Doa Indah Rasulullah untuk Mu’adz bin Jabal: “Allahumma a‘inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika”
doa “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika…”
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, ia berkata,
أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أخذ بيده وقال يا معاذُ واللهِ إني لَأُحبُّك واللهِ إني لَأُحبُّك فقال أوصيك يا معاذُ لا تَدَعَنَّ في دُبُرِ كلِّ صلاةٍ تقول اللهمَّ أعِنِّي على ذكرِك وشكرِك وحسنِ عبادتِك
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menarik tanganku sambil berkata: wahai Mu’adz, Demi Allah aku mencintaimu sungguh aku mencintaimu. Aku wasiatkan engkau wahai Muadz, hendaknya jangan engkau tinggalkan di setiap akhir salat untuk berdoa:
/Alloohumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika/
(Ya Allah, tolonglah aku agar bisa berzikir kepada-Mu, dan bersyukur kepada-Mu, sert6a beribadah kepada-Mu dengan baik).” (HR. Abu Dawud no. 1522, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Ringkasan Redaksi Aslinya
Hadis riwayat Abu Dawud (no. 1522) dari Mu‘adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ memegang tangannya seraya bersabda:
“Wahai Mu‘adz, demi Allah aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu. Maka janganlah engkau tinggalkan doa ini setiap selesai salat: Allahumma a‘inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.”
Doa ini singkat, namun mencakup inti kebutuhan seorang hamba: pertolongan Allah untuk berzikir, bersyukur, dan beribadah dengan baik.
Maksud, Hakikat, Tafsir, dan Makna Judul
Judul doa ini memuat tiga dimensi pokok ibadah:
- Dzikir – menjaga hati selalu ingat Allah.
- Syukur – mengakui nikmat dan menggunakannya dalam kebaikan.
- Husnul ‘Ibadah – mempersembahkan ibadah dengan penuh ikhlas, khusyuk, dan sesuai tuntunan.
Hakikat doa ini adalah permohonan hamba agar Allah menolongnya menjadi hamba yang berkualitas, bukan hanya menjalankan ritual kosong.
Tujuan dan Manfaat
- Meneguhkan hubungan hamba dengan Allah.
- Mengajarkan bahwa ibadah butuh pertolongan Allah, bukan sekadar kemampuan diri.
- Melatih hati agar selalu terjaga dalam syukur dan zikrullah.
- Menjadi wasiat cinta Rasulullah kepada umatnya.
Latar Belakang Masalah di Zaman Nabi ﷺ
Pada masa Nabi ﷺ, sahabat sibuk dengan jihad, dakwah, dan urusan umat. Dalam kondisi itu, Rasulullah ﷺ mengingatkan Mu‘adz r.a. bahwa kekuatan utama bukan pada usaha semata, melainkan pertolongan Allah. Wasiat ini lahir dari kasih sayang beliau agar umatnya tidak kehilangan ruh ibadah di tengah kesibukan dunia.
Intisari Masalah & Sebab Terjadinya
- Hati mudah lalai, maka butuh dzikir.
- Manusia sering kufur nikmat, maka butuh syukur.
- Banyak ibadah rusak karena tidak ikhlas, maka butuh bimbingan Allah.
Doa ini hadir sebagai penawar tiga kelemahan manusia: lalai, kufur, dan salah niat.
Dalil dari Al-Qur’an dan Hadis
- Dzikir – QS. Al-Baqarah: 152
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar (nikmat).”
- Syukur – QS. Ibrahim: 7
“Jika kamu bersyukur, pasti Aku tambah nikmat-Ku; jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
- Ibadah yang baik – QS. Al-Bayyinah: 5
“Padahal mereka hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas menaati-Nya.”
Hadis:
“Sebaik-baik doa adalah meminta taufik untuk beramal saleh.” (HR. Thabrani)
Analisis dan Argumentasi
Doa ini membentuk segitiga emas pengabdian: dzikir menjaga hati, syukur menjaga perilaku, ibadah menjaga hubungan dengan Allah. Tanpa salah satunya, ibadah mudah timpang.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, manusia sibuk dengan teknologi, pekerjaan, dan dunia digital. Hati semakin mudah lalai. Maka doa ini justru lebih relevan: agar zikir, syukur, dan ibadah tetap terjaga di tengah hiruk pikuk dunia.
Hikmah
- Doa ini menunjukkan cinta Rasulullah kepada umatnya.
- Ibadah bukan semata kemampuan, tapi anugerah Allah.
- Menjadi pedoman hidup: ingat Allah, syukuri nikmat, perbaiki ibadah.
Muhasabah dan Caranya
- Dzikir – biasakan doa dan tasbih setelah shalat.
- Syukur – catat nikmat setiap hari dan gunakan untuk kebaikan.
- Ibadah – koreksi niat, tingkatkan kualitas salat, puasa, sedekah.
Doa
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Allah, tolonglah aku untuk bisa selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.
Nasehat Para Ulama Tasawuf
- Hasan al-Bashri: “Dzikir adalah cahaya hati; tanpa dzikir hati menjadi gelap.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Syukur yang sejati adalah ketika nikmat tidak melalaikanmu dari Allah.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Ibadah yang benar lahir dari hati yang fana dalam cinta kepada Allah.”
- Junaid al-Baghdadi: “Dzikir adalah tiang tasawuf, siapa kehilangan dzikir kehilangan jalan.”
- Al-Hallaj: “Hakikat ibadah adalah lebur dalam kehendak Allah.”
- Imam al-Ghazali: “Syukur mencakup ilmu, keadaan hati, dan amal nyata.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Mintalah pertolongan Allah dalam tiap amal, niscaya Dia cukupkan.”
- Jalaluddin Rumi: “Zikir adalah musik jiwa yang mengembalikanmu kepada rumah asal.”
- Ibnu ‘Arabi: “Ibadah adalah jalan mengenal rahasia Tuhan.”
- Ahmad al-Tijani: “Doa adalah kunci pembuka setiap jalan menuju Allah.”
Daftar Pustaka
- Sunan Abu Dawud, hadis no. 1522.
- Sunan at-Tirmidzi, hadis doa Mu‘adz.
- Al-Adab al-Mufrad, Imam al-Bukhari.
- Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali.
- Al-Fath ar-Rabbani, Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
- Risalah al-Qusyairiyah, Imam al-Qusyairi.
- Fushush al-Hikam, Ibnu ‘Arabi.
- Matsnawi, Jalaluddin Rumi.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada para guru, ulama, dan pembimbing ruhani yang telah menjaga warisan doa Rasulullah ﷺ. Semoga kita diberi taufik untuk mengamalkan doa ini dalam kehidupan sehari-hari.
✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu