Tuesday, April 22, 2025

Gambaran Surga Dan Neraka.

 Diriwayatkan dari Kulaib bin Hazim radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Hai kaumku! Carilah surga sepenuh kemampuan kalian dan hindarilah neraka sepenuh kemampuan kalian karena orang yang mencari surga tidak tidur dan orang yang menghindari neraka juga tidak tidur. Sesungguhnya surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan sesungguhnya neraka dikelilingi keenakan-keenakan dan kesenangan-kesenangan. Oleh karena itu sungguh janganlah kalian melalaikan akhirat!”

Disebutkan di dalam hadis lain dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bahwa beliau bersabda, “Akan diserukan ketika penduduk surga memasukinya, ‘Telah tiba masa dimana kalian akan hidup dan tidak akan mati selamanya, kalian akan sehat dan tidak akan sakit selamanya, kalian akan muda dan tidak akan mengalami tua, dan kalian    akan    merasakan kenikmatan dan tidak akan merasakan kesedihan selamanya.’ Seruan tersebut adalah Firman Allah Dan diserukan kepada mereka, ‘Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang dahulu kamu lakukan’.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu baha ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda bahwa Allah berfirman, ‘Aku telah mempersiapkan bagi orang-orang sholih di surga suatu kenikmatan yang belum pernah mata lihat, telinga dengar, dan tersirat di hati manusia.’ Bacalah Firman Allah jika kalian menginginkan: Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. 

Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang andai seorang pengendara melewati bayangan teduhnya selama 100 tahun maka ia tidak akan selesai melewatinya. Bacalah Firman Allah jika kalian menginginkan: Dan naungan yang terbentang luas dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak yang tidak berhenti buahnya dan tidak terlarang mengambilnya dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk sesungguhnya    Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung...” 

Diriwayatkan dari Mughirah bin Syukbah radhiyallahu ‘anhu bahwa sungguh Rasulullah        shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Musa bermunajat kepada Allah. Ia berkata; ‘Ya Allah! Beritahu aku orang yang terakhir masuk surga dan berapa banyak bagian surga baginya?’ Allah menjawab, ‘Hai Musa! Tidak ada seorang muslim yang berada di neraka kecuali satu orang yang akan Aku keluarkan dari sana dengan rahmat-Ku. 

Kemudian ia berhenti di pintu surga. Kemudian Aku berkata kepadanya; Masuklah ke dalam surga! Ia menjawab; Bagaimana aku mau masuk surga sedangkan orang-orang di dalamnya telah menempati tempatnya dan derajatnya masing- masing sedangkan aku tidak kebagian sesuatu dan tempat. Kemudian Aku berkata; Hai hamba-Ku! Apakah kamu ridho di surga mendapatkan satu kerajaan yang berukuran seperti  dua kerajaan di dunia? Kemudian ia menjawab; Aku ridho. Kemudian Aku berkata; Masuklah ke dalam surga! Bagimu adalah kelipatan ganda ukuran kerajaan tersebut. Kemudian Allah memberinya satu kerajaan yang seukuran 4 (empat) kerajaan dunia.”

Penyusun, Muhammad bin Abu Bakar Semoga Allah merahmatinya, berkata, “Kerajaan tersebut    seukuran    tanah Khurasan, Irak, Yaman dan Syam.” Ia melanjutkan, “Membicarakan sifat surga tidak akan ada habisnya tetapi perlu juga membicarakan sifat neraka.”

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika diturunkan ayat ini ‘Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya’,    maka sungguh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama menangis.    

Para sahabatpun juga menangis karena tangisan Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallama padahal mereka tidak tahu wahyu apa yang diturunkan oleh Jibril kepadanya shollallahu ‘alaihi wa sallama. Tidak ada seorangpun dari mereka bertanya kepadanya shollallahu ‘alaihi wa sallama.”

Setiap kali Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama melihat Fatimah radhiyallahu ‘anhaa maka beliau selalu senang. Suatu ketika Abdurrahman bin Auf mendatangi Fatimah di rumah Fatimah. (Dalam riwayat dari Umar bin Khattab): Abdurrahman berkata, “Assalamualaiki Wahai putri Rasulullah.”

Fatimah menjawab, “‘Alaika as- Salam. Siapa anda?”

Abdurrahman menjawab, “Saya adalah Abdurrahman bin Auf.”

Fatimah bertanya, “Hai Ibnu Auf! Ada perlu apa anda datang?”

Abdurrahman menjawab, “Aku meninggalkan    Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dalam keadaan menangis dan bersedih. Aku tidak tahu wahyu apa yang dibawa Jibril untuknya.”

“Ya sudah! Pergilah! Aku bersiap- siap dulu.” jawab Fatimah.

Kemudian Abdurrahman pergi menemui Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dengan harapan, “Barangkali Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama akan memberitahuku tentang wahyu apa yang dibawa Jibril untuknya.”

Sementara itu Fatimah mengenakan selimut usangnya yang ditambal dengan 12 tambalan dengan pelepah dan daun kurma. Ketika Fatimah telah keluar dari rumahnya, Umar melihatnya sambil meletakkan tangannya di atas kepalanya dan berkata:

“Duh kasihan sekali! Sungguh putri-putri kaisar dan raja mengenakan sutra kasar dan sutra halus. Sedangkan putri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama hanya mengenakan selimut dari bulu dengan 12 tambalan daun dan pelepah kurma.”

Ketika Fatimah telah menemui Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, ia bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah anda tidak tahu kalau Umar heran dengan pakaianku. Demi Allah! Sejak 5 tahun yang lalu aku dan Ali tidak memiliki tikar sama sekali kecuali kulit kambing gibas yang kita gunakan untuk menikari unta kami di siang hari dan kita gunakan sendiri bertikar di malam harinya. Sedangkan bantal tidur kami adalah tulang dan perabot rumah kami adalah dari pelepah kurma.”

Rasulullah menjawab, “Hai Umar! Tinggalkan putriku! Barangkali ia sedang tidak merasa nyaman!”

Fatimah bertanya, “Demi Allah! Apa    yang    membuat    anda menangis? Wahai Rasulullah!” Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis sedangkan Jibril telah menyampaikanku wahyu ‘Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya.’”

“Wahai Rasulullah! Beritahu aku salah satu pintu Jahannam!” tanya Fatimah.

Rasulullah SAW menjawab, “Hai Fatimah! Pintu Jahannam yang paling ringan terdiri dari 70.000 gunung api. Di setiap gunungnya terdapat 70.000 jurang api. Di setiap jurangnya terdapat

70.000.000 perengan api. Di setiap perengannya terdapat 1000.000 kota. Di setiap kotanya terdapat 70.000.000 bangunan- bangunan api. Di setiap bangunan- bangunannya terdapat 1000.000 rumah api. Di setiap rumahnya terdapat 70.000.000 kamar api. Di setiap kamarnya terdapat 70.000.000 peti api. Dan di setiap petinya terdapat 70.000.000 jenis siksaan yang di dalamnya terdapat siksaan yang menjelma penerima siksaan tersebut.”

Kemudian Fatimah jatuh telungkup sambil berkata, “Celakalah orang yang masuk neraka!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu mendengar gambaran kecil twntang pintu Jahannam, ia berkata, “Andai aku adalah seekor kambing gibas milik keluargaku, lalu mereka menyembelihku, memakan dagingku, memotong- motong    tubuhku, dan menghancurkan tulang-tulangku, maka aku tidak akan mendengar gambaran Jahannam.”

Kemudian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu maju sambil berkata, “Andai aku adalah burung di padang luas, kemudian aku makan buah- buahan, minum air sungai, bertempat tinggal di batang- batang pohon, maka aku tidak akan mengalami hitungan amal dan siksa dan tidak akan mendengar gambaran Jahannam.”

Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Andai ibuku tidak melahirkanku, andai saja aku mati di usia dini, andai saja aku adalah rumput, kemudian binatang- binatang ternak memakanku, andai binatang-binatang buas memangsaku, maka aku tidak akan mendengar gambaran Jahannam.”

Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Andai ibuku tidak melahirkanku, andai saja aku mati di usia dini, andai saja aku adalah rumput, kemudian binatang- binatang ternak memakanku, andai binatang-binatang buas memangsaku, maka aku tidak akan mendengar gambaran Jahannam.”

Kemudian Salman radhiyallahu ‘anhu pergi ke arah kuburan Baqik yang memiliki pohon cemara sambil meletakkan tangannya di atas kepalanya dan berteriak keras, “Jauh sekali perjalananku! Sedikit sekali bekal perjalananku di Hari Kiamat!”

Kemudian Bilal radhiyallahu ‘anhu menemui Salman radhiyallahu ‘anhu. Bilal bertanya, “Apa yang membuat anda menangis bersedih?” Salman menjawab,

“Celakalah aku dan kamu Bilal! Apabila waktu kembali kita adalah setelah memakai pakaian dari kapas dan katun, maka kita akan memakai pakaian dari potongan- potongan api neraka. Celakalah aku dan kamu Bilal! Apabila waktu kembali kita adalah setelah memeluk istri-istri, maka kita akan bersama dengan para setan dengan    belenggu-belenggu neraka. Celakalah aku dan kamu Bilal! yaitu ketika kita diberi minuman dengan air minum Jahannam dan diberi makanan berdurinya.”

Diceritakan dari Manshur ibnu Ammar bahwa ia berkata, “Suatu ketika aku sedang berada di salah satu jalan kota Kuffah karena melakukan perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji. Pada satu malam yang gelap, aku punya suatu hajat. Tiba-tiba ketika aku melewati salah satu rumah di sana, di tengah-tengah malam, aku mendengar seseorang berkata, Ya Allah! 

Demi kemuliaan dan keagungan-Mu! Aku tidak ingin membangkang dari-Mu dengan melakukan kemaksiatan. Aku juga tidak lalai dari-Mu ketika melakukan kemaksiatan. Namun, suatu kesalahan telah menimpaku dan aku terbujuk dengan ampunan-Mu yang luas kepadaku sehingga celakaku telah mengajakku kepada kemaksiatan. 

Kemudian aku terjerumus ke dalamnya karena kebodohanku. Sekarang aku mengharapkan dari anugerah-Mu Engkau menerima alasanku. Jika Engkau tidak menerimanya maka sungguh lama kesedihanku dalam siksa jika Engkau tidak mengasihiku.’ Ketika orang itu diam, maka aku membacakannya ayat al-Quran; “Hai orang-orang yang beriman! Jagalah diri kalian sendiri dan keluarga kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. 

Di sana terdapat para malaikat yang kasar dan kuat yang tidak pernah membangkang dari perintah yang Allah perintahkan dan selalu melakukan perintah yang diperintahkan kepada mereka.”8 Kemudian aku mendengar jeritan keras, gemuruh dan gerak-gerak. Kemudian gerak-gerak itu diam. Setelah itu aku tidak mendengar suara lagi. Kemudian aku menyelesaikan hajatku dan kembali ke tempatku.

Pagi harinya, aku kembali melewati jalan itu, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan. Aku melihat orang-orang saling menghibur atau takziah. Tiba-tiba ada seorang wanita tua sedang menangis. Ternyata ia adalah ibu dari si mayit. Ia berkata, ‘Semoga Allah tidak membalas kebaikan kepada orang yang membacakan ayat al-Quran yang mengandung penjelasan siksa kepada anakku yang (tadi malam) ia sedang sholat. Ketika ia mendengar ayat tersebut, ia merasa ketakutan dan jatuh mati.”

Kemudian pada malam itu, aku memimpikannya. Aku bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah Allah perlakukan terhadapmu?’

Ia menjawab, “Allah telah memperlakukanku sebagaimana Dia memperlakukan orang-orang yang mati syahid di perang Badar.’

‘Bagaimana bisa demikian?’ tanyaku kepadanya.

‘Karena orang-orang syahid di perang Badar telah dibunuh dengan (tebasan) pedang orang- orang kafir sedangkan aku telah dibunuh dengan tebasan pedang Allah Yang Maha Pengampun,’ jelasnya kepadaku.

Rizki Allah.

 Kalo Sudah Jadi Rizkimu Maka Tidak Akan Kemana.


Diriwayatkan dari Mu’adz Jabal    radhiyallahu    ‘anhu bahwa ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda; Allah berfirman: (1) Hai anak cucu Adam! Malulah terhadapku ketika    menyiksamu. (2) Hai anak cucu Adam! Bertaubatlah kepada-Ku! Maka Aku akan memuliakanmu seperti kemuliaan yang diberikan kepada para nabi. (3) Hai anak cucu Adam! Jangan memalingkan hatimu jauh dari-Ku karena sesungguhnya apabila kamu memalingkan hatimu jauh dari-Ku maka Aku akan menghinakanmu dan tidak akan menolongmu. (4) Hai anak cucu Adam! Apabila kamu bertemu dengan-Ku sedangkan kamu membawa kebaikan-kebaikan    sebanyak penduduk bumi maka Aku tidak akan menerimanya sampai kamu membenarkan janji dan ancaman- Ku. (5) Hai anak cucu Adam! Sesungguhnya Aku adalah Dzat yang memberi rizki. Kamu adalah makhluk yang diberi rizki dan kamu tahu kalau sesungguhnya Aku memenuhimu dengan memberimu rizki. Oleh karena itu, jangan meninggalkan ketaatan kepada-Ku gara-gara rizki karena sesungguhnya apabila kamu meninggalkan ketaatan kepada- Ku gara-gara rizkimu maka akan tetap bagimu siksa-Ku. Hai anak cucu Adam! Jagalah 5 (lima) nasehat ini karena-Ku maka akan tetap bagimu surga … (hingga akhir hadis).”


Kalo Sudah Jadi Rizkimu Maka Tidak Akan Kemana.


Hai saudara-saudara muslimku! Janganlah kalian bersedih hati atas rizki dan janganlah rizki kalian mencegahmu dari taat kepada Allah karena ada Firman-Nya: tidaklah dari makhluk hidup di bumi kecuali Allah telah mengatur rizkinya,1 seperti keterangan yang tertera dalam hadis bahwa sesungguhnya Allah menciptakan burung hijau di udara dan menjadikan anak panah berada di punggungnya dan anak panah lain di bawah perutnya. 

 

Dan Allah menciptakan ikan besar di laut yang selalu memakan ikan kecil. Sesaat setelah ikan besar itu memakan ikan kecil, ternyata didapati sedikit daging ikan kecil yang terselit di antara gigi-giginya. 

 

Selitan daging itu membuatnya sakit hingga ia mengeluarkan kepalanya ke permukaan air. Saat kepalanya dikeluarkan ke permukaan air, mulutnya terbuka. Sementara itu, burung hijau datang ke arah mulut ikan besar dan masuk ke dalamnya. Kemudian burung hijau itu memakan daging yang terselit di antara gigi-giginya. 

 

Dua anak panah yang tertancap di punggung dan bawah perut burung hijau menjadi seperti dua tiang di mulut ikan besar sehingga ikan besar tidak bisa melahap dan memakan burung hijau. Setelah selitan daging yang menyelit di antara gigi-gigi ikan besar habis dimakan burung hijau, ia pun keluar dari mulut ikan dan terbang ke udara. 

Allah telah menetapkan rizki burung hijau itu berada di antara gigi-gigi ikan besar. Kemudian ikan besar kembali ke tempatnya dan beristirahat. Masing-masing dari burung hijau dan ikan besar saling menjadi sebab satu sama lain. Allah tidak meninggalkan burung hijau tanpa mendapatkan rizki. Lantas apakah Allah akan meninggalkan manusia tanpa memperoleh rizkinya?”


b.    Disuapi Roti Oleh Burung Gagak


Diceritakan bahwa sebab Ibrahim bin Adham bertaubat adalah bahwa pada suatu hari, ia keluar berburu. Kemudian ia beristirahat di suatu tempat sambil mengeluarkan nampan piring untuk memakan bekal makanannya. 

 

Saat makanan berada di atas nampan piring, tiba-tiba burung gagak datang dan menyambar rotinya dengan paruh dan langsung terbang ke udara. Ibrahim pun kaget. Kemudian ia bergegas menaiki kuda dan mengejar burung gagak itu hingga menuju ke arah gunung. Ibrahim kehilangan jejak. Ia pun terus mengejar burung gagak itu dengan naik ke arah gunung. Tiba- tiba dari kejauhan, ia melihat burung gagak itu. 

 

Ketika ia telah mendekati, burung gagak itu kaget dan akhirnya terbang. Melihat tempat burung gagak itu mulai terbang, tiba-tiba Ibrahim melihat seorang laki-laki terikat tergeletak miring di gunung. Ia pun turun dari kudanya dan melepaskan ikatan laki-laki itu. Setelah laki- laki itu terbebas, Ibrahim pun menanyakan apa yang telah terjadi padanya. Laki-laki itu menjelaskan;


“Sebenarnya aku adalah seorang pedagang. Aku telah dirampok oleh segerombolan perampok. Semua harta yang aku bawa dirampas oleh mereka. Mereka menganiayaku, mengikatku, dan membuangku di tempat ini. Aku bertahan di sini sudah selama 7 hari. Setiap harinya, burung gagak itu membawakanku roti. Ia berada di atas dadaku dan memotong- motong roti dengan paruhnya. Kemudian ia menyuapkannya ke mulutku. Selama 7 hari itu, Allah tidak meninggalkanku dalam kelaparan.”


Setelah mendengar cerita laki-laki itu, Ibrahim pun menaiki kudanya dan memboncengkan laki-laki itu untuk di antarkan ke tempat dimana ia tinggal. Kemudian Ibrahim pun bertaubat dan kembali kepada Allah. Ia melepas dan meninggalkan pakaian bagusnya dan hanya mengenakan pakaian bulu. Ia juga memerdekakan semua budak- budaknya. Ia juga mewakafkan tanah dan harta miliknya. Kemudian ia mengenakan tongkat dan pergi menuju kota Mekah tanpa membawa bekal dan kendaraan. Ia hanya berpasrah diri kepada Allah dan tidak kuatir dengan bekalnya. Dalam perjalanannya, ia tidak merasa kelaparan hingga ia sampai di kota Mekah. Ia bersyukur dan memuja Allah.

Allah berfirman, “Barang siapa berpasrah diri kepada Allah maka Dia    akan    mencukupinya. Sesungguhnya Allah berkuasa atas kehendak-Nya. Allah telah menetapkan takdir bagi segala sesuatu.