Monday, December 20, 2010

Aspirin Pangkas 50 Persen Risiko Kematian Kanker


Penulis : prita daneswari

Aspirin Pangkas 50 Persen Risiko Kematian Kanker

webmd.com

MENURUTilmuwan Inggris, meminum aspirian setiap hari bisa membantu mengurangi risiko meninggal akibat beberapa jenis kanker tertentu. Kesimpulan itu didapat setelah mereka menemukan bukti signifikan pertama bahwa aspirin mampu memangkas jumlah kematian akibat kanker setelah penggunaan selama lima tahun.

Pengurangan jumlah kematian itu bahkan mencapai 50 persen. Dikatakan semakin lama pasien meminumnya semakin baik perlindungannya terhadap sel kanker. Para ilmuwan menambahkan, orang berusia paruh baya, 45-50 tahun. yang mulai meminum aspirin dosis rendah dan rutin mengonsumsinya selama 20-30 tahun akan mendapatkan manfaat obat itu, terutama karena kanker muncul seiring dengan penambahan usia.

Sebanyak 75 mg dosis aspirin, seperempat dari ukuran standar 300 mg, mampu membantu mencegah serangan jantung dan stroke bahkan pada mereka yang sebelumnya tak pernah didignosis mengidap penyakit kardiovaskular.

Peter Rothwell, dari Rumah Sakit John Radcliffe, Oxford, yang mengepalai studi ini merasa yakin atas hasil penelitian yang ia lakukan. "Penemuan ini membuktikan bahwa aspirin mampu mengurangi risiko kematian akibat kanker," ujarnya seperti dikutip Daily Mail.

Hasil studi ini juga menemukan bahwa setelah lima tahun rutin meminum aspirin, tingkat kematian akibat keseluruhan penyakit kanker menurun hingga 34 persen dan menurun 54 persen pada kelompok penderita kanker pencernaan. Dibutuhkan waktu lima tahun untuk mengidentifikasi manfaat obat ini bagi beberapa jenis kanker seperti esofagus (tenggorok), pankreas, otak, dan beberapa jenis kanker paru-paru. Namun, memakan waktu sepuluh tahun agar fungsi perlindungan berlaku di perut dan kanker kolorektal serta membutuhkan waktu 15 tahun agar efektif pada kanker prostat. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Lancet edisi Desember 2010.(Pri).

Obat Osteoporosis Perlambat Kanker Tulang


Penulis : prita daneswari

Obat Osteoporosis Perlambat Kanker Tulang

marieclaire.com

SEBUAH studi terbaru yang digelar oleh peneliti Inggris telah menemukan bahwa sebuah obat yang biasa digunakan untuk mecegah penipisan tulang bisa memberi harapan kepada pasien kanker agar bertahan hidup lebih lama.

Penderita osteoporosis atau tulang rapuh, oleh dokter, sering diberikan obat guna memperkuat tulang dan memperlambat penipisan tulang. Obat ini ternyata juga bisa diberikan kepada pasien kanker yang mengalami gejala penipisan tulang seperti multiple myeloma di mana sel-sel tulang perlahan merusak tulang sumsum sehingga menyebabkan kerapuhan.

Melalui sebuah studi komprehensif, para peneliti menemukan bahwa obat yang bernama asam zoledronic mampu meningkatkan harapan hidup para penderita kanker yang mengalami penipisan tulang.

Profesor Gareth Morgan dari Institut Penelitian Kanker di London dan Profesor Walter Gregory serta Anthony Child dari Unit Penelitian dan Uji Coba Klinis di Universitas Leeds membandingkan asam zoledronic dengan obat sejenis yakni, asam clodronic, pada 2.000 pasien. Ditemukan bahwa asam zoledronic ternyata bisa mengurangi risiko kematian hingga 16 persen secara rata-rata jika dibandingkan dengan asam clodronic.

"Peningkatan harapan hidup dengan asam zoledronic terbilang signifikan setelah dilakukannya analisis terkait dengan penurunan risiko penipisan tulang. Data ini pun bisa menambah bukti klinis yang mendukung bahwa asam zoledronic mampu menjadi zatantikanker pada pasien yang baru terdiagnosis kanker," kata para peneliti seperti dikutip oleh The Telegraph.

"Meski kami belum mengidentifikasi secara pasti mengenai mekanisme aksi obat tersebut, ini tetaplah merupakan langkah awal penelitian asam zoledronic jika dibandingkan dengan asam clodronic dan ditemukan bahwa asam zoledronic mampu membantu mengatasi multiple myeloma," tambah mereka.

Penemuan ini telah dimuat pada jurnal medis The Lancet edisi Desember 2010 dan dihadirkan pada pertemuan American Society of Hematology di Orlando, Florida. (Pri/OL-06)

Truvada Efektif Pangkas Penularan AIDS


Penulis : Prita Daneswari

Truvada Efektif Pangkas Penularan AIDS

bekhsoos.com

TRUVADA pil yang biasanya digunakan untuk mengobati pasien penderita HIV ternyata efektif mengurangi risiko penularan virus tersebut bila diberikan kepada kaum homoseksual maupun biseksual yang sehat.

Obat ini ampuh memperkecil risiko terinfeksi HIV hingga 44 persennya, bahkan 73 persen bagi mereka yang mengonsumsi pil ini secara rutin. Hal itu disimpulkan setelah diadakan penelitian yang melibatkan 2.500 pria yang berisiko tinggi terinfeksi HIV di Peru, Ekuador, Brasil, Afrika Selatan, Thailand, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, para peneliti khawatir pil ini akan membuat pria merasa lebih aman sehingga mereka malas menggunakan kondom. Namun, mereka malah terkejut ternyata berkat pil ini risiko terinfeksi akibat hubungan seksual yang berisiko malah berkurang.

Hasil ini dinilai sebagai kemajuan besar yang bisa menekan epidemi AIDS pada kaum gay kata Kevin Fenton, Ketua Tim pencegahan AIDS di Pusat Pencegahan dan Pengontrolan Penyakit AS (CDC).

Namun, ia memperingatkan bahwa keuntungan itu tidak berdampak pada mereka yang memang sudah terinfeksi atau mereka yang heteroseksual.

Karena Truvada telah beredar di pasaran, CDC pun bergegas mengembangkan panduan bagi dokter yang ingin menggunakan obat tersebut untuk mencegah infeksi HIV. Maka itu, pihak CDC meminta masyarakat untuk bersabar sebelum obat itu memang resmi dinyatakan bisa melindungi kauk homoseksual dari HIV. Akan tetapi, di sisi lain, harga pil yang mahal hingga US$55.000 hingga US$14 ribu per tahunnya bisa menjadi penghalang kemajuan ini. (Pri/OL-06)

HAART Perlambat Penyebaran AIDS


Penulis : Ikarowina Tarigan

HAART Perlambat Penyebaran AIDS

hghbase.com

PENGOBATAN penyakit HIV yang efektif dan meluas, menurut laporan peneliti, bisa membantu mengurangi angka infeksi baru.

Sejak dikenalkannya obat anti-HIV yang dikenal dengan highly active antiretroviral therapy (HAART) pada 1996, jumlah kasus baru infeksi HIV di Canadian Province of British Columbia telah berkurang lebih dari 50 persen.

"Temuan kami menunjukkan hubungan kuat dan signifikan antara peningkatan cakupan HAART, mengurangi beban virus di komunitas, dan penurunan jumlah HIV baru per tahunnya di Candian Province," tutur Profesor Julio Montaner, direktur British Columbia Centre for Excellence in HIV/AIDS, seperti dikutip situs healthday.com, Minggu (18/7).

HAART, terang Montaner, memperlambat perkembangan gejala-gejala HIV/AIDS. Tim peneliti menganalisis data dari Columbia Centre for Disease Control dan menemukan bahwa antara 1996 dan 2009, jumlah orang yang menerima HAART meningkat dari 837 menjadi 5.413 (meningkat 547 persen) dan jumlah kasus HIV baru menurun dari 702 menjadi 338 per tahun (menurun 52 persen).

Kasus HIV baru turun sebanyak 30 persen antara 1996 dan 2000, menurun dua persen antara 2001 dan 2003, dan turun lagi sebanyak 17 persen antara 2004 dan 2009. Pedoman pengobatan yang berkembang memicu peningkatan penggunaan HAART pada 1996 hingga 2000 dan 2004 hingga 2009.

Penurunan kasus HIV baru terbesar (hampir 50 persen) terjadi antara 1996 dan 2009 di kalangan pengguna obat injeksi.

Peneliti juga menemukan, angka penyakit menular seksual dan infeksi hepatitis C selama tahun terakhir studi meningkat. Hal ini, terang peneliti, mengindikasikan bahwa penurunan kasus baru HIV tidak turut serta mengurangi perilaku seksual berisiko terkait penyebaran HIV.

"Temuan kami mendukung manfaat penggunaan HAART dalam panduan medis yang ada sekarang untuk mengurangi penyebaran HIV dan menyediakan metode pencegahan HIV dan pengobatan dikotomi, sebagaimana dianjurkan oleh program PBB mengenai HIV/AIDS sebagai bagian dari strategi pencegahan kombinasi," papar peneliti. (IK/OL-06)

Antibodi Justru Berpotensi Jadi Vaksin HIV


Penulis : Ikarowina Tarigan

Antibodi Justru Berpotensi Jadi Vaksin HIV

wordsforgood.org

PENELITI telah menemukan antibodi yang bisa melindungi dari serangan AIDS. Selain itu, menurut temuan peneliti, antibodi tersebut juga bisa digunakan untuk mendisain vaksin melawan virus fatal dan virus yang tidak bisa disembuhkan.

Beberapa orang membuat protein sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi penyakit tersebut. Hal ini, terang peneliti, membantu mereka bertahan lebih lama. Peneliti berharap bisa mengembangkan virus yang bisa memicu tubuh setiap orang untuk memproduksi antibodi super ini.

Antibodi yang tidak efektif atau langsung nonaktif setelah berhadapan dengan beberapa rangkaian virus HIV umum dijumpai. Hingga tahun lalu, hanya beberapa yang ditemukan bisa menetralkan sejumlah besar rangkaian dan tidak satu pun yang bisa berkerja pada lebih dari 40 persen kasus.

Sekarang, peneliti telah menemukan tiga antibodi kuat. Satu dari tiga antibodi, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Science ini, bisa menetralkan 91 persen rangkaian HIV.

"Ini merupakan sebuah antibodi yang berkembang setelah terinfeksi. Ini merupakan bagian yang telah dihadapi terkait HIV, begitu seseorang terinfeksi, virus selalu mendahului sistem kekebalan tubuh," tutur penulis studi Dr Gary Nabel dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Jumat (9/7). Dengan vaksin, lanjut Nabel, kita berusaha mendahului virus.

Berdasarkan data global, AIDS menginfeksi sekitar 33 juta orang dan telah membunuh 25 juta orang sejak pandemi mulai di awal 1980-an. Belum ada vaksin atau penyembuh, meskipun obat-obat yang membantu pasien mengontrol AIDS dan memperpanjang angka harapan hidup terus bertambah.

Virus HIV sulit dilawan karena menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh dan juga bermutasi secara konstan. Peneliti kesulitan membuat vaksin yang bisa menyerang virus tersebut.

September tahun lalu, peneliti melaporkan sukses besar dengan vaksin yang terlihat memperlambat kecepatan inefksi hingga sekitar 30 persen pada relawan dari Thailand. Tapi, satu analisis mengklaim bahwa hasil temuan tersebut tidak signifikan secara statistik.

Peneliti telah mencari bagian virus yang tidak bermutasi. Dengan begitu, peneliti bisa mendisain vaksin yanga akan melawan versi yang berubah secara konstan.

Nabel dan timnya menemukan dua dari antibodi tersebut dalam darah pasien yang telah terinfeksi HIV (yang belum menjadi sakit meskipun sudah terinfeksi) dengan menggunakan perangkat molekular baru. Salah satu antibodi meniru cara sel kekebalan tubuh (dikenal dengan CD4 T-cell) menempel ke bagian virus AIDS (dikenal dengan gp120).

"Antibodi melekat pada bagian virus yang tidak berubah. Hal ini menjelaskan mengapa antibodi tersebut bisa menetralkan rangkaian HIV yang tidak biasa," terang co-author studi Dr John Mascola.

Dalam percobaan lain, tim membekukan salah satu antibodi dalam proses menempel dan menetralkan virus. Peneliti selanjutnya bisa mempelajari antibodi tersebut dengan menciptakan gambaran tingkat atomik dalam proses yang disebut x-ray crystallography.

Berbagai terbosoan telah menyediakan pencerahan dalam penelitian HIV."Saya lebih optimis mengenai vaksin AIDS saat ini dibandingkan 10 tahun terakhir," terang Nabel. (IK/OL-06)

Benlysta, Terobosan Baru Pengobatan Lupus


Penulis : prita daneswari

Benlysta Terobosan Baru Pengobatan Lupus

healthlifeandstuff.com

DEWAN penasihat Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) telah merekomendasikan sebuah obat baru bagi penanganan penyakit lupus. Ini merupakan obat pertama yang dinilai mampu mengatasi penyakit itu semenjak 50 tahun lalu.

Salah seorang juru bicara FDA mengatakan dewan tersebut telah mengadakan voting dan hasilnya, obat bernama Benlysta yang telah melalui uji coba terapi yang dikembangkan Human Genome Sciences dan GlaxoSmithKline pun disetujui penggunaannya. Selanjutnya, pemasaran resmi Benlysta akan diputuskan Desember 2010.

Lima juta orang di dunia kini mengidap lupus. Ras Asia dan kulit hitam lebih rentan terhadap penyakit ini ketimbang mereka yang berkulit putih. "Kami sangat senang dapat mengabarkan bahwa Benlysta telah lulus uji coba dan menjadi obat pertama bagi penyembuha lupus," kata Sandra Raymond, Presiden Yayasan Lupus di Amerika.

Sebenarnya,sebelum ini juga ada beberapa upaya pengobatan terhadap lupus, penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang pada umumnya menyerang perempuan pada usia subur. Gejala penyakit ini biasanya berupa badan panas, sendi bengkak, ruam pada kulit, dan kerusakan pada ginjal, paru-paru atau sistem syaraf pusat. (Pri/OL-06)

Sirup Obat Batuk Bantu Sembuhkan Kanker


Penulis : prita daneswari


Sirup Obat Batuk Bantu Sembuhkan Kanker

clenbuteral.eu

SIRUP obat batuk bisa membantu pengobatan kanker. Namun bagi perempuan biasanya mereka memiliki respons yang berbeda-beda terhadap obat kanker Tamoxifen sehingga perlu dosis yang berbeda.

Peneliti dari Pusat Kesehatan Erasmus di Rotterdam menemukan bahwa tubuh perempuan merespons suatu zat dalam obat batuk dalam dosis yang sama. Hal itu nantinya bisa mempermudah penyerapan obat. Tak hanya itu, sirup obat batuk pun memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Adapun Tamoxifen bekerja dengan memblokir efek hormon estrogen yang bisa memicu pertumbuhan kanker. Untuk bisa bekerja dengan baik obat itu haruslah larut terlebih dahulu di dalam tubuh. Sayangnya kemampuan setiap orang berbeda-beda dalam melarutkannya bergantung pada metabolisme tubuh.

Maka itulah, para peneliti dari 'Negeri Kincir Angin' memercayai bahwa obat dextromethorphan yang biasa untuk meredakan batuk berbentuk sirup bisa membantu. Obat ini memiliki daya larut yang sama di setiap tubuh dan seperti halnya Tamoxifen, obat ini relatif tidak berbahaya jika dibandingkan dengan obat antikanker lainnya.

Anne-Joy de Graan, pemimpin penelitian ini, memberikan para pasien kanker payudara dosis kecil sirup obat batuk sebelum mereka meminum pil Tamoxifen 2 jam kemudian. Kemudia tes darah pun diambil untuk mengetahui kecocokan sirup obat batuk dengan Tamoxifen.

Hasilnya, sirup obat batuk mampu mendukung kadar bahan kimia yang diperlukan saat Tamoxifen pecah. Anne-Joy de Graan mengatakan, "Tamoxifen akan diresepkan bagi para pasien perempuan selama 5 tahun. Bila diketahui metabolisme tubunhya menemui kesulitan dalam mencerna Tamoxifen, barulah diputuskan unruk menjalani terapi menggunakan obat batuk ini." (Pri/OL-06)

Sunitinib Harapan Baru Penderita Kanker Pankreas


Penulis : prita daneswari

Sunitinib Harapan Baru Penderita Kanker Pankreas

ecvv.com

PASIEN kanker pankreas kini memiliki harapan baru dengan hadirnya obat yang bisa menggandakan kesempatan mereka untuk bertahan hidup. Obat bernama Sunitinib ini merupakan obat pertama yang diresmikan sebagai perawatan bagi tumor pankreas neuroendokrin (NET).

Pemerintah Eropa akhirnya menyetujui penggunaan sunitinib untuk penyakit tersebut setelah hasil uji coba menunjukkan bahwa obat ini mempu meningkatkan kesempatan hidup pasien dari 5,5 bulan menjadi 11,4 bulan tanpa disertai gejala buruk.

Data lengkap tentang keberlangsungan hidup pasien secara keseluruhan memang belum tersedia. Namun, sejauh ini, pasien yang meminum sunitinib terbukti mampu bertahan hidup lebih lama jika dibandingkan mereka yang diberikan plasebo.

Penyakit NET berkembang di dalam sel islet yang memproduksi insulin di pankreas. Penyakit ini pada umumnya menyerang mereka yang berusia antara 40 dan 60 tahun.

Dr Juan Valle, onkologi medis di Universitas Manchester dan Christie dari NHS Foundation Trust menuturkan, "Setelah selama bertahun-tahun ini menganalisis perawatan terbaik bagi NET, akhirnya kami menemukan bahwa sunitinib mampu memberikan harapan bagi pasien yang hidup dengan penyakit NET yang memang sulit untuk disembuhkan ini."

Sunitinib, beredar di pasar obat Eropa dengan nama merek Sutent dan sebelumnya memang dikenal sebagai obat kanker ginjal stadium lanjut. (Pri/OL-06)

Pil Kontrasepsi Diduga Picu Kanker Payudara


Penulis : prita daneswari

Pil Kontrasepsi Diduga Picu Kanker Payudara

telegraph.co.uk

PARA ilmuwan berharap suatu hari nanti perempuan dengan mudah dapat mencegah dirinya terkena kanker payudara hanya dengan meminum obat, terlebih kini ada dugaan bahwa pil kontrasepsi dan terapi hormon ternyata dapat memicu timbulnya penyakit tersebut.

Pada penelitian sebelumnya, dikemukakan, hormon progestin yang biasa digunakan dalam terapi hormon (HRT) dan pil kontrasepsi ternyata terkait dengan perkembangan kanker payudara. Kini, sekelompok ilmuwan malah mengklaim protein yang berperan dalam metabolisme tulang mungkin memiliki peran dalam pengobatan kanker payudara. Ketika orang memiliki terlalu banyak protein, atau RANKL, ia akan berisiko mengalami osteoporosis.

Dalam penelitian yang digelar Institut Biologi Molekular di Akademi Ilmu Pengetahuan Austria di Vienna bekerja sama dengan Universitas College London mendemonstrasikan bahwa progestin memicu protein RANKL pada sel-sel di payudara tikus.

Namun, dalam sebuah penelitian terpisah yang digelar peneliti AS dan diketuai William Dougall, para peneliti malah menemukan bahwa mengobati tikus dengan inhibitor RANKL mengurangi peran progestin yang yang memicu kanker payudara. Kedua penelitian di atas telah dimuat pada jurnal Nature, edisi Oktober 2010.

Para peneliti mengemukakan penelitian lebih lanjut memang diperlukan, tapi mereka berharap uji klinis dapat dilakukan guna menganalisis efek RANKL bila digunakan pada pengobatan kanker payudara. Prof Penninger mengatakan, "Sepuluh tahun yang lalu, kami memformulakan hipotesis bahwa RANKL mungkin memiliki peran dalam kanker payurada dan kami pun membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya tercetus hasil penelitian ini." (Pri/OL-06)

Multivitamin dan Kalsium Kurangi Risiko Kanker

Multivitamin dan Kalsium Kurangi Risiko Kanker
Penulis : Ikarowina Tarigan

Multivitamin dan Kalsium Kurangi Risiko Kanker

dailymail.co.uk

PEREMPUAN yang menggunakan tablet multivitamin bersamaan dengan suplemen kalsium, menurut temuan studi, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara.

Peneliti tidak menyebutkan jenis vitamin yang spesifik. Tapi, studi ini mengindikasikan bahwa paduan beberapa vitamin secara bersamaan akan mendatangkan manfaat positif.

"Efek ini terlihat dengan penggunaan multivitamin, bukan hanya satu vitamin saja," tutur co-author studi Dr. Jaime Matta, seorang profesor di bidang farmakologi, fisiologi dan toksikologi dari Ponce School of Medicine di Ponce, Puerto Rico."Kemungkinan vitamin-vitamin bekerja lebih baik saat bersama-sama dibandingkan bekerja sendiri-sendiri," terang Matta, seperti dikutip situs healthday.com, Minggu (18/4).

Menurut Dr. Manuel Bayona dari Ponce, mengonsumsi multivitamin dan suplemen kalisum sangat bermanfaat dalam melindungi serangan kanker payudara."Kami tidak tahu vitamin yang mana karena mereka adalah multivitamin," tutur Bayona.

Temuan ini, terang peneliti, kelihatannya bertentangan dengan laporan sebelumnya. Menurut temuan sebelumnya, berbagai bentuk suplemen yang mengandung satu jenis vitamin termasuk E dan C tidak mencegah kanker payudara pada perempuan. Studi-studi lain mengindikasikan bahwa vitamin-vitamin dalam bentuk tunggal mempunyai efek perlindungan.

Peneliti menemukan, perempuan berusia lebih tua, memiliki kemampuan DNA memperbaiki diri rendah, sejarah keluarga menderita kanker payudara dan tidak pernah menyusui memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara.

Dan mengonsumsi tablet multivitamin, berdasarkan temuan studi, terbukti mengurangi risiko tumor sebesar 30 persen. Sedang suplemen kalsium mengurangi risiko hingga 40 persen.

Akan tetapi, direktur strategi epidemiologi nutrisi dari American Cancer Society, Marji McCullough, menyatakan bahwa temuan ini kurang meyakinkan."Bukti total hingga saat ini belum mendukung penggunaan vitamin dan kalsium untuk mencegah kanker payudara." (IK/OL-08)

Vaksin: Harapan Baru Pengidap Kanker Payudara


Penulis : Ikarowina Tarigan

Vaksin Harapan Baru Pengidap Kanker Payudara

img.thesun.co.uk/images

Para ahli dari Medical Sciences Universitas Arkansas akan memulai percobaan klinik terhadap vaksin yang berfungsi mencegah kambuhnya kanker payudara.

Menurut Laura Hutchins, direktur divisi hematologi dan onkologi, yang sekaligus juga pemimpin penelitian, jika berhasil, vaksin ini tidak akan digunakan untuk menggantikan pengobatan tradisional seperti kemoterapi dan radiasi tetapi akan digunakan sebagai pengobatan tambahan bagi pasien.

Thomas Kieber-Emmons, direktur penelitian dasar kanker payudara di UAMS Winthrop P. Rockefeller Cancer Institute, mengatakan bahwa vaksin ini dikembangkan dalam studi selama 1 dekade yang mempelajari sistim kekebalan tubuh. Menurut dia, kuncinya utamanya adalah memahami bagaimana molekul-molekul yang berbeda bekerja sama membasmi penyakit.

Sel-sel kanker payudara ditutupi oleh molekul-molekul yang dikenal dengan antigen, yang bisa memicu produksi antibodi yang berfungsi memerangi sel-sel kanker payudara. Tetapi, antigen karbohidrat pada sel-sel kanker tidak menstimulus sebuah respon sistim imun yang kuat.

Kieber-Emmons dan tim-nya menemukan pendekatan alternatif. Mereka mengembangkan antigen peptida (peptide antigen) yang menyerupai karbohidrat.

Peptida ini merupakan suatu komponen yang terdiri dari dua atau lebih asam amino. Vaksin dengan dasar peptida ini mengelabui tubuh untuk memproduksi antibodi dengan target peptida pada vaksin dan karbohidrat yang mereka tiru pada sel-sel kanker payudara.

Percobaan akan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama akan berlangsung selama 4-6 bulan, dan melibatkan perempuan pengidap kanker payudara ganas dan perempuan dengan kanker yang muncul kembali setelah sebelumnya mengalami pengurangan gejala. Para perempuan ini akan menerima 5 dosis vaksin.

Tahap ke-2 akan berlangsung sekitar 1 tahun dan melibatkan perempuan yang pernah mengidap kanker payudara dan sedang tidak mengalami gejala tetapi berisiko tinggi mengidap kanker payudara kembali. Perempuan ini telah berhenti melakukan kemoterapi paling tidak selama 6 bulan. Jumlah pasien yang akan berpartisipasi dalam studi ini belum ditetapkan.

Kanker payudara merupakan penyebab kematian utama pada perempuan-perempuan hispanik dan penyebab kematian nomor 2 pada perempuan kulit putih, hitam, serta perempuan Asia dan Indian Amerika. Pada tahun 2004, 40.954 perempuan meninggal karena kanker payudara.

Kurang Vitamin D dan Risiko Kanker Payudara


Penulis :

Kurang Vitamin D dan Risiko Kanker Payudara

stoke.xchng

Kekurangan vitamin D banyak terjadi pada wanita yang di diagnosa mengidap kanker payudara, dan bisa jadi meningkatkan risiko kanker yang menyebar dan menyebabkan kematian.

Dalam sebuah penelitian terbaru, wanita dengan kekurangan vitamin D ketika di diagnosa mengidap kanker payudara, cenderung mengalami 94 % penyebaran kanker dan 73 % diperkirakan akan meninggal 10 tahun mendatang, dibandingkan dengan wanita yang kebutuhannya akan vitamin D tercukupi.

Lebih dari 1 dari 3 wanita mengalami kekurangan vitamin D.

Vitamin D dapat ditemukan di beberapa makanan, seperti susu dan sereal yang difortifikasi, dan dibuat dengan tubuh setelah pencahayaan matahari yang berguna bagi kesehatan tulang.

Dari sudut pandang ilmu biologi, dapat masuk diakal bahwa vitamin D dapat mengerem penyebaran dan perkembangan kanker payudara. "Sel kanker payudara memiliki reseptor vitamin D, dan ketika reseptor ini diaktifkan oleh vitamin D, rangkaian kecepatan molecular berubah sehingga memperlambat pertumbuhan sel, menyebabkan sel tersebut mati dan membuat kanker berkurang keagresifannya," ujar Pamela Goodwin, MD, di universitas Toronto.

"Tapi, wanita dengan kanker payudara mungkin menginginkan kadar vitamin D mereka diperiksa pada pemeriksaan darah dan mendapatkan kadar vitamin D yang normal," kata Goodwin seperti dikutip WebMD.

Jika Anda tidak mengetahuitingkat vitamin D Anda, segera kunjungi dokter ANda dan lakukan tes darah. Julie Gralow, MD, ketua ASCO Komite Komunikasi Kanker, menyarankan bahwa wanita yang mengidap kanker payudara mengambil inisiatif dan tanyakan mengenai kadar vitamin D Anda.

Goodwin mengatakan, ada fakta yang menyarankan untuk wanita yang mengalami kekurangan vitamin D sebaiknya mengonsumsi 800 International Unit (IU) vitamin D per hari untuk meningkatkan kadar optimal.

Untuk orang yang tidak mengalami kekurangan vitamin D, rekomendasi yang biasa digunakan dalam mengonsumsi vitamin D pada usia 0 - 50 tahun untuk mengonsumsi 200 IU vitamin D per harinya, dengan 400 IU direkomendasikan untuk mereka yang berumur 51 - 70 tahun. Setelah usia 70, direkomendasikan mengonsumsi 600 IU vitamin D per harinya.

HRT tidak Efektif Lawan Kanker Payudara


Penulis : *

HRT tidak Efektif Lawan Kanker Payudara

telegraph.co.uk

SEBUAH penelitian baru yang kontroversial yaitu penggunaan HRT (Hormone Replacement Therapy) bisa melindungi seorang wanita dari penyakit kanker payudara daripada pemicunya. Namun para peneliti di konferensi AS mengkritik kajian itu karena menyebabkan kebingungan di kalangan wanita karena hormon tersebut bekerja tidak signifikan.

Penelitian terbaru itu menguji efek estrogen dengan penggunaan HRT yang diresepkan pada wanita yang sudah mengalami pembedahan di kandungannya. Tetapi analisis baru yang didapat dari data yang dikumpulkan sebelumnya menunjukkan wanita yang tidak punya riwayat keluarga pengidap kanker payudara yang mengambil terapi tersebut berisiko 30-40% terkena kanker payudara. Temuan ini disajikan di San Antonio Breast Cancer Symposium.

Profesor Ragaz dan rekannya menganalisa ulang data dari WHI (Women Health Initiative) mengenai percobaan HRT. Studi WHI ini diluncurkan pada tahun 1991 mencakup lebih dari 161.000 peserta wanita berusia 50 hingga 79 tahun.

Sekitar satu juta wanita di Inggris saat ini menjalani HRT guna memerangi gejala menopause. Padahal satu dekade lalu berjumlah tiga juta perempuan.

"Pengurangan tingkat terjangkitnya kanker payudara pada wanita kandidat terapi HRT adalah penemuan baru. Padahal estrogen terkait dengan insiden yang lebih tinggi dari kanker payudara," ungkap Ragaz.

Paradoks in disebabkan karena estrogen mendorong perkembangan kanker payudara ketika hormon tersebut dihasilkan oleh tubuh. Namun tidak demikian bila diberikan melalui HRT.

Lebih dari setengah perempuan yang mengambil terapi HRT harus bersamaan menggunakan hormon progesteron untuk perlindungan terhadap kanker rahim.

Terkait perbedaan pendapat terapi HRT, Kepala Kebijakan Terobosan Kanker Payudara. Dr. Sarah Rawlings menyarankan agar setiap wanita yang ingin mengambil terapi HRT setidaknya perlu bicara lebih lanjut tentang risiko dan manfaatnya dengan dokter ahli mereka. (*/OL-06)

Apa yang menyebabkan kanker payudara?


Sel kanker merupakan sel yang mengalami pertumbuhan abnormal. Begitu juga dengan sel kanker payudara, sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab spesifik kanker payudara. Walaupun demikian, terdapat sejumlah faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, antara lain:

  • perubahan sifat pertumbuhan sel payudara menjadi ganas
  • tubuh gagal membangun sistem pertahanan tubuh
  • faktor gizi yang buruk pada makanan yang dimakan
  • penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengguna terapi estrogen replacement)
  • payudara yang sering diremas / dipencet
  • minum alkohol dan merokok
  • obesitas pada wanita setelah menopause: diet berpengaruh terhadap keganasan sel kanker
  • konsumsi lemak dan serat
  • radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas; tergantung dosis dan umur saat terkena paparan radiasi
  • faktor genetik dan riwayat keluarga (hubungan dengan gen tertentu)

Ada begitu banyak kemungkinan penyebab kanker payudara, dan mungkin saja perkembangan sel kanker tersebut dipicu oleh kombinasi beberapa faktor di atas. Yang bisa Anda lakukan adalah memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas dan selalu waspada. Lakukan pemeriksaan rutin terhadap payudara Anda untuk deteksi dini adanya kanker.

Kenali ciri-ciri kanker payudara


Sesuai namanya, kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkembangnya sel kanker di daerah payudara. Penyakit ini kebanyakan menyerang perempuan, tetapi laki-laki juga bisa terkena. Kangker payudara merupakan jenis penyakit kanker dengan jumlah penderita terbanyak nomor dua di dunia. Sedangkan dari tingkat kematian, jenis kangker ini menyebabkan kematian nomor lima terbesar di dunia.

Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu.

Berikut antara lain hal-hal yang harus Anda perhatikan yang merupakan gejala kanker payudara:

  • benjolan pada payudara anda berubah bentuk / ukuran
  • kulit payudara berubah warna: dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk
  • puting susu masuk ke dalam (retraksi)
  • salah satu puting susu tiba-tiba lepas / hilang
  • bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul
  • kulit payudara terasa seperti terbakar
  • payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, padahal Anda tidak menyusui

Tanda kanker payudara yang paling jelas adalah adanya borok (ulkus) pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara. Gejala lainnya adalah payudara sering berbau busuk dan mudah berdarah.

Sedangkan untuk gejala kanker payudara stadium lanjut, berikut adalah kutipan dari Wikipedia:

Sedangkan untuk gejala kanker payudara stadium lanjut, berikut adalah kutipan dari Wikipedia:

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:

  • terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
  • adanya nodul satelit pada kulit payudara;
  • kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
  • terdapat model parasternal;
  • terdapat nodul supraklavikula;
  • adanya edema lengan;
  • adanya metastase jauh;
  • serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Sejumlah tanda di atas memang merupakan ciri-ciri kanker payudara. Walaupun demikian, jika Anda mengalami satu atau lebih hal di atas, belum tentu Anda menderita kangker payudara. Cobalah periksakan diri Anda ke dokter dan lakukan tes mammografi. Nanti dokter akan menganalisa mammogram yang dihasilkan dan memberikan saran untuk Anda.