Ria’ dengan Amal Kebaikan
Ria' dengan amal kebaikan.
yaitu beramal kebaikan agar mendapat pujian dari manusia. Ria' dapat meleburkan pahalanya, seperti dosa ujub dengan taat kepada Alloh, yaitu merasa atau mengakui bahwa ibadahnya (termasuk hasil usaha) itu timbul dari jiwanya atau usahanya semata-mata lepas dari karunia Alloh (padahal semua itu atas pertolongan dan hidayah Alloh).Ringkasan Redaksi Aslinya
Ria’ adalah beramal kebaikan dengan tujuan memperoleh pujian dari manusia. Ia dapat menghapus pahala amal, sebagaimana dosa ujub yang muncul ketika seseorang merasa bahwa ibadah dan hasil usahanya berasal semata dari dirinya, padahal semuanya adalah karunia Allah.
Maksud dan Hakekat
Ria’ merupakan penyakit hati yang halus, menjadikan amal kebaikan kehilangan ruhnya. Amal yang seharusnya menjadi jalan mendekat kepada Allah berubah menjadi sarana mencari pengakuan manusia.
Tafsir dan Makna Judul
“Ria’ dengan Amal Kebaikan” berarti amal yang lahirnya tampak mulia, namun batinnya rusak karena niatnya melenceng dari Allah. Seakan-akan cahaya amal itu ditutup kabut kepentingan diri.
Tujuan dan Manfaat Kajian
- Menyadarkan umat tentang bahaya ria’.
- Mengembalikan niat ibadah hanya kepada Allah.
- Menjadi cermin muhasabah bagi setiap mukmin agar tidak tertipu oleh pujian manusia.
Latar Belakang Masalah di Jamannya
Di zaman Rasulullah ﷺ, sebagian munafik sering menampilkan kebaikan di depan kaum muslimin untuk mendapat simpati, bukan karena iman. Begitu pula di era tabi’in, banyak ulama mengingatkan bahwa amal tanpa ikhlas hanyalah debu yang tertiup angin.
Intisari Masalah
Ria’ dan ujub adalah dua penyakit hati yang dapat meruntuhkan pahala amal. Amal yang mestinya menuntun ke surga bisa berubah menjadi sebab kehancuran akhirat jika niat tidak lurus.
Sebab Terjadinya Masalah
- Cinta dunia dan haus pujian.
- Kurangnya kesadaran bahwa amal adalah karunia Allah.
- Lemahnya tauhid dan pemahaman tentang ikhlas.
Dalil
Al-Qur’an:
“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Hadis:
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ria’.” (HR. Ahmad)
Analisis dan Argumentasi
Ria’ merusak nilai amal karena ia mencampur adukkan tujuan ibadah dengan kepentingan manusia. Padahal inti ibadah adalah tauhid: hanya Allah sebagai tujuan. Ria’ sejatinya adalah syirik halus yang tidak disadari.
Relevansi Saat Ini
Di era media sosial, ria’ semakin berbahaya. Amal ibadah sering dipamerkan demi like, share, atau pengakuan publik. Tanpa disadari, niat tulus terkikis oleh keinginan eksis.
Hikmah
- Amal kecil dengan ikhlas lebih mulia daripada amal besar yang ria’.
- Ikhlas menjadikan hati tenang, sedangkan ria’ membawa gelisah.
- Allah tidak melihat rupa dan penampilan, tetapi hati dan niat.
Muhasabah dan Caranya
- Latih diri untuk menyembunyikan amal kebaikan.
- Ingat bahwa pujian manusia fana, sedangkan ridha Allah abadi.
- Bacalah doa agar dijauhkan dari ria’ setiap selesai beribadah.
Doa
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
“Allāhumma innī a‘ūdzu bika an usyrika bika wa anā a‘lam, wa astaghfiruka limā lā a‘lam.”
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik kepada-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui.)
Nasehat Para Sufi dan Ulama
- Hasan al-Bashri: “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya, yang tidak diketahui malaikat sehingga tidak bisa dicatat, tidak diketahui setan sehingga tidak bisa dirusak, dan tidak diketahui hawa nafsu sehingga tidak bisa condong kepadanya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ya Allah, jika aku beribadah karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika karena ingin surga, haramkanlah aku darinya. Tetapi jika karena cinta-Mu, jangan Kau haramkan aku dari-Mu.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Ikhlas adalah ketika engkau tidak melihat ikhlasmu.”
- Junaid al-Baghdadi: “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dengan hamba-Nya, tidak diketahui malaikat dan tidak diketahui manusia.”
- Al-Hallaj: “Amal tanpa ikhlas hanyalah tirai yang menghalangi dari Allah.”
- Imam al-Ghazali: “Ria’ adalah penyakit hati yang lebih tersembunyi daripada jejak kaki semut di atas batu hitam di malam yang gelap.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan engkau lihat amalmu, lihatlah Allah yang memberimu taufik beramal.”
- Jalaluddin Rumi: “Satu amal dengan cinta lebih berharga dari seribu amal dengan pamrih.”
- Ibnu ‘Arabi: “Amal tanpa ikhlas hanyalah bentuk, tanpa ruh.”
- Ahmad al-Tijani: “Ikhlas adalah inti semua jalan menuju Allah.”
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim
- Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim
- Ihya’ ‘Ulumiddin – Imam al-Ghazali
- Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
- Ar-Risalah al-Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi
- Tazkiyatun Nufus – Ibn Rajab al-Hanbali
- Majmu’ Rumi – Jalaluddin Rumi
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada para guru, ulama, dan pembimbing ruhani yang telah menuntun umat menuju jalan ikhlas. Semoga Allah menjadikan amal kita diterima karena-Nya semata.
📌 Selesai