Ambil contoh indra penglihatan.

Dibanding indra lainnya, indra penglihatan yang berkembang paling akhir. Hal ini berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan organ-organ mata yang halus dan sangat rumit untuk berkembang sempurna. Itulah mengapa, jarak pandang bayi baru lahir hanya berkisar 20-30 cm. Perkembangan selanjutnya terjadi secara bertahap. "Sekitar 4 bulan, bayi sebenarnya sudah dapat membedakan warna merah, biru, hijau dan kuning meskipun belum mengerti nama-namanya," tutur Lidia.

Penglihatan ini menjadi sempurna ketika usia bayi menjelang 6 bulan. Kemudian, di usia 8 bulan ke atas, bayi sudah bisa membandingkan atau membedakan wajah satu dengan wajah lain. Nah, di usia ini, Bapak-Ibu bisa merangsangnya dengan memperlihatkan foto-foto keluarga. Saran Lidia, perangsangan indra penglihatan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan hal-hal yang dapat menyumbang pada perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain dengan memasang gambar-gambar yang cerah-ceria di dinding kamarnya dan mainan gantung.

Khusus mainan gantung, cara menggantungnya harus benar, lo. "Mainan gantung harus dipasang simetris, jangan terlalu ke kiri atau ke kanan." Soalnya, otot mata bayi masih berkembang. Jika bayi sering melihat ke kanan terus atau ke kiri terus, bisa-bisa ia akan mengalami mata juling. Kasihan, kan? Akan halnya TV, pengaruhnya terhadap perkembangan indra penglihatan masih terus diteliti.

Yang jelas, menonton TV terlalu dekat dapat merusak mata. "Kecepatan gerak dan gambar-gambar di TV lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan kemampuan anak untuk berkosentarasi, apakah ia bisa menyesuaikan diri dengan perubahan gambar yang cepat dan sebagainya," terang Lidia. Perangsangan lain ialah mengajak bayi melihat-lihat dunia di luar rumah. Hal ini juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa bosannya. "Jangan salah, lo, kendati masih kecil, bayi juga bisa merasa bosan. Dia juga bisa merasa jenuh kalau hanya di dalam rumah terus-menerus," kata Lidia. Jadi, Bu-Pak, ajaklah si kecil berjalan-jalan. Biarkan dia mengamati pepohonan, dedaunan, bunga-bunganya, atau mobil-mobil yang lewat, dan sebagainya.

PELETAK DASAR RASA PERCAYA

Akan halnya indra peraba, merupakan indra yang pertama berkembang. Itulah mengapa, bayi sangat peka terhadap sentuhan. Menurut sejumlah pakar, kepekaan bayi terhadap sentuhan juga sudah dimulai sejak di kandungan; tepatnya sekitar usia 2 bulan kehamilan ibu dan makin sempurna ketika usia 4 bulan kehamilan. Ini bisa diamati bila tengah dilakukan pemeriksaan USG. Bila posisi tidur ibu miring, maka calon bayi akan terlihat terdorong dan tampak ia akan meringkel.

Setelah lahir ke dunia, indra peraba bayi makin terasah karena sentuhan yang ia rasakan lebih terasa. Jadi, tak benar bila ada yang mengatakan bahwa bayi tak peka akan rasa sakit dan tak peka akan suhu panas serta dingin. Bukankah bila merasa kedinginan atau kepanasan, bayi akan menangis protes? Sayangnya, tutur Lidia, indra peraba biasanya sering dilupakan untuk dirangsang. Padahal, kepekaan bayi akan sentuhan fisik ini sangat perlu dirangsang. Terlebih lagi, seperti dikatakan Eric H. Ericson, pakar psikologi perkembangan, jalinan emosional dan sentuhan pada bayi sangat penting sebagai peletak dasar basic trust ketika bayi dewasa nanti.

Jadi, Bu-Pak, mulai sekarang perhatikanlah pentingnya sentuhan dan pelukan bagi si kecil. Apalagi si kecil juga sangat menikmati perbedaan sentuhan yang didapatnya; sentuhan lembut ibu yang berbeda dengan pelukan kasar dari bapak, juga cara kakek atau nenek menggendongnya. Dalam kaitan ini, indra peraba dan indra penglihatan saling mendukung, lo. Indra penglihatan bisa membantu kedekatan ibu dan bayi, sementara indra peraba bisa membantu perkembangan indra penglihatan.

Caranya, pada saat ibu/bapak menggendong atau bermain dengan si kecil, dekatkan wajah ibu/bapak pada si kecil dan biarkan kedua tangannya yang mungil bermain di wajah bapak/ibu. Bayi senang, lo, mengamati wajah orang dari dekat. Tentu saja, agar kepekaan indra peraba bayi makin terasah, kita pun perlu membiarkannya bereksplorasi dengan mainan dan lingkungan di sekitar rumah.

Jadi, jangan buru-buru dilarang, ya, Bu-Pak, kala melihat si kecil hendak menyentuh mainan atau barang-barang di sekitar rumah. Bapak-Ibu hanya perlu mengawasinya karena ia belum mengerti apa yang berbahaya dan tidak. Bapak-Ibu juga harus menjaga keamanan lingkungan, seperti jauhkan benda-benda kecil yang mudah tertelan oleh bayi atau hati-hati dengan zat-zat kimia, dan sebagainya.

Tapi kalau tak ada hal-hal yang dapat membahayakan bayi, biarkanlah ia bereksplorasi sebebas-bebasnya. Lalu, bagaimana dengan pijat bayi? Menurut penelitian, pijat bayi dapat memberi efek positif bagi bayi-bayi prematur. "Bayi prematur yang dipijat selama 20 menit sehari akan mengalami kenaikan tubuh dan perkembangan umum dengan lebih cepat dibanding bayi prematur yang tak dipijat," tutur Lidia.

Namun begitu, tak ada salahnya bayi normal dipijat. Hanya, saran Lidia, pijat bayi lebih baik ditangani oleh ahlinya. "Kalaupun ibu mau belajar melakukannya, sebaiknya cari informasi yang tepat untuk melakukannya.

LEBIH PEKA KETIMBANG ORANG DEWASA

Jika ketiga indra di atas perlu dirangsang untuk mengasah kepekaannya, maka indra penciuman tak perlu dirangsang secara berlebihan. Pasalnya, indra yang satu ini sudah terlatih dengan sendirinya. Sebagai contoh, bayi sangat peka terhadap bau badan ibu. Jadi bila bayi kecil digendong orang lain lalu menangis, besar kemungkinan karena dia tak menyukai bau orang yang menggendongnya.

"Bayi juga sangat mengenal bau air susu ibu. Bila ada orang yang iseng ingin memberi ASI-nya, kemungkinan besar bayi akan menolak," kata Lidia. Bayi juga sangat mengenal bau kamarnya, sehingga terkadang ia rewel bila dipindahkan ke kamar yang asing baginya. Kadang, indra penciuman bayi malah lebih peka ketimbang orang dewasa. Saking pekanya, maka Lidia menganjurkan orang tua untuk mengenal bau-bau yang disukai bayi dan yang bisa membuatnya merasa nyaman; termasuk bau bedak, sabun, maupun sampo bayi, yang tentunya masih dipilihkan orang tua.

"Seringkali orang tua bingung ketika bayinya mengamuk dan rewel saat dimandikan atau diseka. Padahal ini bisa saja karena perubahan bau sabun, sampo atau kosmetik lainnya. Bukankah orang tua kadan suka menghabiskan stok kado atau mencoba produk-produk baru ?" tuturnya. Perangsangan secara berlebihan juga tak dianjurkan pada indra pengecap bayi. Apalagi bayi yang baru lahir, yang indra pengecapnya baru mengenal ASI. "ASI yang rasanya cenderung manis membuat bayi lebih peka terhadap rasa manis ketimbang asam atau pahit."

Itulah mengapa, bayi akan mengisap lebih keras ketika minuman atau air susu yang diberikan, rasanya mengarah pada manis. Tapi kalau hal ini dibasakan tentunya akan menjadi kebiasaaan yang kadang menyusahkan ketika anak tak mau minum susu kalau tak manis. Disamping itu, kebiasaan ini pun dapat merusak gigi kalau ia belum belajar cara membersihkan gigi. Setelah bayi agak besar, indra pengecapnya akan dirangsang secara naluri. "Byai akan memasukkan semua yang dapat diraih ke dalam mulutnya."

Tak usah khawatir apalagi melarang selama benda yang dimasukkan tak membahayakan bayi. Soalnya, salah satu cara bayi bereksplorasi, ya, dengan indra pengecapnya ini. Jadi, biarkan saja si kecil bereksplorasi selama segala sesuatunya aman bagi si kecil. Nah, kini Bapak dan Ibu sudah semakin paham, kan ? Mulailah untuk merangsang pancaindra si kecil agar kepekaannya makin terasah.

Faras Handayani

Anak Sembelit Jangan Sembarang Dikasih Obat

Anak Sembelit Jangan Sembarang Dikasih Obat

Poeguh/nakita

Tampaknya memang enteng. Tapi, hati-hati, lo, karena bisa berakibat kronis. Pengobatannya sampai berbulan-bulan. Ih, serem amat, ya!

Ma, perutku sakit sekali," keluh Adi pada ibunya. Setelah diselidiki, ternyata sudah empat hari Adi engggak BAB (buang air besar). Ketika dicoba BAB, tinja yang keluar mengeras sehingga Adi kesakitan. "Oh, Adi sembelit, nih," komentar sang ibu, lalu diberilah obat tanpa berkonsultasi lagi pada dokter.

Begitu, kan, yang kerap kita lakukan kala si kecil mengalami kesulitan BAB (buang air besar). Kendatipun ia tak mengeluh sakit, tapi kalau sudah beberapa hari ia enggak BAB, kita langsung bingung dan cepat-cepat memberinya obat. Atau, kalau kita lihat ia sering mengedan karena tinjanya keras, kita pun buru-buru memberinya obat.

Padahal, memberikan obat tanpa konsultasi lagi merupakan tindakan yang kurang tepat. Soalnya, belum tentu benar si anak mengalami sembelit. "Bisa saja karena perutnya yang kosong sehingga ia tidak BAB selama beberapa hari," ujar dr. Badriul Hegar Syarif, Sp.A. Kalau tinjanya keras, boleh jadi lantaran ia kurang mengkonsumsi buah-buhan dan sayuran hijau.

TINJA SANGAT BESAR

Perlu diketahui, pola BAB anak sangat bergantung pada umur, pola makanan, dan kebiasaan anak. Sejumlah penelitian pada anak normal memperlihatkan pola BAB yang cukup bervariasi. "Frekuensi BAB pada minggu-minggu pertama kelahiran dapat mencapai lebih dari 4 kali sehari, karena bayi belum memiliki beberapa enzim pencernaan yang cukup," tutur Hegar. Setelah itu, menurun jadi 1-2 kali sehari pada umur 4 tahun. "Ada juga yang menyebutkan 95 persen anak berumur 1-3 tahun mempunyai pola BAB setiap dua hari," ujar staf pada Sub. Bag. Gastroenterologi Anak FKUI/RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta, ini.

Jadi, tak benar jika selama ini kita beranggapan BAB normal harus terjadi minimal sekali sehari. Nah, pada sembelit atau konstipasi istilah kedokterannya, terang Hegar, ada 3 hal penting yang harus diperhatikan, yaitu frekuensi BAB, konsistensi atau bentuk tinja, dan keadaan klinis. Gejalanya, BAB kurang dari 3 kali seminggu, rasa nyeri saat BAB, rektum terisi penuh oleh tinja yang keras, atau teraba massa tinja pada dinding perut.

"Jika ditemukan minimal satu gejala tersebut, maka bisa dikatakan si anak mengalami konstipasi." Gejala lain yang juga sering dijadikan patokan adalah BAB dengan tinja yang sangat besar setiap 7 hari sekali dan enkopresis (kecepirit) , yaitu keadaan dimana pengeluaran tinja sedikit-sedikit berbentuk cair akibat konstipasi yang telah berlangsung lama.

AKUT DAN KRONIS

Kendati dengan mengenali gejalanya saja bisa diketahui anak mengalami sembelit, namun pemeriksaan secara klinis tetap diperlukan untuk memastikan keluhan yang disampaikan orang tua memang benar suatu konstipasi atau bukan. Soalnya, terang Hegar, anak yang menderita konstipasi berat dapat memperlihatkan BAB cair yang keluar sedikit-sedikit, namun setelah dilakukan pemeriksaan fisis ditemukan massa tinja di dinding perut dan rektumnya.

Sebaliknya, "bayi yang minum ASI dapat saja memperlihatkan pola BAB yang jarang, tapi pada pemeriksaan dinding perut dan rektumnya tak ditemukan massa tinja. Keadaan ini tak dapat disebut sebagai konstipasi." Lagi pula, walaupun sembelit bisa dibilang tak terlalu berat, namun juga tak bisa dianggap sepele karena sembelit ada yang bersifat akut dan kronis. "Dikatakan konstipasi akut bila keluhan timbul selama 1-4 minggu.

Sedangkan konstipasi kronis, keluhannya berlangsung lama, lebih dari sebulan," terang Hegar lagi. Pada konstipasi akut, lanjutnya, pengobatan biasanya cuma perlu beberapa hari saja. Tak demikian halnya dengan konstipasi kronis, "pengobatannya berlangsung lama. Bahkan, ada yang sampai berbulan-bulan, lo." Selain itu, bila pengobatan sederhana yang dilakukan tak memberikan respon, perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan mental sebagai penyebab keadaan konstipasi. Jadi, jangan anggap enteng sembelit, ya, Bu-Pak!

INTERVENSI DIET

Sayangnya, ujar Hegar, kebanyakan orang tua membawa anak ke dokter pada keadaan yang sudah lanjut. Sudah gitu, si orang tua ingin anaknya sembuh dalam sehari. "Ya, enggak bisa, dong, karena penanganannya sangat tergantung pada penyebabnya." Misalnya, jika ditemukan kelainan anatomi, maka koreksi kelainan secara dini sangat diperlukan. Bila penyebabnya stres, maka diupayakan untuk menghilangkan faktor yang diduga sebagai penyebab stresnya.

Yang jelas, bila penanganan diberikan secara tepat, biasanya keluhan akan berlangsung ringan dan sebentar. Namun tentunya dengan catatan, keadaan konstipasinya belum lama. "Tapi kalau orang tua membawa anaknya ke dokter setelah kejadian berlangsung lama, ya, penangananya jadi lebih sulit," bilang Hegar. Sebagai langkah awal dan utama yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi sembelit pada anak ialah intervensi diet.

Berikan makanan mengandung tinggi karbohidrat yang tak dicerna (glukosa polimer), seperti sereal dan beras; tinggi serat (fiber), seperti, buah-buahan (pepaya, jeruk, alpokat) dan sayuran hijau. "Pisang sebaiknya tak diberikan selama mengalami sembelit karena mengandung bahan pektin yang dapat menyebabkan tinja lebih keras." Sedangkan biji selasih sebagaimana sering dianjurkan oleh orang-orang tua, menurut Hegar, boleh saja karena juga mengandung fiber. Lebih tepat lagi bila diberikan cairan lebih banyak, minimal 1,5 liter per hari. Pada keadaan tertentu, seperti terabanya massa tinja di dinding perut atau rektum, anak dapat diberikan pencahar. "Namun penggunaan pencahar sebaiknya dalam pengawasan dokter," tukas Hegar. Pasalnya, jenis, lama, dan dosis pencahar yang diberikan sangat tergantung dari berat ringannya konstipasi. Pencahar dapat diberikan melalui oral (mulut) atau anus.

Pemberian melalui anus biasanya pada keadaan yang lebih berat, dimana tinja tersebut harus segera dikeluarkan setelah dengan pemberian oral atau diet tak menunjukkan hasil. Tak jarang para ibu mengolesi rektum anak dengan minyak kelapa atau baby oil. Menurut Hegar, boleh-boleh saja. Hanya perlu diperhatikan, ada anak yang memiliki kulit sensitif sehingga pemberian minyak bisa menimbulkan iritasi. Kendatipun tak iritasi, sebaiknya jangan terlalu sering. Ingat, lo, Bu-Pak, sembelit bisa bersifat kronis.

BBenarkah Banyak Keringat Pertanda Sakit Jantung?

Benarkah Banyak Keringat Pertanda Sakit Jantung?

M ungkin saja, Bu-Pak, karena keluarnya banyak keringat bisa merupakan gejala penyakit kronis. Tapi, tak usah panik dulu. Bila tak disertai gejala lain, bisa saja itu memang sudah bawaannya sejak bayi.

Sering, kan, kita jumpai anak yang kepala atau telapak tangannya selalu berkeringat. Sampai-sampai si anak mengadu pada orang tuanya dengan kesal karena setiap kali menulis atau memegang sesuatu, telapak tangannya berkeringat. Habis dilap, keringat akan mengucur kembali.

Bahkan, ada anak yang tetap berkeringat meski berada di ruangan ber-AC. Akibatnya, orang tua terpancing dan menduga anaknya masih kepanasan, sehingga AC-nya dibuat lebih dingin dengan harapan anaknya enggak berkeringat lagi. Tapi, ternyata anak tetap berkeringat.

Nah, kebanyakan orang tua lantas menjadi cemas, "Jangan-jangan anak saya terkena penyakit jantung." Bukankah salah satu gejala penyakit jantung adalah penderita mengeluarkan banyak keringat?

DISERTAI GEJALA LAIN

Memang, seperti diakui Dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed. Paed., keluarnya banyak keringat bisa merupakan gejala penyakit kronis, seperti TBC, Malaria, atau gagal jantung. "Tapi jangan dibalik, lo. Bukan banyak keringat yang mengakibatkan penyakit jantung, misalnya," tukas spesialis anak Konsultan Ahli Jantung Anak Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

Keluarnya banyak keringat juga bisa ditemukan pada anak yang memang punya kecenderungan untuk alergi (atopi). Selain itu, tumor pada kelenjar adrenalin juga bisa menyebabkan banyaknya keringat yang keluar. "Tapi ini biasanya disertai dengan gelisah dan tekanan darah tinggi," tutur Najib. Anak dengan obesitas juga sering banyak mengeluarkan keringat, "karena lapisan lemaknya tebal, sehingga ia merasa panas terus," lanjutnya.

Penghentian pemakaian obat-obat tertentu, seperti obat penenang, juga bisa membuat anak berkeringat. "Kalau pemberian obat dihentikan, anak jadi gelisah. Akibatnya, keringat bercucuran." Kondisi lain, karena hipoglikemi (kadar gula darah dalam tubuh menurun), kondisi hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), kekurangan vitamin B6, atau karena intoksikasi (keracunan) salisilat. "Salisilat adalah salah satu obat penurun panas. Jika dosis yang diberikan berlebih akan membuat anak banyak berkeringat."

Dengan demikian, kita patut curiga bila si kecil mengeluarkan banyak keringat disertai gejala-gejala lain, atau sebelumnya tak pernah berkeringat dan tiba-tiba di usia 2 tahun ia mengeluarkan banyak keringat dibarengi gejala-gejala lain.

Misalnya, anak banyak berkeringat dibarengi sesak napas, mungkin merupakan penyakit jantung. Atau, bayi yang enggak kuat menyusu; saat menyusu sebentar-sebentar berhenti dan berkeringat. "Kita harus curiga dan segera membawanya ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut," tukas Najib.

KONDISI YANG NORMAL

Jadi, Bu-Pak, jangan keburu cemas dulu, apalagi sampai panik bila si kecil mengeluarkan banyak keringat. Kalau memang tak ada gejala lain yang menyertainya, berarti banyaknya keringat yang dikeluarkan merupakan kondisi normal yang sering dijumpai pada anak. Terlebih lagi, kata Najib, pada kebanyakan kasus, banyaknya keringat yang keluar bukan lantaran penyakit atau kelainan tertentu. "Bisa saja memang bawaan anak begitu, sejak bayi memang sudah banyak atau gampang berkeringat."

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat anak banyak berkeringat. Diantaranya, emosi. Misalnya, stres. "Ini bisa menyebabkan keringat yang keluar bertambah." terang Najib. Kondisi lain, mungkin pakaian yang dikenakannya terlalu tebal. Apalagi bila gerakan-gerakan fisiknya juga bisa membuat ia gampang berkeringat. "Anak yang sedang demam atau baru sembuh dari demam pun akan mudah berkeringat," tambah Najib.

Disamping itu, suhu lingkungan yang tinggi. Bukankah jika suhu lingkungan tinggi, maka suhu tubuh pun akan terpengaruh? Sehingga, secara mekanisme alamiah, keluarlah keringat. Jadi, normal, kan? Justru dengan keluarnya keringat, suhu tubuh akan turun. Badan pun jadi dingin karena keringat yang keluar akan menguap dan mengambil panas dari kulit.

Oh ya, spicy food atau makanan yang berbumbu, seperti lada atau cabe, juga akan semakin merangsang pengeluaran keringat. Enggak usah pada anak, kita saja yang dewasa jika mengkonsumsi makanan dengan kandungan lada atau cabe juga akan berkeringat lebih banyak dari biasanya. Iya, kan?

KURANGI FAKTOR PENCETUSNYA

Nah, sekarang udah lebih tenang, kan, Bu-Pak? Saran Najib, Ibu-Bapak tak perlu berprasangka yang bukan-bukan selama si kecil pertumbuhannya bagus dan enggak ada gejala-gejala lain yang menyertainya. Apalagi biasanya, semakin besar anak, kondisi ini juga akan semakin menghilang, kok.

Memang ada obat-obatan yang bisa mengurangi pengeluaran keringat untuk sementara waktu. "Tapi, begitu pemakaian obat dihentikan, anak akan kembali berkeringat. Jadi, kita memang enggak anjurkan. Masalahnya, sampai kapan kita harus memberinya obat," tutur Najib.

Yang perlu diperhatikan justru mengurangi faktor-faktor pencetus banyaknya pengeluaran keringat. Misalnya, kalau sudah tahu si anak lebih mudah berkeringat, ya, jangan memakaikan baju tebal-tebal di siang hari bolong. Apalagi saat anaknya sedang beraktivitas di luar rumah. "Sebaiknya gunakan bahan yang menyerap keringat." Kemudian, hindari makanan pencetus, seperti yang mengandung lada dan cabe.

Pada anak obesitas, dianjurkan untuk mengurangi berat badan atau paling tidak pertambahan berat badannya dikurangi. Misalnya, diet; banyak makan sayur dan buah-buahan, hindari makanan yang berlemak dan berkabohidrat tinggi.

Pasti, deh, sekarang Bapak-Ibu sudah enggak khawatir lagi. Iya, kan?

Protein dan Energi Mendukung Kecerdasan

Protein dan Energi Mendukung Kecerdasan

M enciptakan anak cerdas ibarat membangun sebuah rumah. Gizi merupakan bangunan dasarnya.

Seperti kita ketahui, gizi merupakan salah satu faktor pendukung kecerdasan, khususnya pertumbuhan otak. Itulah mengapa, anak harus diberikan makanan bergizi. Bukan hanya setelah ia lahir, tapi juga sejak di kandungan. Terlebih lagi, masa kritis pertumbuhan otak terjadi sejak kehamilan trimester ketiga sampai 18 bulan sesudah lahir.

Jadi, bila ibu hamil kekurangan gizi pasti akan mempengaruhi tumbuh kembang janinnya. "Bila kekurangan timbul pada masa kritis, biasanya tak bisa di-chash-up atau dikoreksi lagi," ujar Dr. dr. Sri Rahayuningsih, M.Sc. Artinya, keadaan ini tak bisa lagi diperbaiki dengan pemberian gizi setelah kelahiran. Soalnya, jumlah sel otak setelah kelahiran tak bisa berkembang lagi.

"Jadi, kecerdasannya hanya sebatas ukuran sejak di kandungan," tandas Sekretaris Program Studi Ilmu Gizi (Pasca Sarjana) FKUI ini. Sebaliknya, bila anak lahir dari ibu yang gizinya baik selama hamil, maka kecerdasannya pun akan juga baik. "Nah, kondisi tersebut harus terus dipertahankan, karena gizi yang sudah baik akan berguna bagi perkembangan taraf kecerdasannya," tutur Sri. Kalau tidak, maka kecerdasannya pun tak akan berkembang optimal.

Nah, salah satu zat gizi yang penting bagi pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan ialah protein dan energi. Sebagaimana dijelaskan Nurfi Afriansyah, SKM pada kesempatan terpisah, "bila kebutuhan energi dan protein ibu hamil tak terpenuhi, maka pertambahan jumlah neuron (sel otak) janin yang dikandungnya akan terganggu atau terhenti, sehingga ukuran kepala dan otak janin secara proporsional menjadi lebih kecil daripada ukuran tubuhnya."

Memang, aku Nurfi, ukuran otak bukan satu-satunya indikator kecerdasan, namun banyak bukti menunjukkan, kecerdasan yang rendah dan fungsi otak yang kurang ada kaitannya dengan otak yang berukuran kecil. Jadi, Bu-Pak, jangan abaikan protein dan energi, ya, baik selama ibu hamil maupun sesudah kelahiran.

PROTEIN HEWANI DAN NABATI

Menurut Sri, baik protein hewani maupun nabati, sama bagusnya untuk perkembangan kecerdasan anak. Karena, terangnya, "begitu protein diserap ke dalam tubuh akan diolah menjadi asam amino, yang merupakan bahan baku protein. Nanti, asam amino ini juga akan diolah lagi menjadi protein yang dibutuhkan oleh tubuh."

Hanya memang, lanjut Sri, protein hewani memiliki struktur sel yang lebih mudah dicerna oleh tubuh, sehingga sisanya sedikit dan komposisi asam amino makanan sumber protein hewani lebih lengkap. "Kalau protein nabati, sulit dicerna karena pada struktur selnya ada selulosanya dan asam aminonya juga kurang."

Bukan berarti protein nabati kalah "pamor" dari protein hewani, lo. Bedanya hanya terletak pada lengkap-tidaknya asam amino dan mudah-tidaknya dicerna protein tersebut. Protein hewani banyak terdapat dalam daging-dagingan, telur, ikan, hati, dan sebagainya. Khusus telur, terang Sri, hanya putihnya yang mengandung protein, sedangkan kuningnya mengandung vitamin dan ada lemaknya.

Akan halnya protein nabati banyak ditemukan pada kacang kedelai dan makanan olahan dari kacang kedelai seperti tempe, tahu, oncom; kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang tanah; jagung; beras; dan gandum. Makanan sumber protein ini sudah bisa diperkenalkan sejak bayi.

Susu, misalnya, didalamnya juga terkandung protein hewani. Jadi, kalau bayi sejak lahir sudah mengkonsumsi susu formula, maka ia sama saja telah mendapatkan protein hewani. Sedangkan anak yang sudah masanya mendapatkan makanan pendamping/tambahan, protein hewani bisa dikonsumsi dari nasi timnya yang ditambah lauk ikan, hati, telur, atau daging.

Tapi, saran Nurfi, bagi anak yang mengalami rawan gizi, sebaiknya mengkonsumsi protein hewani Bila didapati kasus anak alergi makanan tertentu yang merupakan sumber protein, misalnya, alergi pada susu yang proteinnya disebut whey atau kasein, maka bisa diberikan bahan lain seperti susu kedelai. Begitupun bila anak alergi telur, ya, diganti saja dengan daging, ikan, atau hati, dan lainnya. Jadi, pandai-pandainya orang tua saja menyiasatinya. Bahkan, sekalipun anak tak suka mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, misalnya, tak masalah bila ia hanya mengkonsumi makanan sumber protein nabati.

Bukankah keduanya sama bagus? Adapun ukuran protein yang tepat untuk anak usia 0-5 tahun berkisar antara 12-32 gram. Namun begitu, menurut Sri, tak ada dampak negatifnya bila anak diberikan banyak makanan sumber protein asalkan jangan sampai berlebihan.

"Kalau berlebihan, akan membuat berat kerja ginjal sehingga bisa membahayakan kesehatannya," jelas staf pengajar program S1, S2, dan S3 FKUI ini. Terutama pada anak yang tubuhnya ada kelainan disebabkan faktor bawaan sejak lahir, sambung Nurfi, kelebihan protein akan memperberat kerja ginjal. "Tapi kasus ini jarang terjadi, kok," tukasnya. Yang lebih sering justru alergi tadi. "Inilah yang mesti diwaspadai orang tua," sambungnya.

ENERGI UNTUK TENAGA

Mengenai energi, terang Nurfi, merupakan hasil konversi (perubahan) dari karbohidrat, lemak, dan protein yang disebut zat energi makro. Nah, tiga zat energi makro, urutan pertama untuk diubah adalah karbohidrat, lemak dan yang paling akhir adalah protein. "Anak yang sedang tumbuh dan berkembang tentunya banyak memerlukan tenaga, kan? Misalnya, tenaga untuk bermain, belajar, juga tenaga pada saat tidur.

Nah, untuk aktivitas-aktivitas tersebut, anak memerlukan makanan yang mengandung energi tinggi." Kalau tidak, otomatis tenaganya akan berkurang sehingga akan mempengaruhi aktivitasnya. Misalnya, dia jadi tak bergairah untuk bermain. Padahal kita tahu, bermain sangat penting bagi anak. Karena lewat bermain, anak bisa mengembangkan rasa ingin tahunya, misalnya. Nah, kalau tenaganya kurang, anak pun tak berminat untuk bereksplorasi. Kalau ini terus berlangsung, lama-lama, kan, ia bisa jadi pasif. Akhirnya, kecerdasannya pun tak berkembang. Iya, kan?

"Umumnya, makanan sumber energi tinggi sebagai penunjang aktivitas anak lebih difokuskan pada makanan sumber karbohidrat," lanjut Nurfi. Misalnya, biskuit, mi, roti, dan bihun yang terbuat dari tepung-tepungan; nasi atau bubur; dan umbi-umbian seperti kentang serta ketela. "Nah, biasanya anak suka susah makan nasi, justru lauknya yang lebih mudah masuk. Pintar-pintarnya si ibu mengolah dan menyajikannya untuk anak. Misalnya, dibuat arem-arem yang di dalamnya diisi lauk, atau bentuk penyajiannya yang dibuat lucu dan menarik, sehingga anak pun tergoda untuk memakannya."

PENTING STIMULASI

Nah, Bu-Pak, sekarang sudah lebih paham, kan, zat gizi apa saja yang diperlukan untuk kecerdasan dan terdapat dalam makanan apa saja zat gizi tersebut. Bukan berarti zat-zat gizi lainnya enggak penting, lo, semisal vitamin A, seng, zat besi, dan yodium. Sumber vitamin A bisa didapat pada hati, telur, susu mentega atau pada sayuran pro-vitamin A seperti bayam, wortel, pepaya, kangkung dan lain-lain.

Untuk zat besi, bisa didapat dari makanan berprotein hewani tinggi seperti daging-dagingan, hati, telur. Sedangkan seng, sumber utamanya terdapat pada makanan laut seperti tiram atau juga pada telur. Akan halnya yodium, terdapat pada ikan, rumput laut dan lain-lain.

Yang perlu diingat, kecerdasan merupakan proses panjang dan berkesinambungan. Bukan hanya pertumbuhan otak saja, tapi juga pertumbuhan organ-organ tubuh lainnya yang berkembang terus. Itulah mengapa, para ahli selalu menganjurkan, anak harus diberikan makanan dengan gizi seimbang. Namun begitu, kecerdasan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor gizi semata. Sebagaimana kita ketahui, tumbuh kembang seorang anak ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. "Faktor lingkungan memiliki kontribusi terhadap proses tumbuh kembang manusia sekitar 60 persen," ujar Nurfi. Sisanya dikontribusi oleh faktor keturunan.

Itulah mengapa, seorang pemusik, misalnya, akan memiliki anak yang suatu saat mengikuti jejaknya menjadi pemusik juga. "Selain karena ada faktor keturunan, faktor lingkungan juga membentuk anak tersebut," lanjut peneliti pusat Litbang Gizi Depkes, Bogor, ini. Nah, gizi termasuk faktor lingkungan. Namun masih ada lagi dari lingkungan yang harus menjadi perhatian orang tua, yaitu pemberian stimulus sejak lahir. Ibarat bikin rumah, kata Sri, gizi adalah bangunan dasarnya, sedangkan stimulus merupakan kelengkapan yang mengisi rumah.

"Kalau bangunan dasarnya baik, tapi pengisiannya enggak baik, misalnya, anak enggak sekolah atau kurang pergaulan, ya, tentu kecerdasannya juga kurang." Jadi, Bu-Pak, bila si kecil lahir dari orang tua yang cerdas, berarti ia potensial untuk cerdas. Tapi jika ia hanya diberi makanan bergizi dan orang tua kurang atau malah sama sekali tak mengembangkan potensi tersebut, ya, jangan harap si kecil nanti akan secerdas ayah-ibunya. Begitu, lo.