Saturday, May 3, 2025

Kejujuran.

 Berikut adalah Hadis ke-52 Riyadhus Shalihin, yang termasuk dalam Bab Kejujuran (Bab Ash-Shidq), lengkap dengan tafsir/syarah dan pelajaran yang bisa diambil:

---

Hadis 52 – Tentang Kejujuran

عَنْ أَبِي سُفْيَانَ صَخْرِ بْنِ حَرْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فِي حَدِيثِهِ الطَّوِيلِ فِي قِصَّةِ هِرَقْلَ، قَالَ:


*فَسَأَلَنِي عَنْ مَا يَأْمُرُ بِهِ -يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقُلْتُ: يَقُولُ: اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ، وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ، وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ، وَالصِّدْقِ، وَالْعَفَافِ، وَالصِّلَةِ.

(Muttafaqun ‘alaih – HR. Bukhari dan Muslim)

---

Terjemahan:

Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb radhiyallahu ‘anhu, dalam kisah panjangnya tentang Heraklius (Kaisar Romawi), dia berkata:

"Ia (Heraklius) bertanya kepadaku tentang apa yang diperintahkan oleh Nabi (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam). Maka aku jawab: 'Beliau mengatakan: Sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. Beliau juga memerintahkan kami untuk shalat, jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahmi.'"

---

Tafsir dan Penjelasan Hadis:

Hadis ini merupakan bagian dari kisah pertemuan Heraklius dengan Abu Sufyan, sebelum Abu Sufyan masuk Islam. Heraklius sedang menyelidiki kenabian Muhammad saw. Ia menanyai Abu Sufyan, musuh Nabi saat itu, tetapi Abu Sufyan tetap berkata jujur, karena malu jika diketahui berbohong oleh rombongannya.

Isi ajaran yang dijawab Abu Sufyan menunjukkan inti dakwah Rasulullah:

1. Tauhid: Menyembah Allah semata dan meninggalkan syirik.

2. Pemurnian Aqidah: Meninggalkan tradisi nenek moyang yang menyimpang.

3. Amal Shalih: Menegakkan shalat.

4. Akhlak Mulia: Jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahmi.

---

Pelajaran yang Dapat Diambil:

1. Kejujuran adalah ciri utama dakwah Islam. Nabi saw meletakkan kejujuran sebagai ajaran pokok bersama tauhid dan shalat.

2. Jujur itu memikat, bahkan musuh pun mengakuinya. Abu Sufyan jujur di hadapan Heraklius walaupun belum Islam.

3. Kejujuran adalah bagian dari keimanan, bukan sekadar akhlak sosial.

4. Dakwah Islam itu menyeluruh: mencakup akidah, ibadah, dan akhlak.

5. Pemimpin seperti Heraklius pun bisa mengakui kebenaran Islam jika mendengar kesaksian jujur tentang Nabi.

6. Menjaga kehormatan dan silaturahmi termasuk inti ajaran Islam, bukan sekadar perbuatan baik biasa.

---

Berikut ini nasihat dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari yang selaras dengan makna Hadis ke-52 Riyadhus Shalihin, khususnya tentang kejujuran (ash-shidq) sebagai inti dakwah dan akhlak Islam.

---

1. Nasehat Syekh Abdul Qadir al-Jailani tentang Kejujuran (Ash-Shidq):

Dalam kitabnya Al-Fath ar-Rabbani, Syekh Abdul Qadir berkata:

> "Jadilah engkau orang yang jujur, maka engkau akan selamat. Jujurlah kepada Allah dalam setiap keadaanmu. Jujurlah dalam niatmu, ucapanmu, dan amalmu. Sebab, orang yang jujur akan diberi jalan keluar walau dalam kesempitan."

Penjelasan:

Syekh Abdul Qadir memandang kejujuran sebagai landasan utama perjalanan menuju Allah.

Jujur bukan hanya dalam kata-kata, tapi dalam niat, amal, dan posisi hati.

Hal ini selaras dengan Hadis 52 yang menggambarkan bahwa Nabi memerintahkan umatnya untuk jujur sebagai bentuk dari iman dan akhlak utama.

---

2. Nasehat Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari dalam al-Hikam:

> "Ash-shidq (kejujuran) adalah paku dari segala amal. Maka barangsiapa yang tidak jujur, amalnya tidak akan kokoh."

Dan dalam hikmah lainnya:

> "Orang yang jujur bersama Allah, dia akan sampai kepada-Nya, meskipun amalnya sedikit."

Penjelasan:

Ibnu ‘Atha’illah menekankan bahwa kejujuran adalah ruh ibadah dan amal saleh.

Orang yang berjuang jujur dalam beragama, walau sederhana amalnya, akan diberi jalan oleh Allah karena dia tidak berpura-pura dalam hubungannya dengan-Nya.

Ini sesuai dengan Hadis 52: Rasulullah memerintahkan kejujuran sebagai bagian dari dakwah dan tanda kesempurnaan iman.

---

Kesimpulan Hikmah dari Hadis 52 serta Nasehat Ulama:

Jujur adalah pilar akhlak dan inti dakwah.

Jujur kepada Allah lebih utama daripada hanya jujur kepada manusia.

Kejujuran membawa keberkahan, memperkokoh amal, dan mengantarkan seseorang kepada maqam tinggi di sisi Allah (shiddiqin).

Orang jujur dihormati, bahkan oleh musuhnya (seperti dalam kisah Abu Sufyan dan Heraklius).

---


No comments: