Thursday, June 16, 2011

Biomedical Treatment: Makanan Sebagai Obat

Ilustrator: Poegoeh

Walau namanya terdengar asing, ilmu ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Bahkan bapak kedokteran, Hipocrates, pernah mengatakan,"Let the food becomes your drug or medicine, not your drug as your food." Terjemahan bebasnya, dengan melakukan diet terutama pada jenis-jenis makanan yang dianggap sebagai penyebab kuat reaksi alergi, gangguan kesehatan yang dialami seseorang dapat diatasi.

Yang menjadi sasaran biomedical treatment (BT) adalah kandungan molekul-molekul atau sel-sel tubuh manusia. Dalam ilmu kedokteran sekalipun, pelajaran tentang molekul-molekul sel (orthomolekular) yang menjadi ilmu dalam BT merupakan pengetahuan dasar yang harus diketahui para dokter. Dengan demikian, seperti kata dr. Rina Adeline., Sp.MK., MKes ., dari RS MH Thamrin Internasional, BT bukanlah sebuah pengobatan alternatif tetapi pengobatan molekular.

Teorinya, jika inti sel manusia ada dalam keadaan optimal maka kondisi kesehatan pun akan selalu terjaga. "Dari sisi mikrobiologi sendiri yang diperbaiki melalui biomedical treatment adalah masalah-masalah di usus. Bagaimana memperbaiki keadaan bakteri, jamur, atau common cell yang ada di usus supaya tetap seimbang. Harapannya, jika kondisi usus baik maka kemampuan pencernaan untuk dapat menyerap zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh pun akan lancar," ujar ahli mikrobiologi klinis yang pernah belajar biological treatment di Life Biologic Unit, University of New Castle, Sydney.

Juga bisa dikatakan BT adalah pengobatan dari dalam diri dengan cara mengatur asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh dan mengembalikan komponen-komponen nutrisi yang kurang atau yang tidak ada agar kembali ada. Hanya perlu diketahui, kata Rina, BT bukanlah merupakan pilihan para klinisi seperti dokter. Namun, metode ini dapat menjadi pilihan orang tua jika tidak ingin anak-anaknya terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan kimia.

KASUS YANG DAPAT DITANGANI

Menurut Rina, BT dapat mengatasi gangguan-gangguan sebagai berikut:

** gangguan metabolik:

- keluhan susah buang air

- perut kembung

- sariawan yang terjadi terus menerus.

** autisma

** hiperaktivitas

** telat bicara

** kesulitan belajar

** pola makan yang terganggu:

- overweight

- hiperkolesterol

** penuaan dini

** sindrom kelelahan kronik

** batuk

** pilek

** asma

Setiap kasus atau keluhan tentu saja membutuhkan penanganan yang berbeda. Misalnya, komponen biologis yang diperlukan untuk menangani anti-aging berbeda dari yang digunakan untuk mengatasi sindrom kelelahan kronik dan lainnya. Juga, walau banyak keluhan yang dapat ditangani dengan BT, hanya gangguan metabolik yang dapat ditangani langsung. Keluhan lainnya memerlukan diagnosa pasti dari ahli yang terkait. Dari diagnosa yang ada barulah BT dapat menindaklanjuti kasus yang ada. Tentunya, penanganan pada setiap individu pun berbeda.

DIET BERJANGKA

Menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Jurusan Mikrobiologi Bagian Virologi ini, ada 5 jenis makanan yang dianggap sebagai pengganggu kesehatan jika dikonsumsi berlebih, yakni susu sapi, tepung terigu, kacang kedelai, kacang tanah, dan jagung. Oleh karena itulah, jenis-jenis makanan tersebut harus dikurangi sedikit demi sedikit dari konsumsi pasien dengan diet bertahap. "Misalnya, dalam sebulan pertama anak diharapkan bersih dari susu sapi. Selanjutnya bersih dari tepung terigu, dan lainnya. Lama diet yang dibutuhkan sekitar 2-3 bulan untuk tahap pertama. Namun total lamanya adalah 2 tahunan."

Setelah menjalani diet, langkah selanjutnya adalah rotasi makanan, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk mengenal jenis-jenis makanan lain. Tujuannya mengurangi terbentuknya alergi karena pemberian satu jenis makanan yang terus-menerus. Langkah ketiga adalah variasi makanan. Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan kebutuhan kalori dan jenis komponen makanan yang dapat dikonsumsi. Untuk menunjang hal ini, pasien disarankan berkonsultasi pada ahli nutrisi yang akan membantu mengontrol kebutuhan nutrisi anak selama diet berlangsung sehingga tidak sampai terjadi malnutrisi.

PEMBERIAN SUPLEMENTASI

Selama menjalani diet, anak akan memperoleh suplemen dasar dan suplemen tambahan. Pemberian suplemen ini dibutuhkan untuk menunjang tujuan BT yaitu memperbaiki dan menghembalikan komponen-komponen nutrisi di dalam tubuh yang hilang. Itulah mengapa pemberian suplemen dalam BT diistilahkan dengan building block.

Suplemen dasar yang diberikan terdiri atas 5 komponen , yaitu seng, magnesium, vitamin B 6, vitamin C dan E, serta enzim. Mineral seng diberikan untuk meningkatkan inti dari semua enzim yang ada dalam tubuh sehingga enzim pencernaan pun dapat bekerja dengan baik. Seng juga merupakan komponen boosting immune / atau komponen yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh.

Untuk suplemen tambahan, pemberiannya dilakukan sesuai kasus. Pada anak dengan spektrum autis, karena harus menjalani diet susu sapi maka diberikan suplementasi kalsium sebagai pengganti. Sedangkan anak dengan kesulitan belajar biasanya diberikan suplemen vitamin B 6 atau B 12 untuk meningkatkan nafsu makan ditambah EFA, DHA, Omega 3, dan fatty acid untuk meningkatkan daya tangkap dan konsentrasi, serta memicu kemampuan verbal anak. Untuk anak sulit makan akan diberikan vitamin B kompleks.

Rina menekankan, pemberian suplementasi dasar tak boleh dihentikan selama diet berlangsung. Pasalnya, anak sedang mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat sehingga perlu bantuan enzim untuk memecah zat-zat tersebut.

Saat diet berlangsung, daya tahan tubuh anak juga menurun. Untuk mengatasinya akan dilakukan pemberian magnesium yang menunjang ketersediaan energi dalam metabolisme tubuh. Manfaat lainnya adalah sebagai efek penenang bagi anak yang mengalami gangguan hiperaktivitas.

Efek pemberian komponen suplementasi memang tidak langsung tampak. Pada kasus anak sulit makan, misalnya, meningkatnya nafsu makan mungkin baru terlihat setelah 1-2 minggu.

Yang juga perlu diperhatikan, pemberian suplementasi ini harus melalui pengawasan ahli gizi. "Setidaknya pasien perlu berkonsultasi sebulan dua kali untuk melihat nutrisinya. Buatlah food diary untuk mencatat makanan apa yang bila dikonsumsi anak dapat memicu perilaku 'aneh', mengganggu konsentrasi dan tidur, serta lainnya. Semua ini harus dilaporkan kepada ahli gizi."

Rina menambahkan, sikap bijak atau mengikuti kaidah yang ditentukan sangatlah diperlukan selama penggunaan suplemen dalam BT, karena tetap saja suplemen tersebut merupakan bahan kimia. "Misalnya, pemberian kalsium dengan dosis tertentu harus pula dibarengi dengan konsumsi minum yang banyak. Kalau tidak, maka absorpsi air dalam tubuh akan terganggu dan terbentuklah batu."

Untuk melihat ada tidaknya efek samping, maka setiap 4 bulan sekali dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Tapi tak perlu khawatir, efek samping hanya terjadi jika kita lalai menuruti kaidah yang sudah ditetapkan. Dengan pengawasan ahli, kekhawatiran tersebut bisa ditepiskan. Lagi pula, setelah dilakukan pemberian suplementasi dasar selama 3 bulan biasanya akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk skrining. Gunanya untuk mendeteksi penyebab suatu kelainan.

Rina mencontohkan, ada berbagai penyebab gangguan autisme yaitu faktor lingkungan seperti polusi udara, infeksi oleh virus, bakteri, dan jamur, atau karena alergi bawaan yang menyebabkan pasien bereaksi negatif terhadap makanan tertentu.

Dalam kasus autisme ada 4 sampel yang akan diperiksa; feses, rambut, darah, dan urin. Pemeriksaan feses dibutuhkan untuk melihat bagaimana peningkatan jamur atau bakteri. Laboratorium di dalam negeri biasanya sudah sanggup melakukannya dengan hasil yang dapat diperoleh dalam 2 minggu. Untuk status komponen nutrisi, skrining dilakukan dengan melihat kondisi darah dan rambut. Sedangkan status metabolik akan terlihat dari kondisi urin organik.

Jika hasil skrining menyatakan bahwa tubuh anak positif menyimpan heavymetal toxicity (berbagai logam berbahaya yang bisa berasal dari timbal, merkuri atau lainnya) maka akan dilakukan penanganan untuk membuangnya. Caranya, dengan meningkatkan kemampuan tubuh anak dalam hal ini mitokondria atau sel molekulnya untuk membentuk antioksidan sendiri. Antioksidan diperlukan untuk membuang radikal bebas dari logam berbahaya.

KEMAJUAN SIGNIFIKAN

Sekitar 60 persen kasus-kasus hiperaktivitas yang ditangani dengan BT terbukti mengalami kemajuan secara signifikan, terutama dalam hal pemahaman. "Pemberian vitamin B 6 sangat membantu meningkatkan kemampuan pemahaman anak. Anak jadi lebih mengerti dan paham apa yang dimaksud oleh orang tuanya, misalnya untuk tidak buang air sembarangan. Hiperaktivitas anak pun menurun," jelas Rina .

Kasus mengepak-ngepakkan tangan dan jalan jinjit yang dialami anak dengan gangguan autisme pun dapat diperbaiki. Menurut Rina adanya infeksi bakteri, jamur atau kelebihan amoniak mengakibatkan anak dengan gangguan autisme berperilaku seperti itu. Nah, dengan pemberian antibiotik dan suplemen tertentu maka bakteri dan kadar amoniak dapat diturunkan sehingga sensori penderita jadi lebih baik.

Penggunaan obat-obatan kimia dalam BT memang dihindari namun bukan berarti tidak digunakan. Jika dari hasil pemeriksaan laboratorium, katakanlah pada feses anak terdapat jamur, maka pasien akan diberikan obat antijamur. Bila di situ juga terdapat bakteri tertentu yang seharusnya tidak ada, maka akan diberikan antibiotik. "Hanya saja obat-obatan dalam biomedical treatment berkisar seperti itu. Tak ada obat-obatan penenang misalnya, seperti yang biasa digunakan untuk penderita autis atau hiperaktif," tandas dokter, yang juga berpraktek di Klinik Intervensi Biologimedis, Bogor.

Dedeh Kurniasih

Lumpuh Total Akibat Guillain Barre Syndrome


Ilustrasi: Pugoeh

Budi, sebut saja begitu, tergolong anak yang sehat, aktif dan cerdas. Seperti anak-anak pada umumnya, dia menggandrungi permainan aktif seperti sepakbola dan petak umpet. Namun, semuanya berubah drastis ketika bocah berusia 5 tahun itu terkena flu. Saat itu ia tidak hanya dibuat tersiksa oleh ingusnya yang terus-terusan meler, bersin-bersin dan demam, melainkan juga tubuhnya yang menggigil. Anehnya, seluruh kaki dan tangannya kesemutan, meski awalnya hanya bagian ujung-ujungnya saja.

Kondisi Budi sejak itu ternyata makin kritis. Tak sampai seminggu, seluruh anggota tubuhnya tidak mampu digerakkan lagi atau lumpuh. Bahkan mulutnya tak mampu berkata sepatah kata pun. Orang tuanya sama sekali tak tahu apa penyakit aneh yang menyerang putranya. Budi pun hanya bisa tergolek di tempat tidurnya. Bahkan impiannya untuk bersekolah di tahun-tahun mendatang harus dikuburnya dalam-dalam.

TAK PANDANG BULU

Penyakit aneh yang menyerang Budi, dijelaskan oleh dr. Andreas Harry, Sp.S(K) ., adalah apa yang dinamakan Guillain Barre Syndrome (GBS). Sindrom ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh (autoimmune ) menyerang kantung saraf. Kejadiannya, lanjut Andre, "Bisa diawali oleh infeksi saluran pernapasan, flu, demam berdarah, diare, atau tifus. Bahkan tindakan bedah dan imunisasi juga bisa menjadi pemicu sindrom ini," tutur dokter ahli saraf yang pernah menangani anak yang menderita GBS setelah mendapatkan vaksin HiB.

Entah kapan persisnya sindrom yang disebut sesuai dengan nama penemunya Guillain Barre, muncul. GBS sendiri baru bisa diidentifikasi mulai tahun 1976. Saat itu beberapa orang terkena sindrom ini setelah mendapatkan vaksin Swine Flu. Selanjutnya, setiap tahun di seluruh dunia ribuan orang terdata sebagai penderita GBS. Data statistik di Amerika menunjukkan, 1-2 dari 100.000 orang berpeluang terkena GBS.

"Di Indonesia sendiri diperkirakan ada lima penderita GBS setiap tahunnya," tutur dokter yang sudah menangani puluhan pasien GBS. Menurutnya, siapa pun, umur berapa pun dan dari status sosial mana pun memiliki risiko sama terkena GBS ini. Ironisnya, daya tahan tubuh yang baik pun ternyata bukan jaminan. "Perlu diketahui pula, sindrom ini bukanlah penyakit genetik, tidak dapat diturunkan, dan juga tidak menular."

Meski bisa menyerang segala umur, di semua tempat, namun di Indonesia, tukasnya, sindrom ini banyak ditemukan pada masyarakat pesisir pantai. "Mengapa bisa begitu, tidak diketahui apa penyebabnya. Selain itu, jumlah pasien GBS umumnya meningkat pada musim pancaroba. Mungkin perubahan suhu yang drastis, sebentar panas sebentar hujan, membuat kondisi individu jadi mudah diserang sindrom ini."

BISA SEBABKAN KEMATIAN

Lantaran sampai saat ini tidak diketahui penyebabnya, dokter dari Prevento Andreaux International Clinic Jakarta ini menegaskan, tidak ada cara pencegahan GBS yang efektif. Yang juga membuat Andreas prihatin, tidak semua dokter bisa mendiagnosa sindrom ini dengan cepat dan tepat. "Bahkan ironisnya tidak sedikit dokter yang adakalanya malah salah mendiagnosa."

Boleh jadi, ujarnya, gejala yang ditunjukkan GBS nyaris sama dengan gejala-gejala penyakit lainnya. Kesemutan, contohnya. Diabetes dan gangguan saraf pun umumnya memperlihatkan gejala ini. Tak heran bila banyak dokter yang mendiagnosa penyakit GBS dengan infeksi sumsum tulang atau infeksi saraf tepi lainnya. Akibatnya, terapi, termasuk obat, yang diberikan pun tidak efektif. Pasien bukannya sembuh, tapi kondisinya makin kritis.

Menurut Andreas, salah satu cara yang cukup efektif untuk menegakkan diagnosa GBS adalah dengan tes elektrodiagnostik. Tes ini dapat mengukur nilai abnormal saraf motorik, saraf sensorik, kekuatan refleks fisiologik, menilai kondisi saraf batang otak dan kondisi otot pernapasan. Tidak hanya itu, tes ini juga membantu membedakan penyakit GBS dari penyakit gangguan saraf lainnya.

Andreas membenarkan bahwa salah satu gejala awal yang biasanya dirasakan penderita adalah kesemutan di ujung tangan dan kaki. Perasaan kesemutan ini muncul karena hancurnya selaput mielin pada saraf tepi, baik pada pangkalnya (akar saraf) ataupun pada bagian ujung (distal). Padahal selaput mielin berfungsi mempercepat konduksi saraf. Hancurnya selaput mielin akan mengakibatkan keterlambatan konduksi saraf, bahkan mungkin terhenti sama sekali. Akibat lebih jauh, penderita GBS mengalami gangguan motorik dan sensorik.

Uniknya, yang terserang lebih dulu adalah saraf tepi paling bawah kemudian naik ke saraf tepi yang lebih tinggi dan seterusnya. "Tak heran jika kesemutan dirasakan di ujung kaki dan tangan terlebih dahulu, lalu merembet ke pangkal tangan dan kaki," tutur ahli saraf ini.

MENYERANG BATANG OTAK

Selain kesemutan, perasaan "tebal", nyeri dan terbakar (gangguan sensorik), penderita juga bisa mengalami kelemahan otot bagian bawah (motorik). Dalam waktu singkat, kelemahan ini akan berlanjut menjadi kelumpuhan (plegia). "Awalnya mungkin penderita hanya merasakan kakinya sulit untuk digerakkan sehingga harus menyeretnya ketika berjalan. Lambat laun penderita tidak bisa berdiri sama sekali."

Lamanya proses penghancuran saraf hingga berdampak kelumpuhan pada masing-masing individu amat bervariasi. Masa progresifnya ada yang mencapai seminggu, tapi ada juga yang mencapai tiga minggu."

Tak jarang, lanjut Andreas, gejala GBS juga disertai gangguan saraf otonomik. Akibatnya, terjadilah gangguan saraf simpatik dan parasimpatik. Hal ini antara lain bisa dilihat dari naik-turunnya tekanan darah penderita secara tiba-tiba. "Bisa saja tekanan darah penderita yang awalnya hanya 120/80 mmhg mendadak naik menjadi 190/95 mmhg. Selain itu, pasien juga sering berkeringat saat berada di tempat yang dingin."

Gejala lainnya, jika sampai menyerang batang otak, penderita tidak bisa menelan, berbicara, dan bernapas. Tak jarang gejala tadi disertai kelemahan otot-otot wajah, sampai-sampai penderita juga tidak bisa menggerakkan kedua bola matanya sendiri. Kelemahan otot ini biasanya bersifat simetris. Artinya, anggota badan yang kiri mengalami kelemahan yang sama dengan anggota badan yang kanan.

Gangguan saraf juga bisa menyerang sistem saraf pada saluran pernapasan. Bila hal ini terjadi umumnya akan ditandai oleh napas berat karena lemahnya otot-otot pernapasan. Akibatnya, fungsi paru-paru pun akan menurun karena tidak bisa mengembang secara maksimal. Bahkan bisa juga terjadi infeksi paru-paru yang mengharuskan pasien mengenakan alat bantu pernapasan. Salah satunya adalah membuat "ventilator" di leher agar penderita bisa bernapas. Tentu saja kondisinya harus terus-menerus dipantau. Jika penanggulangannya tidak tepat, pasien bisa tidak tertolong.

Lewat pengobatan yang tepat dan cepat, Andreas menegaskan, dalam tempo 3-6 bulan, sekitar 80% penderita GBS bisa sembuh total. Meski begitu, sekitar 15 persen pasien GBS tetap memiliki gejala sisa kelumpuhan dan nyeri. Biasanya, hal ini terjadi akibat penderita tidak mendapatkan terapi GBS dengan cepat, sehingga ada beberapa organ tubuh dan gejala sisa yang tidak bisa disembuhkan. Bahkan 3-6 persen penderita GBS berpeluang menghadapi kematian. Mereka ini umumnya terlambat mendapat pertolongan atau yang GBS-nya sudah sangat berat. Kematian umumnya terjadi bila pasien mengalami kesulitan bernapas karena saraf pernapasan di lehernya sudah rusak parah.

SERBA-SERBI TERAPI

Menurut Andreas , terapi terbaik untuk GBS adalah pemberian imunoglobulin. Dosisnya 2 gr/kg berat badan, dengan kecepatan laju infus kurang dari 200 ml/jam. Tujuan pemberian obat ini adalah menetralisir plasma darah yang tengah merusak saraf. "Dengan dosis tepat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah, gen antibodi perusak diharapkan bisa netral kembali. Namun patut dicatat, pada sekitar 20% pasien, obat tersebut menimbulkan efek samping berupa nyeri otot dan kedinginan."

Terapi lainnya adalah mencuci plasma penderita (plasmapheresis ). Plasma yang sudah rusak dari tubuh penderita dikeluarkan, lalu diganti dengan cairan plasma baru berupa 5% albumin salt free selama 8-10 hari. Plasma tersebut mampu membentengi tubuh dari autoimun yang merusak kantung saraf tadi.

Sementara gangguan motorik yang dialami penderita GBS mengharuskannya menjalani fisioterapi yang mesti dimulai sejak awal, yakni sejak kondisi pasien stabil dan bisa menjalani instruksi dari fisioterapis. Hanya saja ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, fase ketika gejala masih terus berlanjut sementara kondisi pasien belum terlihat membaik. Pada fase ini, yang diperlukan adalah mempertahankan kondisi pasien, meski kondisi pasien akan terus menurun. Kedua, fase penyembuhan, yakni ketika kondisi pasien membaik. Pada fase ini pengobatan fisioterapi ditujukan pada penguatan dan pengoptimalan kondisi pasien.

Pada fase pertama, kata Andreas, upaya menekan semua gangguan yang ada menjadi sedemikian penting. Sedangkan pada fase kedua, yang mesti ditekan adalah problem gangguan motorik. Secara keseluruhan, tindakan fisioterapi ditujukan pada pengoptimalan kemampuan fungsional pasien.

Menurut Andreas, kelumpuhan/plegia terjadi akibat banyaknya motor unit yang tidak terkonduksi saraf sehingga tidak bisa dikontraksikan. Sedangkan kelemahan otot/parese terjadi karena sebagian motor unit dalam satu otot masih terkonduksi saraf, sehingga masih mampu mengkontraksikan otot tersebut, meski lemah. Akan tetapi karena yang digerakkan hanya satu otot, penderita GBS umumnya akan lebih cepat lelah.

Dalam menjalankan terapi, seorang fisioterapis sebaiknya berpegang pada prinsip sistematis, sehingga tidak ada bagian tubuh yang terlewati. Bila dilakukan secara sistematis, fisioterapis sekaligus juga akan bisa mengamati perkembangan motorik pasien.

Terapi sebaiknya diawali dengan menggerakkan anggota tubuh dari yang paling lemah dan diakhiri dengan bagian tubuh yang terkuat. Secara psikis, urutan gerakan ini akan sangat membantu motivasi pasien. Bukan cuma menggerakkan bagian tubuh yang harus dilakukan secara sistematis, tapi arah gerakan setiap sendi pun harus dilatih secara sistematis, sehingga tidak ada gerakan otot yang terlupakan.

Yang tak kalah penting, fisioterapis juga harus mengamati tingkat toleransi pasien terhadap latihan. Jangan sampai pasien dibiarkan terlalu lelah atau kelewat memaksa diri dalam menggerakkan anggota tubuh. Kalau ini yang terjadi, jangankan mendatangkan hasil optimal, motor unit justru amat berpeluang mengalami kerusakan.

Selain itu, pasien perlu ditumbuhkan kesadarannya bahwa pada waktunya otot-ototnya akan kembali bergerak, asal latihannya dilakukan secara rutin. Dalam setiap sesi, frekuensi latihan pasien GBS seharusnya tidak terlalu tinggi. Ini diperlukan untuk mencegah kelelahan mengingat terbatasnya jumlah motor unit yang bekerja. Sedangkan intensitas latihan bisa ditingkatkan dengan melakukan lebih banyak sesi dalam sehari.

Saeful Imam

Serai dan Kegunaannya


Serai banyak dimanfaatkan untuk memberikan aroma segar pada kuah soto, opor, laksa, atau hidangan tumis. Serai tergolong rempah yang banyak dimanfaatkan pada masakan asal Asia Tenggara. Serai adalah tumbuhan semak. Umumnya yang digunakan adalah bagian batangnya.

Cara menggunakannya, potong batang serai sepanjang 10-15 cm dari ujung akarnya. Kupas hingga mendapatkan bagian yang putih lalu pukul-pukul hingga memar. Bagian ujung inilah yang berminyak dan mengeluarkan aroma yang khas.

Cara lainnya, iris bagian bawah batang serai dan tumbuk halus bersama bumbu lainnya.

Manfaat Daun Ketumbar


Bentuk daunnya mirip daun seledri. Namun, warna daunnya lebih muda dengan aroma tajam yang menyengat. Umumnya banyak dijual segar di pasar-pasar tradisional atau pasar swalayan. Bagian yang banyak digunakan adalah daun dan akarnya.

Daun ketumbar banyak dimanfaatkan untuk memberikan aroma pada hidangan berkuah, tumis atau untuk taburan, terutama pada hidangan seafood. Cara menggunakan, masukkan daun ketumbar utuh atau yang telah dicincang ke dalam masakan. Atau, taburkan daun ketumbar cincang di atas hidangan tumis atau sebagai garnis makanan.

Khusus untuk akar, umumnya dipakai untuk bumbu kari segar. Caranya, potong ujung akar kurang lebih sepanjang 2 cm ke arah batang daun ketumbar. Kemudian, haluskan bersama bumbu lainnya.

8 Cara Atasi Kegelisahan Bayi

Berikut ini adalah cara menggendong berserta gerakan-gerakan yang dapat membuat bayi merasa nyaman. Biasanya ayah dan ibu sudah mempraktikkan sebagian dari cara menggendong dan mengayun untuk meredakan tangisan si kecil. Hanya saja berangkali manfaat dan variasi lain dari menggendong dan mengayun ini belum seluruhnya diketahui. Nah, siapa tahu bayi Anda menyukai gaya-gaya berikut.

1. Menggendong

Menggendong bisa dibilang merupakan cara yang andal dalam mengatasi kerewelan bayi. Penelitian di Amerika menunjukkan bayi yang digendong paling sedikit tiga jam sehari, 40 persen di antaranya jarang menangis. Namun maksud menggendong di sini tidak hanya sekadar mengangkat dan menahan bayi dengan tangan kita tetapi bagaimana menggendong tersebut dapat membuat bayi merasa nyaman; yakni dengan memperhatikan lama waktu menggendong, jenis gendongan yang dipilih, dan cara menggunakan alat gendongan tersebut dengan tepat.

Salah satu cara menggendong yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kain panjang (jarit ) atau alat gendong (sling ). Gendonglah bayi dengan posisi agak menyamping sehingga ia dapat menatap wajah orang yang menggendongnya. Hal ini akan membuat bayi nyaman. Ketika si penggendong berjalan, "irama jalannya" akan mengingatkan bayi saat "digendong-gendong" dalam kandungan. Tetapi dianjurkan untuk tidak menggunakan gendongan dari jala karena alat ini tidak sepenuhnya menyangga tubuh si bayi.

Kelebihan lain menggendong, bayi akan merasa dekat dengan orang tuanya. Karena setiap kali digendong, dia dapat merasakan embusan hangat napas ayah atau ibu yang terdengar lembut. Suasana demikian dipercaya dapat membuat anak tumbuh menjadi sosok yang penuh kedamaian dan mudah untuk ditenangkan. Menurut ahli, menggendong bayi lebih baik dilakukan ketimbang menaruhnya dalam ayunan atau kereta dorong sendirian.

2. Menari

Gerakan menari diyakini dapat menenangkan bayi yang sedang rewel. Tentu saja bukan berarti orang tua harus bisa menari Pendet atau Serampang 12 yang memiliki urutan gerakan tertentu, tapi cukup dengan menggerak-gerakkan tubuh kita dalam pola yang teratur sehingga bayi merasa nyaman dalam dekapan. Umumnya, orang tua akan menciptakan jenis tarian yang disesuaikan dengan kebutuhannya dan si kecil. Berikut beberapa inspirasi tarian, dari yang gerakan sederhana hingga yang agak memerlukan sedikit tenaga, jadi sesuaikan dengan energi yang kita miliki:

* The Swing (gerakan mengayun)

Inilah gerakan alami yang biasanya secara spontan dilakukan orang tua untuk meredakan tangisan si kecil. Hanya saja, akan lebih nyaman jika si kecil didekap tepat di bawah leher kita. Ayun dari sisi kiri ke sisi kanan secara perlahan dan jangan terlalu menghentak karena dikhawatirkan akan membuat salah satu bagian tubuh bayi cedera, seperti dahi yang menempel di bawah leher.

* The Dip (gerakan naik turun)

Langkah ini bisa dijadikan sebagai variasi gerakan mengayun. Naik-turunkan lutut secara cepat dan teratur tetapi jangan menghentak. Lakukan terus sampai bayi merasa tenang.

* The Hop (gerakan melompat)

Lakukan gerakan melompat dengan menekuk lutut kiri dan kanan bergantian, masing-masing selama dua hitungan. Ingat, jangan melompat dengan menggunakan kaki secara bersamaan karena umumnya bayi tidak suka cara berhenti yang mendadak dan kita pun lebih mudah letih.

* The Bounce (gerakan melambung)

Posisikan bayi sehingga wajahnya berhadapan dengan wajah kita. Sanggalah bokongnya dengan tangan kanan sementara tangan kiri menyangga pundak dan lehernya. Lambungkan bayi dengan lembut ke atas dan ke bawah rata-rata enam puluh sampai tujuh puluh hitungan per menit. Tataplah matanya pada saat kita melambungkan tubuhnya. Beberapa bayi suka dilambungkan dengan lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih cepat. Peganglah yang kuat agar kita tidak lepas kendali dan membuat bayi malah bertambah rewel atau bahkan terjatuh. Jika si kecil menangis kala dilambungkan, segera hentikan cara ini dan cari cara lain untuk menenangkannya.

* The Rock (goyang ombang ambing)

Gerakannya mudah, kok. Sorongkan bayi ke depan dan ke belakang sambil didekap di dada kita. Untuk mudahnya, posisikan salah satu kaki di depan untuk menjaga keseimbangan tubuh kita. Sesekali ganti gerakan dengan mengayunnya dari kiri ke kanan.

* The Waltz (dansa waltz)

Gerakannya seperti pasangan yang tengah berdansa waltz. Hanya saja pasangan kita kali ini adalah si bayi. Jika belum pernah belajar waltz, mungkin kita perlu menyetel lagu berirama waltz untuk menemukan iramanya yaitu, "tu, wa, ga-tu, wa, ga" dan seterusnya. Sambil mengayun bayi, ke atas dan ke bawah, kita dapat melangkahkan kaki kiri dan kanan dalam hitungan "tu, wa, ga" seperti orang berdansa.

* The Tango (tango)

Sebagian besar bayi suka dengan gerakan berirama lembut, tetapi beberapa bayi suka dengan gerakan yang lebih "kasar". Gaya menari tango yang gerakannya cepat dan ada saat berhenti mendadak akan memberinya kejutan sehingga dapat menghentikan kerewelannya.

* The Twirl (putaran)

Selain gerakan populer seperti mengayunkan bayi ke atas dan ke bawah, ke belakang dan ke depan, atau ke kiri dan ke kanan, sebagian bayi juga senang dengan gerakan berputar 180 derajat dan diakhiri dengan berhenti mendadak. Keheranan bayi biasanya ditunjukkan dengan cara menatap ke arah kita. Jika kita bisa menjaga kontak mata dan menjaga gerakan, dia mungkin akan terus melihat kita untuk mengekspresikan apa yang sedang dirasakannya.

3. Mengayun bayi

Mengayun bayi dalam ayunan dapat digunakan sebagai variasi dalam menenangkan bayi yang rewel. Berbagai model ayunan bayi bisa dibeli di pasaran. Pilihlah yang bahan atau konstruksinya kuat. Yang perlu diketahui, ayunan tidak berkerja sebaik dekapan tangan manusia. Dengan menggendongnya, tubuh bayi akan bersentuhan dengan dada kita yang dapat menimbulkan kedekatan dan keakraban. Tetapi kalau orang tua sudah kecapekan, menaruh bayi dalam ayunan akan menjadi solusi yang tepat. Selagi si kecil terlena di ayunan, orang tua dapat beristirahat sejenak atau melakukan pekerjaan rumah yang lain.

4. Mengajak berkendara

Tentu hal ini bisa dilakukan jika orang tua sedang tidak sibuk. Letakkan bayi di car seat dan ajaklah ia berkeliling kurang lebih selama 25 menit. Jika memungkinkan, lakukan tanpa pernah berhenti. Sekembalinya di rumah, angkat bayi beserta car seat-nya agar tetap tenang. Yang perlu diperhatikan, pilihlah jalan yang lengang, tidak macet, tidak terpolusi, tidak riuh dengan suara klakson dan deru mobil, seperti jalan di seputar perumahan/kompleks. Tidak disarankan untuk mengajak bayi berkeliling dengan sepeda motor karena kendaraan jenis ini sangat terbuka. Dikhawatirkan bayi akan menghirup udara kotor atau diterpa sinar matahari yang terlalu terik.

5. Berjalan-jalan dengan kereta

Banyak ibu yang menenangkan bayinya dengan mengajaknya berjalan-jalan menggunakan kereta bayi. Tentu si kecil menikmati hal ini karena bisa merasakan suasana yang berbeda. Namun, saat mengajak si kecil jalan-jalan, pilih jalan yang landai dan lengang. Hindari jalan berbatu yang dapat membuat jalan kereta tidak mulus, dilewati banyak kendaraan, dan udaranya terpolusi. Selain itu pilihlah kereta bayi yang posisi sandarannya agak tegak (posisi duduk) sehingga dia bisa memandang ke depan dengan leluasa. Banyak bayi yang tidak suka diposisikan terbaring karena dia hanya bisa melihat pemandangan langit yang membosankan. Namun asal tahu saja, pada umumnya bayi lebih suka ditenangkan dalam dekapan daripada dengan mengajaknya berjalan-jalan di atas kereta bayi.

6. Menaruh bayi di atas bola

Berlututlah di atas lantai. Taruh perut bayi di atas bola yang besar. Pegang bayi dengan satu tangan, sedangkan tangan lain menggerakan bola dari sisi satu ke sisi lain.

7. Melambungkan Bayi

Tengkurapkan bayi di atas lutut kita dan goyang-goyangkan lutut dengan posisi turun naik. Bisa juga dilakukan dengan cara merebahkan diri di atas kasur dan meletakkan bayi di atas perut kita. Angkat dan turunkan perut kita sehingga bayi bisa merasakan gerakan naik-turun.

8. Berjalan-jalan

Salah satu cara mudah untuk menenangkan bayi adalah dengan jalan santai ketika bayi sedang rewel. Pemandangan yang berbeda dapat menghapus tangisannya. Tentu, tempat yang dipilih pun harus yang dapat membuat bayi merasa lebih nyaman, misalnya berjalan di taman dan di sekitar perumahan. Yang penting lokasinya tidak riuh apalagi ditambah dengan polusi udara dari kendaraan bermotor.

Irfan Hasuki

8 Cara Atasi Kegelisahan Bayi


Berikut ini adalah cara menggendong berserta gerakan-gerakan yang dapat membuat bayi merasa nyaman. Biasanya ayah dan ibu sudah mempraktikkan sebagian dari cara menggendong dan mengayun untuk meredakan tangisan si kecil. Hanya saja berangkali manfaat dan variasi lain dari menggendong dan mengayun ini belum seluruhnya diketahui. Nah, siapa tahu bayi Anda menyukai gaya-gaya berikut.

1. Menggendong

Menggendong bisa dibilang merupakan cara yang andal dalam mengatasi kerewelan bayi. Penelitian di Amerika menunjukkan bayi yang digendong paling sedikit tiga jam sehari, 40 persen di antaranya jarang menangis. Namun maksud menggendong di sini tidak hanya sekadar mengangkat dan menahan bayi dengan tangan kita tetapi bagaimana menggendong tersebut dapat membuat bayi merasa nyaman; yakni dengan memperhatikan lama waktu menggendong, jenis gendongan yang dipilih, dan cara menggunakan alat gendongan tersebut dengan tepat.

Salah satu cara menggendong yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kain panjang (jarit ) atau alat gendong (sling ). Gendonglah bayi dengan posisi agak menyamping sehingga ia dapat menatap wajah orang yang menggendongnya. Hal ini akan membuat bayi nyaman. Ketika si penggendong berjalan, "irama jalannya" akan mengingatkan bayi saat "digendong-gendong" dalam kandungan. Tetapi dianjurkan untuk tidak menggunakan gendongan dari jala karena alat ini tidak sepenuhnya menyangga tubuh si bayi.

Kelebihan lain menggendong, bayi akan merasa dekat dengan orang tuanya. Karena setiap kali digendong, dia dapat merasakan embusan hangat napas ayah atau ibu yang terdengar lembut. Suasana demikian dipercaya dapat membuat anak tumbuh menjadi sosok yang penuh kedamaian dan mudah untuk ditenangkan. Menurut ahli, menggendong bayi lebih baik dilakukan ketimbang menaruhnya dalam ayunan atau kereta dorong sendirian.

2. Menari

Gerakan menari diyakini dapat menenangkan bayi yang sedang rewel. Tentu saja bukan berarti orang tua harus bisa menari Pendet atau Serampang 12 yang memiliki urutan gerakan tertentu, tapi cukup dengan menggerak-gerakkan tubuh kita dalam pola yang teratur sehingga bayi merasa nyaman dalam dekapan. Umumnya, orang tua akan menciptakan jenis tarian yang disesuaikan dengan kebutuhannya dan si kecil. Berikut beberapa inspirasi tarian, dari yang gerakan sederhana hingga yang agak memerlukan sedikit tenaga, jadi sesuaikan dengan energi yang kita miliki:

* The Swing (gerakan mengayun)

Inilah gerakan alami yang biasanya secara spontan dilakukan orang tua untuk meredakan tangisan si kecil. Hanya saja, akan lebih nyaman jika si kecil didekap tepat di bawah leher kita. Ayun dari sisi kiri ke sisi kanan secara perlahan dan jangan terlalu menghentak karena dikhawatirkan akan membuat salah satu bagian tubuh bayi cedera, seperti dahi yang menempel di bawah leher.

* The Dip (gerakan naik turun)

Langkah ini bisa dijadikan sebagai variasi gerakan mengayun. Naik-turunkan lutut secara cepat dan teratur tetapi jangan menghentak. Lakukan terus sampai bayi merasa tenang.

* The Hop (gerakan melompat)

Lakukan gerakan melompat dengan menekuk lutut kiri dan kanan bergantian, masing-masing selama dua hitungan. Ingat, jangan melompat dengan menggunakan kaki secara bersamaan karena umumnya bayi tidak suka cara berhenti yang mendadak dan kita pun lebih mudah letih.

* The Bounce (gerakan melambung)

Posisikan bayi sehingga wajahnya berhadapan dengan wajah kita. Sanggalah bokongnya dengan tangan kanan sementara tangan kiri menyangga pundak dan lehernya. Lambungkan bayi dengan lembut ke atas dan ke bawah rata-rata enam puluh sampai tujuh puluh hitungan per menit. Tataplah matanya pada saat kita melambungkan tubuhnya. Beberapa bayi suka dilambungkan dengan lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih cepat. Peganglah yang kuat agar kita tidak lepas kendali dan membuat bayi malah bertambah rewel atau bahkan terjatuh. Jika si kecil menangis kala dilambungkan, segera hentikan cara ini dan cari cara lain untuk menenangkannya.

* The Rock (goyang ombang ambing)

Gerakannya mudah, kok. Sorongkan bayi ke depan dan ke belakang sambil didekap di dada kita. Untuk mudahnya, posisikan salah satu kaki di depan untuk menjaga keseimbangan tubuh kita. Sesekali ganti gerakan dengan mengayunnya dari kiri ke kanan.

* The Waltz (dansa waltz)

Gerakannya seperti pasangan yang tengah berdansa waltz. Hanya saja pasangan kita kali ini adalah si bayi. Jika belum pernah belajar waltz, mungkin kita perlu menyetel lagu berirama waltz untuk menemukan iramanya yaitu, "tu, wa, ga-tu, wa, ga" dan seterusnya. Sambil mengayun bayi, ke atas dan ke bawah, kita dapat melangkahkan kaki kiri dan kanan dalam hitungan "tu, wa, ga" seperti orang berdansa.

* The Tango (tango)

Sebagian besar bayi suka dengan gerakan berirama lembut, tetapi beberapa bayi suka dengan gerakan yang lebih "kasar". Gaya menari tango yang gerakannya cepat dan ada saat berhenti mendadak akan memberinya kejutan sehingga dapat menghentikan kerewelannya.

* The Twirl (putaran)

Selain gerakan populer seperti mengayunkan bayi ke atas dan ke bawah, ke belakang dan ke depan, atau ke kiri dan ke kanan, sebagian bayi juga senang dengan gerakan berputar 180 derajat dan diakhiri dengan berhenti mendadak. Keheranan bayi biasanya ditunjukkan dengan cara menatap ke arah kita. Jika kita bisa menjaga kontak mata dan menjaga gerakan, dia mungkin akan terus melihat kita untuk mengekspresikan apa yang sedang dirasakannya.

3. Mengayun bayi

Mengayun bayi dalam ayunan dapat digunakan sebagai variasi dalam menenangkan bayi yang rewel. Berbagai model ayunan bayi bisa dibeli di pasaran. Pilihlah yang bahan atau konstruksinya kuat. Yang perlu diketahui, ayunan tidak berkerja sebaik dekapan tangan manusia. Dengan menggendongnya, tubuh bayi akan bersentuhan dengan dada kita yang dapat menimbulkan kedekatan dan keakraban. Tetapi kalau orang tua sudah kecapekan, menaruh bayi dalam ayunan akan menjadi solusi yang tepat. Selagi si kecil terlena di ayunan, orang tua dapat beristirahat sejenak atau melakukan pekerjaan rumah yang lain.

4. Mengajak berkendara

Tentu hal ini bisa dilakukan jika orang tua sedang tidak sibuk. Letakkan bayi di car seat dan ajaklah ia berkeliling kurang lebih selama 25 menit. Jika memungkinkan, lakukan tanpa pernah berhenti. Sekembalinya di rumah, angkat bayi beserta car seat-nya agar tetap tenang. Yang perlu diperhatikan, pilihlah jalan yang lengang, tidak macet, tidak terpolusi, tidak riuh dengan suara klakson dan deru mobil, seperti jalan di seputar perumahan/kompleks. Tidak disarankan untuk mengajak bayi berkeliling dengan sepeda motor karena kendaraan jenis ini sangat terbuka. Dikhawatirkan bayi akan menghirup udara kotor atau diterpa sinar matahari yang terlalu terik.

5. Berjalan-jalan dengan kereta

Banyak ibu yang menenangkan bayinya dengan mengajaknya berjalan-jalan menggunakan kereta bayi. Tentu si kecil menikmati hal ini karena bisa merasakan suasana yang berbeda. Namun, saat mengajak si kecil jalan-jalan, pilih jalan yang landai dan lengang. Hindari jalan berbatu yang dapat membuat jalan kereta tidak mulus, dilewati banyak kendaraan, dan udaranya terpolusi. Selain itu pilihlah kereta bayi yang posisi sandarannya agak tegak (posisi duduk) sehingga dia bisa memandang ke depan dengan leluasa. Banyak bayi yang tidak suka diposisikan terbaring karena dia hanya bisa melihat pemandangan langit yang membosankan. Namun asal tahu saja, pada umumnya bayi lebih suka ditenangkan dalam dekapan daripada dengan mengajaknya berjalan-jalan di atas kereta bayi.

6. Menaruh bayi di atas bola

Berlututlah di atas lantai. Taruh perut bayi di atas bola yang besar. Pegang bayi dengan satu tangan, sedangkan tangan lain menggerakan bola dari sisi satu ke sisi lain.

7. Melambungkan Bayi

Tengkurapkan bayi di atas lutut kita dan goyang-goyangkan lutut dengan posisi turun naik. Bisa juga dilakukan dengan cara merebahkan diri di atas kasur dan meletakkan bayi di atas perut kita. Angkat dan turunkan perut kita sehingga bayi bisa merasakan gerakan naik-turun.

8. Berjalan-jalan

Salah satu cara mudah untuk menenangkan bayi adalah dengan jalan santai ketika bayi sedang rewel. Pemandangan yang berbeda dapat menghapus tangisannya. Tentu, tempat yang dipilih pun harus yang dapat membuat bayi merasa lebih nyaman, misalnya berjalan di taman dan di sekitar perumahan. Yang penting lokasinya tidak riuh apalagi ditambah dengan polusi udara dari kendaraan bermotor.

Irfan Hasuki