Wednesday, September 17, 2025

QS. Ali Imran Ayat 54: “Mereka membuat tipu daya, Allah pun membuat tipu daya, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”

 




QS. Ali Imran Ayat 54: 

“Mereka membuat tipu daya, Allah pun membuat tipu daya, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”

Oleh: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Asli

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Mereka membuat tipu daya, maka Allah membalas tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran: 54)


Maksud dan Hakikat

Ayat ini turun berkenaan dengan makar kaum Yahudi yang hendak menyingkirkan Nabi Isa ‘alaihissalam. Mereka bersekongkol untuk membunuhnya, namun Allah membalikkan rencana itu dengan menyelamatkan Nabi Isa dan meninggikan derajatnya. Hakikat ayat ini adalah penegasan bahwa sekuat apa pun makar manusia, rencana Allah tetap yang paling menentukan.


Tafsir dan Makna Judul

  • Tafsir Jalalain: Mereka (orang kafir) merencanakan tipu daya untuk membunuh Isa, maka Allah pun membalas dengan menyelamatkan Isa dan menjadikan orang lain serupa dengan wajahnya untuk disalib.
  • Tafsir Ibnu Katsir: Makar manusia terbatas dan akan hancur, sementara makar Allah penuh dengan hikmah, keadilan, dan kemenangan.
  • Makna Judul: Ayat ini mengajarkan tentang kedaulatan mutlak Allah di atas segala tipu daya manusia.

Tujuan dan Manfaat

  1. Meyakinkan umat Islam bahwa Allah adalah pelindung terbaik.
  2. Memberi keteguhan hati dalam menghadapi kezaliman.
  3. Menanamkan kesadaran bahwa rencana manusia tidak dapat mengalahkan rencana Allah.

Latar Belakang Masalah

Kaum Yahudi menolak keras dakwah Nabi Isa, bahkan sampai bersekongkol untuk membunuhnya. Peristiwa inilah yang menjadi konteks turunnya ayat, yaitu pertarungan antara makar manusia dengan makar Allah.


Intisari Masalah

  • Masalah: Tipu daya manusia melawan kebenaran.
  • Jawaban Allah: Rencana Allah selalu lebih tinggi dan tidak terkalahkan.

Sebab Terjadinya Masalah

  • Kedengkian orang Yahudi terhadap Nabi Isa.
  • Penolakan mereka terhadap risalah tauhid.
  • Kesombongan duniawi yang membuat mereka melawan kebenaran.

Dalil Penguat

  • Al-Qur’an: “Dan orang-orang kafir merencanakan makar terhadapmu, dan Allah menggagalkan makar mereka. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal: 30).
  • Hadis: Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah memberi penangguhan, namun tidak melalaikan. Hingga apabila Dia menyiksa orang zalim, maka tidak ada jalan keluar baginya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Analisis dan Argumentasi

  1. Tipu daya manusia selalu bersifat terbatas, fana, dan penuh kelemahan.
  2. Rencana Allah bersifat mutlak, menyeluruh, penuh hikmah, dan membawa kemenangan hakiki.
  3. Ayat ini mengajarkan bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang, meski secara lahiriah tampak terdesak.

Relevansi Saat Ini

  • Dalam kehidupan modern, umat Islam sering menghadapi fitnah, propaganda, dan makar yang merendahkan agama.
  • Ayat ini mengajarkan agar tidak takut pada konspirasi dunia, sebab rencana Allah pasti mengungguli semuanya.
  • Kesabaran, iman, dan tawakal adalah kunci menghadapi situasi sulit.

Kesimpulan

QS. Ali Imran: 54 menegaskan bahwa makar manusia tidak akan pernah mengalahkan makar Allah. Rencana Allah selalu lebih baik, lebih bijak, dan berpihak kepada orang beriman.


Muhasabah dan Caranya

  • Introspeksi diri: apakah kita termasuk yang membuat makar atau yang bersandar pada Allah?
  • Perbanyak doa, dzikir, dan shalawat agar hati teguh.
  • Belajar ikhlas menerima ketetapan Allah sebagai wujud kepasrahan.

Doa

“Ya Allah, lindungilah kami dari makar orang zalim, kuatkan iman kami dalam menghadapi ujian, dan masukkanlah kami dalam makar-Mu yang penuh rahmat dan kemenangan.”


Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan Al-Bashri: “Takutlah pada dosa kecil, karena ia akan menjerumuskanmu dalam makar Allah yang halus.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintailah Allah tanpa pamrih, maka engkau tak akan takut pada makar manusia.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Siapa yang larut dalam Allah, makar manusia takkan mampu menjangkaunya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Makar Allah adalah ujian cinta-Nya bagi hamba.”
  • Al-Hallaj: “Jangan tertipu oleh dirimu, sebab dirimu pun bisa menjadi makar Allah bagimu.”
  • Imam al-Ghazali: “Orang yang hanya bergantung pada sebab dunia, ia buta terhadap makar Allah.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Berserah dirilah sepenuhnya, niscaya makar Allah menjadi rahmat untukmu.”
  • Jalaluddin Rumi: “Rencana manusia seperti bayangan, rencana Allah adalah matahari yang menghapusnya.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Makar Allah adalah rahasia keindahan yang tersembunyi di balik cobaan.”
  • Ahmad al-Tijani: “Jangan gentar pada makar zaman, selama engkau bersandar pada Zat yang memiliki zaman.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Tafsir al-Jalalain
  3. Tafsir Ibnu Katsir
  4. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali
  5. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  6. Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah
  7. Diwan Rumi
  8. Kitab-kitab tasawuf klasik

Ucapan Terima Kasih

Tulisan ini penulis persembahkan untuk semua pencari kebenaran, para guru ruhani, dan umat Islam yang senantiasa berjuang dalam menghadapi makar dunia. Semoga menjadi cahaya dan penguat iman.


Of course! Ini dia versi bahasa sopan, santai, dan gaul kekinian dari ringkasan tafsir tersebut.


---


QS. Ali Imran Ayat 54: Waktu Mereka Ngerencanain Jahat, Allah Malah Punya Rencana yang Lebih Gacor!


Oleh: M. Djoko Ekasanu (Diedit ala-ala gen Z biar relatable)


Cuplikan Ayatnya: وَمَكَرُوا وَمَكَرَاللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ “Mereka membuat tipu daya,maka Allah membalas tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran: 54)


Vibes dan Inti Ayat: Ayat ini turun pas banget ceritanya kaum Yahudi lagiplotting jahat buat nyakitin Nabi Isa AS. Mereka squad-up buat ngerencanain sesuatu yang nggak bener, tapi Allah SWT malah plot-twist-in rencananya. Nabi Isa diselametin, derajatnya dinaikin. Intinya, se-ngaret apapun rencana jahat manusia, skenario Allah tuh selalu yang paling ultimate dan pasti jalan.


Jadi sebenernya ini ayat tentang apa?


· Menurut Tafsir Jalalain: Mereka mau celakain Nabi Isa, Allah balas dengan nyelametin dia dan ngasih orang lain yang mirip wajahnya buat disalib (mind-blowing banget kan?).

· Menurut Tafsir Ibnu Katsir: Rencana manusia tuh cetek dan bakal hancur sendiri, sedangkan "rencana" Allah tuh penuh kebijaksanaan, keadilan, dan jaminan kemenangan.

· Kesimpulan judul: Ayat ini ngegasin bahwa Allah itu Sang Boss yang rencananya nggak ada yang bisa ngalahin.


Apa takeaway-nya buat kita?


· Ngingetin kita bahwa Allah adalah protector terbaik. Jadi kita nggak perlu takut atau galau.

· Bikin hati kita jadi kuat dan stabil (strong and stable independent mindset) meskipun lagi dihadapin sama kejahatan atau ketidakadilan.

· Nyadarin kita bahwa se-wow apapun konspirasi manusia, itu nggak ada apa-apanya dibanding skenario Allah.


Backstory-nya: Dulu kaum Yahudi nolak keras dakwah Nabi Isa AS.Mereka be like: "Nggak terima, nih orang harus disingkirin!" Makanya mereka ngulik rencana jahat. Konteks turunnya ayat ini ya tentang pertarungan antara rencana jahat mereka vs. rencana cerdas Allah.


Akar Masalahnya:


· Rasa dengki dan benci yang kebangetan.

· Nggak mau terima kebenaran yang dibawa Nabi Isa.

· Kesombongan dan cinta dunia yang bikin mereka lupa diri.


Dalil Pendukung:


· Al-Qur’an: “Dan orang-orang kafir merencanakan makar terhadapmu, dan Allah menggagalkan makar mereka. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal: 30).

· Hadis: Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah memberi penangguhan, namun tidak melalaikan. Hingga apabila Dia menyiksa orang zalim, maka tidak ada jalan keluar baginya.” (HR. Bukhari-Muslim).


Analisis Singkat:


· Rencana manusia: Terbatas, lemah, dan fana. Bisa error kapan aja.

· Rencana Allah: Mutlak, penuh hikmah, dan pasti bawa kemenangan in the long run.

· Pelajaran: Kebenaran itu pasti menang, meskipun kadang keliatannya lagi down dan terdzolimi.


Relevansi Buat Kita Sekarang: Di zaman yang penuh samahoax, fitnah, dan konspirasi global yang suka njelek-jelekin Islam, ayat ini jadi pengingat yang powerful. Jangan langsung panik dan takut sama skenario jahat orang. Percaya aja, rencana Allah selalu yang paling superior. Kunci utamanya tetaplah sabar, iman yang kuat, dan tawakal.


Jadi gimana kesimpulannya? Singkatnya,rencana jahat manusia mana ada yang bisa ngalahin "rencana" Allah? Nggak ada! Skema Allah tuh selalu yang paling powerful, paling bijak, dan selalu berpihak buat hamba-hamba-Nya yang beriman.


Self-Reflection (Muhasabah ala anak zaman now):


· Introspeksi: Jangan-jangan kita sendiri yang suka bikin drama dan rencana jahat ke orang lain? Atau kita udah percaya banget sama rencana Allah?

· Action-nya: Perbanyak doa, dzikir, dan sholawat biar hati tenang dan kuat.

· Belajar ikhlas nerima semua ketetapan Allah sebagai bentuk trust kita yang paling dalam.


Doa: “Ya Allah,lindungilah kami dari makar orang zalim, kuatkan iman kami dalam menghadapi ujian, dan masukkanlah kami dalam makar-Mu yang penuh rahmat dan kemenangan.”


Kata-kata Motivasi dari Para Sufi (dibikin santai):


· Hasan Al-Bashri: "Hati-hati sama dosa kecil, soalnya itu bisa jadi jalan buat kita kena 'skenario halus' dari Allah."

· Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta Allah aja sepenuhnya, niscaya rencana jahat orang lain nggak akan ganggu lu."

· Abu Yazid al-Bistami: "Kalo lu udah connect banget sama Allah, rencana orang lain nggak akan nancep."

· Jalaluddin Rumi: "Rencana manusia cuma bayangan, rencana Allah itu mataharinya."

· Imam al-Ghazali: "Orang yang cuma liat yang kelihatan aja (worldly means), buta sama 'skenario-skenario' indah Allah."

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Serahin semuanya ke Allah, niscaya 'skenario'-Nya buat lu bakal jadi berkah."

· Junaid al-Baghdadi: "'Skenario' Allah itu sebenernya ujian cinta buat kita."

· Ibnu ‘Arabi: "'Makar' Allah itu sebenernya keindahan yang disamarin jadi ujian."

· Al-Hallaj: "Jangan tertipu sama dirimu sendiri, karena kamu bisa aja jadi 'skenario' Allah buat nguji dirimu sendiri."

· Ahmad al-Tijani: "Jangan takut sama rencana jahat zaman, selama lu masih punya Allah yang megang kendali zaman."


Daftar Pustaka: (Same,karena ini kitab suci dan kitab klasik, hehe) Al-Qur’an al-Karim,Tafsir al-Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Ihya’ Ulumuddin, Futuh al-Ghaib, Al-Hikam, Diwan Rumi, dll.


Credit & Thank You: Tulisan ini gue persembahin buat kalian semua para pejuang iman di zaman yang tricky ini,para guru spiritual, dan semua yang lagi cari kebenaran. Semoga bikin hati kita makin adem dan kuat. Stay faithful, guys!

TAUBAT: Ampunan Allah Hingga Detik Terakhir Hidup.

 




📰 TAUBAT: Ampunan Allah Hingga Detik Terakhir Hidup

Penulis: M. Djoko Ekasanu


🔹 Ringkasan Redaksi Aslinya

Riwayat populer menyebutkan adanya dialog antara Rasulullah ﷺ dan malaikat Jibril tentang taubat umat Nabi Muhammad ﷺ. Awalnya Allah hanya menerima taubat satu tahun sebelum kematian, namun Rasulullah merasa itu terlalu lama. Jibril menyampaikan permohonan beliau hingga akhirnya Allah memberikan rahmat-Nya: taubat tetap diterima bahkan hingga sebelum ruh sampai di tenggorokan, asalkan hati benar-benar menyesal.


🔹 Maksud

Riwayat ini menegaskan luasnya rahmat dan ampunan Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ. Sekaligus memberi harapan bahwa pintu taubat terbuka selama hayat masih dikandung badan.


🔹 Hakekat

  • Taubat adalah kembali kepada Allah dengan penyesalan mendalam atas dosa-dosa.
  • Allah tidak menutup pintu taubat kecuali jika nyawa sudah berada di kerongkongan.

🔹 Tafsir dan Makna dari Judul

Taubat: Ampunan Allah Hingga Detik Terakhir Hidup
→ Maknanya: Allah tidak hanya membuka pintu taubat di awal kehidupan, tapi juga hingga menjelang akhir. Judul ini menggugah kesadaran bahwa harapan selalu ada bagi siapa pun yang ingin kembali kepada Allah.


🔹 Tujuan dan Manfaat

  • Mengingatkan umat agar tidak menunda taubat.
  • Memberikan harapan bagi yang merasa dosanya terlalu besar.
  • Menegaskan kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad ﷺ.

🔹 Latar Belakang Masalah di Zamannya

  • Umat Rasulullah dikenal memiliki panjang angan-angan dan mudah lalai.
  • Banyak yang menunda kebaikan dengan alasan “masih ada waktu”.
  • Karena itulah Rasulullah ﷺ memohon keringanan agar taubat diterima bahkan hingga menjelang ajal.

🔹 Intisari Masalah

Rahmat Allah sangat luas, namun banyak manusia lalai, menunda, dan menganggap enteng taubat.


🔹 Sebab Terjadinya Masalah

  • Sifat manusia yang menuruti hawa nafsu.
  • Panjang angan-angan duniawi.
  • Kecenderungan untuk menunda-nunda perbaikan diri.

🔹 Dalil Al-Qur’an

  1. QS. Az-Zumar: 53
    "Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

  2. QS. An-Nisa: 110
    "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menzalimi dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


🔹 Dalil Hadis

  1. Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan."
    (HR. Tirmidzi, no. 3537; Ibnu Majah, no. 4253).

🔹 Analisis dan Argumentasi

  • Teologis: Allah membuka pintu taubat hingga detik terakhir sebagai bukti rahmat-Nya.
  • Psikologis: Memberi ketenangan hati bagi pelaku dosa, agar tidak putus asa.
  • Sosiologis: Mengurangi perilaku ekstrem—baik yang terlalu menunda kebaikan, maupun yang merasa tidak layak diampuni.

🔹 Relevansi Saat Ini

  • Di era modern, banyak orang sibuk mengejar dunia dan menunda ibadah.
  • Fenomena “nanti kalau sudah tua baru taubat” sangat umum.
  • Artikel ini mengingatkan bahwa meski Allah Maha Pengampun, jangan menunda taubat karena ajal datang tanpa permisi.

🔹 Kesimpulan

Allah membuka pintu ampunan seluas-luasnya. Taubat tetap diterima hingga menjelang ajal, asalkan dengan hati yang tulus menyesal. Namun, menunda taubat adalah kerugian besar karena kematian bisa datang kapan saja.


🔹 Muhasabah dan Caranya

  1. Introspeksi diri setiap malam sebelum tidur.
  2. Menyebut dosa dan kesalahan dengan jujur di hadapan Allah.
  3. Membiasakan istighfar minimal 100 kali sehari.
  4. Memperbanyak amal shalih sebagai tanda kesungguhan taubat.

🔹 Doa

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا تَوْبَةً نَصُوحًا قَبْلَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَ.

"Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami taubat nasuha sebelum mati, ampunan dan rahmat setelah mati, serta keselamatan dari neraka pada hari kebangkitan."


🔹 Nasehat Para Tokoh Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Taubat adalah pekerjaan orang-orang yang berani, karena ia menuntut kejujuran dan meninggalkan kebiasaan buruk.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku beribadah bukan karena takut neraka atau berharap surga, tapi karena cintaku kepada Allah.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Barangsiapa mengenal Allah, maka tidak ada ruang bagi hatinya selain penyesalan dan cinta kepada-Nya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Taubat adalah kembali dari segala sesuatu yang Allah benci menuju segala sesuatu yang Allah cintai.”
  • Al-Hallaj: “Taubat sejati adalah ketika engkau tidak lagi mengingat dosa, karena hatimu penuh dengan Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Taubat adalah obat hati. Barangsiapa menunda taubat, ia menunda kesembuhan.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan menunda taubat, karena ajal itu mendadak. Segeralah kembali sebelum pintu ditutup.”
  • Jalaluddin Rumi: “Luka hatimu adalah tempat masuknya cahaya Allah. Taubat adalah membuka pintu itu.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Taubat adalah berpindah dari kefanaan menuju keabadian bersama Allah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Barangsiapa bersungguh-sungguh dalam taubat, Allah akan menjadikannya kekasih meskipun ia sebelumnya musuh.”

📚 Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. HR. Tirmidzi no. 3537; Ibnu Majah no. 4253.
  3. Al-Mundziri, At-Targhib wa At-Tarhib.
  4. Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din.
  5. As-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bil-Ma’tsur.
  6. Abu Nu‘aim, Hilyat al-Auliya’.
  7. Al-Baihaqi, Syu‘ab al-Iman.
  8. Al-‘Ajluni, Kasyf al-Khafa’.

🙏 Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para guru, sahabat, dan pembaca yang senantiasa memberikan doa dan dukungan. Semoga tulisan sederhana ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak menunda taubat dan selalu mendekat kepada Allah.




📰 TAUBAT: Ampunan Allah Sampai Detik-Detik Terakhir Hidup

Penulis: M. Djoko Ekasanu


🔹 Ringkasan Cerita

Ada kisah populer tentang dialog Nabi Muhammad ﷺ dan malaikat Jibril soal taubat umat Nabi. Awalnya, Allah hanya menerima taubat kalau dilakukan setahun sebelum meninggal. Nabi merasa itu terlalu lama, karena umatnya banyak yang lalai. Lalu Allah kasih keringanan jadi sebulan, sehari, sejam, sampai akhirnya: selama ruh belum sampai di tenggorokan, taubat masih diterima, asal benar-benar menyesal dalam hati.


🔹 Maksudnya

Pesannya simpel tapi dalam: Allah itu Maha Pengampun, pintu taubat selalu terbuka. Jadi, jangan pernah merasa “sudah telat” buat balik ke jalan Allah.


🔹 Hakekat

Taubat bukan sekadar ucapan “astaghfirullah” di lisan, tapi rasa nyesel tulus dari hati, plus ada usaha buat benerin diri.


🔹 Makna Judul

“Taubat: Ampunan Allah Sampai Detik-Detik Terakhir Hidup” → maksudnya, harapan selalu ada. Selama masih hidup, masih ada kesempatan buat balik.


🔹 Tujuan & Manfaat

  • Biar kita gak gampang putus asa.
  • Biar gak suka nunda-nunda taubat.
  • Biar sadar: kasih sayang Allah itu luas banget.

🔹 Latar Belakang di Zamannya

Umat Nabi dulu, sama kayak sekarang, punya penyakit hati yang namanya “panjang angan-angan”. Nunda ibadah, bilang “nanti aja, masih ada waktu”. Itulah kenapa Nabi minta keringanan khusus buat umatnya.


🔹 Inti Masalah

Rahmat Allah itu luas, tapi manusia sering ngulur-ngulur taubat sampai kelewat batas.


🔹 Sebabnya

  • Terlalu cinta dunia.
  • Hawa nafsu lebih kuat.
  • Merasa “masih muda”, “nanti aja kalau udah tua”.

🔹 Dalil Al-Qur’an

QS. Az-Zumar: 53
"Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

QS. An-Nisa: 110
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menzalimi dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


🔹 Dalil Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan."
(HR. Tirmidzi, no. 3537; Ibnu Majah, no. 4253).


🔹 Analisis

  • Teologi: Allah itu Maha Kasih Sayang, gak pernah nutup pintu taubat.
  • Psikologi: Taubat bikin hati plong, bebas dari rasa bersalah.
  • Sosial: Taubat itu bikin hidup lebih sehat lahir batin, dan bermanfaat buat orang sekitar juga.

🔹 Relevansi Kekinian

Di zaman sekarang, orang sibuk kerja, main, scroll medsos, sampai suka mikir: “ibadahnya ntar aja kalau udah tua”. Padahal ajal gak kenal umur. Kisah ini jadi alarm buat kita: jangan tunda-tunda taubat.


🔹 Kesimpulan

Pintu ampunan Allah selalu terbuka. Tapi kalau kita masih suka nunda, rugi banget. Karena kita gak pernah tahu kapan “tiket pulang” kita bakal dipanggil.


🔹 Muhasabah Praktis

  1. Tiap malam sebelum tidur, coba evaluasi diri.
  2. Biasakan istighfar tiap hari (minimal 100x).
  3. Kalau salah ke orang, langsung minta maaf, jangan nunggu besok.
  4. Jangan nunda sedekah atau amal baik.

🔹 Doa

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا تَوْبَةً نَصُوحًا قَبْلَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَ

“Ya Allah, kasihilah kami taubat yang tulus sebelum mati, ampunan setelah mati, dan selamatkan kami dari neraka di hari kebangkitan.”


🔹 Petikan Nasehat Tokoh Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Taubat itu butuh keberanian, karena harus jujur ninggalin kebiasaan jelek.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku ibadah bukan karena takut neraka atau mau surga, tapi karena cinta sama Allah.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Taubat itu balik dari yang Allah gak suka ke yang Allah suka.”
  • Imam al-Ghazali: “Taubat itu obat hati. Nunda taubat = nunda kesembuhan.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan nunda taubat. Ajal itu dadakan.”
  • Jalaluddin Rumi: “Luka hatimu itu tempat masuknya cahaya Allah. Taubat adalah pintunya.”

📚 Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim
  • HR. Tirmidzi no. 3537; Ibnu Majah no. 4253
  • Al-Mundziri, At-Targhib wa At-Tarhib
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din
  • Abu Nu‘aim, Hilyat al-Auliya’
  • Al-Baihaqi, Syu‘ab al-Iman

🙏 Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat semua guru, sahabat, dan pembaca yang sudah mau meluangkan waktu baca tulisan ini. Semoga jadi pengingat buat kita semua: jangan tunda taubat, karena hidup ini singkat dan pulangnya gak pakai jadwal.




LISAN DAN HATI

 




LISAN DAN HATI

(Refleksi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. atas QS. Ar-Rum: 41)

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Aslinya

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. menafsirkan ayat Allah:
"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia" (QS. Ar-Rum: 41).
Beliau berkata: "Daratan adalah lisan, sedangkan lautan adalah hati. Jika lisan rusak, manusia menangis, dan jika hati rusak, para malaikat menangis."

Lisan bisa rusak melalui caci maki, sedangkan hati rusak karena riya dan pamer.


Maksud

Pesan utamanya adalah menjaga lisan dan hati. Lisan menjadi pintu keluar ucapan, sedangkan hati menjadi sumber niat. Kerusakan keduanya membawa kehancuran pribadi dan masyarakat.


Hakekat

  • Lisan: alat satu-satunya yang diciptakan Allah untuk berbicara. Seharusnya hanya dipakai untuk kebaikan, zikir, doa, dan amar ma‘ruf.
  • Hati: ibarat samudera luas dan dalam. Di dalamnya tersimpan niat, cinta, dan rahasia hamba dengan Allah. Jika hati rusak, seluruh amal kehilangan nilai.

Tafsir dan Makna Judul

Judul “Lisan dan Hati” mengingatkan kita bahwa kedua hal ini merupakan inti kehidupan manusia:

  • Lisan tanpa hati = ucapan hampa.
  • Hati tanpa lisan = kebaikan terpendam.
  • Jika keduanya selaras = lahirlah akhlak mulia.

Tujuan dan Manfaat

  • Menumbuhkan kesadaran menjaga ucapan.
  • Melatih hati agar ikhlas, jauh dari riya.
  • Menyelamatkan diri dari kerusakan moral di dunia dan azab di akhirat.

Latar Belakang Masalah di Zamannya

Di masa sahabat, masyarakat mulai berinteraksi luas, muncul potensi fitnah, adu domba, dan kebanggaan diri. Abu Bakar memberi peringatan agar umat menjaga lisan (daratan) dan hati (lautan) supaya tidak tenggelam dalam kerusakan sosial dan spiritual.


Intisari Masalah

Kerusakan dunia bermula dari lisan yang tidak terjaga dan hati yang kotor.


Sebab Terjadinya Masalah

  • Lidah dipakai untuk ghibah, fitnah, dan dusta.
  • Hati dikuasai riya, sombong, dan cinta dunia.

Dalil Qur’an dan Hadis

  1. “Tidak ada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
  2. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)
  3. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim)

Analisis dan Argumentasi

  • Lidah adalah cermin akhlak, hati adalah cermin iman.
  • Masyarakat rusak bukan karena musuh, tapi karena ucapan dusta dan hati yang busuk dari dalam.
  • Peradaban maju bila lisan jujur dan hati bersih.

Relevansi Saat Ini

Di era media sosial:

  • Lisan berganti dengan jari jemari. Fitnah, hoaks, ujaran kebencian menyebar.
  • Hati banyak terkontaminasi pamer (riya digital), cinta popularitas, dan haus pengakuan.

Maka pesan Abu Bakar sangat aktual untuk zaman sekarang.


Kesimpulan

Menjaga lisan dari perkataan sia-sia dan menjaga hati dari penyakit riya adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.


Muhasabah dan Caranya

  1. Biasakan dzikir sebelum berbicara.
  2. Ucapkan hanya yang penting, baik, dan benar.
  3. Periksa niat setiap amal.
  4. Perbanyak doa memohon hati yang bersih.

Doa

“Allahumma thahhir qalbi minan-nifaq, wa ‘amali minar-riya’, wa lisani minal-kadzib, wa ‘ainayya minal-khiyanah, fa innaka ta’lamu kha’inatal a’yuni wama tukhfi-sh-shudur.”

(Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, amalanku dari riya, lisanku dari dusta, dan mataku dari khianat, sebab Engkau Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam dada).


Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Lisan orang berakal ada di belakang hatinya, sedang hati orang bodoh ada di belakang lisannya.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jangan biarkan lidahmu mengucapkan apa yang hatimu tidak rasakan.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Hati yang penuh Allah membuat lidah terjaga dari selain-Nya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah berbicara dengan hati, bukan dengan lidah.”
  • Al-Hallaj: “Hati yang hancur karena Allah lebih indah dari seribu ucapan.”
  • Imam al-Ghazali: “Jagalah lidahmu, karena ia adalah cermin hatimu.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan sibukkan lidahmu dengan makhluk, sibukkanlah dengan Allah.”
  • Jalaluddin Rumi: “Bila hatimu menjadi laut, maka lisanmu hanyalah ombaknya.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Hati adalah samudera, lisan hanyalah pantai.”
  • Ahmad al-Tijani: “Dzikir adalah benteng hati dan pengikat lidah agar hanya pada Allah.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Shahih Bukhari & Muslim
  3. Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
  4. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  5. Risalah Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi
  6. Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi
  7. Al-Futuhat al-Makkiyah – Ibnu ‘Arabi

Ucapan Terimakasih

Tulisan ini saya persembahkan untuk semua pembaca yang terus berusaha menjaga lisan dan hati di tengah derasnya godaan dunia. Semoga menjadi amal jariyah.


Siap 🙏 saya buatkan versi bahasa sopan santun tapi lebih santai dan gaul kekinian, biar lebih enak dibaca kayak rubrik islami di koran atau majalah remaja. Arti ayat Qur’an dan hadis tetap formal, tidak saya ubah ke bahasa gaul.


Lisan dan Hati

(Refleksi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. atas QS. Ar-Rum: 41)

Penulis: M. Djoko Ekasanu


🌱 Ringkasannya

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. pernah menafsirkan ayat Allah:

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia" (QS. Ar-Rum: 41).

Beliau bilang, “Daratan itu lisan, lautan itu hati. Kalau lisan rusak, manusia menangis. Kalau hati rusak, malaikat yang menangis.”

Lisan bisa rusak gara-gara ngomong kasar atau fitnah. Hati bisa rusak karena riya, pamer, atau sombong.


✨ Maksud Pesannya

Intinya, kita disuruh jaga dua hal penting: lisan dan hati.

  • Lisan = pintu keluar kata.
  • Hati = pusat niat dan rasa.

Kalau keduanya sehat, hidup kita insyaAllah tenang. Tapi kalau rusak, bisa bikin kacau diri sendiri bahkan orang sekitar.


💡 Hakekatnya

  • Lisan cuma satu, itu kode keras dari Allah kalau kita harus hati-hati banget pas ngomong.
  • Hati diibaratkan samudera: luas, dalam, penuh rahasia. Kalau hati bersih, semua amal jadi indah. Kalau hati kotor, amal kita bisa hilang nilainya.

📌 Tujuan & Manfaat

  • Biar kita makin sadar untuk ngomong yang baik-baik aja.
  • Biar hati tetap ikhlas, jauh dari riya.
  • Biar hidup jadi lebih damai, nggak gampang bikin masalah.

🕰 Latar Belakang Zaman Dulu

Waktu itu, umat Islam sudah mulai banyak berinteraksi, muncul godaan fitnah, debat, dan rasa bangga diri. Abu Bakar r.a. ngingetin: jangan sampai lidah dan hati jadi penyebab kerusakan.


🔎 Inti Masalah

Kerusakan dunia tuh seringnya bukan karena bencana alam aja, tapi gara-gara:

  • Omongan yang nggak dijaga (fitnah, hoaks, ghibah).
  • Hati yang kotor (pamer, iri, sombong).

📖 Dalilnya

Allah berfirman:
"Tidak ada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf: 18)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari Muslim)

Dan juga:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari Muslim)


📝 Analisis & Relevansi Kekinian

Sekarang, lisan bukan cuma lewat mulut. Jari-jari kita di HP juga jadi “lisan digital”.

  • Ujaran kebencian, gosip online, sampai hoaks berseliweran di medsos.
  • Hati pun sering keruh karena pamer di sosial media: posting biar dilihat, bukan karena Allah.

Jadi, pesan Abu Bakar masih super relevan buat zaman medsos hari ini.


✅ Kesimpulan

Kalau mau hidup tenang, dunia aman, dan akhirat selamat: jaga lisan, bersihkan hati.


🔍 Muhasabah Praktis

  • Sebelum ngomong atau ngetik status: pikir dulu, “Bermanfaat nggak?”
  • Biasakan dzikir biar lidah nggak kebablasan.
  • Periksa niat sebelum posting atau beramal.

🙏 Doa

“Allahumma thahhir qalbi minan-nifaq, wa ‘amali minar-riya’, wa lisani minal-kadzib, wa ‘ainayya minal-khiyanah, fa innaka ta’lamu kha’inatal a’yuni wama tukhfi-sh-shudur.”

(Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, amalanku dari riya, lisanku dari dusta, dan mataku dari khianat, sebab Engkau Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam dada).


🌸 Petikan Nasehat Ulama

  • Hasan al-Bashri: “Orang berakal itu lidahnya di belakang hati. Orang bodoh itu hatinya di belakang lidah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jangan biarkan lidahmu bilang sesuatu yang nggak sesuai isi hatimu.”
  • Imam al-Ghazali: “Lidah itu cermin hati.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan sibuk ngobrolin makhluk, sibuklah dengan Allah.”
  • Rumi: “Kalau hatimu samudera, maka ucapanmu hanyalah ombaknya.”

📚 Daftar Bacaan

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih Bukhari & Muslim
  • Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
  • Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  • Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi

🤲 Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat semua pembaca yang masih setia menjaga lisan dan hati di tengah derasnya omongan dan postingan zaman sekarang. Semoga kita semua dikasih kekuatan buat ngomong baik-baik dan jaga hati tetap bersih.




Takwa dan Dunia.

 




📰 Takwa dan Dunia

Penulis: M. Djoko Ekasanu


📝 Ringkasan Redaksi Aslinya

Dari Al-A’masyi r.a.:
"Barangsiapa yang modal pokoknya takwa, maka lidah-lidah menjadi kelu untuk menyifati keuntungan agamanya. Dan barangsiapa yang modal pokoknya dunia, maka lidah juga tidak mampu menjumlah kerugian agamanya."


📖 Maksud dan Hakikat

  • Takwa sebagai modal: ketaatan kepada Allah menjadi landasan segala amal. Keuntungannya tak terhitung, sebab setiap langkah bernilai ibadah.
  • Dunia sebagai modal: hidup yang berpijak pada ambisi duniawi menggerus iman. Kerugiannya begitu banyak, sulit diuraikan dengan kata-kata.

📚 Tafsir dan Makna Judul

Judul “Takwa dan Dunia” menunjukkan dua kutub kehidupan:

  • Takwa sebagai pegangan hidup sejati, modal menuju keselamatan.
  • Dunia sebagai cobaan, sarana ujian, bukan tujuan akhir.

🎯 Tujuan dan Manfaat

  • Mengajak pembaca mengutamakan takwa sebagai landasan hidup.
  • Memberi cermin agar tidak tertipu keuntungan semu dunia.
  • Menjadi pedoman dalam mengukur amal dan arah hidup.

📌 Latar Belakang Masalah

Manusia sering mengukur kesuksesan dengan harta, jabatan, dan popularitas. Padahal Al-Qur’an berulang kali menegaskan bahwa nilai tertinggi adalah takwa, bukan dunia.


🌿 Intisari Masalah

  • Takwa → keuntungan hakiki, tak terhitung jumlahnya.
  • Dunia → kerugian batin, tak mampu dihitung nilainya.

⚖️ Sebab Terjadinya Masalah

  • Lalai dari tujuan penciptaan manusia.
  • Dominasi hawa nafsu atas akal.
  • Pergaulan dan budaya yang menuhankan dunia.

📜 Dalil Qur’an dan Hadis

Al-Qur’an:

  1. “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
  2. “Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64)

Hadis:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim)


🔎 Analisis dan Argumentasi

Takwa menjadikan hidup bernilai meski sederhana. Dunia tanpa takwa bagaikan istana megah tanpa pondasi: tampak indah, tetapi mudah runtuh. Dengan takwa, amal kecil bernilai besar. Dengan dunia tanpa takwa, amal besar menjadi sia-sia.


🌍 Relevansi Saat Ini

  • Era konsumerisme: orang berlomba-lomba menumpuk materi.
  • Digitalisasi: popularitas di media sosial sering dianggap keberhasilan, padahal bisa mengikis iman.
  • Pesan Al-A’masyi tetap relevan: hanya takwa yang menyelamatkan, bukan harta, popularitas, atau teknologi.

🧾 Kesimpulan

  • Hidup adalah perdagangan.
  • Takwa → modal abadi dengan keuntungan besar.
  • Dunia → modal semu dengan kerugian besar.

🤲 Muhasabah dan Caranya

  1. Setiap malam hitung amal baik dan buruk.
  2. Koreksi niat sebelum beramal.
  3. Perbanyak doa, shalat sunnah, dan sedekah.
  4. Gunakan dunia seperlunya, bukan tujuan.

🌹 Doa

"Allahumma inni as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka, wal-‘amala alladzi yuballighuni hubbaka."
(Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang mendekatkanku pada cinta-Mu).


💡 Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Dunia hanyalah bayangan, kejar ia maka ia menjauh, jauhi ia maka ia mendekat.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ya Allah, aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau berharap surga, tetapi semata karena cinta-Mu.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Takwa adalah mahkota yang dipakaikan Allah pada hamba-Nya yang ikhlas.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Jalan menuju Allah hanyalah dengan takwa, bukan dengan banyak bicara.”
  • Al-Hallaj: “Barangsiapa mengenal Allah, ia akan tenggelam dalam lautan cinta dan takwa.”
  • Imam al-Ghazali: “Takwa adalah kunci diterimanya amal.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Takwa adalah benteng hati dari racun dunia.”
  • Jalaluddin Rumi: “Dunia hanyalah debu di jalan menuju Allah.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Takwa menyingkap hakikat wujud, sebab ia cahaya hati.”
  • Ahmad al-Tijani: “Takwa adalah kunci futuhat dan rahmat Allah.”

📚 Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi.
  3. Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.
  4. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
  5. Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah.
  6. Fihi Ma Fihi – Jalaluddin Rumi.
  7. Al-Futuhat al-Makkiyah – Ibnu ‘Arabi.
  8. Riwayat tasawuf klasik: Hasan al-Bashri, Rabi‘ah, Junaid, dll.

🙏 Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada para ulama, guru, dan pembaca yang senantiasa memberi dukungan. Semoga Allah menjadikan kita golongan hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan memperoleh keuntungan abadi.


Of course! Ini dia versi bahasa sopan, santai, dan gaul kekinian dari teks tersebut, tapi tetap menjaga kesucian makna ayat dan hadits.


---


Takwa vs Dunia: Modal Hidup yang Mana?


Penulis: M. Djoko Ekasanu Versi:Santai & Kekinian


📝 Intisari Versi Original


Dari Al-A’masyi r.a., dia bilang: "Kalau modal utamanyatakwa, untungnya bakal bikin speechless, gak bisa diungkapin kata-kata. Tapi kalo modal utamanya dunia, ruginya juga bakal bikin gagal ngomong, karena kebanyakan banget."


📖 Apa Maksudnya?


· Takwa sebagai Modal: Ini kayak punya main character energy yang bener. Hidup di-guide sama aturan Allah, jadi semua yang kita lakuin bisa jadi amal. Keuntungannya limitless, gak bisa dihitung pake duit.

· Dunia sebagai Modal: Hidup cuma ngejar gemerlap dunia? Itu resep yang bikin iman kita pelan-pelan aus. Ruginya banyak banget, sampe-sampe susah buat diceritain.


📚 Judulnya: "Takwa dan Dunia"


Ini nunjukin dua hal yang saling bertolak belakang:


· Takwa: Ini lifetime investment buat keselamatan kita, baik sekarang maupun nanti.

· Dunia: Ini cuma temporary stage, tempat kita diuji, bukan tujuan akhir.


🎯 Untuk Apa Sih Ini Dibaca?


· Biar kita paham kalo takwa itu harus jadi prioritas utama.

· Jadi pengingat buat gak gampang tergiur sama hal-hal duniawi yang cuma sementara.

· Jadi patokan buat ngevaluasi diri, apa yang kita lakuin selama ini udah bener atau belum.


📌 Latar Belakangnya


Sering banget kan kita lihat orang ngejar kesuksesan lewat harta, jabatan, atau jadi viral. Padahal, Al-Qur’an udah bilang berkali-kali, nilai tertinggi itu bukan itu semua, tapi takwa.


🌿 TL;DR (Too Long; Didn't Read)


· Takwa = Untungnya beyond words.

· Dunia = Ruginya beyond calculation.


⚖️ Penyebabnya Apa?


· Lupa sama tujuan kita diciptain sebagai manusia.

· Nafsu lebih berkuasa daripada akal sehat.

· Terbawa arus pergaulan dan budaya yang materialistic.


📜 Dasar-Dasarnya (Tetap Pakai Bahasa Asli ya!)


Al-Qur’an: “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.”(QS. Al-Hujurat: 13) “Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.Sedangkan negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64)


Hadis: "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian,tetapi melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim)


🔎 Analisis Singkat


Hidup dengan takwa itu kayak bangun rumah dengan pondasi yang kuat. Meski keliatannya sederhana, tapi aman dan tahan lama. Sebaliknya, dunia tanpa takwa itu kayak istana mewah di atas pasir, keliatannya keren, tapi gampang banget rubuh. Dengan takwa, hal kecil yang kita lakuin jadi bernilai besar. Tanpa takwa, hal besar yang kita lakuin bisa aja sia-sia.


🌍 Relevansi di Zaman Now


· Zaman sekarang serba konsumtif, orang berlomba-lomba flexing harta.

· Dunia digital bikin orang ngejar likes dan followers, yang ujung-ujungnya bisa ngerusak hati.

· Pesan Al-A’masyi ini tetap relevant banget: yang nyelametin kita itu takwa, bukan banyaknya followers atau isi dompet.


🧾 Kesimpulan


Hidup itu kayak dagang, kita butuh modal.


· Modal Takwa: Profit-nya selangit, untungnya abadi.

· Modal Dunia: Loss-nya gak karuan, ruginya long-term.


🤲 Tips Buat Muhasabah Diri (Cek Diri Sendiri)


· Sebelum tidur, review lagi apa aja yang udah dilakukan hari ini.

· Cek intention-nya, buat Allah atau biar dipuji orang?

· Perbanyak doa, shalat sunnah, dan sedekah (sesimple apapun!).

· Perlakukan dunia sebagai alat, bukan tujuan akhir.


🌹 Doa (Yang Penting Dihapal!)


"Allahumma inni as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka, wal-‘amala alladzi yuballighuni hubbaka." (Ya Allah,aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang mendekatkanku pada cinta-Mu).


💡 Kata-Kata Bijak Para Legenda


· Hasan al-Bashri: "Dunia tu kayak bayangan, dikejar malah kabur, ditinggalin malah ngikut."

· Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku nyembah-Mu bukan takut neraka atau pengen surga, tapi pure karena cinta."

· Imam al-Ghazali: "Takwa itu kunci supaya amal kita diterima."

· Jalaluddin Rumi: "Dunia cuma debu di perjalanan kita pulang ke Allah."

· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Takwa itu bentengnya hati biar gak keracunan dunia."


📚 Sumber Bacaan (Buat yang Pengen Lebih Dalem)


· Al-Qur’an (Wajib lah ya!).

· Kitab-kitab Hadits (Kayak Shahih Muslim, dll).

· Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali.

· Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah.

· Dan masih banyak lagi.


🙏 Credit & Thank You!


Big thanks untuk semua ulama, guru, dan kalian yang udah baca sampai sini! Semoga kita semua termasuk orang-orang yang pilih takwa sebagai modal hidup dan dapetin untung yang abadi. Aamiin! ✨

Didiklah Anak-anak Kalian Atas Tiga Perkara.



📰 Didiklah Anak-anak Kalian Atas Tiga Perkara

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Asli

Hadis yang diriwayatkan dalam berbagai kitab tarbiyah menyebutkan:

عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: حُبُّ نَبِيِّكُمْ، وَحُبُّ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ

"Didiklah anak-anak kalian atas tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai Ahlul Baitnya, dan membaca Al-Qur’an."


Maksud dan Hakikat

Hadis ini bukan sekadar pesan pendidikan, tetapi fondasi akhlak dan iman. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa tarbiyah Islami harus berakar pada:

  1. Hubungan ruhani dengan Rasulullah ﷺ (mahabbah Nabawiyah).
  2. Kasih sayang kepada Ahlul Bait sebagai bagian dari iman.
  3. Keterikatan dengan Al-Qur’an sebagai sumber cahaya hidup.

Hakikatnya, ini adalah pendidikan hati, bukan hanya akal.


Tafsir dan Makna dari Judul

  • Mencintai Nabimu: Mengikuti sunnahnya, menghidupkan shalawat, menjadikan Nabi sebagai teladan moral.
  • Membaca Al-Qur’an: Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, bukan sekadar bacaan.
  • Mencintai Ahlul Bait: Memelihara ikatan kasih, meneladani zuhud dan pengorbanan mereka.

Tujuan dan Manfaat

  • Menanamkan iman sejak kecil.
  • Menjaga generasi dari pengaruh sekularisme.
  • Membentuk karakter Qur’ani.
  • Menumbuhkan rasa cinta, bukan sekadar kewajiban kaku.

Latar Belakang Masalah

Banyak anak Muslim kini lebih akrab dengan tokoh fiksi, artis, atau selebriti ketimbang Nabinya. Al-Qur’an jarang dibaca, lebih sering digantikan gawai. Ahlul Bait tak dikenal selain sekadar nama. Ini menjadi krisis spiritual yang mengancam generasi.


Intisari Masalah

  • Hilangnya cinta Nabi = hilangnya teladan hidup.
  • Jauh dari Qur’an = kering dari petunjuk.
  • Abai terhadap Ahlul Bait = kehilangan akar sejarah iman.

Sebab Terjadinya Masalah

  • Pendidikan lebih menekankan akademik daripada ruhani.
  • Media modern menggeser panutan anak-anak.
  • Minimnya pembiasaan shalawat, tadabbur Qur’an, dan kisah Ahlul Bait di rumah.

Dalil Al-Qur’an dan Hadis

  1. Al-Qur’an:

    • QS. Al-Ahzab: 21 → “Sungguh, pada (diri) Rasulullah itu terdapat teladan yang baik bagimu.”
    • QS. Asy-Syura: 23 → “Katakanlah (Muhammad): Aku tidak meminta kepadamu upah apapun kecuali kasih sayang kepada keluarga dekatku.”
    • QS. Al-Isra: 9 → “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus.”
  2. Hadis:

    • “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada dirinya, orang tuanya, dan anaknya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Analisis dan Argumentasi

Mencintai Nabi berarti menyambung cinta kepada Allah. Mencintai Ahlul Bait adalah menjaga ikatan darah yang Allah muliakan. Membaca Al-Qur’an adalah menghidupkan pedoman umat. Tanpa tiga hal ini, iman rapuh.


Relevansi Saat Ini

  • Di era media sosial, cinta Nabi perlu diwujudkan dalam konten positif, bukan hanya seremoni.
  • Qur’an harus diperkenalkan lewat aplikasi, halaqah, dan kelas interaktif.
  • Ahlul Bait dapat dijadikan teladan keberanian, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghadapi krisis modern.

Kesimpulan

Pendidikan Islami sejati adalah pendidikan hati. Tiga dasar yang diwariskan Rasulullah ﷺ ini tetap relevan sepanjang zaman: Cinta Nabi, Cinta Ahlul Bait, dan Al-Qur’an.


Muhasabah dan Caranya

  1. Perbanyak shalawat bersama keluarga.
  2. Jadikan rumah sebagai madrasah Qur’an.
  3. Ceritakan kisah Ahlul Bait secara rutin.
  4. Latih anak beramal dengan cinta, bukan paksaan.

Doa

اللهم ارزقنا حب نبيك، وحب أهل بيته، والأنس بقرآنك، ولا تجعل قلوبنا مائلة عن دينك، وثبتنا على محبتك ومحبة رسولك إلى يوم نلقاك.

“Ya Allah, anugerahkan kepada kami cinta Nabi-Mu, cinta keluarga Nabi-Mu, keakraban dengan Qur’an-Mu, dan jangan palingkan hati kami dari agama-Mu. Teguhkanlah kami dalam cinta-Mu dan cinta Rasul-Mu hingga hari kami bertemu dengan-Mu.”


Nasehat Para Ulama

  • Hasan al-Bashri: “Cinta kepada Nabi adalah ketaatan yang ikhlas, bukan sekadar lisan.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta kepada Allah dan Rasul tidak membutuhkan syarat selain penyerahan diri.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Bacalah Qur’an hingga Qur’an membaca dirimu.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Mahabbah adalah ketika engkau tidak melihat selain Kekasih.”
  • Al-Hallaj: “Cinta Nabi adalah cermin cinta kepada Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Didiklah anak dengan akhlak Nabi, sebab itulah hakikat ilmu.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Cintailah Ahlul Bait, karena mereka adalah perahu keselamatan.”
  • Jalaluddin Rumi: “Al-Qur’an adalah cinta yang dibukukan.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Mahabbah Nabi membuka pintu ma’rifah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Barangsiapa cinta Rasulullah, akan dikumpulkan bersamanya.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Shahih Bukhari-Muslim.
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
  • Jalaluddin Rumi, Mathnawi.
  • Ibnu ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyah.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
  • Kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam (Abdullah Nashih Ulwan).

Ucapan Terima Kasih

Tulisan ini dipersembahkan untuk orang tua, guru, para ulama, dan anak-anak umat Islam yang menjadi amanah terbesar. Semoga menjadi amal jariyah.




📰 Didiklah Anak-anak Kita dengan Tiga Hal Penting

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan

Ada sebuah pesan keren dari Rasulullah ﷺ buat kita semua:

عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: حُبُّ نَبِيِّكُمْ، وَحُبُّ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ

"Didiklah anak-anak kalian atas tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya (Ahlul Bait), dan membaca Al-Qur’an."

Kalau dibikin simpel: cinta Nabi, cinta keluarganya, dan akrab sama Qur’an.


Maksud dan Hakikat

Pesan ini tuh bukan cuma teori pendidikan, tapi bekal hidup. Anak-anak perlu diarahkan ke tiga hal biar tumbuh dengan iman yang kuat. Jadi bukan sekadar pintar matematika atau jago teknologi, tapi hatinya juga nyambung ke Allah lewat cinta Nabi, Qur’an, dan Ahlul Bait.


Tafsir dan Makna Judul

  • Cinta Nabi → artinya kita belajar ngikutin akhlak beliau, banyak shalawat, dan ngefans sama sosok Rasulullah ﷺ lebih dari siapa pun.
  • Cinta Ahlul Bait → menghormati, meneladani kesabaran, keberanian, dan ketakwaan keluarga Nabi.
  • Baca Qur’an → bukan cuma baca huruf, tapi juga berusaha paham, resapi, lalu praktek dalam hidup.

Tujuan dan Manfaat

  • Anak jadi punya panutan sejati.
  • Hidupnya punya arah jelas.
  • Nggak gampang kebawa arus trend negatif.
  • Jiwa lebih tenang karena dekat dengan Qur’an dan cinta pada Nabi.

Latar Belakang Masalah

Sekarang ini, anak-anak lebih hafal nama karakter film atau artis ketimbang kisah Rasulullah ﷺ. Lebih sering buka YouTube, TikTok, atau game daripada buka mushaf. Belum lagi kalau cerita tentang Ahlul Bait, banyak yang belum ngerti siapa mereka. Nah, di sinilah pentingnya menghidupkan kembali pesan Nabi.


Intisari Masalah

Kalau anak-anak jauh dari tiga hal ini:

  • Mereka bisa kehilangan role model sejati.
  • Hidup jadi kering arah karena nggak ditemani Qur’an.
  • Terputus dari cinta Ahlul Bait yang seharusnya jadi teladan kesabaran.

Sebab Terjadinya Masalah

  • Pendidikan modern lebih fokus nilai rapor, kurang fokus pembentukan hati.
  • Dunia digital bikin perhatian anak ke hal-hal lain yang kadang nggak bermanfaat.
  • Kurangnya kebiasaan keluarga untuk shalawat bareng, ngaji Qur’an bareng, dan ngobrolin kisah Ahlul Bait.

Dalil Al-Qur’an dan Hadis

  1. QS. Al-Ahzab: 21
    "Sungguh, pada (diri) Rasulullah itu terdapat teladan yang baik bagimu."

  2. QS. Asy-Syura: 23
    "Katakanlah (Muhammad): Aku tidak meminta kepadamu upah apapun kecuali kasih sayang kepada keluarga dekatku."

  3. QS. Al-Isra: 9
    "Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus."

  4. Hadis:
    “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada dirinya, orang tuanya, dan anaknya.” (HR. Bukhari-Muslim).


Analisis Singkat

Kalau kita mau anak-anak kuat imannya, ya harus diajari cinta Nabi, Ahlul Bait, dan Qur’an. Ini kayak fondasi rumah, kalau nggak ada, bangunannya gampang roboh.


Relevansi Saat Ini

Di zaman medsos ini, perlu cara kreatif buat ngenalin Nabi, Qur’an, dan Ahlul Bait. Bisa lewat cerita, video pendek, aplikasi belajar Qur’an, atau bahkan konten kreatif islami. Intinya, bikin anak-anak merasa dekat, bukan merasa terpaksa.


Kesimpulan

Didikan terbaik buat anak-anak itu ya tiga hal yang Nabi sebutkan. Kalau tiga ini nempel di hati, insyaAllah hidupnya lebih lurus, adem, dan selamat dunia akhirat.


Muhasabah

Ayo kita tanya diri kita masing-masing:

  • Udah sering ngajak anak shalawat bareng belum?
  • Udah rutin ngaji Qur’an di rumah?
  • Udah sering nyeritain kisah Nabi dan Ahlul Bait?

Kalau belum, yuk pelan-pelan mulai dari sekarang.


Doa

اللهم ارزقنا حب نبيك، وحب أهل بيته، والأنس بقرآنك، ولا تجعل قلوبنا مائلة عن دينك، وثبتنا على محبتك ومحبة رسولك إلى يوم نلقاك.


Nasehat Para Ulama (versi santai)

  • Hasan al-Bashri: “Kalau cinta Nabi, buktikan dengan taat, jangan cuma di lisan.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta Allah dan Rasul itu totalitas, tanpa syarat.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Baca Qur’an sampai Qur’an ‘bicara’ sama dirimu.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Cinta sejati itu kalau hati cuma melihat Allah dan Rasul.”
  • Al-Hallaj: “Cinta Nabi itu jalan menuju cinta Allah.”
  • Imam al-Ghazali: “Pendidikan sejati adalah menanamkan akhlak Nabi.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Cintailah Ahlul Bait, itu bahtera keselamatan.”
  • Rumi: “Al-Qur’an adalah cinta yang dibukukan.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Cinta Nabi membuka pintu ma’rifah.”
  • Ahmad al-Tijani: “Siapa cinta Rasulullah, akan dikumpulkan bersamanya.”

Daftar Pustaka

  • Al-Qur’an al-Karim.
  • Shahih Bukhari-Muslim.
  • Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
  • Jalaluddin Rumi, Mathnawi.
  • Ibnu ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyah.
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
  • Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam.

Ucapan Terima Kasih

Tulisan ini saya persembahkan untuk para guru, orang tua, dan semua anak-anak muslim yang jadi amanah besar buat kita. Semoga bermanfaat dan jadi amal jariyah.