TAJUK UTAMA: HISAB PERTAMA DI HADAPAN ALLAH
“Dari Lauhul Mahfuzh Hingga Hati Manusia”
Ringkasan Redaksi Asli Hadits
Sesungguhnya telah terdapat dalam hadits, bahwasanya yang pertama kali
dimintai perhitungan oleh Allah adalah Lauhul Mahfudh, dengan sekiranya diberikan
pengetahuan, akal, dan suara padanya, lalu Allah memanggilnya dan gemetarlah otot-
ototnya, lalu Allah bertanya: "Apakah kamu telah menyampaikan apa yang ada pada
kamu kepada Israfil?", ia menjawab: "Aku telah menyampaikannya", kemudian Allah
memanggil Israfil dan gemetarlah otot-ototnya karena takut kepada Allah, lalu Allah
bertanya: "Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah diceritakan oleh Lauhul
Mahfudh padamu?", Israfil menjawab: “Aku menyampaikannya kepada Jibril”,
kemudian Allah memanggil Jibril dan gemetarlah otot-ototnya, lalu Allah bertanya
kepadanya: "Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Israfil ceritakan
padamu?", Jibril menjawab: "Aku menyampaikannya kepada para utusan", kemudian
Allah memanggil para utusan seraya bertanya: "Apa yang telah kamu perbuat pada
apa yang telah Jibri ceritakan padamu?", mereka menjawab: "Kami
menyampaikannya pada manusia", lalu manusia ditanya tentang umur mereka,
terhadap apa mereka menghabiskan/mempergunakannya?, tentang masa mudanya,
terhadap apa mereka menggunakannya?, tentang harta-hartanya, dari mana mereka
mendapatkan dan terhadap apa merka menafaqahkannya?, dan tentang ilmunya, apa
yang telah mereka perbuat dengannya? Firman Allah :
"Maka Sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul
kepada mereka dan Sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami), #
Maka Sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah
mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali
tidak jauh (dari mereka)".
Dan firman Allah :
"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, # tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu".
Ringkasan Redaksi Asli Hadits
Diriwayatkan bahwa makhluk pertama yang dimintai perhitungan oleh Allah pada hari kiamat adalah Lauhul Mahfudh. Allah memberi padanya akal dan suara, lalu menanyainya apakah ia telah menyampaikan seluruh ketetapan kepada malaikat Israfil. Lauhul Mahfudh menjawab bahwa ia telah melakukannya.
Kemudian Israfil dipanggil, lalu Jibril, kemudian para Rasul, dan akhirnya manusia.
Setiap tingkatan makhluk dimintai pertanggungjawaban atas apa yang disampaikan kepadanya.
Manusia ditanya tentang umur, masa muda, harta, dan ilmu.
Allah berfirman:
“Maka Sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka, dan Sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami).”
(QS. Al-A‘raf: 6–7)
Dan firman-Nya:
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.”
(QS. Al-Hijr: 92–93)
Maksud dan Hakekat
Hadits ini mengandung pesan bahwa amanah ilmu dan wahyu adalah tanggung jawab yang berjenjang.
Setiap makhluk, bahkan Lauhul Mahfudh yang menjadi tempat catatan takdir, tunduk pada keadilan Allah.
Hakekatnya, tidak ada satu pun ciptaan Allah yang bebas dari pertanggungjawaban.
Ilmu yang diberikan kepada manusia bukan untuk disimpan, tetapi untuk diamalkan dan disebarkan dengan kejujuran.
Tafsir dan Makna Judul
Judul “Hisab Pertama di Hadapan Allah” menggambarkan bahwa awal penghisaban bukan dimulai dari manusia, melainkan dari sumber wahyu itu sendiri — Lauhul Mahfudh.
Maknanya dalam tasawuf:
- Segala sesuatu akan kembali kepada asalnya, dan setiap rahasia Ilahi yang pernah diamanahkan akan diminta kembali jawabannya.
- Lauhul Mahfudh adalah simbol pengetahuan Ilahi, sedangkan manusia adalah penerjemahnya dalam amal perbuatan.
Tujuan dan Manfaat
- Menumbuhkan rasa takut dan cinta kepada Allah secara seimbang.
- Menyadarkan manusia bahwa setiap amanah, terutama ilmu, akan dimintai pertanggungjawaban.
- Mengajak pembaca untuk bermuhasabah sebelum datang hari perhitungan yang sesungguhnya.
- Menumbuhkan etika ilmu, kejujuran, dan tanggung jawab moral.
Latar Belakang Masalah di Jamannya
Hadits ini muncul di masa umat mulai menyia-nyiakan amanah ilmu dan wahyu.
Sebagian orang berilmu hanya memperbanyak hafalan tanpa pengamalan.
Sebagian ulama sibuk pada perdebatan, sementara amal mereka jauh dari keikhlasan.
Maka hadits ini menjadi peringatan keras bahwa ilmu bukan kebanggaan, tapi beban amanah yang akan ditanya oleh Allah.
Intisari Masalah
- Sumber ilmu (wahyu) tidak boleh berhenti pada pemiliknya.
- Setiap yang menerima, wajib menyampaikan dengan amanah.
- Kegagalan menyampaikan atau mengamalkan adalah bentuk pengkhianatan spiritual.
Sebab Terjadinya Masalah
- Lupa kepada asal ilmu (dari Allah).
- Kesombongan terhadap pengetahuan.
- Menjadikan ilmu sebagai alat duniawi, bukan sarana mendekat kepada Allah.
- Hati yang mati karena jarang berdzikir dan bermuhasabah.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis
- QS. Al-A‘raf: 6–7
“Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul kepada mereka...” - QS. Al-Hijr: 92–93
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua...” - Hadis Riwayat Tirmidzi
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: umurnya, masa mudanya, hartanya, dan ilmunya.”
Analisis dan Argumentasi
Dalam pandangan ulama tasawuf:
- Lauhul Mahfudh bukan hanya simbol tempat takdir, tapi juga hati manusia yang menerima cahaya ilmu.
- Ketika hati mengkhianati cahaya itu dengan kelalaian, maka ia akan dimintai hisab sebagaimana Lauhul Mahfudh ditanya.
- Allah mengajarkan bahwa tidak ada perantara yang bebas dari amanah: dari malaikat hingga manusia.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, informasi dan pengetahuan sangat mudah tersebar, namun tidak semuanya membawa keberkahan.
Hadits ini mengingatkan agar:
- Setiap orang berhati-hati dalam menyebarkan ilmu dan berita.
- Menjaga kejujuran dalam dakwah dan pendidikan.
- Memastikan bahwa ilmu yang kita pelajari membawa manfaat bagi hati, bukan hanya untuk perdebatan.
Hikmah
- Allah Maha Adil, tidak satu pun makhluk lolos dari pertanggungjawaban.
- Ilmu adalah amanah, bukan kebanggaan.
- Kehidupan adalah ujian; semakin besar ilmu, semakin besar pertanggungjawabannya.
- Ketakutan Lauhul Mahfudh dan para malaikat menunjukkan betapa besar rasa takut makhluk kepada Allah.
Muhasabah dan Caranya
- Luangkan waktu setiap malam untuk mengevaluasi diri: apa yang kita sampaikan hari ini? bermanfaatkah?
- Beristighfar atas ilmu yang tidak diamalkan.
- Perbanyak shalawat, agar hati lembut menerima bimbingan ilahi.
- Sedekahkan ilmu dengan tulus, tanpa pamrih duniawi.
Doa
“Ya Allah, jadikan ilmu kami cahaya, bukan beban di hari hisab.
Limpahkan kepada kami keikhlasan para malaikat dan amanah para nabi.
Ampunilah kelalaian kami dalam menyampaikan kebenaran,
dan jadikan setiap pengetahuan kami jalan menuju ridha-Mu.”
Aamiin.
Nasihat Para Sufi
- Hasan Al-Bashri: “Ilmu tanpa amal adalah gila, amal tanpa ilmu adalah sia-sia.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah Allah karena takut neraka, tapi karena cinta kepada-Nya.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Barangsiapa mengenal amanah Allah, ia akan hancur karena takut kepada-Nya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah menjadikan hati bersih dari selain Allah.”
- Al-Hallaj: “Tiada yang disampaikan kecuali Dia menyampaikan Diri-Nya melalui engkau.”
- Imam al-Ghazali: “Ilmu adalah lentera hati; jika tidak dijaga dengan amal, padamlah cahayanya.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan sibukkan dirimu dengan ilmu yang tidak menghidupkan hatimu.”
- Jalaluddin Rumi: “Ilmu tanpa cinta hanyalah kulit tanpa isi.”
- Ibnu ‘Arabi: “Setiap ilmu yang tidak menuntun kepada Allah adalah hijab, bukan hidayah.”
- Ahmad al-Tijani: “Amanah terbesar bukan harta, tapi ilmu yang diilhamkan oleh Allah kepada hati.”
Daftar Pustaka
- Al-Qur’anul Karim
- Shahih Al-Bukhari & Shahih Muslim
- Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
- Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
- Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari
- Fushush al-Hikam – Ibnu ‘Arabi
- Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi
- Siyar A’lam an-Nubala – Adz-Dzahabi
- Risalah Qusyairiyyah – Al-Qusyairi
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah ﷺ.
Terima kasih kepada para guru ruhani, para sufi, dan sahabat yang terus menuntun dalam jalan ilmu dan keikhlasan.
Semoga tulisan ini menjadi pengingat lembut bagi hati yang lalai dan lampu kecil di jalan menuju Allah.
Apakah Anda ingin saya bantu ubah format ini menjadi layout koran siap cetak (PDF) dengan kolom, judul besar, dan foto atau ornamen islami di halaman depan?