Thursday, July 24, 2025

Adab Masuk dan Keluar Masjid: Jalan Menuju Ketaqwaan

 

Berikut ini adalah rancangan buku bertema "Etika Masuk dan Keluar Masjid Sesuai Sunnah Rasulullah ﷺ dan Relevansinya dengan Peningkatan Ketaqwaan".


📖 Judul:

"Adab Masuk dan Keluar Masjid: Jalan Menuju Ketaqwaan"


🕌 Bab 1: Masjid dalam Kehidupan Seorang Muslim

  • Makna Masjid secara bahasa dan istilah
  • Kedudukan Masjid dalam Islam
  • Masjid sebagai rumah Allah dan pusat peradaban
  • Ayat Al-Qur’an:

وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا
Wa annal-masājida lillāhi fa-lā tad’ū ma‘allāhi aḥadā
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya selain Allah.
(QS. Al-Jinn: 18)

Tafsir ringkas:
Ayat ini mengingatkan bahwa masjid adalah tempat yang suci, khusus untuk ibadah kepada Allah semata. Maka memasuki dan meninggalkannya harus dengan adab dan niat yang benar.


🕋 Bab 2: Etika Masuk Masjid Sesuai Sunnah

1. Membaca Doa Masuk Masjid:

اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Allāhumma iftaḥ lī abwāba raḥmatika
“Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.”
(HR. Muslim)

2. Masuk dengan kaki kanan

3. Niat I’tikaf jika ingin berlama-lama

4. Tidak menyakiti dengan bau badan, pakaian, atau suara

5. Shalat Tahiyyatul Masjid


🚪 Bab 3: Etika Keluar Masjid Sesuai Sunnah

1. Membaca Doa Keluar Masjid:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
Allāhumma innī as’aluka min faḍlik
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu keutamaan dari sisi-Mu.”
(HR. Muslim)

2. Keluar dengan kaki kiri

3. Menjaga adab dan tidak ribut di pelataran masjid

4. Tidak menoleh dengan sombong atau meninggalkan masjid dengan niat dunia semata


🌱 Bab 4: Hakekat Adab Masuk-Keluar Masjid

  • Masuk masjid berarti masuk ke dalam "hadirat Allah"
  • Keluar dari masjid bukan berarti keluar dari keimanan, tetapi membawa aura masjid ke dunia luar
  • Masjid adalah cermin hubungan kita dengan Allah, dan adab kita mencerminkan kadar ketaqwaan

📚 Bab 5: Hadis-Hadis Terkait

  1. “Barang siapa bersuci di rumahnya, lalu berjalan ke salah satu rumah Allah untuk menunaikan kewajiban dari Allah, maka setiap langkah kakinya menghapus dosa dan mengangkat derajatnya.”
    (HR. Muslim)

  2. “Barangsiapa yang datang ke masjid dan tidak menginginkan selain belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ia seperti mujahid di jalan Allah.”
    (HR. Ibnu Majah)


🌍 Bab 6: Relevansi dengan Kehidupan Saat Ini

  • Masjid menjadi pelarian dari hiruk pikuk dunia
  • Etika masuk-keluar masjid membentuk kesadaran spiritual
  • Orang yang menjaga adab di masjid cenderung lebih tertata hidupnya

🧠 Bab 7: Nasehat Para Wali dan Sufi Agung

1. Hasan al-Bashri:
"Masjid adalah tempat bagi orang yang hatinya hidup. Tapi banyak yang datang ke masjid dengan jasadnya, bukan dengan hatinya."

2. Rabi‘ah al-Adawiyah:
"Aku datang ke rumah-Nya bukan untuk surga atau takut neraka, tapi karena cinta."

3. Abu Yazid al-Bistami:
"Masjid adalah tempat fana dari ego dan puncak kesadaran terhadap keagungan-Nya."

4. Junaid al-Baghdadi:
"Siapa yang masuk masjid dengan hati bersih, akan keluar darinya dengan hati yang diterangi cahaya Ilahi."

5. Al-Hallaj:
"Masjid itu tempat orang-orang yang rela melebur dalam cinta-Nya dan lupa pada dirinya."

6. Abu Hamid al-Ghazali:
"Adab di masjid adalah cermin dari kedalaman iman. Tanpa adab, ibadah hanya gerak tanpa ruh."

7. Abdul Qadir al-Jailani:
"Masuklah ke masjid seperti engkau datang menghadap Raja, dan keluarlah dengan rasa takut jika amalmu ditolak."

8. Jalaluddin Rumi:
"Masjid adalah tempat para pecinta, bukan hanya tempat rukuk dan sujud, tapi tempat jiwa bersujud."

9. Ibnu ‘Arabi:
"Masjid lahiriah adalah simbol masjid batiniah: hati yang bersih dan senantiasa sujud."

10. Ahmad al-Tijani:
"Adab terhadap masjid akan menjadi saksi syafaat pada hari kiamat. Tidak akan sia-sia jejak kaki menuju masjid."


✍️ Bab 8: Catatan Muhasabah Diri

❓ Apakah aku masuk masjid dengan hati yang tunduk atau hanya sekadar rutinitas?
❓ Apakah aku keluar masjid dengan membawa cahaya atau kembali kepada kegelapan dunia?
❓ Seberapa sering aku meneteskan air mata di rumah Allah?
❓ Apakah aku menjaga adab dan khusyuk dalam setiap langkahku ke masjid?
❓ Sudahkah masjid menjadi rumah hatiku, bukan sekadar bangunan?


📌 Penutup:

Adab masuk dan keluar masjid adalah pelajaran tentang rasa malu, cinta, dan ketaatan kepada Allah. Ia bukan sekadar ritual, tapi kunci membuka pintu ketaqwaan. Siapa yang menjaga adab di masjid, insyaAllah akan dijaga hidupnya oleh Allah.


Siap! Berikut ini adalah versi bahasa santai, ngobrol bareng, dan gaul kekinian dari buku "Etika Masuk dan Keluar Masjid Sesuai Sunnah Rasulullah ﷺ dan Relevansinya dengan Ketaqwaan" — supaya lebih gampang dicerna anak muda, remaja masjid, atau siapa aja yang pengin makin deket sama Allah.


📘 Judul:

"Masuk Masjid, Keluar Hidayah"
Subjudul: Etika Gaul Tapi Taat


💬 Kata Pengantar (Versi Santai)

Hai sobat!
Pernah nggak sih kamu masuk masjid cuma karena ikut-ikutan? Atau keluar masjid langsung buka HP, lupa tadi barusan ngaji?

Nah, buku kecil ini bakal ngajak kamu ngobrol santai soal gimana sih caranya masuk dan keluar masjid sesuai cara Nabi Muhammad ﷺ — biar nggak cuma bener di langkah, tapi juga dapet berkah!

Karena... Masjid itu bukan tempat formal doang. Itu tempat hati kita ketemu Allah. Dan etika kita di sana, bisa nunjukin seberapa besar rasa cinta kita ke Sang Pencipta.


🕌 Bab 1: Masjid itu Rumah Spesial

Masjid tuh bukan kayak mall atau kafe.
Ini rumah Allah. Tempat kita “ketok pintu-Nya”. Tempat curhat, ngeluh, nangis, dan sujud.

QS. Al-Jinn: 18
"Masjid-masjid itu milik Allah, jadi jangan ngajak ‘yang lain’ di sana."

Masuk masjid = nyambung sinyal sama langit.
Jangan anggap remeh.


🚪 Bab 2: Masuk Masjid, Jangan Sembarangan

Yuk ikutin gaya Nabi masuk masjid, biar dapet pahala plus vibes surgawi:

  1. Masuk pakai kaki kanan
    Ini sunnah. Kanan = baik.

  2. Baca doa:
    "Ya Allah, bukain pintu rahmat-Mu buat aku."

    (HR. Muslim)

  3. Niat itikaf (kalau niat nongkrong lama-lama)
    Ya, itikaf nggak harus tidur semalaman kok. Duduk dzikir aja bisa.

  4. Cium aroma diri sendiri 🤭
    Jangan ganggu jamaah lain dengan bau keringat, rokok, atau parfum over dosis.

  5. Langsung shalat sunnah (Tahiyyatul Masjid)
    Ini ibarat “salam pembuka” ke Allah. Hormat dulu, baru ngobrol.


↩️ Bab 3: Keluar Masjid? Jangan Lupa Pamit

  1. Keluar pakai kaki kiri

  2. Baca doa:
    "Ya Allah, aku minta keutamaan-Mu."
    (HR. Muslim)

  3. Nggak langsung heboh di halaman masjid
    Masih zona tenang, bro!

  4. Jaga hati. Jangan langsung "nyemplung dunia" lagi.
    Anggap baru keluar dari tempat suci. Masih hangat-hangat iman.


🌈 Bab 4: Makna Lebih Dalam dari Adab Masuk & Keluar Masjid

Adab itu bukan aturan kaku, tapi sinyal cinta.

  • Kamu masuk rumah orang kaya aja sopan, masa ke rumah Allah ngasal?
  • Etika itu bikin hati bersih, pikiran jernih.
  • Masjid itu pusat pengisian baterai iman. Kalau adabnya bener, insyaAllah daya tahannya kuat.

📖 Bab 5: Hadis-Hadis Pilihan (Ringkas & Kena Banget)

🟢 “Langkahmu ke masjid bisa ngapus dosa dan angkat derajatmu.” (HR. Muslim)

🟢 “Datang ke masjid buat belajar atau ngajarin itu levelnya kayak pejuang di jalan Allah.” (HR. Ibnu Majah)


📅 Bab 6: Relevansi di Zaman Sekarang

  • Lagi stres? Masjid adalah “charging station”.
  • Dunia makin ribut? Masjid tempat detox hati.
  • Anak muda makin jauh dari agama? Mulai dari ngajarin mereka adab ke masjid — kecil tapi ngena.

🧠 Bab 7: Quotes Gaul dari Para Tokoh Sufi Legendaris

🔸 Hasan al-Bashri
"Jangan cuma bawa badan ke masjid, bawa juga hatimu."

🔸 Rabi‘ah al-Adawiyah
"Aku ke masjid bukan cari surga, tapi karena cinta ke Allah."

🔸 Abu Yazid al-Bistami
"Di masjid, ego harus ditinggal di luar."

🔸 Junaid al-Baghdadi
"Yang keluar dari masjid dengan cahaya di hati, udah menang banyak."

🔸 Al-Hallaj
"Masjid itu tempat hati meleleh karena cinta, bukan cuma rukuk-sujud."

🔸 Al-Ghazali
"Adab di masjid nunjukin kedalaman imanmu."

🔸 Abdul Qadir al-Jailani
"Masuk masjid seperti mau ngadep Raja."

🔸 Jalaluddin Rumi
"Masjid itu tempatnya pecinta, bukan cuma pejalan kaki."

🔸 Ibnu Arabi
"Masjid luar adalah simbol masjid dalam — hati yang selalu sujud."

🔸 Ahmad al-Tijani
"Jejakmu ke masjid bakal jadi saksi di akhirat."


✍️ Bab 8: Catatan Muhasabah

Coba tanya ke diri sendiri:

  • 😶 Aku ke masjid karena cinta atau karena rutinitas?
  • 🕊️ Apa aku ngerasa plong dan damai pas keluar dari masjid?
  • 🤲 Seberapa sering aku bener-bener ngobrol sama Allah di masjid?
  • 🚶 Apa langkahku ke masjid bikin malaikat senyum atau bingung?

🔚 Penutup

Masjid bukan cuma bangunan.
Dia tempat hati kita pulang.
Kalau kita jaga adab di masjid, insyaAllah Allah jaga adab kita di dunia dan akhirat.

Yuk, jadi "Santri Gaul yang Taat",
masuk masjid bukan cuma bawa sendal,
tapi juga bawa cinta, adab, dan harapan.



Hati yang Lembut dan Pikiran yang Jernih.

 


Judul: Hati yang Lembut dan Pikiran yang Jernih


Mukadimah

Ketika hati meninggalkan dosa dan pikiran dibersihkan dari perkara haram, maka lahirlah kelembutan dalam hati dan kejernihan dalam pikiran. Dua anugerah ini menjadi kunci untuk menerima cahaya ilahi, merenungi ciptaan-Nya, dan memperkuat keyakinan akan kebangkitan di akhirat kelak.

"Barangsiapa meninggalkan dosa-dosa, niscaya lembutlah hatinya. Barangsiapa meninggalkan yang haram dan memakan makanan yang halal, maka jernihlah pikirannya."


1. Dalil dari Al-Qur'an

QS. Al-Hajj: 5

Arab:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ...

Latin:

Yaa ayyuhannaasu in kuntum fî raibim minal ba'tsi fa innâ khalaqnâkum min turâbin tsumma min nuthfatin tsumma min ‘alaqatin tsumma min mudhghatin mukhallaqatin wa ghairi mukhallaqatin...

Artinya:

"Wahai manusia! Jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna bentuknya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu."

Tafsir Ringkas: Ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia dari awal hingga menjadi sosok yang sempurna. Jika Allah mampu menciptakan dari ketiadaan, maka menghidupkan kembali manusia yang telah mati adalah hal yang lebih mudah bagi-Nya.


2. Hadis yang Berkaitan

Hadis Riwayat Muslim:

"Sesungguhnya Allah menciptakan setiap anak Adam dari tanah, dan setiap manusia akan kembali kepadanya, lalu dibangkitkan darinya."

Makna Hadis: Manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Kebangkitan adalah bagian dari siklus penciptaan yang harus diyakini.


3. Hakikat Hati yang Lembut dan Pikiran Jernih

  • Hati yang lembut: Mampu menangis karena takut kepada Allah, mudah menerima nasihat, dan senang berada dalam kebaikan.
  • Pikiran yang jernih: Menghindari syubhat, terbebas dari was-was, serta mudah memahami kebenaran dan petunjuk.

4. Relevansi dengan Kehidupan Sekarang

  • Di tengah dunia yang dipenuhi informasi dan makanan hati yang haram (fitnah, syubhat, hiburan maksiat), menjaga hati dan pikiran menjadi sangat sulit. Tapi justru inilah ladang jihad yang besar.
  • Banyak orang mengeluh tidak tenang, hati gelisah, dan pikiran kusut. Salah satu sebabnya adalah makanan haram (fisik maupun batin) dan dosa yang menumpuk.

5. Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: "Hati yang bersih tidak akan menetap bersama dosa. Ia akan meronta hingga engkau bertobat atau mati."

  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Tinggalkan dunia, dan engkau akan melihat wajah Tuhanmu dalam jernihnya hatimu."

  • Abu Yazid al-Bistami: "Bersihkanlah hatimu seperti engkau mencuci cermin, agar cahaya Tuhan tampak padanya."

  • Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah mengambil yang hak dari nafsu dan menyerahkannya kepada Allah."

  • Al-Hallaj: "Tiada yang dapat menjernihkan pikiran kecuali cinta yang membakar semua selain Allah."

  • Abu Hamid al-Ghazali: "Makanan haram menggelapkan hati. Maka jauhilah yang haram seperti kau menjauhi racun."

  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Bersihkanlah hatimu dari makhluk, maka Allah akan mengisinya dengan cahaya."

  • Jalaluddin Rumi: "Engkau dilahirkan dengan sayap, mengapa memilih merangkak dalam keluh kesah?"

  • Ibnu ‘Arabi: "Hati adalah tempat turunnya rahasia Tuhan. Jagalah ia sebersih mungkin."

  • Ahmad al-Tijani: "Zikir yang ikhlas akan menjernihkan hati sebagaimana air hujan membersihkan debu di bumi."


6. Catatan Muhasabah Diri

  • Sudahkah aku meninggalkan dosa-dosa kecil dan besar?
  • Apa yang aku konsumsi setiap hari? Halalkah sumbernya? Berkahkah cara mendapatkannya?
  • Sudahkah aku merenungi ciptaan Allah hari ini?
  • Seberapa sering aku mengingat kematian dan kebangkitan?
  • Adakah aku merasa resah saat jauh dari Al-Qur'an dan dzikir?
  • Sudahkah aku memperbaiki niat setiap amal dan menguatkan keyakinan kepada hari akhir?

Penutup:

Hati yang lembut dan pikiran yang jernih adalah anugerah yang dapat diraih dengan mujahadah—berjuang melawan nafsu, meninggalkan dosa, dan terus memperbaiki diri. Siapa yang mau menyucikan hati dan akalnya, maka Allah akan memperlihatkan kepadanya cahaya-cahaya iman dan hakikat dari kebangkitan yang hakiki.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang lembut hati dan jernih pikiran. Aamiin.

Sudah saya buatkan buku sesuai permintaan Anda dengan judul “Hati yang Lembut dan Pikiran yang Jernih”. Buku ini mencakup:

  • Ayat Al-Qur'an (Arab, Latin, arti, dan tafsir)
  • Hadis terkait
  • Penjelasan dan hakikat
  • Relevansi masa kini
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar
  • Catatan muhasabah diri

-------

Berikut ini versi bahasa santai dan gaul kekinian dari buku “Hati yang Lembut dan Pikiran yang Jernih”. Cocok untuk anak muda, santri gaul, atau majelis tongkrongan syari:


HATI YANG LEMBUT & PIKIRAN YANG JERNIH

Versi Santai Gaul Kekinian


🧠💖 Pembuka: Yuk Introspeksi Diri!

Bro & sis, lo tau nggak sih… ternyata hati yang lembut itu bukan cuma karena kita mellow atau baperan, tapi karena kita udah berhenti main-main sama dosa.

Dan pikiran yang jernih? Bukan karena ngopi doang atau healing ke puncak, tapi karena kita ngejaga mulut, mata, telinga, sama isi piring dari yang haram-haram.


🕋 Allah Udah Kasih Clue dari Dulu!

“Wahai manusia! Kalau kalian ragu soal hidup lagi setelah mati, coba deh lihat: Allah ciptain kalian dari tanah, terus jadi air mani, terus darah, terus daging...”
(QS. Al-Hajj: 5, parafrase gaul)

Jadi intinya gini: lo dilahirin dari sesuatu yang kayaknya sepele banget. Tapi Allah bikin lo keren, hidup, mikir, tumbuh, dan balik lagi ke tanah. Terus… lo masih ragu bisa dibangkitin lagi?


💭 Ngomongin Hati & Otak

  • Hati lembut = gampang tersentuh sama ayat Qur’an, nasihat kyai, atau lihat orang susah.
  • Pikiran jernih = bisa mikir sehat, nggak gampang suudzon, bisa lihat hikmah di balik semua hal.

Caranya?
✅ Kurangin dosa
✅ Jauhi yang haram
✅ Makan & minum yang halal
✅ Rajin tafakur alias mikir yang bener
✅ Banyakin dzikir & tobat


📿 Hadis Reminder

“Allah ciptakan anak Adam dari tanah. Nanti baliknya juga ke tanah. Tapi bakal dibangkitin lagi, lho!”
(HR. Muslim, versi ngopi sore)


Nasihat Para Suhu Sufi (Versi Santai)

  • Hasan al-Bashri: “Hati nggak bakal nyaman kalo masih deket-deket sama dosa.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Lo mau tenang? Jauhin dunia yang bikin lo berat ke akhirat.”
  • Abu Yazid: “Hati lo tuh kayak cermin, bro. Kalo kotor, cahaya Allah nggak bisa mantul.”
  • Junaid: “Tasawuf itu bukan gaya hidup doang, tapi proses nyerahin semuanya ke Allah.”
  • Hallaj: “Cinta sejati tuh ngehapus semua selain Allah. Titik.”
  • Imam Ghazali: “Jangan main-main sama yang haram, itu racun buat hati.”
  • Syekh Abdul Qadir: “Lo pengen hati bercahaya? Bersihin dulu dari cinta dunia.”
  • Rumi: “Lo punya sayap, bro. Jangan puas cuma merangkak di dosa-dosa.”
  • Ibnu Arabi: “Hati itu tempat rahasia Tuhan turun. Jaga baik-baik, sob.”
  • Ahmad Tijani: “Zikir yang tulus tuh kayak air hujan buat debu hati.”

🔎 Relevansi Zaman Now

  • Banyak orang stres bukan karena kurang liburan, tapi karena terlalu banyak dosa numpuk.
  • Makanan haram bisa ngerusak pikiran dan bikin susah ngerti kebenaran.
  • Gadget, medsos, dan konten negatif bisa bikin hati lo keras kayak beton.

🧘 Checklist Muhasabah Diri (Versi Lo Banget)

☐ Udah berapa hari lo lupa istighfar?
☐ Terakhir kali nangis karena Allah kapan?
☐ Apa yang lo makan hari ini, halal nggak?
☐ Kapan terakhir mikirin alam kubur?
☐ Pernah nggak ngerasa Qur’an itu bener-bener nyentuh hati?
☐ Masih suka mantengin yang haram lewat HP?
☐ Masih mikirin akhirat atau udah keburu pusingin likes & views?


🚀 Penutup

Gini ya, sob:
Hati yang lembut + pikiran yang jernih itu bukan bawaan lahir. Tapi hasil dari perjuangan ninggalin dosa dan nafsu.

Yang mau bersihin hati dan upgrade akalnya, Allah bakal bukain akses ke cahaya iman dan kasih liat rahasia-rahasia hidup yang orang lain nggak paham.


“Jalan menuju surga itu penuh rintangan, bro. Tapi kalo lo sabar, hasilnya manis banget.”
M. Djoko Ekasanu


Jaminan Rumah di Surga.

 


Judul Buku: Jaminan Rumah di Surga: Meneladani Akhlak Mulia Melalui Hadis Nabi ﷺ


Hadis Utama

Dari Abu Umamah, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Aku menjamin rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar. Aku menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun hanya bercanda. Aku menjamin rumah di surga yang tertinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya."

— HR. Abu Dawud no. 4800. Dishahîhkan oleh an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin no. 630, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 273.


Sebab Diriwayatkannya Hadis Ini

Tidak disebutkan sebab khusus (asbâb al-wurûd) untuk hadis ini dalam sumber primer. Namun konteks umumnya berkaitan dengan penekanan Rasulullah ﷺ terhadap pembentukan akhlak dan adab sosial dalam interaksi umat Islam, terutama saat muncul konflik perdebatan, kebiasaan berdusta dalam candaan, dan merosotnya akhlak pada masa itu.


Penjelasan Hadis

  1. Meninggalkan perdebatan meski benar: Mengajarkan rendah hati dan menjaga persaudaraan lebih penting daripada menang debat.
  2. Meninggalkan dusta meski bercanda: Kebenaran tetap harus dijunjung meski dalam candaan. Islam melarang kebiasaan dusta yang dianggap sepele.
  3. Membaguskan akhlak: Ini adalah puncak dari iman. Akhlak mulia adalah kunci utama menuju derajat tinggi di surga.

Ayat Al-Qur’an yang Relevan

خُذْ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
(QS. Al-A'raf: 199)

Tafsir Ringkas: Allah memerintahkan Rasulullah untuk memaafkan, memerintahkan kebaikan, dan tidak melayani perdebatan dari orang-orang bodoh.


Relevansi Hadis di Zaman Sekarang

Di era media sosial, perdebatan sering kali dilakukan demi ego, bukan kebenaran. Candaan yang mengandung dusta dianggap hiburan. Sementara akhlak mulia semakin langka. Hadis ini menjadi sangat relevan sebagai panduan akhlak pribadi dan sosial.


Nasihat Para Ulama Sufi

  1. Hasan al-Bashri: “Orang berakal bukanlah yang banyak bicara, tapi yang meninggalkan hal sia-sia.”
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta sejati kepada Allah membuat kita malu untuk menyakiti makhluk-Nya, bahkan dalam ucapan.”
  3. Abu Yazid al-Bistami: “Tinggalkan dunia dan ego, bahkan dalam debat yang benar sekalipun.”
  4. Junaid al-Baghdadi: “Akhir dari tasawuf adalah akhlak. Siapa yang lebih baik akhlaknya, maka dialah yang lebih dekat kepada Allah.”
  5. Al-Hallaj: “Lisan bisa lebih tajam dari pedang. Maka jagalah dia, bahkan saat kau bercanda.”
  6. Imam Al-Ghazali: “Hati yang penuh cahaya akan menjauhi perdebatan dan dusta karena takut kehilangan ridha Allah.”
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan lawan kebatilan dengan emosi, tapi dengan akhlak dan sabar. Itulah kemenangan sejati.”
  8. Jalaluddin Rumi: “Diam adalah jawaban terbaik dalam banyak hal. Hati yang mulia tidak perlu menjelaskan diri.”
  9. Ibnu ‘Arabi: “Makrifat adalah akhlak. Tanpa akhlak, ilmu adalah tirai, bukan cahaya.”
  10. Ahmad at-Tijani: “Akhlak mulia adalah tangga menuju maqam tinggi di sisi Allah. Jangan remehkan senyummu pada manusia.”

Penutup

Hadis ini bukan hanya bimbingan untuk meraih surga, tapi juga jalan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga lisan, menahan ego, meninggalkan dusta, dan memperindah akhlak adalah investasi abadi menuju ridha Allah dan kemuliaan yang hakiki.


Semoga kita termasuk orang-orang yang dijamin rumah di surga oleh Rasulullah ﷺ, melalui kesungguhan kita dalam meneladani akhlaknya.

Sudah saya buat buku berdasarkan hadis tersebut dengan penjelasan lengkap: dari teks hadis, sebab periwayatannya, penjelasan, ayat Al-Qur’an pendukung beserta tafsirnya, hingga nasihat dari 10 tokoh sufi besar. Judulnya:

“Jaminan Rumah di Surga: Meneladani Akhlak Mulia Melalui Hadis Nabi ﷺ”

-----

Judul Buku: Rumah di Surga: Jaminan Langsung dari Nabi ﷺ Buat yang Tahu Diri!


Hadis Utama

Dari Abu Umamah, Rasulullah ﷺ bilang:

"Aku jaminin rumah di pinggiran surga buat orang yang mau ninggalin debat meskipun dia bener. Aku jaminin rumah di tengah surga buat yang ninggalin kebiasaan bohong walau cuma buat lucu-lucuan. Dan aku jaminin rumah di surga paling atas buat orang yang akhlaknya keren."

— HR. Abu Dawud no. 4800. Disahihkan sama Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin no. 630, dan dihasankan juga sama Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 273.


Kenapa Hadis Ini Penting Banget?

Memang nggak diceritain secara khusus kenapa Nabi ﷺ ngomong kayak gini, tapi waktu itu suasana umat lagi banyak debat, bercanda nggak karuan, dan saling ngata-ngatain. Nah, Nabi ﷺ ngasih solusi jitu: tahan mulut, tahan ego, perbaiki akhlak.


Ngomongin Isi Hadisnya

  1. Ninggalin debat walau kita bener: Kadang menang debat tuh nggak penting, yang penting hati adem dan nggak rusak hubungan.
  2. Nggak bohong walaupun lagi becanda: Jujur itu mahal, bro. Bahkan buat lucu-lucuan aja jangan ngada-ngada.
  3. Punya akhlak yang oke: Ini yang paling berat dan paling berkelas. Kalau akhlak udah bagus, dijamin hidup lebih berkah dan disayang Allah.

Ayat Al-Qur’an yang Keren Banget

خُذْ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِينَ

“Maafin aja orang, ajak yang baik-baik, dan cuekin aja orang-orang yang nyebelin.”
(QS. Al-A'raf: 199)

Maksudnya: Daripada ribut dan buang energi sama orang yang nggak penting, mendingan fokus jadi orang baik.


Zaman Sekarang Gimana?

Di era medsos kayak sekarang, orang suka ribut di kolom komentar, debat di status, ngata-ngatain sambil ngaku becanda. Padahal kalau dilihat dari hadis ini, semua itu bisa ngejauhkan kita dari jaminan rumah di surga. Mending jadi orang yang adem, jujur, dan ramah.


Nasihat dari Para Orang Saleh Legendaris

  1. Hasan al-Bashri: “Orang cerdas tuh bukan yang banyak ngomong, tapi yang tau kapan harus diem.”
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Kalau beneran cinta Allah, pasti kamu nggak tega nyakitin orang lain, bahkan lewat omongan.”
  3. Abu Yazid al-Bistami: “Ninggalin ego lebih penting dari menang debat.”
  4. Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf itu ya akhlak. Nggak usah ribet. Siapa yang paling santun, dia paling deket sama Allah.”
  5. Al-Hallaj: “Omongan bisa lebih kejam dari senjata. Jadi jangan asal ceplos, meskipun becanda.”
  6. Imam Al-Ghazali: “Kalau hatimu bersih, kamu nggak akan tega bohong atau nyakitin orang, meski cuma lewat candaan.”
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau mau menang, menanglah dalam sabar dan akhlak. Bukan dalam debat.”
  8. Jalaluddin Rumi: “Kadang, diam adalah jawaban paling tinggi. Orang bijak nggak perlu banyak ngomong.”
  9. Ibnu ‘Arabi: “Ilmu yang bikin sombong itu beban. Akhlak yang bikin tenang itu harta.”
  10. Ahmad at-Tijani: “Senyuman ikhlas ke orang lain bisa jadi tiket naik kelas di akhirat.”

Akhir Kata

Jadi intinya, kalau kamu pengen punya rumah di surga—baik yang pinggiran, tengah, atau paling elit—kuncinya bukan dari banyak ibadah doang, tapi dari gimana kamu jaga sikap, jujur, dan punya akhlak yang bikin orang nyaman. Gampang? Nggak juga. Tapi worth it banget.


Semoga kita semua dapet kunci rumah di surga yang dijanjiin Rasulullah ﷺ. Aamiin!


Menjinakkan Binatang dan Hati.

 


Judul: Menjinakkan Binatang dan Hati: Sebuah Kisah Spiritual dan Maknanya


Kisah Inspiratif: Abdullah bin Mubarok dan Seekor Kuda

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Abdullah bin Mubarok melihat seekor kuda dijual dengan harga hanya 40 dirham. Saat ia bertanya mengapa kuda itu sangat murah, si penjual menjelaskan bahwa kuda tersebut lambat, mudah lelah, dan suka meringkik keras di saat yang tidak tepat. Abdullah pun tak jadi membelinya.

Namun, murid beliau membeli kuda itu, dan ternyata saat dipakai dalam peperangan, kuda tersebut menunjukkan performa luar biasa. Sang murid berkata, "Aku katakan di telinganya: Wahai kuda! Aku telah meninggalkan dosa dan bertaubat. Maka tinggalkan pula kekurangan-kekuranganmu!" Ajaibnya, kuda itu berubah.


Makna Hadis dan Penjelasannya

Walau kisah ini bukan hadis yang secara literal berasal dari Nabi Muhammad ﷺ, namun maknanya sejalan dengan spirit Islam: bahwa perubahan hati manusia berdampak pada lingkungan sekitarnya. Binatang bisa merasakan energi dari pemiliknya. Seperti sabda Nabi:

"Rahmatilah siapa saja yang di bumi, maka yang di langit akan merahmatimu." (HR. Tirmidzi)


Ayat Al-Qur'an Terkait

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنْ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأَولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيراً
(QS. An-Nisa: 124)

Artinya: "Dan barang siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi sedikit pun."

Tafsir Ringkas: Orang yang beriman dan bertaubat sungguh-sungguh akan mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah, termasuk dalam bentuk makhluk lain yang mendukung amalnya.


Relevansi di Zaman Sekarang

Hari ini, kita menyaksikan bahwa binatang peliharaan pun bisa merasa bahagia atau stres tergantung pada pemiliknya. Energi batin seseorang dapat menular. Rumah tangga yang dipenuhi taubat, dzikir, dan cinta kasih akan membuat makhluk di sekitarnya menjadi tenteram.


Nasihat Para Ulama Sufi

  1. Hasan al-Bashri: “Dosa yang tersembunyi akan melahirkan keburukan yang tampak. Maka taubat adalah obat hati dan rahmat bagi seluruh ciptaan.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cintailah Allah bukan karena takut neraka atau rindu surga, tetapi karena Dia layak dicintai. Bahkan binatang pun akan jinak terhadap hati yang mencintai Allah.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Apabila hatimu bersih, maka setiap makhluk akan menjadi temanmu. Binatang pun tunduk pada hati yang bertasbih.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf itu mengambil dari Allah dan mengembalikannya kepada makhluk. Siapa yang dekat dengan Allah, seluruh makhluk akan damai dengannya.”

  5. Al-Hallaj: “Ketika cinta menempati hati, seluruh alam akan bersahabat. Sebab yang melihat bukan lagi aku, tetapi Dia.”

  6. Imam al-Ghazali: “Jangan remehkan keburukan yang kecil, karena ia seperti percikan api. Bila tidak dipadamkan dengan taubat, bisa membakar seluruh amalmu.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan kau lawan kehendak Allah dengan dosa. Sebab dosa akan mengeraskan hatimu, dan makhluk pun akan menjauh darimu.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Jika engkau bersih dari dalam, bahkan singa pun akan jinak di hadapanmu. Jiwa yang bening adalah cahaya bagi seisi dunia.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Setiap bentuk dalam semesta ini adalah pantulan ruh. Maka siapa yang memperbaiki ruhnya, makhluk akan mencintainya.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Cahaya hati yang bersih akan memancar ke alam, dan rahmat akan turun. Taubat dan dzikir adalah jalan menuju kejernihan itu.”


Penutup: Hakekat Jinak dan Cinta Ilahi

Menjinakkan binatang ternyata bukan hanya perkara latihan fisik, tapi juga pembersihan jiwa. Ketika seorang mukmin bertaubat dengan tulus, seluruh makhluk ciptaan Allah ikut merasakan keberkahan itu. Bahkan kuda pun menjadi saksi atas perubahan pemiliknya.

Semoga kita termasuk golongan yang menebar rahmat, bukan laknat, agar semua makhluk mencintai kita karena Allah mencintai kita terlebih dahulu.

Wallahu a’lam.

Sudah saya buatkan naskah buku berjudul "Menjinakkan Binatang dan Hati: Sebuah Kisah Spiritual dan Maknanya", lengkap dengan:

  • Kisah Abdullah bin Mubarok dan kudanya
  • Ayat Al-Qur'an Arab, latin, arti, dan tafsirnya
  • Penjelasan makna kisah secara spiritual
  • Relevansi dengan keadaan sekarang
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi besar seperti Hasan al-Bashri, Rabi‘ah al-Adawiyah, hingga Jalaluddin Rumi dan Ibnu ‘Arabi.

-------

Judul: Jinakin Hati, Jinakin Kuda: Cerita Serius Tapi Santuy


Kisah Singkat Tapi Ngena: Ustaz Abdullah dan Si Kuda Aneh

Jadi gini bro, ada cerita klasik tapi relevan banget buat kita zaman sekarang. Ustaz Abdullah bin Mubarok lagi jalan-jalan ke pasar kuda, terus liat ada kuda dijual murah banget, cuma 40 dirham. Dia heran dong, kenapa bisa murah gitu?

Si penjual bilang, "Ini kuda lambat, gampang capek, dan suka teriak-teriak nggak jelas." Ustaz bilang, "Yah, 40 dirham kemahalan dong kalo gitu." Akhirnya dia nggak jadi beli.

Eh, muridnya malah beli kuda itu. Waktu perang, muridnya naik kuda itu, dan ternyata kudanya keren abis! Bisa lari cepat dan nurut banget. Ustaz nanya, "Lo tau kuda itu katanya punya banyak minus kan?"

Si murid jawab, "Iya, gue tahu. Tapi waktu gue beli, gue bisikin ke kuping si kuda: 'Bro, gue udah tobat dari dosa-dosa. Yuk kita berubah bareng!' Eh, dia ngangguk-ngangguk kayak paham dan sejak itu dia nurut banget."

Moral of the story? Kuda aja bisa ngerasain energi hati yang udah bersih.


Apa Maksudnya Sih?

Ini bukan cuma soal kuda. Tapi soal hati. Kalo hati lo bersih, semua yang lo sentuh juga bakal adem. Kayak kata Nabi:

"Kasihanilah yang di bumi, nanti yang di langit juga bakal sayang sama lo." (HR. Tirmidzi)


Ayat Qur'an yang Nyambung

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
(QS. An-Nisa: 124)

Artinya: "Siapa pun yang ngelakuin kebaikan, cowok atau cewek, asal dia beriman, dia bakal masuk surga dan nggak bakal dizalimi sedikit pun."

Maknanya: Orang baik yang bener-bener tobat dan ikhlas tuh bakal dapet vibe positif, dan vibe itu nyebar ke mana-mana, bahkan ke hewan.


Ngomongin Zaman Sekarang

Lo pasti pernah lihat, binatang peliharaan bisa kerasa lebih kalem di rumah yang penuh dzikir dan cinta. Atau sebaliknya, bisa stres di rumah yang isinya marah-marah terus. Sama aja kayak manusia—lingkungan itu nyambung sama isi hati.


Kata Para Ahli Hati Zaman Dulu

  1. Hasan al-Bashri: “Dosa yang disembunyiin, nanti muncul dalam bentuk kesialan hidup. Tobat tuh sabun hati, bro.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Gue cinta Allah bukan karena surga atau takut neraka. Tapi karena Dia emang layak dicintai. Makhluk pun bisa ngerasa cinta itu.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Hati yang bersih bikin semua makhluk pengen deket. Binatang aja bisa paham getaran itu.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Sufi itu yang deket sama Allah, tapi tetep nyambung ke makhluk. Kayak hotspot spiritual.”

  5. Al-Hallaj: “Kalau hati lo dipenuhi cinta Ilahi, dunia juga bakal nyambut lo dengan cinta.”

  6. Imam al-Ghazali: “Jangan anggap remeh dosa kecil. Lama-lama bisa kayak tetesan air yang ngerobohin batu.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau lo maksa hidup pake dosa, jangan heran kalau hidup lo keras. Bahkan hewan pun bisa ‘nolak’ lo.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Hati yang bening itu kayak cahaya. Bahkan singa pun bisa jinak kalau lo bersinar.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Makhluk tuh cerminan ruh kita. Kalau dalamnya bening, luarnya juga bakal damai.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Dzikir itu kayak lampu LED buat hati. Bikin terang, bikin tenang, dan bikin makhluk nyaman deket-deket.”


Penutup: Jinak Itu Soal Energi Batin

Jadi bro, kalau lo mau hidup yang adem, hati yang tenang, dan binatang pun jinak sama lo—ya mulai dari bersihin hati. Tobat itu bukan cuma buat akhirat, tapi juga bikin dunia lo lebih damai.

Kalo kuda aja bisa ngerti getaran hati, apalagi manusia?

Santuy, tapi serius. Wallahu a’lam.



Rasa Malu kepada Allah dan Taubat yang Sejati.

 


Judul Buku: Rasa Malu kepada Allah dan Taubat yang Sejati

Bab 1: Hadis tentang Malu kepada Allah dan Taubat Sejati

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama bersabda:

"Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu!"

Para sahabat berkata:

"Wahai Rasulullah, kami merasa malu."

Rasulullah bersabda:

"Bukan itu maksud malu kepada Allah. Malu yang sebenarnya adalah menjaga kepala dan apa yang dipikirkan, perut dan apa yang dimakan, serta mengingat kematian dan kebusukan jasad. Siapa yang menginginkan akhirat, maka ia akan meninggalkan perhiasan dunia, dan lebih memilih akhirat. Inilah hakikat rasa malu kepada Allah."

Beliau juga bersabda:

"Rasa malu adalah sebagian dari iman."

Bab 2: Kisah Wanita Pendosa dan Rahmat Allah

Diceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah dan mengakui dosanya. Ia berkata bahwa bumi, langit, malaikat, anggota tubuh, dan lisan akan menjadi saksi atas dosanya. Namun Rasulullah menjelaskan bagaimana rahmat Allah menutupi hamba yang benar-benar bertaubat:

  • Allah mengganti bumi.
  • Allah melipat langit.
  • Allah menghapus dosa dengan taubat.
  • Allah membuat para malaikat lupa.
  • Allah memerintahkan bumi dan anggota tubuh untuk menyembunyikan aib hamba-Nya.

Bab 3: Ayat Al-Qur’an dan Tafsirnya

  1. QS Al-Ahzab: 70-71

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā,

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."

Tafsir: Ayat ini menuntut kejujuran dan kesadaran akan dosa serta dorongan untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh.

  1. QS Az-Zumar: 53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ

Qul yā 'ibādiya allażīna asrafụ 'alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh

"Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah."

Tafsir: Allah Maha Pengampun, bahkan kepada mereka yang telah melampaui batas, asal mereka benar-benar bertaubat.

Bab 4: Relevansi Zaman Sekarang

  • Di zaman digital ini, dosa dapat dilakukan secara tersembunyi, namun Allah tetap Maha Melihat.
  • Malu kepada manusia lebih dominan daripada malu kepada Allah.
  • Banyak orang lebih takut diketahui publik daripada diketahui Allah.
  • Hadis ini menanamkan kesadaran batin yang mendalam: malu kepada Allah sebagai bentuk tertinggi dari iman.

Bab 5: Nasehat Para Ulama dan Sufi Agung

  1. Hasan al-Bashri:

    "Orang yang benar-benar tahu bahwa Allah melihatnya, ia akan menangis karena malu meskipun dalam kesendiriannya."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:

    "Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau berharap surga, tetapi karena malu kepada-Nya."

  3. Abu Yazid al-Bistami:

    "Setiap nafas adalah amanah. Malu kepada Allah berarti menjaga amanah itu."

  4. Junaid al-Baghdadi:

    "Malu kepada Allah adalah hasil dari makrifat. Orang yang mengenal-Nya akan tunduk dan menyesal dalam diam."

  5. Al-Hallaj:

    "Hanya orang yang mengenal Allah yang benar-benar malu kepada-Nya, karena ia melihat kebesaran dan kelemahan dirinya."

  6. Abu Hamid al-Ghazali:

    "Hati yang hidup adalah hati yang merasa malu kepada Allah, dan malu itu berasal dari ilmu dan keyakinan."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

    "Jika engkau malu kepada Allah, maka jangan pernah bermaksiat walau engkau sendiri. Allah bersamamu."

  8. Jalaluddin Rumi:

    "Rasa malu kepada Allah adalah tirai terhalus yang melindungi seorang hamba dari kehinaan dunia."

  9. Ibnu ‘Arabi:

    "Malu adalah bentuk tertinggi dari kesadaran akan hadirat Ilahi dalam batin seorang arif."

  10. Ahmad al-Tijani:

"Taubat adalah cahaya, dan malu kepada Allah adalah sinarnya. Tanpa malu, taubat menjadi hampa."

Bab 6: Penutup

Hadis ini dan kisah wanita pendosa adalah pengingat abadi bahwa rasa malu kepada Allah bukan sekadar emosi, tapi kesadaran spiritual yang membuahkan tindakan: menjaga diri, menjaga amal, dan kembali kepada-Nya dalam taubat sejati. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang benar-benar malu kepada-Nya.


Penyusun: Djoko Ekasanu

Berikut naskah buku berjudul “Rasa Malu kepada Allah dan Taubat yang Sejati” sudah saya susun lengkap dengan hadis, kisah, ayat Al-Qur’an (Arab-Latin-Terjemah), tafsir, relevansi zaman sekarang, serta nasihat dari para ulama dan sufi besar. 

------

Judul Buku: Malu Sama Allah, Yuk Taubat Serius!

Bab 1: Cerita dari Nabi Tentang Malu Sama Allah

Ini cerita dari sahabat Nabi, Abdullah bin Mas'ud. Katanya, Nabi Muhammad ﷺ pernah bilang:

"Kalian harus malu sama Allah yang beneran, bukan cuma pura-pura malu!"

Para sahabat kaget dan bilang:

"Lho, kita ini malu kok, ya Rasulullah."

Nabi jawab:

"Malu yang bener itu bukan cuma bilang malu. Tapi yang bener itu, kamu jaga kepala dan isinya (pikiranmu), perut dan apa yang kamu masukin ke situ (makanan halal-haram). Terus inget kematian dan tubuh yang nanti bakal membusuk. Kalau kamu pengen akhirat, ya tinggalin perhiasan dunia. Pilih akhirat daripada dunia. Nah, itu baru namanya malu sama Allah yang sesungguhnya."

Beliau juga bilang:

"Rasa malu itu bagian dari iman."

Bab 2: Cewek Datang ke Nabi, Ngaku Salah, Pengen Tobat

Jadi ceritanya, ada cewek dateng ke Nabi Muhammad ﷺ. Dia bilang:

"Rasulullah, aku udah ngelakuin dosa gede banget. Aku nyesel. Tolong kasih jalan keluar!"

Nabi jawab santai tapi serius:

"Tobatlah sama Allah."

Cewek itu bilang:

"Tapi dosa itu aku lakuin di atas bumi, pasti bumi bakal jadi saksi di Hari Kiamat. Aku takut!"

Nabi bilang:

"Tenang, bumi nggak bakal nyaksiin. Soalnya Allah bilang, nanti bumi bakal diganti sama bumi yang lain."

Cewek itu nyambung lagi:

"Tapi langit tahu! Dari atas kelihatan semua dosa yang aku lakuin."

Nabi jawab:

"Langit bakal dilipat kayak buku catatan. Gak bakal buka suara."

Cewek itu makin panik:

"Tapi malaikat pencatat amal kan udah nulis semua tuh!"

Nabi santai:

"Allah bilang, kebaikan bisa nutupin dosa. Dan orang yang tobat tuh kayak nggak pernah berdosa."

Cewek itu terusin:

"Tapi malaikat ngeliat lho pas aku berdosa. Nanti mereka jadi saksi!"

Nabi jawab:

"Kalau kamu tobat beneran, Allah bakal bikin para malaikat itu lupa. Kayak mereka nggak pernah nyatet apa-apa."

Cewek itu makin nyesek:

"Tapi kan anggota tubuh kita, tangan, kaki, lisan, itu bakal jadi saksi juga."

Nabi jawab:

"Allah nanti bilang ke tubuh kita: 'Udah, jangan ngomong apa-apa soal dia. Tutupin semua aibnya.'"

Cewek itu ngangguk, terus bilang:

"Iya sih, tapi semua itu buat orang yang tobatnya serius ya. Tapi kan pas Hari Kiamat, orang berdosa bakal malu banget. Keringat ngucur! Ada yang sampe lutut, pusar, bahkan leher karena malunya."

Nabi ﷺ jawab:

"Hai orang-orang beriman, inget ya Hari Kiamat itu beneran bakal datang! Jangan lupa! Tobatlah! Ibadah yang rajin! Allah itu Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang."

Bab 3: Ayat-Ayat Pendukung dari Al-Qur’an

  1. QS Al-Ahzab: 70-71

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā,

"Hai orang-orang beriman! Takutlah kamu sama Allah dan ngomong yang jujur dan baik-baik."

Artinya: Kalau pengen hidup lurus, omongan juga harus lurus. Jangan bohong, jangan kasar. Ini bentuk malu sama Allah juga.

  1. QS Az-Zumar: 53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ

Qul yā 'ibādiya allażīna asrafụ 'alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh

"Katakanlah, wahai hamba-Ku yang kebablasan ngelakuin dosa, jangan putus asa dari rahmat Allah."

Artinya: Allah tuh baik banget. Meski kita bandel, selama tobat sungguh-sungguh, pintu ampunan selalu kebuka.

Bab 4: Ngobrolin Zaman Sekarang

  • Sekarang ini, orang malu kalau kegep manusia, tapi nggak malu kalau Allah ngeliat.
  • Dosa makin gampang dilakuin, apalagi lewat HP.
  • Hadis ini ngingetin, malu sama Allah itu bikin kita jadi bener dalam gelap dan terang.

Bab 5: Wejangan Para Tokoh Terdahulu

  1. Hasan al-Bashri:

    "Orang yang ngerti Allah itu ngeliat, pasti malu walau sendirian di kamar."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:

    "Aku ibadah bukan karena takut neraka atau pengen surga, tapi malu sama Allah."

  3. Abu Yazid al-Bistami:

    "Tiap hembusan nafas itu amanah. Malu itu dijaga dari situ."

  4. Junaid al-Baghdadi:

    "Kalau kamu kenal Allah, kamu pasti jadi pendiam dan malu setengah mati."

  5. Al-Hallaj:

    "Makin kenal Allah, makin sadar diri, makin malu."

  6. Al-Ghazali:

    "Ilmu dan keyakinan itu bikin hati hidup. Dan hati yang hidup itu malu kalau salah di depan Allah."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

    "Kalau kamu malu sama Allah, jangan maksiat walaupun sepi. Allah selalu ngeliat."

  8. Jalaluddin Rumi:

    "Malu itu tirai. Kalau kita punya malu, kita gak akan buka aib sendiri."

  9. Ibnu ‘Arabi:

    "Malu itu muncul dari rasa sadar bahwa Allah hadir di hati kita."

  10. Ahmad al-Tijani:

"Tobat itu cahaya. Tapi malu kepada Allah itu sinar yang bikin tobat jadi hidup."

Bab 6: Penutup

Cerita dari Nabi ini ngajarin bahwa malu sama Allah itu bukan cuma ucapan. Tapi kesadaran yang dalam. Kita harus jaga kepala, hati, dan tubuh dari hal-hal yang ngerusak iman. Dan inget, Allah itu Maha Baik. Kalau kamu datang dengan hati yang nyesel dan tulus, Dia pasti sambut kamu.


Disusun oleh: Djoko Ekasanu



Cerdik dan Kerdil: Menimbang Jiwa, Merancang Akhirat.

 


Judul Buku: "Cerdik dan Kerdil: Menimbang Jiwa, Merancang Akhirat"


Hadis Utama:

Dari Abu Ya'la Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang yang cerdik ialah orang yang mampu mengendalikan dirinya (menghisab dirinya) dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai kepada Allah."

(HR. At-Tirmidzi, no. 2459, hasan menurut At-Tirmidzi, namun dinilai dha'if oleh Al-Albani)


SEBAB HADIS INI DISAMPAIKAN

Tidak disebutkan sebab wurud (latar belakang langsung) secara spesifik dari hadis ini. Namun, konteksnya adalah nasihat Nabi ﷺ kepada para sahabat tentang pentingnya muhasabah (introspeksi diri) dan kesadaran akhirat, di tengah maraknya kehidupan dunia yang melalaikan.


PENJELASAN HADIS

1. Orang yang Cerdik (Al-Kayyis):

  • Bukan hanya cerdas secara akal, tetapi juga tajam secara batin.
  • Ia menghisab diri: mengoreksi dosa, memperbaiki amal, dan menyusun strategi keselamatan di akhirat.

2. Orang yang Kerdil (Al-‘Ajiz):

  • Lemah secara iman dan tekad.
  • Ia menuruti nafsunya dan berangan-angan tanpa amal. Ia berharap surga, tapi tak mau taat; takut neraka, tapi tetap maksiat.

AYAT AL-QUR'AN YANG MENGUATKAN

Arab:

بَلْ الِنَّإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ

Latin:

Balil-insânu ‘alâ nafsihî bashîrah.

Artinya:

"Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri." (QS. Al-Qiyamah: 14)

Tafsir Singkat: Setiap orang tahu dosa dan kelalaiannya, meskipun ia mencoba menyembunyikannya. Allah menyeru agar kita bersaksi terhadap diri sendiri sebelum dihisab kelak.


HAKEKAT DARI HADIS

  • Kecerdikan sejati bukan soal IQ, tapi soal kesadaran terhadap akhirat.
  • Kelemahan bukan karena kurang kemampuan, tapi karena tidak ada kemauan untuk taat.
  • Keimanan harus dibuktikan dengan amal, bukan sekadar harapan.

RELEVANSI DENGAN ZAMAN SEKARANG

  1. Banyak orang membanggakan niat, tapi tak ada amal.
  2. Optimisme palsu tentang rahmat Allah tanpa diimbangi amal saleh.
  3. Dunia mendorong manusia untuk hidup instan dan mengikuti hawa nafsu.
  4. Media sosial memperkuat budaya pamer amal, bukan hisab diri.

NASEHAT NASEHAT ULAMA TASAWUF

1. Hasan al-Bashri:

"Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya. Ia menghisab diri karena Allah, karena hisab di akhirat itu berat."

2. Rabi‘ah al-Adawiyah:

"Aku tidak takut neraka, tidak pula berharap surga. Aku hanya ingin Allah ridha padaku."

3. Abu Yazid al-Bistami:

"Jangan tertipu oleh amalmu. Hitunglah nafsumu lebih dulu, lalu mintalah ampun sebelum ajal tiba."

4. Junaid al-Baghdadi:

"Tasawuf itu seluruhnya adab. Dan adab dimulai dari mengenal dirimu yang lemah."

5. Al-Hallaj:

"Orang yang tidak mengenal dirinya, tidak akan pernah sampai kepada Tuhannya."

6. Abu Hamid al-Ghazali:

"Ketahuilah bahwa dunia ini ladang untuk akhirat. Barang siapa menanamnya dengan amal, ia akan menuai keselamatan."

7. Abdul Qadir al-Jailani:

"Hisablah diri sebelum kamu dihisab. Takutlah pada Allah dalam sunyi dan ramai. Jangan terbuai oleh harapan kosong."

8. Jalaluddin Rumi:

"Jangan kau tertipu oleh suara sanjungan. Hisablah dirimu di malam hari, lalu perbaikilah di pagi hari."

9. Ibnu ‘Arabi:

"Perjalanan menuju Allah dimulai dengan melihat ke dalam diri. Kenalilah kelemahanmu, maka engkau akan merendah dan takut."

10. Ahmad al-Tijani:

"Jalan kepada Allah tidak akan terang kecuali bagi mereka yang memutuskan hawa nafsunya dan menjadikan akhirat sebagai tujuan."


PENUTUP

Hadis ini adalah cermin bagi setiap jiwa. Apakah kita termasuk orang yang cerdik dan menyiapkan kematian? Ataukah orang yang lalai, mengikuti nafsu, dan hanya berharap kosong?

Mari kita bermuhasabah, sebelum kelak Allah yang menghitung segalanya.

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai." (QS. Al-Fajr: 27-28)

Sudah saya buatkan buku berjudul "Cerdik dan Kerdil: Menimbang Jiwa, Merancang Akhirat" berdasarkan hadis tersebut, lengkap dengan ayat Al-Qur'an, tafsir, hakikat, relevansi kekinian, dan nasihat dari para sufi besar.



📘 Judul:

“Orang Cerdik, Bukan yang Banyak Akal, Tapi Banyak Bekal!”


Bro, Sis… pernah nggak sih kamu mikir:

“Gue hidup ngapain aja ya selama ini? Udah siap belum kalau tiba-tiba Allah panggil?”

Nah, Nabi Muhammad ﷺ udah ngasih clue jelas banget dalam satu hadis yang isinya kira-kira begini:

“Orang cerdik itu adalah yang bisa ngontrol dirinya, dan mikirin amal buat bekal setelah mati. Tapi yang kerdil alias sialan banget itu ya orang yang nurutin hawa nafsunya dan cuma bisa berangan-angan ke Allah.”
(HR. Tirmidzi, no. 2459)


🎯 Jadi Gimana Maksudnya?

🧠 Cerdik tuh bukan cuma pintar matematik atau hafal rumus Excel, tapi orang yang ngerti arah hidup. Dia tahu dunia ini sebentar, akhirat itu selamanya. Jadi hidupnya tuh penuh pertimbangan: “Ini dosa gak ya? Ini bermanfaat nggak buat akhirat gue?”

😓 Sedangkan yang ‘kerdil’ tuh… ya maaf-maaf nih… yang hidupnya nge-flow aja sama nafsunya. Pagi maksiat, malam maksiat, tapi bilang: “Gue yakin Allah Maha Pengampun kok.”
YAKIN... tapi gak tobat-tobat.


📖 Allah Udah Bilang di Qur'an...

بَلِ الْإِنسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
Bali insânu ‘alá nafsihi bashîrah
“Tapi sebenarnya manusia itu jadi saksi atas dirinya sendiri.”
(QS. Al-Qiyamah: 14)

➡️ Artinya: Kita tahu banget kok dosa kita apa. Cuma sering pura-pura lupa.


👀 Relevan Banget di Zaman Sekarang!

📱 Jaman sekarang?

  • Banyak orang posting tentang hijrah, tapi enggak hijrah-hijrah juga.
  • Pinter ngomong surga, tapi gak siap buat investasi amal.
  • Ngomongin “positive vibes”, tapi shalat-nya bolong-bolong.

💡 Jadi, Apa Solusinya?

  1. Stop cuma ngomong. Ayo mulai gerak!
  2. Tiap malam tanya diri sendiri: “Hari ini gue lebih deket ke surga atau makin jauh?”
  3. Jangan tunda tobat. Hidup ini kayak korek gas – nyala sebentar, abis sendiri.

🧓 Kata Para Ulama Sufi Gimana?

💬 Hasan al-Bashri:

“Hidup itu kayak dagangan, tiap detik ada yang laku. Kalau gak untung, ya rugi.”

💬 Rabi’ah al-Adawiyah:

“Aku nyembah Allah bukan karena surga atau takut neraka, tapi karena cinta.”

💬 Abu Yazid al-Bistami:

“Amal itu penting, tapi lebih penting lagi sadar siapa dirimu yang penuh kekurangan.”

💬 Junaid al-Baghdadi:

“Tasawuf itu bukan ilmu tinggi, tapi soal adab dan jujur ke diri sendiri.”

💬 Al-Hallaj:

“Yang gak kenal dirinya, pasti gak nyampe ke Tuhannya.”

💬 Ghazali:

“Kalau lo sibuk sama dunia, dunia bakal habisin lo. Tapi kalau lo sibuk sama akhirat, dunia ikut lo.”

💬 Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

“Banyak orang ngomong cinta Allah, tapi masih cinta banget sama dunia.”

💬 Jalaluddin Rumi:

“Lo itu bukan setitik debu di alam ini, tapi lo adalah alam semesta dalam setitik kesadaran.”

💬 Ibnu ‘Arabi:

“Mau dekat sama Allah? Mulai dulu dari kenalin siapa dirimu.”

💬 Ahmad al-Tijani:

“Yang ikhlas pasti dituntun. Yang ikut hawa nafsu pasti bingung terus.”


🧘 Penutup: Yuk, Jadi Orang Cerdik!

Mulai sekarang…

✅ Kontrol diri
✅ Kurangi drama
✅ Banyakin amal
✅ Kurangin andai-andai
✅ Banyakin sujud
✅ Kurangin ngeluh
✅ Banyakin dzikir
✅ Kurangin dosa

“Yang cerdik nyiapin bekal akhirat. Yang kerdil sibuk mikir dunia yang sebentar.”



Nafsu Syahwat dan Kesombongan.

 


Judul: Menuruti Nafsu Syahwat dan Kesombongan: Pelajaran dari Hikmah Sufyan Ats-Tsauri


Bab 1: Mukadimah

"Setiap maksiat yang timbul dari syahwat dapatlah diharapkan ampunannya, tapi setiap durhaka yang timbul dari sikap sombong tidak dapat diharap ampunannya: karena kedurhakaan iblis itu berpangkal dari kesombongan, sedangkan kesalahan Adam a.s. berpangkal dari syahwat."

— Sufyan Ats-Tsauri r.a.

Ungkapan ini bukan hadis Nabi SAW, tetapi hikmah dari seorang tabi'in besar. Ini menyoroti perbedaan antara dosa yang berasal dari kelemahan nafsu dan dosa yang berasal dari kesombongan batin.


Bab 2: Dalil Al-Qur’an dan Tafsirnya

  1. Kisah Iblis yang Sombong

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ ۖ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا

Wa idz qulna lil-malāikatisjudū liādama fasajadū illā iblīs, qāla a-asjudu liman khalaqta ṭīnā
(QS. Al-Isra: 61)

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah kalian kepada Adam', maka mereka sujud kecuali Iblis. Ia berkata, 'Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?'”

Tafsir: Iblis enggan taat karena merasa dirinya lebih mulia (dari api) dibanding Adam (dari tanah). Kesombongan inilah yang membuatnya dilaknat.

  1. Kisah Nabi Adam yang Tergoda

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ... (QS. Al-A'raf: 20)

Artinya: “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya (Adam dan Hawa)...”

Tafsir: Adam tergoda oleh janji kekekalan dan kenikmatan, bukan karena kesombongan, tetapi karena kelemahan hasrat (syahwat).


Bab 3: Hadis yang Terkait

  1. "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim)
  2. "Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang bertaubat." (HR. Tirmidzi)

Bab 4: Relevansi dengan Zaman Sekarang

Di era sekarang, maksiat karena syahwat sangat marak: pornografi, konsumtif, dan pergaulan bebas. Namun, lebih berbahaya adalah kesombongan spiritual: merasa paling suci, menghina yang berdosa, menolak nasihat. Inilah dosa iblis yang membungkus diri dalam 'kesalehan' semu.


Bab 5: Nasehat Para Sufi

  1. Hasan al-Bashri: "Takutlah kepada kesombongan, karena ia membutakan mata hati dan menolak nasihat."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta sejati kepada Allah tidak datang dari rasa aman atas ampunan, tapi dari rasa malu dan rendah hati."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Siapa yang melihat dirinya lebih baik dari seorang fasik, ia belum mengenal makna kehambaan."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Kesombongan adalah hijab yang menghalangi pandangan menuju Allah."
  5. Al-Hallaj: "Dirimu adalah berhala terbesar jika engkau menyembah dirimu dalam ibadah."
  6. Imam Al-Ghazali: "Penyakit kesombongan lebih sulit dikenali dibanding syahwat, karena ia tersembunyi dalam amal."
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Hamba yang sombong, tak akan mencium bau rahmat Allah meski ia menangis."
  8. Jalaluddin Rumi: "Syahwat adalah kabut. Kesombongan adalah tembok. Yang satu bisa ditembus, yang lain harus diruntuhkan."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Orang yang merasa dirinya bersih, sejatinya paling jauh dari kebersihan spiritual."
  10. Ahmad al-Tijani: "Tidak ada hijab yang lebih pekat dari kesombongan yang lahir dari ilmu dan ibadah."

Bab 6: Inti Hikmah

Kesalahan karena syahwat dapat diobati dengan taubat dan istighfar. Tetapi kesalahan karena kesombongan sulit sembuh karena orang yang sombong sering tidak merasa salah.


Bab 7: Penutup

Semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit hati yang berbahaya. Semoga kita terus diberi hidayah untuk mengenali kesalahan diri, tunduk, dan kembali kepada-Nya.


Doa:

"Ya Allah, bersihkan hati kami dari kesombongan, tundukkan nafsu kami, dan jadikan kami hamba-Mu yang rendah hati, jujur, dan berserah kepada-Mu. Aamiin."

TAMAT

Buku “Menuruti Nafsu Syahwat dan Kesombongan” kini sudah lengkap dengan:

  • Ayat-ayat Al-Qur’an (Arab, latin, terjemah)
  • Tafsir dan penjelasan mendalam
  • Hadis-hadis pendukung
  • Relevansi dengan zaman sekarang
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi besar
  • Doa penutup

-----

Judul: Nafsu dan Sombong: Dua Jalan, Dua Nasib


Bab 1: Pembuka Bro-Sist

Kata Sufyan Ats-Tsauri nih, salah satu ulama hits zaman dulu:

“Setiap maksiat yang muncul dari nafsu itu masih ada harapan diampuni. Tapi kalau maksiat muncul dari sombong, susah banget tuh dapet ampunan.”

Kenapa? Karena iblis tuh durhaka gara-gara sombong. Ngerasa paling hebat. Sementara Nabi Adam ‘alayhis salam jatuh karena keinginan (syahwat) buat nyicip buah terlarang. Gitu bedanya.


Bab 2: Sombong vs. Syahwat: Gak Sama Bro!

  • Syahwat: Dosa karena hawa nafsu. Kayak nyontek, bohong biar untung, ngikutin keinginan yang gak bener. Tapi biasanya abis itu nyesel.

  • Sombong: Dosa karena ngerasa paling oke. Meremehkan orang lain, gak mau dengar nasihat. Ini penyakit hati yang bahaya banget.


Bab 3: Ayat-Ayat Allah yang Ngena Banget

  1. Iblis yang Songong

QS. Al-Isra: 61

"Aku lebih baik dari dia (Adam). Kau ciptain aku dari api, sedang dia dari tanah."

Coba bayangin, dia menolak perintah Allah cuma karena ngerasa lebih keren. Endingnya? Dikutuk selamanya.

  1. Adam yang Lapar Penasaran

QS. Al-Baqarah: 36

"Setan memperdaya mereka berdua dan akhirnya dikeluarin dari surga."

Adam kepo, pengen coba buah larangan. Tapi abis itu nyesel, minta ampun. Itu bedanya.


Bab 4: Hadis yang Bikin Merinding

  1. "Gak masuk surga orang yang dalam hatinya ada sombong seberat biji sawi." (HR. Muslim)

  2. "Semua anak Adam pasti salah, tapi yang paling oke itu yang mau taubat." (HR. Tirmidzi)


Bab 5: Zaman Now, Banyak Syahwat & Sombong

Liat medsos, banyak banget tuh orang pamer hidup mewah, body goals, traveling, semua dipost. Itu bisa jadi syahwat.

Tapi lebih bahaya lagi orang yang ibadah cuma biar dipuji. Post ngaji, tapi ngejek orang lain yang belum hijrah. Ini sombong spiritual bro!


Bab 6: Suara Emas dari Para Sufi Legendaris

  1. Hasan al-Bashri: “Sombong bikin hati buta. Kamu gak bakal bisa liat kebenaran.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta Allah itu bukan karena pengen surga, tapi karena Allah emang pantas dicintai.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Kalau kamu ngerasa lebih baik dari orang yang kelihatan nakal, hati-hati, kamu bisa jadi lebih buruk.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Sombong itu tembok antara kamu dan Allah.”

  5. Al-Hallaj: “Yang paling berbahaya tuh kalau kamu ibadah tapi sebenernya nyembah diri sendiri.”

  6. Imam Al-Ghazali: “Sombong bisa nyelinap halus dalam amal, kayak semut di malam gelap.”

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau kamu sombong karena ilmu dan ibadah, udah jauh banget dari rahmat Allah.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Syahwat itu kabut, bisa hilang. Tapi sombong itu dinding. Harus dihancurin.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Orang yang ngerasa suci justru paling kotor hatinya.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Kesombongan itu hijab paling tebal antara kamu dan Allah.”


Bab 7: Intinya Gini Bro-Sist

Syahwat itu bisa diredam dengan istighfar, taubat, dan rasa malu. Tapi kesombongan? Susah! Karena orang sombong gak ngerasa salah. Merasa paling bener.


Bab 8: Doa Penutup yang Bikin Adem

“Ya Allah, patahkan kesombongan dalam hati kami, jinakkan nafsu kami, dan ajari kami jadi hamba yang tahu diri dan penuh cinta. Aamiin.”


TAMAT

Berhasil! Versi santai sudah diterapkan ke dalam buku “Nafsu dan Sombong: Dua Jalan, Dua Nasib”.



Tanda-Tanda Hamba yang Beruntung dan yang Tidak Beruntung.

 


Judul Buku: Tanda-Tanda Hamba yang Beruntung dan yang Tidak Beruntung: Telaah Hadis, Tafsir, dan Nasihat Para Arif Billah


1. Pendahuluan

Manusia hidup dalam dua sisi: ujian dan anugerah. Apa yang tampak buruk belum tentu murka Allah, dan apa yang tampak nikmat belum tentu tanda cinta-Nya. Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan kisah Aisyah ra. tentang sakit dan ujian memberi pemahaman mendalam bahwa keberuntungan hamba di sisi Allah tidak bisa diukur secara lahiriah semata.


2. Hadis Utama dan Riwayat Terkait

Riwayat dari Abu Hurairah r.a.:

"Aku tidak mengeluarkan seorang hamba dari hamba-hamba-Ku, dimana menghendaki memaafkan kepadanya, kecuali Aku akan mengurangi sesuatu dari amalnya dengan jalan memberikan penyakit di badannya, atau dengan memberikan kesulitan dalam penghidupannya, atau dengan memberikan sesuatu yang bisa menimpa kesedihan hati..."

Riwayat dari Aisyah r.a.:

"Tidak ada dari orang mukmin yang tertusuk duri kecuali diangkat kebaikan baginya, dan dilebur keburukan darinya."

Riwayat lain:

"Tidak ada kebaikan di badan yang tidak tertimpa penyakit, dan tidak ada kebaikan dalam harta yang tidak tertimpa cobaan."


3. Asbabul Wurud (Sebab Hadis Disampaikan)

Hadis ini datang pada masa para sahabat mulai mempertanyakan tentang kenapa orang-orang yang tampak saleh justru banyak mengalami penderitaan. Untuk menenangkan hati mereka dan meluruskan pemahaman, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa ujian adalah bentuk rahmat dan proses penyucian.


4. Penjelasan Makna Hadis

Hadis ini membagi hamba dalam dua golongan:

  • Hamba yang Allah kehendaki untuk diampuni: Maka ia diuji dalam bentuk penyakit, kesempitan rezeki, atau kesedihan hati.
  • Hamba yang terus menerus dalam kebaikan: Maka ia diberi kesehatan, kelapangan, dan kemudahan saat wafat.

5. Ayat Al-Qur’an yang Mendukung

a. QS. Al-Baqarah: 286

الله لا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلْا وُسْعَها

Latin: Allah la yukallifu nafsan illa wus’aha.

Arti: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Tafsir: Ujian yang datang merupakan bentuk kasih sayang, karena Allah tidak membebani lebih dari batas kemampuannya.

b. QS. Al-Ankabut: 2

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولوا آمَنَّا وهُمْ لَا يُفْتَنونَ

Latin: Ahasiban-nāsu an yutrakū an yaqūlū āmannā wa hum lā yuftanūn?

Arti: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji?


6. Hakikat Hadis

Hadis ini mengajarkan bahwa:

  • Ujian adalah bentuk kasih sayang dan proses pensucian.
  • Keberuntungan bukan diukur dari kekayaan, kenyamanan, dan popularitas, melainkan dari penerimaan hati terhadap ketetapan Allah.
  • Kematian yang mudah adalah pertanda husnul khatimah.

7. Relevansi dengan Keadaan Sekarang

Di era modern, banyak yang menyangka kebahagiaan adalah materi dan kesehatan. Hadis ini meluruskan bahwa bisa jadi penyakit, kesedihan, dan musibah adalah tanda perhatian Allah. Ia ingin mendekatkan hamba-Nya.


8. Nasihat Para Arif Billah

Hasan al-Bashri:

"Janganlah engkau membenci ujian, karena bisa jadi di sanalah jalanmu menuju rahmat-Nya."

Rabi‘ah al-Adawiyah:

"Aku tidak ingin surga jika bukan karena cinta-Nya, dan aku tidak takut neraka jika bukan karena jauh dari-Nya."

Abu Yazid al-Bistami:

"Ujian adalah pintu yang tidak akan dibuka kecuali bagi para pecinta sejati."

Junaid al-Baghdadi:

"Sabar dalam musibah lebih berat dari syukur dalam nikmat, karena sabar butuh cinta dan ridha."

Al-Hallaj:

"Engkau tidak akan mengenal Tuhanmu sampai Dia mengambil darimu semua yang lain."

Abu Hamid al-Ghazali:

"Musibah yang mendekatkan pada Allah lebih baik dari nikmat yang melalaikan."

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

"Jika kau diuji, bersabarlah. Jika kau diberi, bersyukurlah. Jika kau diam, pasrahlah. Dan jika kau dicintai, jangan tinggalkan adab."

Jalaluddin Rumi:

"Penderitaan membuka jalan bagi cahaya untuk masuk. Ia adalah pelita malam bagi para pencinta."

Ibnu ‘Arabi:

"Semua wujud adalah hijab dan rahmat. Ujian adalah bentuk pengajaran langsung dari Sang Kekasih."

Ahmad al-Tijani:

"Jangan ukur hidup dari senyuman dunia, tapi dari seberapa sering Allah memanggilmu kembali dalam sabar dan syukur."


9. Penutup

Beruntung atau tidaknya seorang hamba di sisi Allah bukan tergantung pada nasib lahiriah, melainkan pada kedekatan hatinya kepada Allah dalam segala kondisi. Ujian adalah jalan cinta. Kesabaran adalah bukti iman. Dan ridha adalah puncak dari segala perjalanan ruhani.


Djoko Ekasanu

☘️☘️☘️

Dokumen berjudul "Tanda-Tanda Hamba yang Beruntung dan yang Tidak Beruntung" sudah selesai saya buat dan siap dikembangkan lebih lanjut. 



📖 Judul: "Beruntung atau Apes? Yuk Ngobrolin Tanda-Tanda Hamba Kesayangan Allah!"

👤 Ngobrol Bareng: Ustadz Gaul dan Sobat Curhat


🧑 Sobat:
Bro, kok akhir-akhir ini gue ngerasa hidup berat banget ya... Duit seret, badan sering sakit, hati juga kayak gak tenang. Apa gue lagi sial banget nih?

🧙 Ustadz Gaul:
Eh, jangan buru-buru mikir lo lagi sial atau Allah marah. Bisa jadi lo justru lagi… disayang banget sama Allah.

🧑 Sobat:
Hah? Disayang? Tapi kok hidup gue malah kayak kena "mode hardcore"?

🧙 Ustadz Gaul:
Nih, ada sabda Nabi SAW, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Allah itu bilang gini:

“Aku nggak pernah ngeluarin hamba-Ku yang pengen Aku ampunin, kecuali Aku kurangi dosa-dosanya. Caranya? Lewat penyakit, kesulitan rezeki, atau kesedihan hati...”

🧑 Sobat:
Wait, jadi sakit, bokek, dan galau bisa jadi cara Allah bersihin dosa gue?

🧙 Ustadz Gaul:
Exactly! Itu kayak metode pembersihan spiritual. Dosa lo dilunturkan tanpa lo sadar. Asal lo sabar, ridha, dan tetep cinta sama Allah.


🧩 Bedanya Hamba Beruntung dan Kurang Beruntung

🧙 Ustadz Gaul:
Allah itu punya dua “jalur” buat hamba-Nya:

  1. Jalur Pembersihan — Buat yang pengen diampuni, Allah kasih ujian. Tujuannya? Biar bersih sebelum mati. Ending-nya: husnul khatimah.

  2. Jalur Kebaikan Lanjut Terus — Buat yang udah rajin ibadah dan terus baik, Allah kasih kesehatan, rezeki lapang, dan kemudahan pas wafat. Ending-nya juga: husnul khatimah.

🧑 Sobat:
Jadi dua-duanya happy ending dong? Tapi satunya lewat “batu kerikil”, satunya lewat “karpet merah”.

🧙 Ustadz Gaul:
Nah, itu dia. Tapi dua-duanya sama-sama jalan cinta Allah.


📖 Allah Juga Udah Kasih Warning di Qur’an

QS. Al-Baqarah: 286
"Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya."

QS. Al-Ankabut: 2
"Apakah kalian mengira cukup bilang 'Kami beriman' tanpa diuji?"

🧑 Sobat:
Waduh, bener juga. Jadi iman tuh bukan cuma status doang ya?

🧙 Ustadz Gaul:
Betul banget. Ujian tuh tanda Allah pengen lo naik kelas.


🧠 Nasehat Para Ahli Cinta Ilahi

🧙 Ustadz Gaul:
Dengerin nih beberapa petuah dari orang-orang yang hatinya udah nyatu sama Allah:

  • Hasan al-Bashri:
    “Jangan benci ujian, itu jalan rahmat Allah.”

  • Rabi‘ah al-Adawiyah:
    “Aku nggak ngejar surga atau takut neraka. Aku cuma pengen cinta Allah.”

  • Junaid al-Baghdadi:
    “Sabar itu lebih berat daripada syukur. Karena sabar butuh cinta.”

  • Abdul Qadir al-Jailani:
    “Kalau diuji, sabarlah. Kalau diberi, bersyukurlah. Kalau dicintai Allah, jaga adab.”

  • :
    “Penderitaan itu pintu buat cahaya masuk.”


🎯 Kesimpulan :

🧑 Sobat:
Jadi, ujian hidup tuh bukan azab, ya?

🧙 Ustadz :
Bisa jadi itu surat cinta dari Allah. Tergantung lo bacanya dari sisi mana. Kalau lo deketin Allah saat lagi susah, itu tanda lo hamba beruntung. Jangan tunggu tenang dulu baru ibadah. Justru di tengah badai lo diuji siapa lo sebenernya.

🧑 Sobat:
Wah… makasih bro. Gue kayak dapet angin segar. Walau hidup lagi berat, insyaAllah gue gak sendiri.

🧙 Ustadz :
Yoi. Allah selalu dekat. Jangan menyerah. Genggam ujianmu, jalanin dengan sabar, dan tunggu pelukan hangat dari-Nya.


Jadi, hari ini lo beruntung? Coba tanya ke hati lo… lo makin deket sama Allah nggak?
📿 #UjianItuCinta #HambaBeruntung #SabarItuKeren



Kebahagiaan Anak adalah Pelebur Dosa.

 


Judul Buku: Kebahagiaan Anak adalah Pelebur Dosa

Bab 1: Mukadimah Kisah yang menggambarkan betapa besarnya nilai kebahagiaan seorang anak dalam timbangan amal manusia adalah kisah seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama dalam keadaan berdosa. Ia putus asa, tetapi Jibril menyampaikan bahwa senyuman anaknya karena perlakuannya bisa menjadi pelebur dosa-dosa besar.

Bab 2: Kisah yang Menggetarkan Hati Ali berkata: Ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama dan berkata, "Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan maksiat. Sucikanlah aku!" Rasulullah bertanya, "Apa perbuatan maksiatmu?" "Aku malu mengatakannya!" jawab laki-laki itu. Rasulullah berkata, "Apakah kamu malu memberitahukan dosamu? Lantas mengapa kamu tidak malu kepada Allah padahal Dia melihatmu? Berdiri! Dan pergi dari sini agar bencana tidak menimpa kami." Kemudian laki-laki itu pergi dalam keadaan kecewa dan menangis.

Jibril datang dan berkata, "Hai Muhammad! Mengapa engkau membuatnya putus asa, padahal ia memiliki pelebur atas dosa-dosanya, meskipun banyak." "Apa itu pelebur dosa-dosanya?" tanya Rasulullah. Jibril menjawab, "Ia memiliki seorang anak kecil. Ketika ia pulang, anak itu menyambutnya, dan ia memberikan makanan atau sesuatu yang membuat anak itu bahagia. Maka kebahagiaan anak kecil itu menjadi pelebur dosa-dosanya."

Bab 3: Hakikat dan Pelajaran Spiritual Hadis ini bukan hanya tentang anak, tapi tentang betapa Allah menghargai kelembutan, cinta, dan pengorbanan. Dalam senyuman anak ada doa yang tulus, dalam kebahagiaannya ada keberkahan, dalam pelayanan orangtua ada pelepasan dosa.

Bab 4: Ayat Al-Qur'an yang Terkait

Surah Al-Anfal: 28

Arab: "وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ"

Latin: "Wa'lamû annamâ amwâlukum wa awlâdukum fitnatun wa annallâha 'indahu ajrun 'azhîm."

Artinya: "Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar."

Tafsir: Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ujian berupa anak-anak bisa menjadi ladang amal. Jika kita mendidik dan membahagiakan mereka karena Allah, maka Allah menjadikannya sebagai jalan menuju pahala besar.

Bab 5: Relevansi Zaman Sekarang Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orangtua lebih sibuk dengan pekerjaan daripada perhatian kepada anak. Padahal, senyum anak, pelukan hangat, dan makan bersama bisa menjadi ibadah besar. Kebahagiaan anak karena kasih sayang adalah bentuk cinta yang paling dalam.

Bab 6: Nasihat Para Wali dan Arif Billah

  1. Hasan al-Bashri: "Cinta yang paling jujur adalah cinta orangtua kepada anaknya yang tak berharap balasan kecuali dari Allah."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Bahagiakan anak-anakmu karena Allah. Maka Dia akan membahagiakan hatimu melebihi dunia seisinya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Tangan yang menyuapi anak kecil karena cinta akan menjadi tangan yang diselamatkan dari api neraka."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Anak adalah cahaya. Dan siapa yang menjaga cahaya itu, Allah akan menerangi jalannya."

  5. Al-Hallaj: "Jangan anggap remeh senyuman anak, sebab ia adalah pujian yang tersembunyi kepada Penciptanya."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Orangtua adalah madrasah pertama. Jika anak bahagia di dalamnya, berarti pendidikan menuju surga sudah dimulai."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Anak yang bahagia karena orangtuanya adalah sebab datangnya berkah dan penghapus kesalahan masa lalu."

  8. Jalaluddin Rumi: "Peluklah anakmu dengan cinta, sebab itu adalah tarian jiwa menuju keridhaan Allah."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Setiap tawa anak adalah cermin dari rahmat Allah yang sedang hadir di rumahmu."

  10. Ahmad al-Tijani: "Cinta kepada anak adalah wujud dari ma'rifat yang murni. Jangan abaikan, karena ia membawa keselamatan."

Bab 7: Catatan Muhasabah

  • Sudahkah aku menyambut anakku hari ini dengan cinta?
  • Sudahkah aku menyiapkan makanan yang ia sukai?
  • Sudahkah aku menjadi sumber kebahagiaannya?
  • Atau aku terlalu sibuk dengan dunia sehingga melalaikan senyum surgawinya?

Bab 8: Doa Penutup "Ya Allah, jadikanlah aku orangtua yang lembut, penuh cinta, dan bijak. Ampunilah dosa-dosaku karena cinta dan kebahagiaan yang kutebar kepada anak-anakku. Jadikan mereka sebagai cahaya yang menerangiku di dunia dan akhirat. Aamiin."


Buku ini layak dijadikan bacaan harian, renungan keluarga, serta bahan kajian parenting Islami dan tasawuf akhlaki.

Buku “Kebahagiaan Anak adalah Pelebur Dosa” telah diperbarui dan kini mencakup:

  • Kisah lengkap dari Rasulullah dan Jibril,
  • Hakikat spiritual dan makna terdalam dari kebahagiaan anak,
  • Ayat Al-Qur’an beserta tafsirnya,
  • Relevansi dengan kondisi orang tua masa kini,
  • Nasihat mendalam dari 10 tokoh sufi besar,
  • Catatan muhasabah untuk perenungan diri,
  • Doa penutup yang penuh harap dan ketulusan.

-------

Berikut versi santai dari isi buku “Kebahagiaan Anak adalah Pelebur Dosa”, seolah-olah sedang ngobrol bareng ustadz dan santri di sore hari:


Judul: Kebahagiaan Anak adalah Pelebur Dosa
Format: Obrolan Santai Ustadz dan Santri di Serambi Pesantren


👦 Santri Salman:
Ustadz, bener ya katanya kalau anak kecil senang karena kita, itu bisa ngapus dosa?

🧔 Ustadz Ali:
Bener, Man. Ada kisah keren banget. Dulu ada seseorang yang dateng ke Nabi Muhammad ﷺ. Dia bilang, “Saya udah maksiat. Sucikan saya, dong.”

👦 Salman:
Wah… jujur banget tuh orang ya. Terus Nabi jawab apa, Ustadz?

🧔 Ustadz Ali:
Nabi nanya, “Apa maksiatmu?” Tapi orang itu jawab, “Saya malu ngomongin dosaku.”
Nabi pun bilang, “Kamu malu ngaku dosa, tapi nggak malu saat Allah ngeliat kamu maksiat?”

👦 Salman:
Waduh… dalem banget itu, kayak disayat kalimatnya. Trus, gimana akhirnya?

🧔 Ustadz Ali:
Dia langsung pergi sambil nangis, sedih, ngerasa ditolak. Tapi... Malaikat Jibril langsung turun, bilang ke Nabi:
“Kenapa kamu buat orang itu putus asa? Padahal dia punya penghapus dosa!”

👦 Salman:
Wah, kok bisa? Apa tuh penghapus dosanya?

🧔 Ustadz Ali:
Ternyata… anak kecilnya! Setiap pulang ke rumah, anaknya nyambut dia dengan senyum bahagia, terus dikasih makanan. Dan tawa bahagia anak itu jadi pelebur dosa!

👦 Salman:
Masya Allah… jadi cuma karena bikin anak bahagia, bisa ngapus dosa?

🧔 Ustadz Ali:
Iya, asal niatnya tulus karena Allah. Dalam Surah Al-Anfal ayat 28 Allah udah bilang:

“Wa'lamû annamâ amwâlukum wa awlâdukum fitnah…”
Artinya: “Ketahuilah bahwa harta dan anak-anak kalian hanyalah cobaan.”

Cobaan tuh bisa bawa pahala kalau kita hadapi dengan benar.


🎙️ Renungan Ustadz:
Zaman sekarang banyak orang tua sibuk kerja, sibuk cari cuan. Tapi lupa, senyum anak karena perhatian kita tuh bisa jadi amal besar. Kadang, makan bareng sambil ngobrol ringan lebih penting daripada hadiah mahal.


Kata Bijak dari Para Wali Allah:

🧕 Rabi‘ah al-Adawiyah:
“Bahagiakan anakmu karena Allah, maka hatimu juga akan dibahagiakan oleh-Nya.”

🧔 Abu Yazid al-Bistami:
“Tangan yang nyuapin anak karena cinta akan diselamatkan dari siksa neraka.”

🧔 Abdul Qadir al-Jailani:
“Anak yang bahagia karena orangtuanya, adalah sebab datangnya berkah dan penghapus kesalahan masa lalu.”


📿 Muhasabah:

  • Hari ini, sudahkah aku menyapa anak dengan lembut?
  • Sudahkah aku membuat dia tertawa?
  • Atau aku malah bikin dia takut karena emosi dan cuek?

🤲 Doa Santai Tapi Dalam:

“Ya Allah… ajari aku jadi orang tua yang peka. Yang nggak cuma kerja buat dunia, tapi juga ngasih cinta buat bekal akhirat. Jadikan tawa anakku sebagai penghapus dosaku. Aamiin.”