Saturday, June 21, 2025

Jagalah Allah, Niscaya Dia Menjagamu.

 


Buku: "Jagalah Allah, Niscaya Dia Menjagamu"


Pendahuluan

Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma ini mengandung inti sari ajaran tauhid, tawakal, dan penghambaan yang sejati kepada Allah Ta'ala. Buku ini akan mengupas maknanya secara mendalam, disertai ayat-ayat Al-Qur'an, tafsir, serta nasihat dari para sufi besar.


Hadis Utama

Dari Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:

Suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda:

"Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering." (HR. Tirmidzi no. 2516)


Ayat-ayat Al-Qur'an Terkait

  1. QS. Al-Baqarah: 286

🄟

اللّهُ لا يكلّفُ نَفسًا إِلَا وُسْعَها

Allâhu lâ yukallifu nafsan illâ wus'ahâ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

  1. QS. At-Taubah: 51

قُلْ لَنْ يُصِيبَنا إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَنا

Qul lan yushîbanâ illâ mâ kataba Allâhu lanâ

"Katakanlah: 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.'"

  1. QS. Al-Anfal: 17

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنْ اللهُ رَمَىْ

Wamâ ramayta idz ramayta walâkinna Allâha ramâ

"Bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah-lah yang melempar."


Tafsir dan Hikmah Hadis

  1. Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu

Menjaga Allah artinya menjaga perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan selalu mengingat-Nya. Allah akan menjaga hamba-Nya dari bahaya dunia dan akhirat.

  1. Mintalah hanya kepada Allah

Dalam semua kebutuhan hidup, sandaran utama adalah Allah. Makhluk hanyalah perantara.

  1. Ketetapan takdir

Apapun yang terjadi dalam hidup ini, semuanya telah Allah tetapkan di Lauhul Mahfuzh. Tidak ada yang mampu mengubahnya kecuali dengan izin-Nya.


Nasihat dari Para Tokoh Sufi

  1. Hasan al-Bashri: "Ketahuilah, siapa yang mengenal Allah maka ia tidak akan berharap selain kepada-Nya dan tidak takut selain kepada-Nya."

  2. Rabi'ah al-Adawiyah: "Aku tidak beribadah karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi karena cinta kepada-Nya."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Ketika aku mengenal Allah, hilanglah segala ketakutanku kepada selain Dia."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Tauhid adalah melepaskan hati dari segala yang selain Allah."

  5. Al-Hallaj: "Aku adalah kebenaran" (Anal Haqq), yakni seluruh wujudnya larut dalam wujud Allah.

  6. Imam Al-Ghazali: "Tidak ada ketenangan hati kecuali dengan menyaksikan ketetapan Allah yang Maha Bijaksana."

  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jadilah engkau seperti mayat di tangan orang yang memandikannya; pasrah penuh kepada ketentuan Allah."

  8. Jalaluddin Rumi: "Jangan putus asa, bahkan dari reruntuhan hatimu akan tumbuh taman yang indah."

  9. Ibnu 'Arabi: "Allah adalah Wujud Hakiki. Semua yang selain-Nya hanyalah bayang-bayang dari keberadaan-Nya."

  10. Ahmad al-Tijani: "Semua kesulitan adalah sarana Allah untuk meninggikan derajat hamba-Nya."


Penutup

Hadis ini mengajarkan fondasi tauhid yang kuat: hanya Allah sandaran kita. Tawakal, sabar, dan ridha kepada takdir adalah jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Semoga kita mampu menjaga Allah dalam hati, lisan, dan amal kita.


HANYA DENGAN RAHMAT ALLAH.

 


Judul: HANYA DENGAN RAHMAT ALLAH: 

Hakikat Surga, Neraka, dan Amal

Hadis Utama: "Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah." (HR. Muslim No. 2817)

BAB 1: SEBAB HADIS INI DISAMPAIKAN.

Hadis ini disampaikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai pelurusan pemahaman umat yang mungkin mengira bahwa amalan saja cukup memasukkan ke surga. Nabi menegaskan bahwa sehebat apapun amal manusia, tidak akan cukup untuk menebus surga, karena surga terlalu mahal. Yang membuat seseorang masuk surga adalah rahmat Allah Ta'ala. Sebab turunnya hadis ini diriwayatkan dalam beberapa kesempatan ketika Nabi menjelaskan kepada sahabat tentang hakikat amal dan rahmat Allah.

BAB 2: HAKEKAT HADIS INI

Hakikat dari hadis ini menunjukkan:

  • Surga adalah anugerah, bukan hasil transaksi amal.
  • Amal hanyalah sarana yang menunjukkan keikhlasan dan ketaatan.
  • Rahmat Allah meliputi segala sesuatu.
  • Manusia wajib beramal sebagai bukti keimanan, namun tetap memohon rahmat-Nya.

BAB 3: DALIL-DALIL PENDUKUNG

  1. Surah Al-A'raf ayat 56:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

"Wa rahmati wasi'at kulla syai'in."

"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu."

Tafsir: Rahmat Allah luas, mencakup dunia dan akhirat. Tidak ada makhluk yang bisa keluar dari lingkup rahmat-Nya.

  1. Surah An-Najm ayat 32:

هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

"Huwa a'lamu bimanit taqaa."

"Dialah yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa."

Tafsir: Allah menilai ketakwaan hamba, bukan sekadar banyaknya amal.

  1. Surah Al-Anbiya ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

"Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'aalamin."

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."

Tafsir: Seluruh risalah Nabi Muhammad adalah manifestasi rahmat Allah.

BAB 4: PENDAPAT DAN NASEHAT PARA ULAMA SUFI

  1. Hasan al-Bashri: "Orang beramal bukan karena mengandalkan amal itu, tetapi karena malu kepada Allah bila tidak taat. Orang beriman senantiasa takut akan amalnya sendiri, takut jika tidak diterima."

  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tidak menyembah Allah karena mengharap surga atau takut neraka, tetapi karena cinta. Jika aku beribadah karena mengharap surga, haramkan aku dari surga. Jika karena takut neraka, masukkan aku ke neraka. Aku ingin ibadahku murni karena cinta."

  3. Abu Yazid al-Bistami: "Jalan menuju Allah bukan karena amalmu, tetapi karena limpahan karunia-Nya. Amal hanyalah tanda adab di hadapan-Nya."

  4. Junaid al-Baghdadi: "Thariqah kami dibangun atas keikhlasan dalam beramal dan pengakuan atas kelemahan diri. Rahmat Allah-lah yang mengangkat derajat seorang hamba."

  5. Al-Hallaj: "Rahmat Allah itu seperti lautan, sedangkan amal manusia seperti setetes embun. Maka janganlah sombong dengan amalmu."

  6. Abu Hamid al-Ghazali: "Amal itu seperti benih. Yang menumbuhkan adalah Allah. Maka jangan engkau mengira engkau yang menumbuhkan pohon keimanan. Sebab itu adalah karunia-Nya."

  7. Abdul Qadir al-Jailani: "Amal baikmu hanyalah undangan bagi rahmat Allah untuk mendatangimu. Jangan bangga dengan amalmu, tetapi bersyukurlah karena Allah masih memberimu taufiq."

  8. Jalaluddin Rumi: "Lautan rahmat Allah terlalu luas, bahkan orang yang tenggelam dalam dosa pun masih punya pintu taubat. Rahmat-Nya seperti matahari, menerangi semua makhluk."

  9. Ibnu ‘Arabi: "Hakikat wujud itu adalah rahmat. Karena itu semua eksistensi selain Allah bergantung penuh pada rahmat-Nya. Bahkan amal adalah pancaran dari rahmat yang sudah terlebih dulu datang."

  10. Ahmad al-Tijani: "Barangsiapa mengaku selamat karena amalnya, ia tersesat. Hanya rahmat Allah yang menjadi sebab keselamatan. Karena itu amalkan wirid, dzikir, shalawat, tetapi tetaplah berharap hanya kepada rahmat-Nya."

BAB 5: RENUNGAN PRAKTIS

  • Beramal adalah kewajiban.
  • Berharap diterima amal hanyalah dengan rahmat.
  • Jangan merasa aman dari murka Allah meski banyak amal.
  • Jangan pula putus asa meski sedikit amal.
  • Rahmat Allah selalu terbuka, teruslah mengetuk dengan amal, doa dan taubat.

PENUTUP:

Rahmat Allah adalah segala-galanya. Amal hanyalah bukti cinta kita kepada-Nya. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang dikaruniai rahmat-Nya, sehingga dapat masuk surga bukan karena amal, melainkan karena kasih sayang-Nya.