Thursday, November 25, 2010

"Ma, Ade Sariawan"

"Ma, Ade Sariawan"

Rohedi/nakita

G ara-gara sariawan, si kecil pun emoh makan ? Bagaimana mengobatinya ?

Siapa bilang sariawan cuma milik orang dewasa? Anak kecil, bahkan bayi pun, bisa terkena. Simak saja pengalaman Ibu Reni saat anaknya (6 bulan) sudah beberapa hari rewel dan tak mau makan, "Badannya agak panas. Lalu saya buka mulutnya. Eh, ternyata ada bercak putih kecil di pipi bagian dalam. Saya bersihkan pakai kasa tak hilang. Rupanya dia sariawan."

Memang, menurut dr. Rini Sekartini, SpA, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, "Sariawan pada bayi agak sulit diketahui." Umumnya orang awam mengaitkan sariawan ini dengan panas dalam. "Mungkin karena terasa panas pada tenggorokan dan biasanya tampak bercak putih di bagian luar seperti bibir," jelasnya.

Nah, mengapa sariawan bisa terjadi pada anak?

JENIS SARIAWAN

Kasus sariawan pada anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada anak yang sering terkena dan ada juga yang jarang sekali sariawan. "Dikatakan sering bila dalam sebulan terjadi sariawan 2-3 kali. Proses penyembuhannya juga cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau bisa sampai 2 minggu," ujar Rini. Jadi, kalau sebulan saja dia dua kali terkena sariawan, maka sepanjang bulan itu anak terus menderita sariawan.

Berdasarkan lokasinya, sariawan pada anak, baik itu bayi maupun balita, lebih sering terjadi pada bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Jarang sekali terjadi sariawan di gusi. Munculnya pun hanya satu, paling banyak dua. Tidak pernah berjejer seperti yang terjadi pada orang dewasa.

Ada beberapa jenis sariawan yang kerap terjadi pada anak. Di antaranya stomatitis apthosa , yaitu sariawan karena trauma, misalnya tergigit atau terkena sikat gigi sehingga luka atau lecet. Lalu, sariawan oral thrush/moniliasis , yang disebabkan jamur candida albican. Biasanya sariawan ini banyak dijumpai di lidah. Ada pula stomatitis herpetik yang disebabkan virus herpes simplek. Sariawan jenis ini berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

"Umumnya sariawan yang terjadi pada bayi disebabkan oleh jamur. Sedangkan pada anak balita disebabkan oleh trauma dan juga jamur," jelas Rini

Proses terjadinya sariawan apthosa adalah karena gigitan atau tersodok sikat gigi sehingga menimbulkan luka/lecet. Jika kemudian kuman masuk dan daya tahan tubuh anak sedang turun, maka bisa terinfeksi. Timbul peradangan dan melahirkan rasa sakit atau nyeri.

Sedangkan pada sariawan moniliasis , dalam keadaan normal jamur memang terdapat dalam mulut. Saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah dengan penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, maka akan memudahkan jamur candida albican tumbuh lebih banyak lagi.

Sementara itu sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah.

MENGENALI GEJALA

Wajar jika para ibu sulit melihat tanda-tanda sariawan pada bayi, karena ia belum bisa bicara sehingga tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya. "Umumnya gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat Celcius." Bayi pun banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. "Mulut pun berbau. Biasanya karena kuman atau jamurnya," jelas Rini.

Sedangkan pada anak balita, lebih mudah terdeteksi karena dia sudah bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Terkadang disertai suhu yang naik, tapi tidak terlalu tinggi. Biasanya juga disertai berkurangnya nafsu makan.

"Jika pada bayi dan balita ditemui gejala seperti itu, sebaiknya orang tua memeriksa bagian mulutnya," anjur Rini. Dan memang seharusnya dilakukan pemeriksaan mulut secara rutin. Mulut anak dibuka dengan menggunakan alat spatel lidah yang berbentuk besi pipih dan panjang. Tekan lidah dengan alat ini, agak diturunkan sedikit, sehingga dapat terlihat bagian dalam mulut yang terkena sariawan.

Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil. Warnanya putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm. Kemudian berkembang berbentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan terlihat berbentuk seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar, melebar, atau menjalar seperti halnya bisul.

Biasanya pemunculan vesikel ini bersamaan dengan timbulnya panas. Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.

Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh, paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.

PENANGANAN

Kendati sepele, anak jadi sering sulit makan gara-gara sariawan. Karena itu saat memberi makan sebaiknya suapi dengan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan memberi minum lewat gelas, bukan dengan botol. Hal ini untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan agar tidak menimbulkan gesekan dan trauma.

Makanan pun sebaiknya yang lembut atau cair. Prinsipnya, yang mudah ditelan dan suapi setelah makanan agak dingin agar tak menambah luka. Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B dapat mempercepat proses penyembuhan, misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Sedangkan kekurangan vitamin C bisa mempermudah timbulnya kembali sariawan.

Jika setelah diberi obat, biasanya obat kumur, tapi anak tak jua sembuh, maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena kuman yang bertambah, pemakaian obat dengan dosis yang tidak tepat/kurang, atau cara memberi makanan pada anak sariawan menyebabkan anak trauma lagi di lidah. Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak memang rendah.

Menurut Rini, anak yang sering sariawan lebih banyak karena daya tahan tubuhnya rendah, juga karena kebersihan mulut dan gigi tak terjaga.

Jadi, jangan pernah bosan melatih si kecil untuk menjaga kebersihan mulut dan giginya.

Dedeh Kurniasih/nakita

Mewaspadai Tumor Pada Anak

Mewaspadai Tumor Pada Anak

Rohedi/nakita

Karena keberadaannya sulit dideteksi, orang tua wajib mewaspadai gejalanya. Tumor jenis apa yang bisa diderita anak dan cara-cara apa yang digunakan untuk mengobatinya?

Dalam istilah kedokteran, tumor berarti pembengkakan atau benjolan. Ia bisa bersifat jinak, juga ganas, tergantung dari gambaran sifat sel-selnya di bawah mikroskop. Dari situ bisa dipastikan, jenis serta pertumbuhan tumor. Tak hanya itu. Dari sifat biologisnya juga bisa dilihat mengenai pembesaran, penyebaran, dan gangguan tumor.

"Adanya benjolan atau massa tumor pada seorang anak, harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya penyakit keganasan yang dikenal sebagai kanker," jelas dr. Endang Windiastuti, MD, MM (Paed), dari Sub Bagian Hematologi-Onkologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pada anak, tumor di organ tubuh letaknya cenderung pada bagian dalam tubuh alias susah terlihat. Nah, karena itulah terkadang anak yang menderita tumor terlambat datang ke dokter dan tahu-tahu tumornya sudah dalam keadaan stadium lanjut.

Apa sebetulnya penyebab tumor dan bagaimana menangani anak yang terkena tumor?

PENYEBAB

Secara garis besar, penyebab tumor memang belum diketahui. Misalnya, mengapa sel yang tadinya tumbuh normal berubah jadi ganas atau mengapa sel tersebut tak mau mati malah tumbuh dan tak bisa dikendalikan oleh sistem yang ada dalam tubuh. Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan penyebab terjadinya tumor/kanker pada anak. Namun, sampai saat ini belum ada yang dapat menerangkan dengan jelas dan tuntas.

"Karena anak masih memiliki keterbatasan umur, maka kemungkinan faktor kebiasaan seperti makan, paparan pada bahan kimia yang bersifat karsinogen, juga masih sangat terbatas. Dengan kata lain, hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai penyebabnya," jelas Endang.

Berbagai hal, yaitu kemungkinan adanya kondisi tertentu dalam tubuh si anak, hingga saat ini juga masih dalam penelitian ahli. Misalnya, adanya kelainan genetik atau kromosom, yang oleh karena pengaruh dari luar (misalnya virus) dapat menyebabkan kanker. Demikian pula adanya kekurangan dalam sistem imunitas dapat meningkatkan kejadian penyakit keganasan pada anak. Sinar-X (sinar radioaktif) juga dikaitkan dengan terjadinya tumor/kanker pada anak. Selain itu, paparan sinar radioaktif pada seorang ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor/kanker pada janinnya kelak.

Bila dikaitkan pada anak, jelas Endang, "Teorinya masih dikarenakan infeksi virus. Infeksi virus menyebabkan perubahan sel sehingga sel itu menjadi ganas. Ada lagi karena gen berubah atau mutasi. Penyebab mutasi ini mungkin ada hubungannya karena zat kimia, virus, atau lainnya.

GEJALA PENGOBATAN

Pengenalan dini gejala yang ditimbulkan oleh penyakit keganasan, khususnya pada anak, amat sulit. Bisa terdeteksi dan bisa juga tidak sebab gejala yang ada umumnya tidak spesifik. "Rasa curiga ada sesuatu yang ganas baru muncul setelah gejalanya terlihat mencolok," ungkap Endang. Gejala yang sering tampak adalah demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas. Suhu tubuh bervariasi, sekitar 38-38,5 derajat Celcius dan kendati sudah diberi obat penurun panas, suhu meningkat lagi setelah menurun sesaat. Selain itu, terjadi penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat. Ini terjadi karena nafsu makan yang menurun.

Menurut statistik, kanker yang paling banyak terjadi pada anak adalah leukimia akut, disusul kanker kelenjar getah bening (limfoma malignum), kanker mata (retinoblastoma), kanker saraf (neuroblastoma), kanker ginjal (nefroblastoma), dan lain-lain. "Yang jelas, kanker yang ditemukan pada anak berbeda dan sangat jarang ditemukan pada orang dewasa."

Berbagai cara pengobatan sudah ditemukan dan dikembangkan. Tujuannya, tentu saja untuk mencapai kesembuhan. Antara lain dengan kemoterapi, pengobatan bedah, dan radioterapi. Di samping itu, telah dikembangkan pula pengobatan dengan transplantasi sumsum tulang.

"Khusus untuk pasien anak yang proses tumbuh kembangnya sedang berlangsung, ahli harus memperhatikan beberapa aspek pengobatan lainnya," ujar Endang. Seperti nutrisi yang cukup, penanggulangan infeksi dan rasa nyeri, serta pendekatan psikologis anak dan keluarganya.

TINGKAT KESEMBUHAN

Karena hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab tumor/kanker pada anak, maka yang penting dilakukan setelah ditemukan adanya tumor adalah pengobatan yang intensif. "Ini pun tak banyak menjanjikan pada pasien. Angka kesembuhannya tergantung jenis tumor/kanker," lanjut Endang.

Hampir semua tumor dan kanker pengobatannya memakan waktu satu setengah sampai dua tahun. Untuk leukimia pada fase awal dinamakan fase induksi. Fase ini paling berat karena anak harus dirawat kurang lebih selama 6-7 minggu. Anak akan diberi obat dengan cara suntik langsung ke pembuluh darah, lewat infus, atau lewat punggung ke susunan saraf pusat.

Obat tersebut menimbulkan efek samping yang berat. Membuat rambut rontok, anak menggigil, panas, sariawan, mencret. Karena itulah dalam fase induksi ini anak harus dirawat di rumah sakit untuk diobservasi. Setelah itu baru dilakukan operasi sumsum tulang, apakah sudah sembuh atau belum. Bila anak dinyatakan remisi (sembuh) maka ia bisa berobat jalan.

Selain kemoterapi, anak penderita kanker juga menjalani radiasi yang dilakukan setelah fase induksi. Sedangkan untuk tumor-tumor padat (solid tumor) seperti tumor ginjal, mata, kelenjar getah bening, dan lainnya, biasanya dilakukan bedah, kemoterapi, dan radiasi.

Jika masih memungkinkan, biasanya tumor akan diangkat dulu, dengan mengambil jaringan sebanyak mungkin. Setelah itu dilihat lewat mikroskop untuk menentukan jenisnya. Ini penting untuk menentukan jenis pengobatan. Apakah radiasi dulu atau kemoterapi. Atau mungkin tak perlu kemoterapi, cukup dibedah. Seandainya pada saat bedah ternyata tumor sudah menjalar ke mana-mana, jaringan yang diambil cukup sedikit, lalu dilakukan biopsi.

Dari situ bisa diketahui, seberapa jauh stadium tumor/kanker yang diderita. Untuk tumor stadium lanjut, misalnya, kemoterapi dan radiasi memegang peranan penting. "Jadi, sebetulnya makin dini pasien datang, bila dengan bedah bisa diangkat bersih, kemungkinan hidup akan lebih baik," jelas Endang.

Sayangnya sampai saat ini upaya pencegahan tumor belum ada. Jadi, pandai-pandailah kita mendeteksi gejala yang mencurigakan. Pendek kata, begitu ada yang tak beres pada anak, segera konsultasikan ke dokter.

Jenis Kanker Pada Anak

* Leukimia

Dikenal dengan kanker darah. Gejala leukimia akut ditandai dengan demam berkepanjangan. Anak tiba-tiba pucat (mendadak) tanpa ada perdarahan. Perdarahan dapat terjadi misalnya di kulit atau di gusi bila sikat gigi, atau mimisan tanpa sebab. Kemudian muncul warna biru-biru di kulit.

Masing-masing gejala ini tak bisa berdiri sendiri. Kaki anak yang biru-biru, misalnya, tak berarti ia leukimia jika tanpa disertai gejala di atas. Selain itu, berat badan menurun dan nafsu makan turun.

* Limfoma

Merupakan kanker kelenjar getah bening. Keluhannya biasanya dengan membesarnya perut. Juga ada pembesaran kelenjar getah bening dengan cepat tanpa rasa nyeri dan tanpa tanda-tanda infeksi yang terjadi pada suatu tempat (umumnya di leher) atau di tempat lain. Kemudian, ada atau tanpa gangguan kencing, panas badan yang naik-turun, nafsu makan dan berat badan turun, anak lesu tak mau bermain.

Dokter akan mendeteksi lewat rontgen dan kemudian mengirimnya ke rumah sakit untuk dilakukan klarifikasi lebih lanjut.

* Retinoblastom

Jadi, dalam stadium dini belum muncul benjolan. Padahal, bila masih dini, bisa dilakukan operasi retina oleh dokter mata. Keadaan yang berkelanjutan bisa menimbulkan pembengkakan retina. Bila bola mata menonjol keluar maka hal ini menandakan keadaan yang telah lanjut dan bisa menimbulkan kebutaan. Kondisi ini dikhawatirkan menyebar ke otak dan sumsum tulang.

* Kanker Otak

Tumor otak umumnya menimbulkan keluhan sakit kepala, disertai mata juling, dan pandangan ganda. Apabila telah lanjut dapat menimbulkan sakit kepala yang sangat hebat, muntah-muntah, dan anak tak dapat berjalan karena terdapat gangguan koordinasi.

* Kanker Tulang

Keganasan pada tulang harus dicurigai bila timbul pembengkakan yang makin membesar pada salah satu tungkai.

* Kanker Perut

Umumnya tumor/kanker perut hampir tidak menimbulkan keluhan atau belum timbul keluhan walaupun tumor sudah dapat diraba. Biasanya adanya tumor dalam rongga perut dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan keras. Hal ini diketahui pada saat anak dimandikan. Gejala yang tampak, misalnya perut tiba-tiba membesar. Anak makin lama makin kurus dan pucat.

Aneka Pengobatan

Pengobatan kanker dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:

* Kemoterapi

Dilakukan dengan menggunakan obat sitostatik yang berkhasiat membunuh sel kanker dan berefek samping rendah terhadap sel normal. Cara kerjanya adalah menghentikan proliferasi/perkembangan sel-sel kanker tersebut. Sedangkan untuk sel-sel yang normal diusahakan hanya sedikit menerima pengaruh pengobatan tersebut.

Dasar dari mekanisme obat untuk memilih sasaran tersebut terletak pada perbedaan tingkat proliferasi sel. Karena itu sel normal dari jaringan yang tergolong tingkat proliferasinya tinggi tak luput dari sasaran obat sebagai efek samping. Jaringan yang peka terhadap efek samping ini adalah sumsum tulang, saluran pencernaan, folikel rambut, dan kulit. Sitostatika ada yang bekerja secara spesifik pada suatu siklus sel, ada pula yang non spesifik.

Menurut Endang , efek samping kemoterapi adalah munculnya rasa mual, anak tak nafsu makan karena pengaruh obat yang digunakan. Dalam hal ini, orang tua tak perlu memaksa anak untuk makan banyak dulu. Yang penting, kalorinya terpenuhi.

* Radioterapi

Merupakan salah satu pengobatan yang penting dalam penyakit keganasan sebab pengobatan ini dapat mengecilkan tumor serta menghilangkan beberapa gejala klinis. Radiasi yang diberikan akan menghambat ikatan kimia yang diperlukan untuk pembentukan sel.

* Bedah

Pembedahan tumor dapat dilakukan secara primer pada waktu diagnosis ditegakkan, atau pada pengamatan kedua setelah dilakukan pengobatan cara lain (kemoterapi atau radioterapi). Cara kedua ini lebih lazim dilakukan terhadap massa tumor yang terlalu besar atau kalau letaknya dapat menimbulkan gangguan misalnya pada wajah atau alat kelamin.

Pada tindakan pembedahan, yang harus diusahakan adalah mengangkat seluruh massa tumor dengan utuh. Selama pembedahan, jaringan di sekitar tumor dan kelenjar getah bening yang mengelilinginya harus diamati dengan teliti terhadap kemungkinan penyebaran tumor.

Dedeh Kurniasih/nakita

Kuning Karena Wortel?

Kuning Karena Wortel?

Dokter, putri pertama saya (8 bulan) lahir lewat operasi sesar. Saat ini BB 8 kg dan PB 67 cm. Sejak lahir sampai sekarang sudah minum susu formula, kemudian usia 6 bulan diberi makan bubur saring yang campurannya terdiri dari ayam, ikan salmon, hati ayam, dan wortel. Pada usia 7;6 bulan saya bawa ke dokter untuk imunisasi. Kemudian dokter tersebut menanyakan apakah anak saya dikasih wortel? Kemudian saya jawab ya. Lantas dokter menyarankan agar anak saya tidak diberikan wortel dan pepaya dahulu karena mengandung zat karoten yang menyebabkan anak saya jadi kuning. Dokter juga menyarankan agar setiap pagi dijemur di bawah sinar matahari. Saya sudah melakukan instruksi dokter namun kuningnya belum hilang juga. Apa betul kuningnya karena makan wortel? Sampai kapan harus menghindari wortel dan pepaya? Apa ada kaitan dengan orangtua yang pernah sakit kuning? Makanan apa lagi yang mengandung karoten yang harus dihindari? Terima kasih atas jawabannya.

Angelina, Jateng

Beberapa makanan kaya akan betakaroten, seperti wortel, pepaya, dan tomat. Jika diberikan berlebih akan menimbulkan timbunan betakaroten di kulit. Sebaiknya tidak diberi setiap hari apalagi jika digabung dan dalam jumlah cukup banyak. Dapat diberikan, misalnya 2 kali seminggu.

Kuning karena betakaroten beda dengan "penyakit kuning". Kuning karena betakaroten akan tampak agak kemerahan, juga tampak pada mata. Jika karena kelebihan betakaroten, mata tidak akan kuning sedangkan pada "penyakit kuning", mata akan tampak kuning.

Tidak ada hubungan dengan sakit kuning pada orangtua. Setelah makanan yang kaya betakaroten dihentikan, biasanya akan butuh waktu beberapa minggu sampai kuning hilang. Jika kuning sudah hilang, boleh diberi kembali, tapi cukup sekitar 2 kali seminggu saja dan jangan berlebih.

Jika Anak Batuk Berkepanjangan

Jika Anak Batuk Berkepanjangan

Rohedi/nakita

B erawal dari demam dan batuk pilek biasa. Eh, kok, lama-lama batuknya terus menerus dan kuat. Seperti tiada hentinya.

Betapa kasihan melihat si kecil terserang batuk seperti itu. Terus menerus, seperti tak ada jedanya. Si kecil nyaris sulit tidur, karena gangguan batuknya yang hebat. Dan bunyi batuknya sangat khas. Biasanya 5-10 kali batuk kuat, kemudian terdengar bunyi melengking.

Batuk jenis yang satu ini memang bandel. Dunia kedokteran menyebutnya dengan batuk rejan/pertusis atau kinkhoest (bahasa Belanda, Red.). Kita sering menyebutnya dengan batuk seratus hari. "Bukan berarti masa batuknya seratus hari, lo. Dikatakan demikian karena batuknya memang dalam waktu yang lama. Bisa 6-8 minggu atau sampai 3 bulan," jelas Dr. Najib Advani, SpAK. MMed. Paed, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Mengapa, sih, batuknya begitu bandel? Untuk diketahui, wabah pertusis sudah ada sejak abad ke-16. Tetapi, kuman penyebabnya, Bordetella pertussis, baru ditemukan sekitar tahun 1906 oleh Bordet dan Gengou. Dan di negara-negara berkembang penyakit yang satu ini menjadi salah satu penyebab terbesar gangguan kesehatan dan kematian pada anak.

TIGA STADIUM

Batuk rejan mudah sekali timbul, menyebar dan juga menular. Terutama di perumahan padat dan kumuh, yang kurang memadai segi higienisnya. Cara penularannya, terang Najib, bisa melalui udara yang mengandung kuman-kuman pertusis yang kemudian terhirup. Kuman-kumannya akan hinggap pada bulu-bulu getar di lapisan lendir saluran pernafasan. Dan kuman yang menghasilkan racun pertusis ini akan menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain.

Batuk rejan ini bisa ditularkan dari orang dewasa atau dari anak di lingkungan sekitarnya. "Mungkin, pada orang dewasa batuk rejannya tak begitu berat, tapi menjadi berat begitu menular kepada anak."

Masa inkubasi batuk rejan dimulai dari masuknya kuman sampai timbul gejala penyakitnya. Lamanya berkisar antara 6-20 hari. "Umumnya sekitar tujuh hari."

Batuk rejan terbagi dalam tiga stadium. Stadium awal/katarhalis, lamanya 1-2 minggu. Stadium kedua/paroksismal, lamanya 2-4 minggu. Ketiga, stadium perbaikan/konvalesen, lamanya 1-2 minggu.

Terkadang, pada kasus tertentu, saking kuatnya batuk anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah dan berair, mukanya merah karena batuknya sampai mengejan, nafasnya susah sehingga muka anak tampak kebiru-biruan. Bahkan, diantara batuk tersebut anak tak bisa bicara.

Jelaslah, kata Najib, pada stadium paroksismal ini gejalanya berat sekali. "Jadi, bisa dibayangkan kalau batuk rejan ini terjadi pada bayi. Kita kasihan karena ia akan menderita sekali. Padahal, batuk yang sedang kuat-kuatnya ini bisa berlangsung sampai 4 minggu."

Bahkan, pada stadium ini bisa timbul komplikasi, seperti timbul perdarahan di hidung/mimisan, batuk berdarah yang ditimbulkan oleh batuk yang kuat sehingga menyebabkan luka pada saluran nafas. Bisa juga timbul perdarahan di dalam kedua matanya, terutama pada bagian putih mata. "Bahkan perdarahan di otak pun mungkin saja terjadi. Dan konsekuensi dari perdarahan di otak bisa menimbulkan kejang-kejang atau bahkan menyebabkan anak lumpuh," terang Najib.

Komplikasi lainnya, bisa juga menyebabkan kolaps paru, paru-parunya jadi kempes akibat batuk terlalu kuat. Bisa terjadi pula radang paru-paru atau pnemonia.

Pada bayi umumnya terjadi gangguan sesak nafas karena banyaknya lendir. Selain itu, bila lendir masuk ke telinga bisa menimbulkan congekan.

Sedangkan pada stadium konvalesen/perbaikan, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih. Umumnya setiap penderita akan melewati ketiga stadium tadi. Yang jelas, batuk rejan lebih sering diderita oleh anak perempuan. Hal ini diduga karena daya tahan tubuh anak perempuan lebih rentan ketimbang anak laki-laki.

PENANGANAN

Lantas, bagaimana penanganan terhadap penderita batuk rejan ini? Sebaiknya segera bawa anak ke dokter agar tidak terjadi komplikasi macam-macam. "Sebaiknya pengobatan batuk rejan dilakukan pada stadium awal. Agar bisa terhindar dari berbagai komplikasi yang mungkin ditimbulkannya. Lagipula, untuk mempersingkat waktu sakitnya," anjur Najib.

Biasanya pada awal pengobatan diberikan antibiotik untuk mematikan kuman. Selain itu, kata Najib, juga diberikan obat untuk menekan/mengurangi dan menghentikan batuk supaya anak tak terganggu. Dianjurkan pula untuk istirahat yang cukup, minum yang banyak dan makan yang baik. "Ada juga makanan yang harus dihindari, seperti makanan yang membuat gatal tenggorokan dan merangsang batuk. Misalnya es, makanan atau minuman yang dingin-dingin, goreng-gorengan, permen, dan coklat."

Pada bayi, dianjurkan dengan pembersihan jalan nafas atas. Jadi adakalanya diperlukan fisioterapi dengan penguapan di hidung atau disedot dengan sebuah alat penyedot untuk mengeluarkan lendir, melalui hidung dan mulut.

Batuk rejan ini bisa berulang, karena daya tahan tubuh si anak memang belum sebaik orang dewasa. Tetapi tentu tidak akan separah dan sehebat sakit batuk yang pertama. "Kemungkinan kambuh ini lebih banyak terjadi pada anak yang tidak menerima imunisasi, gizi kurang, lingkungan kurang hiegienis, dan terjadi kontak dengan orang yang sakit batuk rejan," jelas Najib.

IMUNISASI SEBAGAI PENCEGAHAN

Langkah pencegahan terbaik dengan memberi anak imunisasi DPT (Diphtheria Pertusis Tetanus). Imunisasi ini diberikan saat anak berusia 3, 4, dan 5 bulan. Kemudian diulang lagi saat anak berumur 1,5-2 tahun, dan kemudian saat berumur 6 tahun.

Tetapi, perlu diketahui, imunisasi ini memiliki efek samping menyebabkan panas tinggi, sekitar 38-39 derajat Celcius. Sehingga orang tua perlu ekstra hati-hati menjaga kondisi si kecil.

Kecuali itu, efek samping yang lain dari imunisasi ini lebih sering menimbulkan bengkak kecil pada bekas suntikan, berwarna merah dan rasa nyeri. "Akibatnya anak jadi rewel dan susah tidur, karena reaksi yang hebat dari vaksin tersebut. Tetapi, tentu saja jauh lebih baik diberikan imunisasi tersebut, daripada terkena pertusisnya."

Karena, hampir tujuh puluh persen anak yang tak mendapat imunisasi DPT bisa terkena pertusis. Bila anak mendapatkan vaksinasi pertusis kemungkinan terkena batuk rejan akan kecil karena sudah terlindungi. "Memang tak seratus persen terlindungi, tapi kalau, toh, terkena akan ringan."

Umumnya anak yang memiliki bakat kejang demam tidak diberi vaksinasi DPT, tapi DT saja. Tetapi, saat ini di luar negeri sudah ada vaksin pertusis tipe aselular. Vaksin ini jauh lebih ringan, hampir tak menimbulkan demam. "Jadi, bila mau memberikan vaksin DPT harus dilihat anaknya. Bila anak pernah mengalami radang otak, kejang demam, maka pemberian vaksin tersebut harus hati-hati. Karena bisa menyebabkan kejang demam kumat. Jadi dalam pemberian vaksin DPT tersebut bukan mutlak tak boleh diberikan, tapi dilihat dulu untung ruginya bagi anak," jelas Najib.

Nah, kini Ibu dan Ayah sudah lebih jelas lagi mana yang terbaik buat si buah hati. Begitu, kan?

Dedeh kurniasih/nakita

Ih, Kok Bisulan Melulu

Ih, Kok Bisulan Melulu

Rohedi/nakita

I ni hal sepele yang kerap diderita anak tapi sering bikin kita jengkel. Habis, baru sembuh sebentar, eh sudah muncul lagi.

Pasti anak Ibu banyak makan telur, makanya bisulan." Begitu, kan, komentar yang sering kita dengar? Padahal, itu sama sekali tak benar! "Itu cuma mitos," ujar dr. Titi Lestari Sugito, SpKK. "Enggak ada kaitannya, kok, antara telur dan bisulan," lanjut dokter spesialis kulit dan kelamin RSUPN Ciptomangunkusumo ini.

Justru telur adalah makanan bergizi. "Telur itu, kan, mengandung protein. Jadi, boleh diberikan kepada anak," tandas Titi. Bukankah kecukupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik? Lantas, apa, dong, sebenarnya yang membikin bisul?

LINGKUNGAN KURANG BERSIH

Bisul atau bisulan (kalau jumlahnya banyak) yang dalam bahasa kedokteran disebut furunkel, seperti dituturkan Titi, merupakan radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus . "Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak." Lo, kok, begitu?

Seperti kita ketahui, faktor kebersihan memegang peranan penting dalam terjadi-tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan dunia bermain, termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi habis main si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya, susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul," ujar Titi.

Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal, terang Titi, garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan masuknya kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang sering berkeringat, apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan."

Umumnya bisulan pada bayi dan anak-anak ditemui di daerah-daerah yang banyak berkeringat seperti di muka, punggung, lipatan-lipatan paha dan sebagainya. Dengan demikian, daerah-daerah tersebutlah yang paling sering digaruk oleh anak atau mendapatkan gesekan, sehingga pertahanan kulit akan terganggu dan mudah terjadi infeksi. Apalagi kulit bayi dan anak-anak masih tipis dan cukup rentan.

Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Sebab, seperti dikatakan Titi, gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi timbulnya infeksi. "Bila gizi kurang berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan mempermudah timbulnya infeksi," jelasnya. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak, kekebalan tubuhnya memang masih kurang dibandingkan orang dewasa.

MEMERAH DAN BENGKAK

Orang tua bisanya kurang tanggap terhadap gejala munculnya bisul. Entah lantaran kurang perhatian atau memang tak tahu seperti apa gejala bisul. Maklumlah, gejala awalnya hanya terlihat semacam bintil merah, baru kemudian membesar dan bahkan terkadang ditemui abses atau bernanah. "Proses membesarnya bisul merupakan proses imflamasi atau radang. Jadi, ada suatu mekanisme atau reaksi dari tubuh terhadap adanya kuman di daerah tersebut," jelas Titi.

Warna memerah dan bengkak merupakan tanda bahwa tubuh memberikan suatu respon dengan berusaha mendatangkan sel-sel radang di sekitarnya untuk mematikan kuman dan mengeluarkan kuman tersebut. Lamanya proses membesar tergantung dari respons imunologis yang dimiliki orang tersebut. Bila responsnya baik, maka makin cepat pula sembuhnya.

Menurut Titi, sebetulnya gejala bisul tak selalu sampai bernanah. Kalau toh akhirnya bernanah, itu pertanda bahwa pertahanan tubuh kurang atau lantaran infeksi tersebut tak segera ditangani. "Tapi bila pertahanan tubuh baik atau infeksinya segera diobati, misalnya pemberian antibiotik, maka tak akan sampai abses. Biasanya bisul cuma memerah dan kemudian mengecil sendiri." Nah, pada anak-anak, karena pertahanan tubuhnya masih kurang, mau tak mau bisul harus diobati.

Biasanya gejala bisul disertai rasa nyeri akibat radang atau infeksinya. Apalagi kalau bisul semakin besar. Tubuh yang tak bisa mengatasi akan mengakibatkan bisul yang timbul menjadi banyak dan bernanah, sehingga terjadilah penyebaran kuman yang tak hanya di satu lokasi saja. Penyebarannya juga bisa lewat darah atau kelenjar getah bening, "Tapi itu jarang sekali terjadi," ujar Titi.

Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang sekali."

JANGAN DIPENCET

Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul jangan sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah dan banyak lagi. Kulit bisa berongga," terang Titi.

Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan biasanya bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi, jika sudah membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat antibiotik yang diminumkan juga.

Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu, anjur Titi, lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim yang dikeluarkan kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga merupakan salah satu obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.

Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya dokter akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan akan berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan dipencet, penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang. "Bekas pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau yang lebih tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada anak kulitnya masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali karena jaringannya yang rusak akan membekas," jelas Titi.

Memang, sih, kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan untuk mengoreksi bekas luka tersebut dengan operasi. Tapi hal tersebut sangat tergantung pada jaringan parut yang ditimbulkannya. Disamping tentunya memerlukan biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan mengobati bisulnya itu sendiri.

Untuk mencegah berulangnya kembali bisul pada anak, dianjurkan agar selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan diri si anak maupun lingkungannya. Memang, bila dibandingkan sepuluh tahun lalu, masih banyak ditemui bisulan pada bayi dan anak-anak. "Sekarang ini sudah jauh berkurang. Mungkin karena faktor pendidikan, ekonomi dan gizi yang sudah lebih baik," kata Titi.

Dedeh Kurniasih/nakita

Cabut Gigi Pengaruhi Mata

Cabut Gigi Pengaruhi Mata

Saat ini, anak saya berusia 5 tahun 3 bulan. Gigi bagian atasnya sudah rusak dan hitam-hitam (tinggal tanggal). Sebenarnya hingga kini, ia belum pernah merasakan keluhan-keluhan pada giginya. Sebagai informasi, di tengah-tengah gigi paling atasnya, timbul gigi baru yang menonjol keluar. Rencananya saya ingin mencabut gigi-gigi tersebut, termasuk gigi yang hitam dan yang menonjol tersebut.

Pertanyaan saya:

1. Apakah gigi tersebut boleh dicabut (apakah ada masalah dengan mata kalau gigi paling atas dicabut). Pernah saya mendengar kalau gigi paling atas dicabut akan berakibat pada mata.

2. Pernah saya periksakan dia ke dokter gigi, hanya diberi semacam vitamin dan disuruh datang 2 minggu lagi (baru dicabut). Sampai sekarang saya belum kembali ke dokter gigi tersebut sehingga gigi anak saya pun belum dicabut.

Terima kasih atas jawaban yang diberikan.

Husen - Medan

Mengenai kepercayaan bila gigi paling atas dicabut dapat berakibat pada mata, sebaiknya Bapak abaikan saja, karena hanya merupakan mitos turun menurun dan jelas tidak terbukti secara medis.

Umumnya gigi tetap pengganti gigi susu atas baru akan tumbuh antara usia 7-8 tahun. Jadi ada dua kemungkinan yang terjadi pada anak Bapak (berdasarkan keterangan yang diberikan). Pertama, gigi susunya telah mengalami lubang (karies) cukup dalam sehingga mematikan persarafan gigi yang ada (infeksi). Dengan demikian tulang alveolar di sekitar ujung akar gigi susu mengalami pengurangan. Adanya pengurangan tulang dapat menyebabkan benih gigi tetap pengganti keluar lebih cepat. Kemungkinan kedua, yaitu adanya gigi berlebih (supernumerary teeth). Berdasarkan tanda klinis yang Bapak sebutkan, seperti timbulnya gigi baru di tengah-tengah gigi paling atas.

Untuk menjawab dua kemungkinan tersebut, sebaiknya periksakan gigi si kecil ke dokter gigi spesialis gigi anak. Dokter nanti akan melakukan pengambilan foto keseluruhan gigi (rontgen foto panoramik). Bila kemungkinan pertama yang terjadi maka hanya gigi susu yang akan digantikan yang dicabut, sedang gigi lainnya dipertahankan dengan perawatan saraf gigi. Bila kemungkinan kedua yang terjadi, maka gigi yang berlebih saja yang dicabut, sedangkan gigi susunya tetap dipertahankan dengan perawatan saraf gigi.

Berbintik Merah dan Terkelupas

Berbintik Merah dan Terkelupas

Saya baru punya satu anak,laki-laki (2) dengan BB 15 kg. Saat ini anak saya bermasalah dengan kesehatan kulit, badannya merah-merah seperti biang keringat. Kalau mau sembuh kulitnya akan menghitam dulu (seperti terbakar), tapi seminggu kemudian bintik merah itu timbul lagi. Sejak usia 1,5 tahun, masalah kulit itu hilang bersamaan dengan saya hentikannya penggunaan minyak telon setiap kali habis mandi. Sekarang saya ganti dengan balsam khusus untuk anak-anak. Tapisejak sebulan lalu gejala tersebut timbul lagi.

Kulit telapak tangannya, termasuk ruas jarinya, mengelupas. Sejak dia mulai bisa pipis sendiri, saya ajarkan untuk cuci kemaluannya dan sehabis itu cuci tangan dengan sabun khusus untuk anak-anak. Sampai sekarang kalau cuci tangan dia terbiasa harus pakai sabun. Kalau hanya dibilas air saja dia tidak mau. Dokter, apakah karena dia sering cuci tangan dengan sabun, maka kulit tangannya terkelupas? Ataukah ini gejala suatu penyakit? Benarkah anak saya kekurangan vitamin? Apakah ada obat untuk menormalkan kembali kulit anak saya? Mohon bantuan Dokter untuk menangani masalah ini. Terima kasih.

Didit -­ via email

Tampaknya kulit putra Anda sensitif sehingga mudah timbul reaksi di kulit atau iritasi kalau terkena sesuatu bahan dan zat tertentu. Sebaiknya jangan menggunakan minyak telon atau obat gosok apa pun setiap hari karena tidak jelas dasar medisnya. Bagi yang sensitif malah dapat menimbulkan berbagai reaksi di kulit. Kita tinggal di daerah tropis dan bukan daerah dingin jadi tidak perlu penghangat setelah mandi.

Bagi yang sensitif, minimalkan penggunaan sabun. Tidak perlu setiap kali pipis harus cuci tangan dengan sabun. Jika terpaksa, gunakan sabun bayi yang lembut dan jangan termakan iklan sabun antiseptik. Sabun antiseptik mengandung bahan kimia antikuman yang belum tentu dapat ditoleransi oleh anak yang berkulit sensitif. Jika ia berkeringat, seka dengan lap basah (bukan lap kering) baru kemudian diseka dengan lap kering. Ada baiknya Anda membawanya ke dokter spesialis kulit untuk pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya.

Radang Paru Bisa Disembuhkan

Radang Paru Bisa Disembuhkan

Iman Dharma/nakita

H ati-hati jika anak Anda kerap batuk. Bisa jadi itu gejala radang paru atau pneumonia . Jika tak segera ditangani, akibatnya bisa parah, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Sudah seminggu ini Doni (4) batuk terus. Belakangan, nafasnya berubah menjadi cepat dan sesak. Setelah dibawa ke dokter, ternyata Doni terkena radang paru atau pneumonia. Sebenarnya, apa, sih, pneumonia itu?

Di dalam paru-paru, terang dr. Darmawan BS, Sp.A dari Bagian Pulmonologi FKUI-RSCM ini, terdapat lobus atau belahan. Di sebelah kanan terdapat 3 lobus, sedangkan di sebelah kiri 2 belahan. Bila radang tersebut mengenai salah satu lobus, maka disebut pneumonia lobaris . Bila kena di saluran nafas yang kecil-kecil disebut broncholitis .

Kalau secara umum terkena saluran nafasnya saja, maka disebut broncho pneumonia atau pneumonia. Pneumonia ini merupakan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah. Jangan salah, lo, ISPA itu send

Yang dimaksud dengan ISPA itu sendiri, bisa radang hidung (misalnya pilek), radang tenggorok, radang tonsil (amandel), sampai paru-paru. "Justru, yang perlu dibedakan adalah, apakah ISPA ini sudah sampai ke pneumonia atau hanya ISPA bagian atas saja. Kalau hanya ISPA bagian atas, seperti batuk, pilek, flu, amandel, biasanya tidak terlalu berbahaya. Umumnya ISPA bagian atas ini tidak disertai dengan nafas cepat dan sesak. Sedangkan, ISPA bagian bawah atau pneumonia , termasuk penyakit berat," tutur Darmawan.

Penyebab dari pneumonia itu sendiri banyak ragamnya. Bisa karena virus, bakteri, atau karena kemasukan cairan/pneumonia aspirasi.

WASPADAI GEJALANYA

Yang jelas, pneumonia ini dapat menyebabkan pada kematian. Karena itu, sebaiknya para orang tua mengenali gejalanya. Dua gejala khas yang gampang terlihat dari penderita pneumonia yaitu adanya nafas cepat dan sesak. Namun ingat, nafas cepat pada setiap tingkatan umur pun tidak sama, lo. Jadi, tergantung dari usianya.

Bayi di bawah usia 2 bulan baru dikatakan bernafas cepat jika nafasnya lebih dari 60 kali/menit. Jika nafas bayi Anda sudah secepat demikian, maka sebaiknya diwaspadai. Karena ada kemungkinan bayi Anda terkena ISPA bawah atau pneumonia tadi. Sedangkan bayi di atas usia 2 bulan sampai 1 tahun disebut bernafas cepat jika nafasnya lebih dari 50 kali/menit. Sementara pada anak 1 sampai 5 tahun jika lebih dari 40 kali/menit. Untuk mengetahui apakah bayi Anda sesak nafas bisa dilihat dari tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing) . "Normalnya, saat bernafas dada enggak sampai cekung. Tetapi pada keadaan sesak pneumonia , karena usaha nafas yang ekstra, dinding dada tertarik sehingga cekung ke dalam. Makin berat ia bernafas, makin dalam tarikannya."

Nah, jika gejala ini tampak, perlu diwaspadai. Pada pneumonia yang sudah berat, anak pun biasanya tidak bisa minum saking sesaknya. Mukanya juga kebiruan, pucat, serta tangan dan kaki dingin. Gejala awal dari pneumonia sendiri adalah batuk. Padahal, apa pun yang mengganggu saluran nafas, dari atas sampai bawah, bisa merangsang batuk. Sementara batuk ini merupakan gejala awal semua infeksi saluran nafas, baik akut maupun yang kronis. "Batuk sendiri sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan sumber gangguan, misalnya lendir, benda yang terhirup, infeksi di saluran nafas, dan sebagainya.

Istilahnya, kalau rumah kita kemasukan binatang liar, kita akan bereaksi mengusir binatang tersebut. Begitu pula dengan saluran nafas kita. Kalau ia mendeteksi ada sumber gangguan, ia akan berusaha mengeluarkan gangguan itu," ujar Darmawan memberi perumpamaan. Namun jika batuk tersebut tanpa disertai nafas cepat dan sesak berarti bukan merupakan gejala pneumonia , melainkan hanya merupakan ISPA bagian atas saja.

Nah, jika batuk tersebut hanya disertai nafas cepat, maka dikategorikan pneumonia ringan. Tapi bila batuknya disertai nafas cepat dan sesak, baru dikatakan pneumonia berat. Lamanya batuk yang diderita si anak juga perlu diwaspadai. "Jika batuknya berlangsung hingga 2 minggu, harus diperhatikan karena kemungkinan merupakan gejala ISPA. Sedangkan jika lebih dari 2 minggu dianggap sebagai infeksi saluran pernafasan kronik," ujar Darmawan. Lebih jelasnya, batuk akut mengarah ke ISPA atas dan pneumonia , sedangkan batuk kronik mengarah ke TBC atau asma. "Jadi, kalau batuknya enggak sembuh-sembuh sampai lebih dari 2 minggu, kemungkinan merupakan gejala TBC atau asma."

PENGOBATANNYA

Darmawan menyarankan, karena pneumonia ini merupakan salah satu ancaman kematian yang cukup besar, sebaiknya gejala-gejala tersebut dikenali secara dini, sehingga bisa bisa dilakukan upaya-upaya pencegahan. Namun demikian, tutur Darmawan, walaupun termasuk penyakit berat, para orang tua tak perlu terlalu khawatir. "Pneumonia adalah penyakit yang bisa diobati.

Jadi, kalau dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien akan bisa tertolong." Yang diperlukan hanyalah dapat mendeteksi secara cepat. "Kalau memang kemungkinan pneumonia berat, maka sebaiknya segera dirawat di rumah sakit supaya segera dapat ditangani. Jangan dibiarkan berlarut-larut sampai berat, karena bisa enggak tertolong." Biasanya yang menjadi penyebab pneumonia berat adalah karena bakteri. Nah, jika penyebabnya karena bakteri, maka penderita biasanya akan diberi obat antibiotik.

Walaupun, seperti diakui Darmawan, sebenarnya tidak semua pneumonia disebabkan oleh bakteri. "Kita belum bisa mendiagnosis secara pasti apakah disebabkan virus atau bakteri, maka untuk semua pneumonia diberikan antibiotik," ujar Darmawan. Sementara untuk ISPA ringan yang bukan pneumonia , cukup diobati dengan obat-obat symptomatic. "Obat symptomatic yang sederhana adalah kecap dan jeruk.

Obat ini terbukti efektif dan aman. Selain itu, obat batuk putih dan hitam." Namun jika disertai pula dengan demam, biasanya perlu diberi obat penurun panas. Lain halnya jika gejalanya sudah meningkat hingga nafas sesak dan cepat, maka perlu segera dibawa ke dokter. Pada keadaan yang makin berat ini biasanya juga disertai pemberian bantuan oksigen.

"Pneumonia adalah radang paru-paru. Sementara fungsi paru-paru adalah untuk menangkap oksigen dan mengeluarkannya kembali. Pada penderita pneumonia , proses pengambilan oksigen ini terganggu, sehingga tubuh berusaha mengkompensasikannya dengan nafas cepat dan dalam." Kalau kelainannya masih ringan, lanjut Darmawan, mungkin masih bisa diatasi dengan kompensasi tersebut. "Tetapi kalau kelainannya berat dan luas, itu tidak lagi mencukupi. Perlu diberikan terapi suportif dengan memberi oksigen untuk mengatasi kekurangan oksigen. Sementara untuk sumber masalahnya sendiri atau untuk membunuh kumannya, diberi antibiotik."

Namun tak perlu khawatir, jika pengobatan dilakukan secara dini dan tepat, sebagian besar pneumonia akan sembuh sempurna tanpa gejala sisa. Walaupun demikian, pneumonia ini bisa muncul lagi. Bisa karena kuman yang sama atau kuman yang lain. Lebih lanjut Darmawan menuturkan bahwa pencegahan khusus untuk pneumonia sampai kini memang belum ada atau belum ada imunisasinya. "Memang ada imunisasi radang paru, tetapi sampai saat ini belum diakui betul.

Penelitian masih terus dilakukan," ujar Darmawan. Jadi, yang perlu dilakukan sekarang adalah pencegahan secara umum. Seperti peningkatan daya tahan tubuh. "Selain itu, kalau ada anggota keluarga yang sedang terserang pilek, hindari jangan sampai terjadi kontak," lanjut Darmawan. Anak dengan gizi buruk juga akan gampang terkena pneumonia . "Selain itu, lingkungan buruk, seperti rumah tanpa ventilasi atau dalam satu rumah terlalu padat penghuninya juga akan memperbesar risiko terkena pneumonia."

Pencegahan terhadap segala jenis ISPA memang harus dilakukan. "ISPA ini sebetulnya merupakan peristiwa sehari-hari. Batuk dan pilek itu, kan, masalah yang sering muncul pada anak dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan, hampir 90 persen yang ditangani dokter adalah ISPA, walaupun umumnya ISPA atas yang ringan," ujar Darmawan. Tetapi, dalam hal ini harus tetap dilihat apakah sekadar ISPA atas saja yang meliputi radang hidung sampai radang tenggorokan atau sudah sampai ke bawah (pneumonia)? Ingat, lo, Bu, Pak, kunci pneumonia adalah adanya nafas cepat dan sesak. Jadi, bila terjadi demikian, jangan anggap enteng. Segera ke dokter!

YANG PERLU DILAKUKAN

Bila anak Anda menderita pneumonia, maka sebaiknya Anda memperhatikan saran dari Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya Perawatan Bayi dan Anak berikut ini:

* Jika anak Anda menderita ISPA atas dan kondisinya memburuk, lihat apakah batuknya kering dan sukar bernafas. Periksa apakah juga disertai dengan demam. Kalau demam, sebaiknya dikompres. Anak juga harus banyak minum supaya tidak terjadi dehidrasi.

* Tinggikan bantal supaya pernafasan anak lebih lancar.

* Usahakan agar kamar tidak pengap dan panas.

* Kalau ingin makan, berikan makanan yang mudah dicerna, seperti sup dan buah-buahan.

Hasto Prianggoro /nakita

Pentingnya Lemak Esensial Buat Si Kecil

Pentingnya Lemak Esensial Buat Si Kecil

Foto: Romy Palar

Banyak orang yang masih salah persepsi mengenai lemak. Padahal, lemak, khususnya lemak esensial, ternyata sangat penting untuk tumbuh kembang anak.

Anak membutuhkan kombinasi karbohidrat, protein, dan lemak untuk tumbuh kembang secara optimal. Cadangan kalori yang dibutuhkan adalah 15% protein, 30% lemak, dan sisanya dari karbohidrat.

Saat ini, beredar persepsi yang salah tentang lemak. Padahal, peran lemak sebenarnya sangat penting untuk pertumbuhan, yaitu sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel-sel tubuh. Oleh karena itu, ibu perlu mendapat pengetahuan lebih mengenai jenis lemak untuk tumbuh kembang anak.

Menurut dr. Fiastuti Witjaksono M.S., Sp.GK , setiap hari anak membutuhkan komposisi seimbang antara karbohidrat (50%-60%), protein (15%-20%), lemak (30%) dan berbagai macam vitamin. "Zaman sekarang banyak orang yang fobia pada kata lemak. Ini pendekatan yang salah,” kata dokter spesialis gizi klinik yang akrab dipanggil Fia ini dalam sebuah media workshop di Jakarta.

Persepsi keliru tentang lemak sebaiknya mulai diubah, karena tidak semua lemak jahat untuk tubuh. Bahkan, asupan lemak sebetulnya sangat dibutuhkan tubuh, terutama untuk anak usia 1 hingga 5 tahun supaya pertumbuhannya lebih optimal. Lemak berperan penting sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel-sel tubuh, termasuk perkembangan sel otak.

Usia nol hingga tiga tahun merupakan masa paling penting dalam pertumbuhan anak. Perkembangan otak lebih pesat daripada fisik pada masa ini. Bahkan pertumbuhannya mencapai 80 persen dari otak orang dewasa.

Tumbuh Kembang Optimal

Agar tumbuh-kembang anak lebih optimal, asupan lemak sebaiknya memenuhi komposisi 30 persen. Menurut dr. Fia, sangatlah penting mengerti mengenai jenis lemak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Dari total 30% lemak yang dikonsumsi, sebaiknya tidak lebih dari 7% lemak adalah lemak jenuh (SAFA); dan 25% adalah lemak tidak jenuh.

Lalu 25% dari lemak tidak jenuh tadi, 6%-10% adalah lemak tidak jenuh ikatan ganda (PUFA) dan 15% adalah lemak tidak jenuh ikatan tunggal (MUFA). PUFA dan MUFA penting untuk pertumbuhan, PUFA atau lemak esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu omega 3 dan omega 6.

Asupan lemak esensial yang seimbang merupakan hal yang mendasar bagi tumbuh kembang optimal anak karena dapat membantu membentuk dan mengintegrasi sel-sel membran, sehingga sel membran lebih lentur dan mampu menyerap nutrisi lebih baik dan mempermudah sisa pembuangan keluar dari sel. Lemak esensial juga mempunyai peran dalam sistem saraf dan pembentukan hormon.

Yang tak kalah penting, lemak esensial mempunyai dampak positif terhadap kesehatan kardiovaskular. Pernyataan ini memang sebaiknya mendapatkan perhatian khusus mengingat faktor penyebab penyakit kardiovaskular semakin meningkat di zaman modern ini, dan upaya pencegahannya harus dimulai dari usia dini.

"Anak yang gemuk pun tetap membutuhkan lemak esensial, karena lemak esensial merupakan salah satu komponen dalam pembentukan sel, jadi kalau lemak esensial tidak mencukupi, sel-sel tubuh lebih mudah rusak sehingga dapat menimbulkan berbagi masalah kesehatan," kata dr. Fia menambahkan.

Ada di Air Susu Ibu

Menjaga asupan lemak esensial yang cukup bagi anak tidaklah mudah karena lemak esensial tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga harus melalui makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai sumber makanan yang mengandung lemak esensial sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan lemak esensial anak sehari-hari.

Sayangnya, tambah dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH., perwakilan dari PDGMI (Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia) , data yang menjelaskan akan konsumsi lemak esensial anak sangatlah minim, padahal hal ini sangat penting untuk menjadi bahan evaluasi seberapa jauh masyarakat dunia menyadari pentingnya lemak esensial bagi pertumbuhan optimal.

Dari data umum yang dimiliki, terlihat bahwa asupan lemak masyarakat Indonesia khususnya PUFA masih jauh dibawah jumlah yang disarankan, dengan demikian karena lemak esensial adalah bagian dari PUFA, maka dapat disimpulkan konsumsinya pun juga rendah. Penyebabnya bisa dikarenakan asupan makanan yang dikonsumsi tidak banyak mengandung lemak esensial.

Selain dari jenis-jenis makanan tertentu, seperti ikan salmon, alpukat, kacang-kacangan, dan telur, air susu ibu (ASI) ternyata juga mengandung lemak esensial cukup, yakni sekitar 10 persen dari total 30 persen asupan lemak setiap harinya. “ASI sendiri sudah mengandung lemak esensial, namun ibunya juga harus mengonsumsi makanan yang memenuhi asupan pufa yang cukup,” jelas dr. Fia.

Selepas menyusu dengan ASI eksklusif, anak usia 2 tahun ke atas mulai dioptimalkan dengan makanan yang mengandung Pufa. “Anak usia 6 bulan hingga 2 tahun sebenarnya sudah dikenalkan makanan pendamping selain ASI. Selama ASI, asupan lemak esensial masih terpenuhi. Namun, lewat usia dua tahun, konsumsi asupan omega-3 dan omega-6 yang mengandung lemak esensial harus lebih optimal,” jelasnya.
Hasto Prianggoro

Menu Ibu Hamil Penderita Hipertensi

Menu Ibu Hamil Penderita Hipertensi

Halo Dok, saya (31) dengan BB 64 kg dan TB 162 cm. Dalam waktu dekat ini, saya berencana hamil. Tapi ada hal yang cukup mengganggu pikiran saya. Kedua orang tua saya menderita hipertensi. Apakah saya kemungkinan juga menderita penyakit yang sama? Perlu dokter ketahui, saya belum pernah memeriksakan diri pada dokter untuk mengetahui apakah saya hipertensi atau tidak.

Kalau saya ternyata hipertensi juga, apakah saya bisa menjalani kehamilan dengan lancar? Apa menu makanan yang baik buat saya dan janin saya kelak? Adakah makanan yang pantang dikonsumsi? Saya mohon bantuan Dokter dan terima kasih atas penjelasannya.

Ririh ­- Semarang

Ibu Ririh di Semarang, saat ini keadaan gizi Ibu dalam keadaan normal dan sudah siap bila Ibu ingin merencanakan kehamilan. Namun, saya sangat memahami apabila saat ini Ibu mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya hipertensi, mengingat kedua orang tua Ibu menderita hipertensi. Kekhawatiran Ibu memang beralasan karena gejala hipertensi bisa diturunkan dari orang tua.

Untuk itu, apabila Ibu memang merencanakan kehamilan, sebaiknya Ibu memeriksakan tekanan darah Ibu terlebih dahulu sebelum hamil dan pada saat hamil kelak. Kenaikan tekanan darah selagi hamil apabila tidak disertai gejala-gejala lainnya merupakan keadaan yang biasa terjadi selama kehamilan. Namun, apabila kenaikan tekanan darah tersebut disertai dengan bengkak di pergelangan kaki dan air kencing yang keruh (karena ada protein), maka keadaan tersebut preeklamsia. Perlu diwaspadai karena dapat mengancam keselamatan ibu dan Untuk menghindari terjadinya preeklamsia sebaiknya Ibu banyak istirahat selama kehamilan. Lakukan kontrol kesehatan secara rutin sesuai anjuran dokter/bidan yang menangani supaya bisa menjalani kehamilan dengan lancar. Pantang mengonsumsi garam, minum obat-obat tertentu, suplementasi kalsium dan lainnya ternyata tidak memberikan efek yang menguntungkan untuk mencegah terjadinya preeklamsia. Sekali lagi, yang terpenting adalah dengan melakukan kunjungan ke klinik terdekat untuk memeriksakan kesehatan Ibu secara teratur. Jadi, jangan terlalu dikhawatirkan ya Ibu.