Friday, May 16, 2025

Kejujuran.

 Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada di antara para Nabi yang sewaktu berangkat perang berkata kepada kaumnya: “Janganlah ikut kepadaku orang yang baru kawin dan belum berkumpul dengan istrinya: juga orang yang baru membangun rumah dan belum selesai bangunannya, atau orang yang membeli ternak kambing atau unta yang sedang menunggu kelahiran anaknya”. Maka berangkat: lah Nabi itu dengan sahabatnya. Ketika telah mendekati dusun yang ditujunya kira-kira pada waktu ashar atau hampir terbenam matahari, maka Nabi itu berkata kepada Matahari: “Hai matahari, engkau diperintah dan aku juga diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami”. Maka tertahanlah matahari sehingga Nabi itu dapat menguasai dusun itu. Kemudian dikumpulkan ghanimah (harta rampasan) itu dan didatangkan api untuk memakannya. Tapi api itu tidak mau memakannya, maka Nabi itu berkata: “Mungkin diantara kalian semua ada yang tidak ikhlas sehingga api tidak mau memakan barang ram. pasannya. Maka setiap kelompok disuruh untuk mengirimkan seorang utusan untuk dibaiat”. | Mendadak salah seorang dari mereka ada yang lengket tangannya tidak dapat dilepaskan dengan tangan Nabi. Maka Nabi berkata: “Didalam kelompokmu ada orang yang berkhianat/tidak ikhlas, dan semua orang yang berada dalam kelompokmu harus berbaiat kepadaku”. Setelah dibaiat ternyata ada dua atau tiga orang yang tangannya lengket dengan tangan Nabi. Akhirnya Nabi itu berkata: “Kamulah yang tidak ikhlas”. Kemudian mereka membawa emas sebesar kepala lembu dan diletakkan dihadapan Nabi itu, lalu datanglah api dan memakannya, Oleh karena itu tidak dihalalkan hasil rampasan perang dimiliki oleh seseorang sebelum kami. Kemudian Allah menghalalkan harta rampasan itu bagi kami dimana Allah mengetahui kelemahan kami. Jadi karena kami lemah, maka Allah menghalalkan harta rampasan itu bagi kami”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut mengandung banyak hikmah dan pelajaran penting, baik secara spiritual, sosial, maupun strategis. Berikut beberapa hikmah utamanya:

---

1. Pentingnya Ikhlas dalam Beramal

Penolakan api terhadap ghanimah menunjukkan bahwa amal yang tidak ikhlas atau dicampuri pengkhianatan tidak akan diterima Allah.

Orang-orang yang tangannya lengket sebagai tanda tidak ikhlas memberi pelajaran bahwa niat hati tidak bisa disembunyikan di hadapan Allah.

---

2. Kedisiplinan dan Seleksi dalam Kepemimpinan

Nabi tidak mengizinkan orang yang masih punya urusan dunia yang belum selesai (baru menikah, membangun rumah, atau menunggu kelahiran ternak) untuk ikut perang. Ini menunjukkan bahwa fokus, kesiapan mental, dan pengorbanan total dibutuhkan dalam jihad atau perjuangan.

---

3. Tunduknya Alam atas Perintah Allah

Matahari yang tertahan adalah bukti bahwa alam tunduk kepada perintah Allah dan bisa diintervensi untuk menolong hamba-hamba-Nya yang taat dan ikhlas. Ini menunjukkan kemuliaan para Nabi dan mukjizat yang diberikan kepada mereka.

---

4. Perubahan Syariat Secara Bertahap

Dalam syariat terdahulu, ghanimah tidak boleh dimiliki secara pribadi dan harus dibakar sebagai tanda diterimanya oleh Allah.

Namun syariat Islam menghalalkan ghanimah, karena Allah mengetahui kelemahan umat Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan rahmat dan kemudahan Islam dibandingkan syariat sebelumnya.

---

5. Bahaya Pengkhianatan Kolektif

Ketika satu orang berkhianat, satu kelompok bisa terkena dampaknya. Ini mengajarkan bahwa tanggung jawab sosial dan saling menjaga sesama anggota sangat penting dalam sebuah komunitas.

---

Hadis ini menanamkan nilai-nilai keikhlasan, tanggung jawab, kepemimpinan yang bijak, serta pentingnya kesiapan lahir dan batin dalam menjalani tugas dari Allah.

Apakah Anda ingin saya bantu membuat ringkasan visual atau infografik dari hikmah-hikmah ini?

-----

Hadis ini sangat relevan dengan kondisi di Indonesia saat ini, baik dari segi sosial, spiritual, maupun kepemimpinan. Berikut ini beberapa relevansi yang bisa diambil:

---

1. Keikhlasan dalam Amal dan Pengabdian

Relevansi:

Banyak pekerjaan sosial, politik, dan agama di Indonesia yang secara lahiriah tampak baik, namun sering disusupi niat pribadi seperti ambisi jabatan, keuntungan materi, atau pencitraan.

Pelajaran:

Amal tanpa keikhlasan tidak akan diterima oleh Allah.

Indonesia butuh pemimpin dan pelaksana yang bersih hatinya dan benar-benar mengabdi untuk kebaikan umat.

---

2. Kepemimpinan yang Selektif dan Bertanggung Jawab

Relevansi:

Dalam hadis, Nabi menyeleksi pasukan agar hanya yang fokus dan siap yang ikut berjuang.

Pelajaran:

Dalam konteks Indonesia, pemimpin dan pejabat publik seharusnya disaring tidak hanya dari kemampuan, tapi juga komitmen, integritas, dan kesiapan total.

Jangan beri tanggung jawab besar kepada yang masih terikat urusan pribadi atau belum matang secara mental dan spiritual.

---

3. Amanah dan Anti-Korupsi

Relevansi:

Pengkhianatan terhadap amanah dalam hadis (mengambil ghanimah diam-diam) mirip dengan korupsi di zaman sekarang.

Pelajaran:

Korupsi adalah bentuk ketidakikhlasan dan pengkhianatan terhadap kepentingan bersama.

Dampaknya bisa luas, bahkan satu orang korupsi bisa mencemari seluruh sistem atau instansi (seperti kelompok yang ikut dihukum dalam hadis).

---

4. Mujizat dan Doa Orang Shalih

Relevansi:

Walau kita tidak meminta matahari berhenti, kita percaya bahwa doa orang shalih dan ikhlas bisa mengubah keadaan bangsa.

Pelajaran:

Kekuatan doa dan spiritualitas tetap relevan.

Negara perlu lebih mendekat pada nilai-nilai ketuhanan dan mendukung gerakan-gerakan spiritual yang tulus.

---

5. Kemudahan Islam sebagai Rahmat

Relevansi:

Allah menghalalkan ghanimah karena mengetahui kelemahan umat Muhammad.

Pelajaran:

Islam memberi kelonggaran sesuai kebutuhan zaman.

Solusi terhadap masalah bangsa juga harus bijak, tidak kaku dalam aturan, tapi tetap dalam koridor syariat.

---

Hadis ini mengajarkan bahwa keberhasilan bangsa bukan hanya soal strategi atau kekuatan, tapi tentang keikhlasan, integritas, dan kedekatan pada Allah. Ini adalah cermin penting untuk memperbaiki keadaan Indonesia hari ini.