Saturday, July 26, 2025

Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Kebahagiaan dan Panjang Umur.



Judul Buku: Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Kebahagiaan dan Panjang Umur

Pendahuluan Berbuat baik kepada kedua orang tua bukan hanya ajaran moral yang luhur, tetapi juga bagian penting dari syariat Islam. Dalam banyak hadis dan ayat Al-Qur’an, berbakti kepada orang tua disebut sebagai jalan menuju kebahagiaan dan keberkahan hidup, termasuk dipanjangkan umur oleh Allah. Buku ini membahas secara mendalam tentang makna dan hikmah berbakti kepada orang tua, dengan menyertakan ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, tafsir, serta nasehat-nasehat dari para sufi besar.


Bab 1: Hadis Tentang Berbakti dan Panjang Umur

Teks Hadis:

"Man sarrahu an yubsatha lahu fī rizqihi, wa yunsa'a lahu fī atharihi, falyasil rahimahu"

Artinya: "Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim)

Termasuk silaturahmi yang paling utama adalah kepada kedua orang tua. Dalam banyak riwayat, Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan mendapatkan keberkahan umur dan kebahagiaan hidup.

Sebab Turunnya: Meskipun hadis ini tidak berkaitan langsung dengan sebab turunnya ayat, namun semangat berbakti dan menyambung silaturahim disebut sebagai perintah yang berkaitan erat dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan ihsan (berbuat baik) kepada orang tua.


Bab 2: Ayat Al-Qur’an dan Tafsirnya

QS. Al-Isra: 23-24

Arab:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا

Latin: Wa qaḍā rabbuka allā ta‘budū illā iyyāhu wa bil-wālidayni iḥsānā

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya."

Tafsir Singkat: Menurut Tafsir Ibn Katsir, ayat ini menegaskan bahwa setelah perintah untuk bertauhid, perintah tertinggi dalam interaksi sosial adalah berbuat baik kepada orang tua. Ini menunjukkan betapa tinggi kedudukannya.


Bab 3: Hakikat Berbakti kepada Orang Tua Berbakti tidak hanya sebatas ucapan, tapi mencakup sikap hormat, pelayanan, doa, tidak menyakiti hati, bahkan mencarikan solusi di masa tua mereka. Bahkan setelah wafatnya, kita tetap berbakti dengan mendoakan dan menyambung hubungan dengan sahabat-sahabat mereka.


Bab 4: Relevansi di Zaman Sekarang Dalam era modern, banyak anak sibuk mengejar karier dan kesenangan pribadi hingga lupa dengan orang tua. Padahal, keberkahan dan umur panjang justru datang dari restu dan ridha orang tua. Banyak masalah hidup anak muda zaman sekarang berakar dari ketidakpedulian terhadap kedua orang tua.


Bab 5: Nasehat Para Sufi Agung

  1. Hasan al-Bashri: "Jangan pernah engkau tinggikan suaramu di hadapan orang tuamu, karena itu tanda hilangnya adab dan menyebabkan tertutupnya keberkahan."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Ridha Allah tersembunyi dalam ridha ibumu, dan kemurkaan Allah pun dalam murkanya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Aku mencapai maqam ruhani ini karena tidak pernah sekali pun menatap ibuku dengan tatapan yang menyakitkan."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Orang yang tak berbakti kepada orang tuanya, maka hatinya tertutup dari rasa syukur."

  5. Al-Hallaj: "Jalan fana' (lenyap diri) dimulai dari tunduk total kepada orang tuamu."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Bakti kepada orang tua adalah amal rahasia yang menghidupkan hati dan membersihkan jiwa."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Aku tidak pernah makan sebelum ibuku makan, karena dari ridha ibuku, Allah bukakan pintu karomah."

  8. Jalaluddin Rumi: "Jika engkau ingin Allah menyapamu dengan lembut, sapalah ibumu dengan penuh cinta."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Realitas spiritual tertinggi hanya bisa dicapai oleh mereka yang menjadikan orang tuanya sebagai pintu surga."

  10. Ahmad al-Tijani: "Setiap langkah menuju kesucian harus melewati rida orang tua terlebih dahulu."


Bab 6: Catatan Muhasabah Diri

  • Sudahkah aku menelpon orang tuaku hari ini?
  • Apakah aku sudah mendoakan mereka setiap habis shalat?
  • Apakah aku sudah meminta maaf atas kesalahan masa lalu?
  • Apakah aku sering menceritakan prestasi hidupku sebagai hadiah untuk mereka?
  • Apakah aku membahagiakan mereka secara lahir dan batin?

Penutup: Berbakti kepada orang tua bukanlah pilihan, tapi kewajiban yang penuh berkah. Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan orang yang beruntung karena berbakti kepada kedua orang tua.


M. Djoko Ekasanu

Berikut draf buku berjudul "Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Kebahagiaan dan Panjang Umur" sudah saya siapkan di dokumen. Buku ini memuat:

  • Hadis dan sebabnya
  • Ayat Al-Qur’an beserta tafsir
  • Penjelasan hakikat berbakti
  • Relevansi di zaman modern
  • Nasehat mendalam dari 10 tokoh sufi besar
  • Catatan muhasabah yang menyentuh

------

Judul Buku: Berbakti Sama Orang Tua: Kunci Hidup Bahagia & Umur Panjang

Pembuka yang Ngena: Lo pengen hidup lo bahagia? Rezeki ngalir terus? Umur panjang penuh berkah? Gak usah cari mantra, cukup satu: BERBAKTI SAMA ORANG TUA.

Serius, ini bukan cuma ajaran agama doang, tapi udah jadi kunci kehidupan dari dulu. Dalam Islam, ridho Allah itu nyambung banget sama ridho orang tua. Gak percaya? Yuk, kita kupas bareng lewat hadis, ayat Qur'an, dan wejangan dari para sufi legend yang udah ngerasain manisnya hidup karena taat sama ortu.


Bab 1: Hadis yang Bikin Hati Ngeklik

Isi Hadis: "Barang siapa pengen rezekinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan, maka sambunglah silaturahmi." (HR. Bukhari & Muslim)

Silaturahmi itu bukan cuma nyambungin ke saudara jauh, tapi yang paling utama: orang tua. Kalo lo bikin mereka senyum, insyaAllah hidup lo juga bakal cerah.

Kenapa Hadis Ini Muncul? Karena banyak orang ngerasa sukses itu soal kerja keras doang. Padahal, hubungan sama orang tua tuh salah satu booster hidup paling manjur.


Bab 2: Ayat Qur'an yang Bikin Merinding

QS. Al-Isra: 23-24

Bahasa Arab: وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا

Latin: Wa qaḍā rabbuka allā ta‘budū illā iyyāhu wa bil-wālidayni iḥsānā

Artinya: "Tuhanmu udah mutusin, jangan nyembah siapa-siapa selain Dia, dan berbuat baiklah sama ortu kalian."

Tafsiran Singkat: Abis perintah tauhid, yang langsung Allah sebut: berbuat baik sama orang tua. Selevel itu, bro!


Bab 3: Hakikat Berbakti Itu Gak Sekadar Cium Tangan Berbakti itu bukan sekadar salam, cium tangan pas Lebaran, atau beliin oleh-oleh. Tapi juga sabar dengerin curhat mereka, bantuin mereka tanpa disuruh, mendoakan mereka tiap habis salat, bahkan setelah mereka wafat, lo masih bisa berbakti lewat doa dan amal.


Bab 4: Ngomongin Zaman Now Banyak anak muda sekarang sibuk banget cari cuan, cari jodoh, cari eksistensi, sampe lupa... ada dua orang tua di rumah yang rindu ditelpon. Banyak masalah hidup muncul justru karena kita jauh dari doa dan ridho mereka.


Bab 5: Wejangan dari Para Sufi Kelas Atas

  1. Hasan al-Bashri: "Jangan sampe suara lo lebih tinggi dari suara orang tuamu. Itu bisa nutup pintu berkah, bro."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Ridho Allah itu ada di ridho ibu lo. Gitu juga sebaliknya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Gue sampe di maqam ruhani sekarang karena gak pernah nyakitin hati ibu gue."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Lo gak bakal bisa bersyukur sama Allah kalo lo gak bersyukur dulu sama ortu."

  5. Al-Hallaj: "Mau jadi manusia spiritual? Tunduk total dulu ke ortu."

  6. Imam Ghazali: "Berbakti ke ortu tuh rahasia hati yang bisa bersihin jiwa."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Gue gak pernah makan sebelum ibu gue makan. Dari situ Allah bukain jalan karomah."

  8. Jalaluddin Rumi: "Mau disayang Allah? Sayang dulu sama ibumu."

  9. Ibnu 'Arabi: "Mau masuk surga? Lewatin pintunya dulu: orang tua lo."

  10. Ahmad al-Tijani: "Langkah awal menuju kesucian hati? Dapetin restu orang tua."


Bab 6: Checklist Muhasabah Buat Diri Sendiri

  • Hari ini udah WA/telpon ortu belum?
  • Habis salat, udah doain mereka?
  • Pernah gak minta maaf secara langsung?
  • Lo udah bikin mereka bangga?
  • Udah bahagiain mereka lahir batin?

Penutup yang Bikin Mikir: Orang tua lo bukan cuma jalan menuju dunia yang sukses, tapi juga jalan ke surga. Jangan nunggu mereka gak ada baru nyesel. Yuk, mulai sekarang kita jadi anak yang dirindukan bumi dan langit karena baktinya.

M. Djoko Ekasanu

Sudah saya ubah jadi versi bahasa santai dan gaul kekinian. Gaya bahasanya lebih ringan, cocok buat anak muda zaman sekarang biar lebih relate dan mudah mencerna pesan utamanya: berbakti pada orang tua = kunci hidup berkah dan umur panjang.



Hakekat Makanan Haram: Pengaruhnya terhadap Hati, Iman, dan Amal.

 


Judul Buku: Hakekat Makanan Haram: Pengaruhnya terhadap Hati, Iman, dan Amal

Pendahuluan Makanan dan minuman bukan hanya penopang fisik, tetapi juga penentu kesehatan ruhani. Dalam Islam, aspek halal dan haram dalam konsumsi sangat menentukan kualitas keimanan dan kedekatan seorang hamba kepada Allah. Buku ini membahas dampak konsumsi makanan haram, disertai dengan dalil Al-Qur'an dan hadis, serta pandangan para wali dan sufi besar.


Bab 1: Definisi Makanan Haram

  1. Haram pada zatnya: seperti daging babi, bangkai, darah, arak.
  2. Haram karena cara mendapatkannya: seperti makanan hasil curian.
  3. Haram karena alat yang digunakan: seperti membeli makanan halal dengan uang riba atau hasil korupsi.

Bab 2: Dalil dari Al-Qur'an dan Hadis

  • "Wahai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi..." (QS. Al-Baqarah: 168)
  • "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." (HR. Muslim)
  • "Setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka neraka lebih utama baginya." (HR. Tirmidzi)

Bab 3: Dampak Makanan Haram

  1. Hati menjadi keras dan mati.
  2. Lemahnya iman dan tipisnya agama.
  3. Amal ibadah tidak diterima.
  4. Doa tertolak.

Kutipan Imam Ali al-Khawas:

  • "Barang siapa mengonsumsi makanan haram lalu beribadah, maka dia seperti burung merpati yang mengerami telur rusak."
  • "Semua maksiat berasal dari makanan haram. Ingin berbuat baik setelah makan haram adalah mustahil."

Bab 4: Pandangan Para Wali dan Sufi

  1. Hasan al-Bashri:

    • "Makanan haram adalah racun bagi ruhani. Tidak akan tumbuh amal yang baik darinya."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah:

    • "Bagaimana bisa cinta Allah tumbuh dalam hati yang dikotori oleh makanan haram?"
  3. Abu Yazid al-Bistami:

    • "Aku mencium bau neraka dari nafas orang yang makan haram, meski ia membaca Al-Qur'an."
  4. Junaid al-Baghdadi:

    • "Kebersihan makanan adalah syarat kemurnian hati. Tidak ada ma'rifat tanpa makanan yang halal."
  5. Al-Hallaj:

    • "Ketika haram menyentuh tubuh, hijab akan menebal antara hamba dan Tuhannya."
  6. Abu Hamid al-Ghazali:

    • "Makanan haram adalah penghalang terbesar dalam perjalanan menuju Allah."
    • Dalam Ihya Ulumuddin, beliau menegaskan pentingnya mencari rezeki yang halal sebagai syarat diterimanya amal.
  7. Abdul Qadir al-Jailani:

    • "Banyak ahli ibadah yang terhijab dari Allah karena sebutir makanan haram yang masuk ke tubuh mereka."
  8. Jalaluddin Rumi:

    • "Setiap gigitan memiliki ruh. Gigitan haram akan mengaburkan cahaya batinmu."
  9. Ibnu ‘Arabi:

    • "Dalam setiap makanan terdapat jejak energi. Haram membawa energi kegelapan yang menutup pintu hakikat."
  10. Ahmad al-Tijani:

  • "Zikir pun takkan mampu mengangkat derajat seseorang jika di dalam perutnya ada makanan yang diperoleh dari sumber haram."

Bab 5: Solusi dan Jalan Taubat

  1. Menjaga sumber penghasilan.
  2. Memastikan kehalalan makanan dan minuman.
  3. Taubat dan bersih diri dengan amal shalih.
  4. Bersedekah dan memohon ampunan atas yang telah terjadi.

Penutup Kebersihan lahiriah dan batiniah sangat bergantung pada apa yang kita konsumsi. Makanan haram bukan sekadar dosa fiqih, tapi racun spiritual yang menghancurkan jiwa. Semoga Allah menjaga kita dari makanan haram dan menjadikan kita hamba yang bersih jasad dan ruhnya.


Lampiran: Doa-doa agar dijauhkan dari rezeki haram

  1. "Allahumma ajirni min su'il kasbi, waj'al rizqī halālan mubārakan."
  2. "Ya Allah, cukupkan aku dengan yang halal agar terhindar dari yang haram."

Catatan Tambahan Buku ini dapat dijadikan panduan pengajaran di pesantren, pengajian ibu-ibu, atau kajian remaja masjid. Dapat dikembangkan dalam bentuk majalah dinding, poster edukasi, atau kajian tematik mingguan.

Berikut draf buku berjudul “Hakekat Makanan Haram: Pengaruhnya terhadap Hati, Iman, dan Amal”, lengkap dengan ayat, hadis, serta nasihat dari tokoh-tokoh sufi besar. 

-----

Berikut versi dengan gaya bahasa santai, cocok buat dibacakan di kajian remaja masjid, pengajian ibu-ibu, atau jadi bahan obrolan santai yang tetap berbobot. Bahasa disederhanakan tapi tetap menjaga makna dan kedalaman isinya:


Judul Buku: Hakekat Makanan Haram: Pengaruhnya terhadap Hati, Iman, dan Amal

Pembukaan: Makan Itu Nggak Sekadar Bikin Kenyang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Teman-teman semua, kita sering dengar ya, soal makanan halal dan haram. Tapi kadang kita anggap itu cuma urusan label doang. Padahal, makanan dan minuman yang kita konsumsi itu bukan cuma ngaruh ke tubuh, tapi juga ke hati, ke iman, bahkan ke amal ibadah kita.

Nah, buku ini ngobrolin soal gimana makanan haram bisa bikin hati mati, doa ditolak, dan ibadah jadi sia-sia. Kita juga bakal ngutip omongan para tokoh-tokoh sufi dan orang sholeh yang ilmunya udah terbukti bikin hati kita meleleh dan mikir panjang.


Bab 1: Apa Sih Makanan Haram Itu?

Jadi gini, makanan haram itu ada beberapa jenis:

  1. Haram dari sananya — Misalnya babi, darah, bangkai, arak. Udah jelas dilarang dari sananya.
  2. Haram karena cara dapetinnya — Kayak roti enak yang kita makan, tapi ternyata hasil curian. Hati-hati ya!
  3. Haram karena alat yang dipakai buat dapetin — Contohnya beli makanan halal, tapi pake uang hasil korupsi, riba, atau nipu orang. Jadi tetap aja haram.

Bab 2: Apa Kata Al-Qur’an dan Hadis?

Allah udah ngasih peringatan lewat firman-Nya:

"Wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang ada di bumi." (QS. Al-Baqarah: 168)

Dan Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." (HR. Muslim)

Ada juga yang lebih ngeri:

"Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih layak untuknya." (HR. Tirmidzi)


Bab 3: Makanan Haram, Efeknya Serem!

Kalau kita nekat makan yang haram, efeknya bukan main:

  1. Hati jadi keras dan bisa “mati”.
  2. Iman melemah, gampang goyah.
  3. Amal ibadah nggak diterima.
  4. Doa nggak naik, alias ditolak.

Imam Ali al-Khawas bilang:

"Orang yang makan haram lalu rajin ibadah itu kayak burung merpati ngeramin telur busuk. Capek-capek, tapi nggak hasilin apa-apa."


Bab 4: Nasehat Orang-Orang Sholeh dan Sufi

Ini kata orang-orang pilihan Allah tentang makanan haram:

  • Hasan al-Bashri:

    "Makanan haram itu racun batin. Dari situ nggak akan tumbuh amal baik."

  • Rabi‘ah al-Adawiyah:

    "Mau cinta Allah tumbuh di hati? Jangan isi hati dengan makanan haram."

  • Abu Yazid al-Bistami:

    "Aku bisa cium bau neraka dari nafas orang yang makan haram, walaupun dia rajin ngaji."

  • Junaid al-Baghdadi:

    "Makanan yang bersih bikin hati bening. Mau sampai ke ma'rifat? Mulai dari makanan halal dulu."

  • Al-Hallaj:

    "Haram itu kayak tembok. Makin tebal, makin jauh kita dari Allah."

  • Al-Ghazali:

    "Makanan haram itu penghalang utama menuju Allah."

  • Abdul Qadir al-Jailani:

    "Banyak ahli ibadah yang tertutup dari Allah cuma karena sebutir nasi haram."

  • Jalaluddin Rumi:

    "Tiap gigitan itu punya ruh. Kalau haram, cahaya hatimu redup."

  • Ibnu ‘Arabi:

    "Makanan itu bawa energi. Kalau haram, energinya gelap dan nutup jalan menuju hakikat."

  • Ahmad at-Tijani:

    "Zikir sehebat apa pun nggak akan ngangkat derajat kalau dalam perut masih ada makanan haram."


Bab 5: Gimana Cara Taubatnya?

Kalau pernah salah atau khilaf, jangan putus asa. Allah Maha Penerima taubat. Yuk kita perbaiki:

  1. Jaga sumber penghasilan — pastikan halal.
  2. Cek makanan dan minuman — dari mana asalnya, halal nggak.
  3. Taubat nasuha — sungguh-sungguh berhenti dan nyesel.
  4. Banyak amal shalih dan sedekah — untuk membersihkan yang dulu.

Penutup: Hati Bersih, Makanan Bersih

Teman-teman, makan haram itu bukan cuma soal dosa, tapi soal kehancuran jiwa. Hati bisa gelap, hidup terasa sempit, dan hubungan kita dengan Allah jadi jauh.

Semoga Allah jagain kita dari makanan haram dan buka pintu rezeki halal yang penuh keberkahan. Aamiin.


Lampiran: Doa-doa Penjaga Kehalalan Rezeki

  1. "Allahumma ajirni min su'il kasbi, waj‘al rizqī halālan mubārakan."
    Ya Allah, lindungi aku dari usaha yang buruk, dan jadikan rezekiku halal dan penuh berkah.

  2. "Ya Allah, cukupkan aku dengan yang halal agar aku terhindar dari yang haram."




Pengelolaan Uang Masjid.

 

Supaya uang hasil infak, amal jariyah, dan sedekah dari jamaah masjid tidak cepat habis dan bahkan bisa berkembang, pengelolaannya harus mengikuti prinsip amanah, transparan, dan produktif. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa diterapkan:


🕌 1. Bagi Uang ke dalam Dua Pos: Konsumtif dan Produktif

A. Konsumtif (langsung habis tapi bermanfaat):

Digunakan untuk:

  • Kegiatan sosial (santunan yatim, dhuafa, buka puasa, dll.)
  • Operasional masjid (listrik, air, kebersihan)
  • Kegiatan keagamaan rutin (pengajian, TPQ, majelis ta'lim)

B. Produktif (dikelola agar menghasilkan):

Dialokasikan untuk program yang menghasilkan pendapatan, agar:

  • Dana tetap ada dan terus berkembang
  • Hasilnya bisa digunakan untuk kegiatan konsumtif di atas

🏦 2. Contoh Program Pengelolaan Dana Produktif Masjid

Program Penjelasan
Usaha Air Minum Misal: depot air isi ulang atau air gelas berlabel masjid
Toko Koperasi Jamaah Menjual kebutuhan harian, perlengkapan ibadah
Peternakan / Pertanian Kambing qurban, sayur organik, hasilnya dijual
Sewa Aset Masjid Misalnya aula disewakan untuk akad nikah, pelatihan
Investasi Mikro Syariah Seperti pinjaman usaha mikro berbasis bagi hasil untuk jamaah

📊 3. Buat Badan Usaha Milik Masjid (BUMMas)

  • Dibentuk secara resmi dan legal
  • Dikelola oleh tim profesional dari unsur jamaah
  • Hasilnya untuk mendanai kegiatan sosial masjid dan memberdayakan jamaah

📋 4. Kelola Keuangan Secara Transparan

  • Catatan keuangan rapi dan bisa dilihat jamaah
  • Buat laporan keuangan bulanan/3 bulanan
  • Gunakan aplikasi pencatatan (bisa Excel, atau aplikasi masjid)

💡 5. Libatkan Anak Muda Masjid

  • Banyak anak muda punya ide bisnis, bantu wadahi
  • Masjid bisa jadi inkubator usaha kecil jamaah
  • Hasil usaha dikembalikan sebagai sedekah produktif

📖 Landasan Syariat:

  • Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
    "Sebaik-baik harta adalah harta yang dikelola oleh orang shalih." (HR. Ahmad)
  • Juga prinsip wakaf: harta pokok tidak habis, tapi hasilnya digunakan untuk maslahat.

✍️ Contoh Kasus:

Masjid memiliki dana infak Rp 10 juta.
Sebanyak Rp 4 juta untuk santunan, Rp 2 juta untuk operasional.
Sisanya Rp 4 juta dipakai membeli 1 unit galon dan 1 set alat isi ulang air.
Air dijual ke warga seharga murah, hasil keuntungan digunakan untuk:

  • Sumbangan dhuafa
  • Menambah modal usaha lain
  • Bayar listrik masjid

Kalau ingin, saya bisa bantu buatkan skema visual atau proposal pengelolaan dana sedekah produktif ala masjid modern. Mau?

Hakikat Diam dan Menjaga Lisan: Jalan Keselamatan dari Manusia.

 


Judul: Hakikat Diam dan Menjaga Lisan: Jalan Keselamatan dari Manusia

Pengantar "Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang selamat dari manusia, maka janganlah membicarakan seseorang di antara mereka, kecuali pembicaraan yang baik dan ambillah pelajaran dari apa dan untuk apa dirinya diciptakan."

Ucapan ini adalah nasihat yang mengandung kedalaman makna dalam dunia tasawuf. Diam dan menjaga lisan adalah pintu keselamatan, bukan hanya dari dosa, tapi juga dari kerusakan hati dan hubungan antarmanusia. Buku ini membahas hakekat dari nasihat tersebut dengan merujuk kepada Al-Qur’an, hadits Nabi ﷺ, serta hikmah para ulama dan sufi besar.


Bab 1: Dasar-Dasar dari Al-Qur’an dan Hadis

1.1 Ayat Al-Qur’an

  • "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
  • "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab: 70)

1.2 Hadis Nabi ﷺ

  • “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • “Cukuplah seseorang itu berdusta jika ia mengatakan setiap apa yang didengarnya.” (HR. Muslim)

Bab 2: Hakikat Diri dan Tujuan Penciptaan

Manusia diciptakan bukan untuk mencela, menggunjing, atau menyebar aib. Allah berfirman: "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku." (QS. Az-Zariyat: 56)

Setiap individu seharusnya memandang manusia lain sebagai cermin untuk melihat dirinya sendiri, dan memfokuskan hati kepada perbaikan diri serta pencapaian makrifat kepada Allah.


Bab 3: Nasihat Para Sufi dan Arif Billah

3.1 Hasan al-Bashri "Seseorang tidak akan sampai kepada derajat takwa sampai ia sibuk mengoreksi dirinya sendiri dan meninggalkan pembicaraan tentang orang lain."

3.2 Rabi‘ah al-Adawiyah "Cinta kepada Allah membuatku lupa akan pembicaraan tentang makhluk. Biarlah hanya Allah yang aku ingat."

3.3 Abu Yazid al-Bistami "Diam adalah ibadah bagi mereka yang mengenal hakikat. Orang yang telah melihat aib dirinya, tidak akan sempat melihat aib orang lain."

3.4 Junaid al-Baghdadi "Tasawuf adalah diam dari hal-hal yang tidak penting, dan bicara hanya ketika itu membawa kebaikan untuk akhiratmu."

3.5 Al-Hallaj "Aku menjadi diam, karena setiap kata adalah tirai antara aku dan Dia. Maka aku robek semua tirai dengan diamku."

3.6 Abu Hamid al-Ghazali Dalam Ihya' ‘Ulumuddin, beliau menulis: “Lidah adalah anggota tubuh yang paling ringan, namun bisa menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka jika tidak dijaga.”

3.7 Abdul Qadir al-Jailani "Diam adalah pintu dari segala keselamatan. Banyak bicara membuka pintu kesalahan dan menjauhkanmu dari kehadiran Ilahi."

3.8 Jalaluddin Rumi "Berbicaralah hanya jika kata-katamu lebih indah daripada diam."

3.9 Ibnu ‘Arabi "Setiap kata adalah bentuk, dan bentuk membawa makna. Jika tidak mampu menciptakan bentuk yang baik, lebih baik kembali ke keheningan."

3.10 Ahmad al-Tijani "Para pencari hakikat harus menjaga lisan sebagaimana menjaga kehormatan dirinya. Lidah adalah jalan masuk dan keluar cahaya atau kegelapan."


Bab 4: Buah dari Diam dan Menjaga Lisan

  1. Keselamatan dari dosa dan maksiat
  2. Hati yang bersih dan tenang
  3. Tersambung dengan dzikir dan makrifat
  4. Disukai Allah dan makhluk
  5. Menjadi pribadi yang dewasa secara ruhani

Bab 5: Latihan dan Amalan Praktis

  • Membiasakan dzikir sebagai pengganti bicara kosong
  • Muroqobah lisan (mengawasi diri sebelum bicara)
  • Menjaga waktu dengan membaca Al-Qur’an
  • Muhasabah harian: mencatat apa yang dikatakan dan menilai manfaatnya
  • Menjalani khalwah (penyendirian singkat) untuk mendidik lisan

Penutup

Diam bukan berarti tidak peduli, tetapi bentuk tinggi dari pengendalian diri dan orientasi spiritual. Sufi menempatkan diam sebagai jembatan menuju cahaya batin dan kedekatan dengan Allah. Buku ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua untuk kembali kepada fitrah: menjaga lisan, memperbaiki hati, dan berjalan menuju-Nya.

Wallahu a’lam.

Buku berjudul "Hakikat Diam dan Menjaga Lisan: Jalan Keselamatan dari Manusia" telah selesai saya susun.

----

Berikut adalah versi bahasa santai dan mengalir seperti ngobrol, tanpa menghilangkan inti pesan dan kedalaman maknanya:


Pesantren Darul Falah
Kepuh Permai, Tulangan – Sidoarjo
Senin, 9 Mei 2025

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hari ini nyicil nulis santai-santai, nyiset tipis-tipis dari kitab Nashaihul ‘Ibad no. 22.
Judulnya kali ini:
"Hakikat Diam dan Menjaga Lisan: Jalan Keselamatan dari Manusia"

Kita mulai dari satu nasihat yang ngena banget:

"Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang selamat dari manusia, maka janganlah membicarakan seseorang di antara mereka, kecuali pembicaraan yang baik. Dan ambillah pelajaran dari apa dan untuk apa dirinya diciptakan."

Kalimat ini sebetulnya simpel, tapi kalau direnungi dalam, bisa bikin kita diem sejenak dan mikir. Dalam dunia tasawuf, menjaga lisan itu bukan cuma perkara sopan santun, tapi juga soal keselamatan jiwa, ketenangan hati, dan bagaimana kita berhubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Nah, dari sini aku nyusun tulisan pendek ini. Bahasannya ringan tapi semoga nancep ke hati. Yuk kita mulai...


Bab 1: Apa Kata Al-Qur’an dan Hadis Soal Bicara?

Dari Al-Qur’an:

  • "Tak ada satu kata pun yang terucap, melainkan ada malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
  • "Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab: 70)

Dari Hadis Nabi ﷺ:

  • "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim)
  • "Cukuplah seseorang itu dikatakan pendusta kalau dia menyampaikan semua yang dia dengar." (HR. Muslim)

Bab 2: Kita Ini Diciptakan Buat Apa, Sih?

Bukan buat gosipin orang. Bukan buat ngomongin aib temen. Tapi buat nyembah Allah.
Kata Allah dalam QS. Az-Zariyat: 56:

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku."

Jadi, fokus kita seharusnya bukan ke orang lain. Tapi ke dalam diri: udah sejauh apa kita ngerti kenapa kita diciptakan?


Bab 3: Nasihat dari Para Pecinta Allah

Ini bagian paling enak: dengerin kata-kata dari para sufi. Bikin adem dan bikin mikir.

  • Hasan al-Bashri: "Kalau kamu sibuk koreksi diri sendiri, kamu nggak bakal sempat ngomongin orang lain."

  • Rabi‘ah al-Adawiyah: "Kalau udah cinta sama Allah, rasanya udah nggak pengen ngomongin hal-hal duniawi."

  • Abu Yazid al-Bistami: "Orang yang ngerti siapa dirinya, bakal lebih senang diam."

  • Junaid al-Baghdadi: "Ngomong yang penting aja. Yang nggak penting, simpan."

  • Al-Hallaj: "Diam adalah caraku robek tirai antara aku dan Allah."

  • Imam al-Ghazali: "Lidah itu ringan, tapi bisa menyeretmu ke neraka kalau nggak dijaga."

  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Banyak diam = banyak selamat. Banyak ngomong = makin jauh dari Allah."

  • Jalaluddin Rumi: "Kalau kata-katamu nggak lebih indah dari diam, ya mending diam."

  • Ibnu ‘Arabi: "Kalau nggak bisa bikin kata-kata yang membawa kebaikan, mending balik ke keheningan."

  • Ahmad at-Tijani: "Lidah itu jalan keluar cahaya atau kegelapan. Jaga baik-baik."


Bab 4: Apa yang Didapat Kalau Kita Bisa Menjaga Lisan?

  • Nggak gampang jatuh ke dosa.
  • Hati jadi lebih tenang.
  • Bisa lebih khusyuk dalam dzikir.
  • Disayang Allah, disukai orang.
  • Jadi orang yang matang secara batin.

Bab 5: Gimana Cara Latihannya?

  • Ganti ngomongin orang dengan dzikir.
  • Latihan mikir dulu sebelum ngomong (muroqobah lisan).
  • Baca Qur’an pas waktu kosong, daripada ngobrol ngalor-ngidul.
  • Coba catat dalam sehari kita ngomong apa aja – mana yang bermanfaat, mana yang enggak.
  • Sesekali coba khalwat (nyepi sebentar), buat ngelatih hati dan lisan.

Penutup:

Diam itu bukan berarti cuek atau nggak peduli. Tapi kadang justru itu bentuk kasih sayang tertinggi. Para sufi nganggep diam itu sebagai tangga menuju Allah.
Semoga tulisan ini jadi pengingat buat kita semua—buat lebih banyak ngoreksi diri, lebih hati-hati bicara, dan lebih dekat sama Allah.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat selalu 🌿


Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
DjokoekasanU


Kalau ingin dibuat versi pamflet, e-book, atau buletin mingguan santri dari tulisan ini, tinggal bilang. Mau saya bantu layout atau dibuatkan desain cover juga bisa.

Hakikat Hidayah dan Ketundukan Hati (QS. Ya-Siin: 11).

 


Judul Buku: Hakikat Hidayah dan Ketundukan Hati (QS. Ya-Siin: 11)


1. Teks Ayat (QS. Ya-Siin: 11)

Arab:

إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ

Latin:

Innamā tundziru mani-ttaba‘adz-dzikra wa khashiyar-raḥmāna bil-ghaibi fabashshirhu bimagfiratin wa ajrin karīm.

Artinya:

"Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang yang mau mengikuti peringatan (Al-Qur’an) dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih walaupun dia tidak melihat-Nya; maka beri kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia."


2. Sebab Turunnya Ayat (Asbâbun Nuzûl):

Menurut riwayat Ibnu Jarir ath-Thabari, ayat ini turun sebagai penegasan bahwa Rasulullah tidak ditugaskan untuk memaksa manusia beriman, melainkan hanya menyampaikan peringatan kepada orang-orang yang hatinya masih hidup—yakni mereka yang bersedia mendengar kebenaran dan tunduk kepada Allah meski belum melihat-Nya. Ayat ini merupakan bentuk penghiburan bagi Nabi Muhammad SAW yang ditolak oleh sebagian kaum kafir Quraisy.


3. Tafsir dan Penjelasan:

Ayat ini menunjukkan karakter orang yang akan mendapatkan manfaat dari dakwah Rasulullah:

  • Mani-ttaba‘adz-dzikra (orang yang mengikuti peringatan): merujuk kepada orang yang menerima Al-Qur'an dan menjadikannya petunjuk hidup.
  • Khashiyar-Rahmān bil-ghaib: orang yang takut kepada Allah meski tidak melihat-Nya—bentuk dari iman sejati.

Allah menyebutkan bahwa kepada orang seperti ini diberikan kabar gembira berupa:

  • Maghfirah (ampunan)
  • Ajrun karīm (pahala yang mulia), yakni surga.

4. Hakikat Ayat Ini:

Ayat ini mengajarkan bahwa hidayah bukan karena kekuatan lisan, tapi karena kesiapan hati yang tunduk dan bersih. Hanya mereka yang takut kepada Allah meskipun belum pernah melihat-Nya yang bisa benar-benar menerima peringatan dan mendapatkan ampunan.


5. Fadhilah Ayat:

  • Membentuk mentalitas takut kepada Allah walaupun dalam kesendirian.
  • Menyadarkan bahwa keberhasilan dakwah tidak diukur dari banyaknya pengikut, tetapi dari siapa yang benar-benar menerima dengan hati.
  • Menjadi motivasi untuk selalu istiqamah dalam memberi peringatan, meski ditolak.

6. Relevansi Ayat dengan Keadaan Sekarang:

Di era digital dan informasi, banyak orang mengetahui kebenaran namun tidak mau mengikuti. Ayat ini menunjukkan bahwa hanya hati yang bersih yang bisa menerima hidayah. Kita butuh lebih banyak orang yang takut kepada Allah dalam sunyi, bukan hanya saat ditonton. Dalam dunia penuh riya’, ayat ini adalah oase keikhlasan.


7. Nasehat Ulama Sufi:

Hasan al-Bashri: “Takutlah kamu kepada Allah dalam sunyi, karena di sanalah sebenar-benarnya iman diuji.”

Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tetapi karena cinta. Ketika kamu mencintai, kamu akan tunduk meski tak melihat.”

Abu Yazid al-Bistami: “Hati yang terang adalah hati yang tunduk kepada Allah meski seluruh dunia mengingkarinya.”

Junaid al-Baghdadi: “Iman itu bukan pada lidah, tetapi pada hati yang menangis ketika mengingat-Nya dalam kesendirian.”

Al-Hallaj: “Ketaatan yang tak terlihat manusia adalah tanda dari ruh yang telah mengenal Tuhannya.”

Imam al-Ghazali: “Ikhlas itu menerima peringatan, bukan karena siapa yang berkata, tetapi karena apa yang dikatakan.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jika kamu mendengar seruan Allah dan hatimu bergetar, maka itu pertanda Allah sedang menarikmu.”

Jalaluddin Rumi: “Jangan lihat kulit dakwah, lihatlah ke dalam hatimu, apakah ia masih hidup atau sudah mati.”

Ibnu ‘Arabi: “Makrifat tidak muncul dari mata, tetapi dari hati yang takut meskipun tak melihat.”

Ahmad al-Tijani: “Orang yang diberi cahaya dalam hatinya akan mengenali peringatan walau dengan satu ayat.”


Penutup:

QS. Ya-Siin: 11 adalah pelajaran tentang siapa yang benar-benar hidup hatinya. Ia tunduk kepada Allah bukan karena dilihat, tapi karena yakin dan cinta. Dalam dunia yang penuh kepalsuan dan pencitraan, semoga kita termasuk dalam golongan yang disebut ayat ini: pengikut dzikir dan takut kepada Tuhan dalam ghaib.


Djoko Ekasanu



Dokumen berjudul “Hakikat Hidayah dan Ketundukan Hati (QS. Ya-Siin: 11)” sudah selesai saya susun. Isinya mencakup:

  • Ayat Arab, latin, dan artinya
  • Sebab turunnya (asbâbun nuzûl)
  • Tafsir, hakekat, dan fadhilah ayat
  • Relevansi dengan kehidupan masa kini
  • Nasehat-nasehat mendalam dari 10 tokoh sufi besar

-----

Siap! Berikut ini versi ngobrol santai gaul kekinian dari buku QS. Yasin Ayat 11: Hakikat Hidayah dan Ketundukan Hati. Gaya bahasa ringan, kayak lagi nongkrong sambil ngopi bareng temen yang lagi nyari makna hidup. Yuk, kita mulai:


📖 Ngaji Sambil Ngopi: “Yang Tak Terlihat, Tapi Bikin Bergetar” (QS. Ya-Siin: 11)

Bro, Sis...

Kadang kita mikir, “Kok dakwah sekarang kayak nggak ngaruh ya? Udah dikasih tahu, masih ngeyel. Udah diingetin, malah nyolot.” Tapi, tenang. Allah udah kasih bocoran lewat QS. Ya-Siin ayat 11. Nih, dengerin dulu:


🧕🏼👳‍♂️ Ayatnya Gini Nih...

“Innamā tundziru mani-ttaba‘adz-dzikra wa khashiyar-raḥmāna bil-ghaibi fabashshirhu bimagfiratin wa ajrin karīm.”

Artinya:
“Kamu (Muhammad) cuma bisa ngasih peringatan ke orang yang mau nerima peringatan (Al-Qur’an) dan yang takut sama Tuhan Yang Maha Pengasih meskipun nggak keliatan. Nah, kasih kabar gembira ke dia: ampunan dan pahala yang kece banget!”


🤔 Jadi Maksudnya Apa?

Allah tuh bilang, yang bisa bener-bener tersentuh sama dakwah, ya cuma orang yang:

  1. Mau dengerin dan ikutin peringatan dari Allah.
  2. Takut sama Allah, meskipun belum pernah lihat-Nya langsung.

Dakwah itu bukan soal pinter ngomong atau punya jutaan followers. Tapi soal siapa yang hatinya masih hidup.


🧠 Kenapa Ayat Ini Turun?

Zaman Nabi Muhammad SAW, banyak yang ngeyel juga, bro. Dikasih tau baik-baik malah ngegas. Nah, Allah kasih tahu Nabi: “Tenang, tugasmu cuma ngingetin. Yang bisa nerima tuh cuma yang hatinya udah siap.”


💎 Harta Karun dari Ayat Ini

  • Hidayah itu bukan logika, tapi rasa takut yang tulus walau nggak liat langsung.
  • Kita jangan stres kalau dakwah nggak viral. Yang penting: nyampein dengan ikhlas.
  • Jadi orang yang takut sama Allah meski lagi sendirian di kamar—itu baru keren!

🔍 Di Zaman Sekarang?

Coba deh lihat medsos. Banyak yang tau ayat, hafal hadis, tapi... ya gitu deh. Nggak semua orang mau tunduk. Karena... hatinya belum siap.

Ayat ini ngingetin kita: jangan cuma tampil “islami” di depan kamera. Tapi takutlah sama Allah meski nggak ada yang liat. Itu baru real, bukan pencitraan.


💬 Kata Para Legend Sufi

🧓 Hasan al-Bashri:
“Iman sejati itu ketika kamu takut sama Allah walau nggak ada yang ngeliat.”

👵 Rabi‘ah al-Adawiyah:
“Aku nggak nyembah Allah karena takut neraka atau pengin surga. Aku nyembah karena cinta.”

🧔 Abu Yazid al-Bistami:
“Hati yang nyala itu yang nurut sama Allah meski semua orang nolak.”

🧔‍♂️ Junaid al-Baghdadi:
“Iman bukan di status WA, tapi di hati yang nangis kalau denger nama Allah.”

💫 Al-Hallaj:
“Taat yang nggak ditonton manusia adalah tanda kamu udah kenal Allah.”

🧠 Imam al-Ghazali:
“Orang ikhlas tuh nggak peduli siapa yang ngomong, tapi apa yang diomongin.”

🧙 Abdul Qadir al-Jailani:
“Kalau kamu denger dakwah dan hatimu bergetar, berarti Allah udah panggil kamu.”

🌹 Jalaluddin Rumi:
“Jangan cuma lihat tampilan luar dakwah. Tanyain ke hatimu: masih hidup nggak?”

🌌 Ibnu ‘Arabi:
“Makrifat itu bukan dari mata, tapi dari hati yang takut meski nggak liat.”

✨ Ahmad al-Tijani:
“Kalau Allah udah nyalain lampu di hatimu, satu ayat aja cukup bikin kamu nangis.”


🏁 Penutup Ngopi Kita

Bro, Sis... Ayat ini ngajarin kita bahwa yang bisa disentuh sama kebenaran cuma hati yang lembut, bukan kepala yang keras.

Jadi jangan maksa orang nerima. Fokus aja jadi pribadi yang tunduk. Karena Allah cari bukan orang yang kelihatan alim, tapi yang hatinya takut sama Allah... bahkan dalam sunyi.

Mau dapet ampunan dan pahala keren dari Allah?
Gampang: Ikutin dzikir, takut sama Allah, meski nggak kelihatan.


Salam dari Djoko Ekasanu,
Sahabatmu di jalan yang (semoga) lurus 🛣️.




Keutamaan Mujahid dan Ahli Zuhud: Tafsir Hadis dan Nasehat Para Arif.

 

Berikut ini adalah buku berjudul "Keutamaan Mujahid dan Ahli Zuhud: Tafsir Hadis dan Nasehat Para Arif", yang memuat:

  • Hadis lengkap dari Abu Hurairah r.a. (Riwayat Muslim)
  • Ayat Al-Qur’an pendukung (Q.S. At-Taubah: 111)
  • Penjelasan, hakekat, dan relevansi dengan masa kini
  • Nasehat dari 10 tokoh sufi besar
  • Catatan muhasabah diri

Silakan unduh bukunya melalui tautan berikut:

📘 Download PDF – Buku Hadis Keutamaan Mujahid dan Zuhud

Jika ingin versi lebih panjang atau desain buku dengan ilustrasi, saya siap bantu!

Menjernihkan Jiwa dari Stres: Panduan Medis dan Spiritual



Judul Buku: Menjernihkan Jiwa dari Stres: Panduan Medis dan Spiritual


Kata Pengantar

Stres adalah fenomena yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia modern, namun bukan berarti tak dapat dikelola. Buku ini menghadirkan penjelasan ilmiah dari para ilmuwan dan dokter Muslim terkenal sepanjang sejarah, dipadukan dengan mutiara hikmah dari para sufi dan ahli hikmah spiritual Islam, agar kita tidak hanya sehat secara jasmani, tetapi juga damai dalam jiwa.


BAB 1: Apa Itu Stres?

Stres adalah reaksi tubuh dan pikiran terhadap tekanan dari luar maupun dalam. Ketika tekanan melebihi kapasitas seseorang dalam mengelolanya, muncullah gejala fisik, emosional, dan mental yang dapat berujung pada gangguan kesehatan.

Penyebab Stres:

  • Tekanan pekerjaan
  • Masalah keluarga atau sosial
  • Trauma masa lalu
  • Kurangnya spiritualitas
  • Gaya hidup tidak sehat

Gejala Stres:

  • Detak jantung meningkat
  • Sulit tidur atau insomnia
  • Gelisah dan cepat marah
  • Sakit kepala, pencernaan terganggu
  • Merasa putus asa atau tidak berdaya

BAB 2: Penanganan Stres Secara Medis – Nasehat Para Tabib Muslim

  1. Ibnu Sina (Avicenna)

“Jiwa yang sehat adalah pondasi bagi tubuh yang sehat. Perbanyak membaca, berfilsafat, dan berdzikir untuk menenangkan pikiran.”

  1. Al-Razi (Rhazes)

“Keseimbangan makanan, tidur, dan olahraga adalah kunci kesehatan mental.”

  1. Al-Zahrawi (Abulcasis)

“Terapi dengan aroma dan musik dapat membantu meredakan kegelisahan.”

  1. Ibn al-Nafis

“Ketidakseimbangan emosi bisa mempengaruhi jantung. Kesehatan ruhani sangat penting.”

  1. Ibn Zuhr (Avenzoar)

“Berbicara kepada seseorang yang dipercaya adalah bagian dari pengobatan stres.”

  1. Ibn al-Baytar

“Ramuan herbal seperti lavender, chamomile, dan akar valerian menenangkan sistem saraf.”

  1. Hunayn bin Ishaq

“Pikiran yang sehat didapat dari pendidikan dan perenungan.”

  1. Ali ibn Abbas al-Majusi

“Gabungkan terapi fisik dan mental. Keduanya saling mempengaruhi.”

  1. Qusta bin Luqa

“Manusia terdiri dari ruh dan jasad. Jika salah satunya sakit, yang lain ikut lemah.”

  1. Al-Tabari

“Bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa dalam bertindak adalah kunci menghindari stres.”

  1. Dr. Mohamed Ghanem

“Jangan abaikan gejala stres. Konsultasikan kepada profesional sebelum terlambat.”

  1. Dr. Mehmet Öz

“Olahraga ringan, tidur cukup, dan relaksasi napas sangat efektif mengurangi stres.”


BAB 3: Nasehat Spiritualitas – Jalan Jiwa Menuju Kedamaian

  1. Hasan al-Bashri

“Kegelisahan adalah buah dari hati yang terlalu berharap pada dunia.”

  1. Rabi‘ah al-Adawiyah

“Cinta sejati kepada Allah akan menghapus ketakutan dan kecemasan.”

  1. Abu Yazid al-Bistami

“Lepaskan kendali kepada Allah, niscaya jiwa akan bebas dari beban.”

  1. Junaid al-Baghdadi

“Ketenangan datang ketika hati merasa cukup dengan Allah.”

  1. Al-Hallaj

“Jiwa yang mengenal cinta Ilahi tak akan goyah oleh guncangan dunia.”

  1. Abu Hamid al-Ghazali

“Jiwa yang penuh dzikir akan merasakan kebahagiaan meski dalam keterbatasan.”

  1. Abdul Qadir al-Jailani

“Bersabarlah dalam kesempitan, karena lapang akan datang dari tempat yang tak disangka.”

  1. Jalaluddin Rumi

“Luka adalah tempat cahaya masuk. Jangan benci stres, pelajarilah pesan Tuhan di baliknya.”

  1. Ibnu ‘Arabi

“Stres muncul dari keterikatan pada yang fana. Bebaskan diri dengan mengenal Yang Abadi.”

  1. Ahmad al-Tijani

“Perbanyak shalawat dan tawassul, karena di dalamnya ada ketenangan dan solusi.”


BAB 4: Praktik Pencegahan dan Pengobatan Stres

  • Dzikir harian (tasbih, tahmid, takbir, istighfar)
  • Shalat tepat waktu
  • Puasa sunnah untuk latihan kendali diri
  • Membaca Al-Qur’an dan tafsirnya
  • Silaturahim dan berbagi cerita
  • Menulis jurnal syukur
  • Mengurangi paparan media sosial
  • Tidur cukup dan makan bergizi

Catatan Muhasabah

  1. Apakah aku terlalu mencintai dunia hingga lupa akhirat?
  2. Apakah aku telah menyeimbangkan waktu dunia dan akhirat?
  3. Apakah aku terlalu menggantungkan harapanku kepada manusia?
  4. Apakah aku menjaga shalat dan dzikirku setiap hari?
  5. Apakah aku memberi waktu untuk merenung dan berbicara dengan Allah?
  6. Apakah aku mengeluh atau bersyukur atas setiap takdir?
  7. Apakah aku sudah membantu orang lain, atau sibuk dengan diriku saja?

Penutup

Stres bukanlah musuh, tapi sinyal bahwa ada yang perlu kita ubah dalam hidup. Dengan hikmah para tabib dan sufi, semoga buku ini menjadi lentera dalam perjalananmu kembali kepada ketenangan dan kesembuhan sejati.

Wallahu a‘lam bish-shawab.

Berikut sudah saya buatkan buku berjudul “Menjernihkan Jiwa dari Stres: Panduan Medis dan Spiritual”. Buku ini memadukan penjelasan medis dari para ilmuwan Muslim klasik dan modern, serta nasihat-nasihat spiritual dari para wali dan sufi ternama, ditutup dengan bagian muhasabah untuk perenungan diri.


BAHAYA PORNOGRAFI MENURUT ISLAM

 


BUKU: BAHAYA PORNOGRAFI MENURUT ISLAM


BAB 1: PENDAHULUAN

Pornografi adalah racun halus yang menghancurkan fitrah manusia. Ia merusak akal, hati, dan ruhani seseorang secara perlahan namun pasti. Dalam Islam, menjaga pandangan adalah perintah langsung dari Allah dan Rasul-Nya.


BAB 2: DASAR AL-QUR'AN TENTANG LARANGAN PORNOGRAFI

1. Surah An-Nur ayat 30-31

Arab:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ

Latin:

Qul lil-mu'minīna yaghuddū min abṣārihim wa yaḥfaẓū furūjahum, dhālika azkā lahum, inna Allāha khabīrun bimā yaṣna‘ūn.

Artinya: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”

Tafsir & Penjelasan: Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah bentuk penjagaan terhadap kehormatan dan kesucian jiwa. Pandangan yang liar akan menjerumuskan ke dalam maksiat yang lebih besar.


BAB 3: HADIS-HADIS TENTANG LARANGAN MELIHAT YANG HARAM

  1. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya karena Allah, maka Allah akan memberikan manisnya iman di hatinya.” (HR. Al-Hakim)

  1. Dalam hadis lain:

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam bagiannya dari zina… dan mata zinanya adalah melihat…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan: Zina mata adalah awal dari segala kehancuran moral. Pornografi mengandung seluruh bentuk zina mata, telinga, bahkan imajinasi.


BAB 4: HAKEKAT PORNOGRAFI DALAM TINJAUAN TASAWUF

  • Pornografi mematikan rasa malu. Rasa malu adalah bagian dari iman.
  • Pornografi menanam benih dosa kecil yang tumbuh menjadi besar.
  • Hati menjadi keras dan jiwa menjadi gelisah.

BAB 5: NASEHAT ULAMA SUFI

  1. Hasan al-Bashri: "Jangan kamu buka satu pintu maksiat, karena kau tidak tahu seberapa jauh angin dosa akan membawamu."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Siapa yang matanya sibuk memandangi makhluk, maka hatinya akan buta memandang Sang Pencipta."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Hawa nafsu yang dilepaskan tak akan pernah puas kecuali menenggelamkan dirimu ke dalam lautan kehinaan."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Orang yang menjaga pandangannya adalah orang yang sedang berperang melawan setan dalam dirinya."

  5. Al-Hallaj: "Siapa yang tenggelam dalam keindahan dunia, akan buta terhadap keindahan cinta Ilahi."

  6. Imam al-Ghazali: "Pandangan yang haram adalah awal dari kehancuran jiwa. Bersihkan mata, maka hati akan tercerahkan."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Setiap pandangan yang tidak dijaga adalah langkah menjauh dari Allah. Maka tundukkan mata, dan Allah akan angkat derajatmu."

  8. Jalaluddin Rumi: "Cinta yang murni tak lahir dari mata yang kotor. Jaga matamu, maka cinta ilahimu akan hidup."

  9. Ibnu 'Arabi: "Setiap makhluk yang kau lihat dengan nafsu, akan menghalangi cahaya makrifat dalam jiwamu."

  10. Ahmad al-Tijani: "Zikir tanpa penjagaan diri dari pandangan haram adalah seperti menyalakan pelita di tengah badai."


BAB 6: RELEVANSI DI ZAMAN SEKARANG

  • Akses pornografi kini sangat mudah: lewat HP, media sosial, film, bahkan iklan.
  • Dampaknya nyata: kecanduan, kerusakan mental, kehilangan fokus belajar/kerja, rusaknya rumah tangga, meningkatnya kekerasan seksual.
  • Masyarakat perlu sadar bahwa ini bukan sekadar dosa pribadi, tapi wabah sosial yang menghancurkan generasi.

BAB 7: MUHASABAH DIRI

  1. Sudahkah aku menjaga pandanganku hari ini?
  2. Apa yang membuatku lebih memilih menonton sesuatu yang Allah benci daripada mengingat-Nya?
  3. Bagaimana keadaan hatiku setelah melihat hal yang haram? Tenang atau gelisah?
  4. Apakah aku lebih malu kepada manusia daripada kepada Allah?
  5. Apa yang akan kukatakan kepada Allah jika nyawaku dicabut saat sedang bermaksiat dengan mata?

Doa Muhasabah:

"Ya Allah, sucikan mataku dari pandangan haram, bersihkan hatiku dari niat buruk, dan kuatkan langkahku untuk senantiasa dekat kepada-Mu. Jangan Kau cabut nyawaku dalam keadaan bermaksiat, tapi dalam keadaan bertaubat. Aamiin.”


Penutup:

Menjaga pandangan adalah bagian dari menjaga hati. Hati yang jernih adalah kendaraan menuju cahaya Allah. Pornografi adalah musuh dalam selimut yang harus diwaspadai dan dilawan. Semoga Allah menjaga kita dan keturunan kita dari fitnah ini.


M. Djoko Ekasanu Penggiat Dakwah & Penjaga Hati

Buku berjudul “Bahaya Pornografi Menurut Islam” sudah saya buat, lengkap dengan:

  • Ayat Al-Qur'an (Arab, Latin, arti, dan tafsirnya)
  • Hadis-hadis terkait
  • Penjelasan hakekat bahaya pornografi dalam perspektif tasawuf
  • Nasihat dari 10 tokoh sufi besar
  • Relevansi dengan keadaan zaman sekarang
  • Panduan muhasabah diri

Silakan jika ingin menambahkan bab lanjutan, desain sampul, versi bahasa ringan, atau versi cetak—saya siap bantu.