Sunday, July 13, 2025

Tiga Golongan Pertama yang Diseret ke Neraka.


Judul Buku: Tiga Golongan Pertama yang Diseret ke Neraka

Pendahuluan

Buku ini membahas sebuah kisah dahsyat dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, tentang tiga golongan manusia yang pertama kali dihisab dan disiksa di neraka. Mereka adalah pembaca Al-Qur’an, dermawan, dan mujahid yang semuanya mengerjakan amal besar—namun tidak karena Allah, melainkan demi pujian manusia. Kisah ini menjadi peringatan keras akan pentingnya niat dalam setiap amal.


Bab 1: Kisah Abu Hurairah dan Hadis yang Menggetarkan Jiwa

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menceritakan tentang tiga golongan manusia:

  1. Qari’ Al-Qur’an yang membaca siang malam tetapi niatnya hanya untuk disebut sebagai qari’, bukan karena Allah.
  2. Orang dermawan yang menyumbangkan hartanya demi sanjungan sebagai orang pemurah.
  3. Mujahid yang gugur dalam peperangan tetapi demi gelar pahlawan, bukan demi membela agama Allah.

Setiap dari mereka akan dibantah oleh Allah dan para malaikat, dan balasan mereka adalah siksa neraka.


Bab 2: Makna dan Hakikat Ikhlas

Amal yang besar nilainya tidak akan berarti jika tidak dibarengi dengan niat ikhlas. Sebagaimana firman Allah:

QS. Hud: 15-16

إَنَّ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُنْيا وَزُيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan."

أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنْعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka. Dan sia-sialah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."


Bab 3: Hadis-Hadis Pendukung

  1. "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya..." (HR. Bukhari-Muslim)
  2. "Orang yang pertama kali dibakar di neraka adalah seorang alim, dermawan, dan mujahid yang tidak ikhlas.” (HR. Muslim)

Bab 4: Nasehat dari Para Wali dan Sufi

  1. Hasan al-Bashri: "Beramallah karena Allah. Jangan kau tertipu pujian manusia. Mereka tak punya surga untuk diberikan padamu."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena Dia layak disembah."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Orang yang ikhlas adalah yang amalnya tak diketahui oleh dirinya sendiri.”

  4. Junaid al-Baghdadi: "Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya. Malaikat tak bisa mencatat, setan tak bisa rusak, dan hawa nafsu tak bisa condong padanya.”

  5. Al-Hallaj: "Yang terpenting dalam amal bukan banyaknya, tapi benar dan tulusnya."

  6. Imam Al-Ghazali: "Setan paling suka pada amal besar tanpa niat. Karena ia terlihat suci tapi hakikatnya kosong."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Jika manusia memuji amalmu, berhati-hatilah! Bisa jadi kau sedang menanam benih neraka dengan tangisan yang kau kira untuk Allah."

  8. Jalaluddin Rumi: "Lihatlah niatmu, bukan semata amalmu. Sebab niat adalah ruh dari jasad amal itu."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Hakikat ibadah bukan pada bentuknya, tapi pada kehadiran hati dan rahasia hubungan dengan Allah."

  10. Ahmad al-Tijani: "Amalmu akan naik bila diikat pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tanpa itu, ia seperti burung tanpa sayap."


Bab 5: Relevansi di Zaman Sekarang

Di era media sosial, banyak amal dikerjakan untuk “views”, “likes”, atau popularitas. Membaca Al-Qur’an di depan kamera, memberi sedekah sambil direkam, atau menunjukkan kesalehan secara publik—jika tanpa niat yang lurus, maka hadis ini menjadi peringatan keras bagi kita semua.

Ikhlas menjadi sangat langka, karena godaan pujian begitu banyak. Maka penting menjaga niat, muhasabah, dan menanamkan dalam diri bahwa ridha Allah lebih mahal daripada semua komentar manusia.


Penutup

Semoga buku ini menjadi cermin dan peringatan bagi setiap jiwa yang ingin menyucikan amalnya. Mari kita jaga niat, bersihkan hati, dan arahkan semua amal hanya kepada-Nya, dengan terus berdoa:

_"Ya Allah, jadikanlah semua amal kami hanya karena-Mu, dan hindarkan kami dari riya', sum'ah, dan ujub."

Djoko Ekasanu.

Dokumen berjudul “Tiga Golongan Pertama yang Diseret ke Neraka” telah selesai dibuat dan mencakup:

  • Kisah lengkap riwayat Abu Hurairah.
  • Hadis-hadis terkait ikhlas dan riya’.
  • Tafsir ayat-ayat QS. Hud: 15–16 dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahannya.
  • Nasehat mendalam dari 10 tokoh sufi dan ulama besar.
  • Relevansi dengan kehidupan sekarang, khususnya di era media sosial.

-----

Judul Buku: Jangan Sampai Jadi yang Pertama Masuk Neraka!

Pengantar Asyik

Bro, Sis... lo pernah denger gak, ada tiga orang yang secara tampilan tuh kayak orang sholeh banget: rajin ngaji, dermawan, bahkan mati syahid. Tapi... ternyata mereka adalah yang pertama kali diseret ke neraka! Kok bisa?! Yuk kita bahas bareng kisah yang bikin merinding ini, biar kita gak salah niat dalam hidup.


Bab 1: Cerita dari Abu Hurairah—Kisah yang Bikin Nangis

Jadi ceritanya, ada seorang ulama dateng ke Madinah dan ketemu Abu Hurairah. Dia minta diceritain hadis yang paling ngena. Abu Hurairah nyuruh dia duduk, tarik napas dalam, terus... pingsan. Sampai tiga kali! Karena saking beratnya hadis yang mau dia ceritain.

Apa isi hadisnya?

Nabi ﷺ bersabda, pas kiamat tiba, Allah manggil tiga orang:

  1. Qari’ Al-Qur’an yang suka ngaji siang malam.
  2. Orang kaya dermawan yang doyan sedekah dan bantu keluarga.
  3. Pejuang (syahid) yang wafat di medan perang.

Tapi Allah bilang, “Kamu bohong! Baca Qur’an biar dibilang qari’. Sedekah biar dipuji. Perang biar dikasih gelar pahlawan.”

Dan... mereka semua masuk neraka duluan.

Na’udzubillah.


Bab 2: Ikhlas Itu Kunci Bro!

Amal segede apapun kalo niatnya bukan karena Allah? Kosong. Zonk. Cuma jadi konten doang.

Allah udah wanti-wanti:

QS. Hud: 15-16

Barangsiapa yang cari dunia doang dan gemerlapnya, Kami kasih tuh semua. Tapi di akhirat? Cuma neraka yang dia dapet.

Artinya, lo bisa sukses di dunia—banyak followers, banyak duit, viral. Tapi kalo niat lo bukan buat Allah? Semua itu bakal lenyap, bahkan bisa jadi bumerang di akhirat nanti.


Bab 3: Hadis-Hadis Lain yang Bikin Mikir

“Sesungguhnya semua amal tergantung niat.” (HR. Bukhari-Muslim)

“Orang pertama yang masuk neraka adalah orang alim, dermawan, dan pejuang yang gak ikhlas.” (HR. Muslim)

Serem gak, tuh?


Bab 4: Nasehat-nasehat dari Para Wali yang Bikin Hati Cenat-Cenut

  1. Hasan al-Bashri: “Jangan cari pujian manusia. Mereka gak bisa masukin lo ke surga.”

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku ibadah bukan karena takut neraka atau pengen surga. Tapi karena aku cinta Allah.”

  3. Abu Yazid al-Bistami: “Orang ikhlas tuh bahkan gak sadar dia ikhlas.”

  4. Junaid al-Baghdadi: “Ikhlas itu rahasia antara lo sama Allah. Malaikat aja gak tahu.”

  5. Al-Hallaj: “Yang penting itu bukan banyaknya amal, tapi tulusnya.”

  6. Al-Ghazali: “Setan paling seneng liat orang beramal besar tapi niatnya salah.”

  7. Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau orang puji amalmu, hati-hati! Bisa jadi lo lagi tanam neraka pake amal sholeh.”

  8. Jalaluddin Rumi: “Amal itu jasad, niat itu ruhnya.”

  9. Ibnu ‘Arabi: “Yang bikin amal bernilai itu hati yang hadir dan niat yang jernih.”

  10. Ahmad al-Tijani: “Amal itu bisa terbang ke langit kalau diikat sama cinta sama Allah dan Rasul-Nya.”


Bab 5: Zaman Sekarang, Godaan Niat Makin Ngeri!

Zaman medsos gini, kadang niat bisa ngegeser tanpa kita sadar. Sedekah direkam, ngaji dijadiin konten, amal diumbar ke status.

Gak semua itu salah, tapi pertanyaannya: niat lo bener gak?

Amal yang dilakuin buat cari ridha Allah, bukan likes atau pujian, itu yang bakal selamat.


Penutup: Ngaca Diri Sebelum Terlambat

Yuk, kita periksa lagi niat kita. Gak usah nunggu jadi ustadz atau pejuang buat ikhlas. Mulai dari hal kecil, mulai dari sekarang. Ingat pesan Rasulullah ke Abu Hurairah: Tiga golongan ini yang pertama kali masuk neraka. Jangan sampai itu kita.

Doa kita:

“Ya Allah, bersihkan niat kami. Biar semua amal kami murni karena-Mu, bukan karena pujian manusia.”

Djoko Ekasanu – Teman Ngaji Kamu.


Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam.


 

Judul: Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam

Pendahuluan Fenomena "bermuka dua" atau adu domba adalah penyakit sosial yang berbahaya dan merusak hubungan antar manusia. Dalam Islam, perilaku ini bukan hanya tercela secara akhlak, tetapi juga mendapat ancaman keras dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya adalah hadis yang menyebutkan bahwa orang bermuka dua kelak akan memiliki dua lidah dari api neraka di Hari Kiamat.

Hadis Tentang Muka Dua

Diriwayatkan dari Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang memiliki dua muka di dunia, maka kelak di Hari Kiamat dia akan memiliki dua lidah dari api Neraka."

(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan disahihkan oleh Al-Albani)

Sebab Turunnya Hadis / Asbab al-Wurud Hadis ini tidak secara spesifik memiliki sebab turunnya seperti ayat Al-Qur’an, namun diriwayatkan bahwa ia muncul untuk memperingatkan fenomena sosial di mana seseorang bersikap manis dan loyal di hadapan satu kelompok, namun menghina atau menjelekkan kelompok tersebut di hadapan kelompok lain. Perilaku ini merusak ukhuwah dan menciptakan konflik.

Penjelasan Hadis "Muka dua" atau dzul wajhain adalah seseorang yang menampakkan wajah dan sikap berbeda kepada dua pihak yang berseteru untuk mengambil keuntungan atau menyebarkan fitnah. Islam menilai perbuatan ini sebagai bentuk nifaq (kemunafikan sosial) yang tercela.

Hakekat Muka Dua Hakikat orang bermuka dua adalah kehinaan jiwa. Ia tidak jujur kepada dirinya sendiri, menjual harga diri demi diterima oleh semua orang, padahal diam-diam menyimpan racun. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ukhuwah dan kejujuran.

Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan

1. QS. Al-Baqarah ayat 204-205

"Wa minan-nāsi may yu'jibuka qawluhu fil-ḥayātid-dunyā wa yush-hidullāha 'alā mā fī qalbihi wa huwa aladdul-khiṣām"

Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)

Tafsir Singkat: Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ini adalah sifat munafik. Di hadapan orang, ia berbicara manis, namun sesungguhnya ia berniat merusak dan mengadu domba.

Relevansi Zaman Sekarang Fenomena adu domba, fitnah antar kelompok, dan pencitraan palsu sangat marak, apalagi di era media sosial. Orang dengan mudah memanipulasi informasi, berpura-pura baik di depan kamera atau publik, namun menusuk dari belakang. Hadis ini menjadi peringatan keras bahwa perilaku seperti itu akan dibalas dengan siksaan mengerikan di akhirat.

Nasihat Ulama dan Sufi Besar

  1. Hasan al-Bashri: "Orang munafik itu lebih berbahaya daripada musuh, karena ia berpura-pura saudara."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Keikhlasan tak akan tumbuh dalam hati yang terbiasa menipu orang lain demi pujian."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jangan jadikan wajahmu banyak, cukuplah satu wajah yang jujur kepada Allah dan makhluk."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah kejujuran dalam setiap keadaan. Si muka dua bukanlah ahli tasawuf."

  5. Al-Hallaj: "Kebohongan adalah tembok antara dirimu dan Tuhan. Muka dua adalah dinding-dindingnya."

  6. Imam al-Ghazali: "Sifat bermuka dua adalah cabang dari cinta dunia dan benci kepada kebenaran."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Jadilah seperti pohon, yang dari segala sisi meneduhkan, bukan seperti pedang yang bermata dua."

  8. Jalaluddin Rumi: "Janganlah kamu menjadi dua orang dalam satu tubuh. Jadilah satu dalam cinta dan kejujuran."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Keburukan terbesar bukan pada dosa, tapi pada wajah palsu yang menipu banyak hati."

  10. Ahmad al-Tijani: "Orang yang benar akan disatukan Allah dengan kebenaran, sedangkan si muka dua akan dikoyak oleh kebohongannya sendiri."

Penutup Marilah kita renungkan diri: apakah lisan kita sesuai dengan hati kita? Apakah sikap kita sama di depan dan di belakang? Karena Allah Maha Tahu, dan kelak setiap kepalsuan akan ditampakkan dengan lidah-lidah api neraka bagi yang tidak jujur di dunia ini. Semoga Allah menjaga kita dari sifat munafik dan memberi keikhlasan dalam seluruh ucapan dan perbuatan.

Djoko Ekasanu

Berikut buku yang Anda minta telah selesai saya susun dengan judul:

“Dua Wajah, Dua Lidah Neraka: Ancaman bagi Si Muka Dua dalam Timbangan Islam”

Dokumen ini telah mencakup:

  • Hadis tentang ancaman muka dua
  • Penjelasan dan hakekatnya
  • Ayat Al-Qur’an dan tafsir
  • Relevansi di era modern
  • Nasihat dari 10 ulama dan sufi besar seperti Hasan al-Bashri, Rabi‘ah al-Adawiyah, hingga Ahmad al-Tijani.

------

Berikut versi bahasa ngobrol santai dan gaul kekinian dari isi buku tersebut, tetap dengan pesan mendalam tapi dibalut bahasa yang ringan dan mudah dicerna:


Judul: “Muka Dua? Hati-hati! Bisa Punya Dua Lidah dari Neraka…”

Pembuka:

Bro, Sis…
Pernah nggak sih ketemu orang yang di depan kita manis banget, sok care, sok sahabat, tapi di belakang kita... eh, malah nusuk?
Nah, itu yang disebut muka dua.

Islam tuh udah wanti-wanti banget soal orang kayak gini. Bahkan Rasulullah ﷺ bilang:

“Barang siapa yang punya dua wajah di dunia, maka nanti di akhirat dia bakal punya dua lidah dari api neraka.”
(HR. Abu Dawud & Ahmad, shahih)

Gila, ya? Dua lidah, tapi dari api neraka! Ngeri, men!


Kenapa Bisa Sampai Dibilang Begitu Serem?

Soalnya orang kayak gini tuh bener-bener merusak hubungan.
Hari ini pura-pura akrab sama si A, besok ngomporin si A di depan si B.
Bukan cuma bikin konflik, tapi juga ngancurin kepercayaan.

Nggak ada tempat buat orang yang nggak jujur dan doyan main dua sisi.
Kalau di dunia aja orang kayak gini bikin risih, apalagi di akhirat?


Allah Udah Ngasih Kode Keras

Coba deh liat QS. Al-Baqarah 2:204-205:

“Ada orang yang omongannya manis banget soal dunia, dan dia bilang-bilang ‘sumpah demi Allah isi hatiku baik’, padahal... dialah musuh yang paling bahaya.”

Bahasa sekarang: Sok alim, padahal racun.


Realita Zaman Now

Di zaman medsos gini, banyak banget yang tampil kayak malaikat di feed, tapi ternyata toxic di DM.
Pencitraan itu sah-sah aja, tapi kalau palsu sampe ngejatuhin orang lain, itu udah masuk ranah muka dua.
Dan… sayangnya, makin banyak yang kayak gitu sekarang.


Kata Para Tokoh Sufi dan Orang-Orang Shalih

Hasan al-Bashri:

“Munafik lebih bahaya dari musuh. Karena dia keliatannya kayak teman.”

Rabi‘ah al-Adawiyah:

“Kalau hidupmu penuh kepalsuan, jangan harap keikhlasan bisa tumbuh.”

Abu Yazid al-Bistami:

“Punya satu wajah yang jujur itu lebih berharga dari seribu topeng.”

Junaid al-Baghdadi:

“Jujur itu kunci. Kalau udah mulai pura-pura, udah jauh dari jalan Allah.”

Al-Hallaj:

“Topeng kepalsuan itu bikin kita makin jauh dari Tuhan.”

Imam al-Ghazali:

“Orang bermuka dua itu karena cinta dunia dan takut kebenaran.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

“Hiduplah kayak pohon rindang, bukan kayak pedang bermata dua.”

Jalaluddin Rumi:

“Kalau kamu satu hati, satu cinta, gak butuh dua muka.”

Ibnu ‘Arabi:

“Palsu itu bukan soal tampilan, tapi soal niat yang busuk.”

Ahmad al-Tijani:

“Kebenaran bakal bawa kamu selamat. Kepalsuan? Bisa bikin kamu kepecut di akhirat.”


Penutup:

Bro, Sis…
Punya banyak teman itu keren. Tapi punya banyak wajah? Big no no.
Jujur itu kadang bikin kita gak disukai semua orang. Tapi minimal, kita disukai Allah.
Dan itu lebih dari cukup.

Jadi... yuk, kita jujur dari sekarang. Nggak usah cari muka.
Karena di akhirat nanti, yang punya dua muka bakal dapat dua lidah... dari api neraka.

🔥 Ngeri? Iya.
⚠️ Jadi peringatan buat kita semua.