Saturday, December 20, 2008

Vaksin Kanker Payudara Belum Siap Diluncurkan


Penulis : Prita Daneswari

Vaksin Kanker Payudara Belum Siap Diluncurkan

cosmeticcompare.com

KEMUNGKINAN penggunaan vaksin kanker payudara pada manusia kini semakin tinggi, terlebih dengan adanya penelitian yang dilakukan terhadap tikus oleh para peneliti di Cleveland Clinic.

Para peneliti tersebut mengatakan uji coba vaksinasi tunggal dengan antigen alpha-laktoalbumin pada tikus menunjukkan hasil yang sangat baik. Terlihat, antigen itu dapat mencegah pembentukan kanker dan menghentikan pertumbuhan tumor. "Jika hal itu dapat terjadi pada manusia seperti halnya tikus, ini akan sangat monumental," kata ketua penelitian tersebut, ahli imunologi Vincent Tuohy, Minggu (30/5).

Uji coba vaksin ini terhadap manusia akan dimulai tahun depan. Jika berhasil, vaksin ini akan diaplikasikan kepada para perempuan berusia di atas 40 tahun, umur yang paling berisiko terkena kanker payudara.

"Frekuensi perempuan yang menyusui di awal usia 40-an sangatlah rendah. Maka kami akan menyasar perempuan usia tersebut guna mencegah mereka terkena kanker payudara," kata Tuohy.

Untuk perempuan muda yang berisiko besar terkena penyakit itu, vaksin itu dapat menjadi pilihan substitusional selain metode pengobatan mastektomi profilaksis.

Penelitian Tuohy akan dipublikasikan secara daring di Nature.com dan di Jurnal Nature Medicine pada 10 Juni.(Xinhua/Pri/OL-08)

Perempuan Kurus Berisiko Kanker Payudara


Penulis : Ikarowina Tarigan

Perempuan Kurus Berisiko Kanker Payudara

gracenglamour.com

ANAK perempuan kurus cenderung menderita kanker payudara di usia selanjutnya. Peneliti menemukan, perempuan yang kekurangan berat badan di usia tujuh tahun berisiko lebih besar menderita penyakit ini di usia tua dibandingkan perempuan dengan ukuran lebih besar.

Peneliti dari Karolinska Institute di Stockholm mengungkap, perempuan yang sedikit kelebihan berat badan di usia muda berisiko lebih kecil mengalami tipe tumor agresif yang sangat sulit diatasi. Menurut peneliti, temuan ini, bisa merintis jalan untuk menggunakan foto di masa anak-anak sebagai salah satu cara dalam memperhitungkan risiko kanker payudara perempuan.

Dalam studi yang dipublikasikan di The Breast Cancer Research journal, Kamis (15/4), ini, peneliti mempelajari 6.000 perempuan di Swedia. Lima puluh persen dari partisipan tersebut adalah pasien kanker payudara. Peneliti membagi partisipan ke dalam tiga kelompok berdasarkan kategori apakah badan mereka 'kurus', 'berukuran sedang' atau 'besar' saat berusia tujuh tahun. Partisipan menggunakan foto-foto dan memori mereka sebagai dasar.

Peneliti menemukan, perempuan yang lebih besar di usia muda berisiko lebih kecil menderita kanker payudara saat memasuki masa menopause.

Di sisi lain, penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa perempuan yang obesitas jauh lebih berisiko menderita kanker payudara. Selain itu, mereka juga bersiko 50 persen lebih besar meninggal akibat penyakit tersebut.

Peneliti menyatakan belum tahu mengapa anak perempuan kurus lebih berisiko menderita kanker payudara. Tapi temuan ini, terang peneliti, mempunyai implikasi penting dalam menentukan risiko perempuan.

"Temuan ini kelihatannya berlawanan, karena berat badan lahir besar dan indeks massa tubuh tinggi pada orang dewasa justru ditemukan meningkatkan risiko kanker payudara," terang pemimpin studi Jingmei Li, seperti dikutip situs dailymail.co.uk."Mekanisme perlindungan di balik badan kurus di masa anak-anak ini masih belum terjawab."

Studi ini juga menemukan bahwa anak perempuan dengan badan yang lebih besar berisiko lebih kecil mengalami tumor estrogen reseptor negatif, salah satu bentuk penyakit yang paling mematikan.

Kanker payudara merupakan bentuk kanker yang paling umum dijumpai pada perempuan. Berdasarkan perkiraan, terang Li, satu dari sembilan perempuan akan mendapatkan penyakit ini dalam rentang kehidupan mereka.

Telanjang Dada Kampanye Antikanker Payudara


Penulis : prita daneswari

Telanjang Dada Kampanye Antikanker Payudara

lightstalkers.org

SEBUAH website majalah perempuan asal Selandia Baru melakukan cara yang terbilang unik dan nekad dalam rangka mendukung kampanye kanker payudara. Mereka menyeru kepada kaum perempuan untuk turut mengampanyekan dukungan terhadap kewaspadaan dini kanker payudara dengan mengirimkan gambar mereka yang bertelanjang dada (topless) untuk bisa dipublikasikan di internet.

Website bernama www.nzgirl.co.nz itu tengah berupaya mengumpulkan dana melalui program yang dinamai I've Got a Lovely Pair. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan bahaya kanker payudara. Meski berniat baik, kegiatan mereka banyak mendapat kritik dari beberapa kalangan.

Untuk setiap 50 foto yang diunggah, Nzgirl berjanji untuk mendonasikan US$750 ke yayasan kanker payudara. Editor website tersebut, Tee Twyford berujar maksud dari program itu yakni mendorong kaum perempuan agar lebih memedulikan payudara mereka dengan melakukan pendeteksian awal bila merasa ada sesuatu yang janggal pada payudara. "Strategi di belakang program ini yakni dengan memfokuskan bahwa payudara masih saja menjadi topik yang kontroversial di beberapa negara yang cukup konservatif," tulisnya di website itu, Kamis (2/11).

"Semestinya kita kaum perempuan sadar bahwa payudara merupakan bagian tubuh yang memiliki banyak peran dan berkaitan secara fungsional, rasional, emosional, dan seksual," ujarnya.

Di lain pihak, kampanye unik ini juga menimbulkan banyak opini hingga menjadi perdebatan di stasiun radio negara itu. "Saya sangat meragukan Nzgirl akan mampu memajang foto-foto mereka yang telah sembuh dari kanker payudara, " kata seorang warga, Bonnie Hartfield.

Sementara itu, Ketua Eksekutif Yayasan Kanker Payudara Selandia baru Evangelia Henderson berkata kepada Fairfax Media bahwa pihaknya tidak akan berkomentar mengenai cara pihak selain yayasannya dalam mengumpulkan dana. Meski begitu, ia menyartakan pihaknya tak akan melakukan cara yang serupa dengan Nzgirl. (Pri/OL-06)

Masturbasi Tingkatkan Risiko Kanker Prostat


Penulis : Ikarowina Tarigan

Masturbasi Tingkatkan Risiko Kanker Prostat

www.sflca.org/images

Sebuah studi menunjukkan, masturbasi dalam frekuensi tinggi pada laki-laki muda meningkatkan risiko alami kanker prostat, tetapi masturbasi menurunkan risiko kanker prostat pada laki-laki berusia 50-an.

Tingginya kadar hormon seks, androgen, pada laki-laki akan meningkatkan risiko terserang kanker prostat. Tetapi, beberapa studi menunjukkan hasil yang berbeda.

Untuk menjawab pertanyaan ini, tim peneliti dari England's University of Nottingham mencaritahu apakah laki-laki dengan intensitas dorongan seksual yang tinggi lebih berisiko terkena kanker prostat.

Hasil penelitian sangat mengejutkan. Hubungan intim tidak mempengaruhi risiko kanker prostat. Tetapi masturbasi dengan frekuensi tinggi bisa meningkatkan risiko kanker prostat.

Masturbasi dengan frekuensi tinggi yang dilakukan laki-laki usia 20-an dan 30-an akan meningkatkan risiko kanker prostat tetapi laki-laki usia 50-an yang melakukan masturbasi mengalami penurunan risiko kanker prostat.

Tentu saja tingkat keseringan masturbasi ini relatif. Bagi laki-laki yang berusia 20-an, dikatakan "masturbasi frekuensi tinggi" jika melakukan masturbasi sebanyak 2-7 kali per minggu. Dibandingkan dengan laki-laki seusia ini yang melakukan masturbasi kurang dari sekali perbulan, mereka yang melakukan masturbasi frekuensi tinggi memiliki risiko 79% lebih tinggi menderita kanker prostat pada usia 60 tahun.

Bagi laki-laki yang berusia 50-an, dikatakan melakukan "masturbasi frekuensi tinggi" jika mereka melakukannya sekali atau lebih per minggu. Dibandingkan dengan laki-laki seusianya yang tidak pernah melakukan masturbasi, mereka yang melakukan masturbasi memiliki risiko kanker prostat 70% lebih rendah.

Apa penyebabnya? Studi ini tidak menjawabnya, tetapi Dimitropoulou dan teman-temannya mengeluarkan beberapa teori. Menurut mereka, laki-laki muda secara genetik memeiliki hormon yang sensitif kanker prostat dan risikonya akan semakin tinggi jika tubuh secara alami memproduksi hormon laki-laki dalam kadar tinggi, hormon yang meningkatkan intensitas dorongan seksual mereka.

Jadi, bukan masturbasi yang meningkatkan risiko kanker prostat pada laki-laki muda. Semakin banyak masturbasi, artinya semakin banyak dorongan seksual, dan semakin banyak androgen yang membasahi jaringan prostat.

Masalahnya berbeda dengan laki-laki yang lebih tua. Menurut Dimitropoulou, pada laki-laki yang lebih tua, masturbasi justru bisa membantu membersihkan cairan kelenjar prostat yang mungkin mengandung substansi penyebab kanker.

"Pada usia tua, sangat penting untuk mengeluarkan racun dari sistim tubuh," katanya."Dan karena frekuensi masturbasi pada usia 50-an tidak sesering saat mereka masih berusia 20-an, bahkan masturbasi dengan kadar rendah juga bisa melindungi."

Dimitropoulou dan teman-temannya melaporkan penemuan ini di BJU International edisi Januari.

Jari Manis Panjang Berisiko Kanker Prostat


Penulis : prita daneswari

Jari Manis Panjang Berisiko Kanker Prostat

fingerlengthdigitratio

BAGI Anda kaum pria, kini ada cara mudah yang bisa mengetahui apakah Anda berisiko mengidap kanker prostat atau tidak. Cara mudah itu yakni hanya dengan melihat ukuran jari tangan.

Para ilmuwan menemukan bahwa pria yang telunjuknya lebih panjang daripada jari manis berisiko kecil mengidap penyakit itu. Berarti mereka yang memiliki jari manis lebih panjang punya risiko lebih terkena kanker prostat. Hal itu, kata peneliti, terkait dengan kurangnya paparan hormon seks testosteron di dalam rahim.

Para ilmuwan menemukan kesimpulan itu setelah menganalisis sebanyak 1.500 pasien kanker prostat dan sekitar 3.000 pria sehat. Para partisipan ditunjukkan gambar-gambar jari tangan dengan ukuran yang berbeda-beda dan diminta untuk mengidentifikasi gambar mana saja yang serupa dengan jari tangan mereka sendiri.

Lebih dari separuh kelompok penderita kanker prostat memiliki telunjuk yang lebih pendek ketimbang jari manis atau berukuran sama yakni sebesar 19 persen dari keseluruhan partisipan.

Pola itu bahkan semakin jelas pada pria berusia lebih dari 60 tahun. Mereka 87 persen berisiko lebih kecil terkena kanker prostat bila memiliki telunjuk yang lebih panjang.

"Penemuan menarik ini memberi arti bahwa ukuran jari tangan bisa digunakan sebagai totol ukur risiko kanker prostat bagi pria ketimbang menjalani proses screening. Supaya lebih signifikan tekni ini bisa dikombinasikan dengan sejarah medis keluarga atau tes genetik," kata Profesor Ros Eeles, dari Institut Penelitian Kanker. (Pri/OL-06)