Saturday, May 3, 2025

Orang Mulia dan Orang Bijaksana.

 Dari Yahya bin Mu'adz ra:

“Orang mulia tidak berani berbuat maksiat kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mementingkan dunia atas akhirat.”

Orang yang mulia adalah orang yang baik perbuatannya, yang memuliakan dirinya dengan cara mempertebal ketakwaan dan kewaspadaan – dalam menghadapi maksiat.

Pernyataan ini mencerminkan nilai-nilai utama dalam Islam: kemuliaan sejati tidak diukur dari harta, nasab, atau jabatan, melainkan dari akhlak, ketakwaan, dan kepekaan terhadap dosa (wara’). Mari kita uraikan beserta ayat dan hadisnya.

---

Penjelasan:

1. Orang yang baik perbuatannya:

Islam sangat menekankan amal salih dan akhlak yang baik. Kemuliaan seseorang terlihat dari perbuatannya kepada Allah dan sesama manusia.

2. Memuliakan dirinya dengan ketakwaan:

Ketakwaan adalah menjaga diri dari maksiat dengan mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah ukuran kemuliaan dalam pandangan Allah.

3. Kewaspadaan terhadap maksiat (wara’):

Wara’ berarti hati-hati terhadap perkara yang syubhat (samar) atau yang bisa menjerumuskan ke dosa. Inilah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri di hadapan Allah.

---

Dalil Al-Qur'an:

1. Kemuliaan dengan takwa:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."

(QS. Al-Hujurat 49:13)

Ayat ini menegaskan bahwa takwa adalah standar kemuliaan dalam Islam.

2. Perbuatan baik membawa kemuliaan:

"Barang siapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik."

(QS. An-Nahl 16:97)

Perbuatan baik yang didasarkan pada iman akan menghasilkan kehidupan yang mulia di dunia dan akhirat.

---

Hadis Nabi Muhammad SAW:

1. Tentang menjaga diri dari maksiat (wara’):

"Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang samar (syubhat)... Barang siapa yang menjaga diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa kewaspadaan terhadap maksiat adalah bentuk memuliakan diri.

2. Tentang kemuliaan dengan akhlak:

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya."

(HR. Tirmidzi, Hasan Sahih)

---

Kesimpulan:

Orang yang benar-benar mulia di sisi Allah:

Baik amalnya (akhlak dan ibadahnya),

Menjaga kehormatan dirinya dengan takwa,

Berhati-hati dalam urusan dosa (wara’).

Kemuliaan lahir dari hubungan yang lurus dengan Allah dan manusia, bukan dari duniawi.

----------------------

Sedangkan orang bijaksana adalah orang yang tidak mendahulukan mengutamakan dunia dan yang menahan nafsunya dari perbuatan yang menyeleweng dari petunjuk akalnya yang sehat.

Pernyataan ini mengandung nilai luhur dalam Islam: kebijaksanaan sejati adalah kemampuan mengendalikan nafsu dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama, melainkan sebagai sarana menuju akhirat. Mari kita jabarkan dengan penjelasan, ayat Al-Qur’an, dan hadis.

---

Penjelasan:

1. Orang bijaksana tidak mengutamakan dunia:

Orang yang bijak menyadari bahwa dunia hanyalah tempat singgah, bukan tujuan akhir.

Ia menempatkan dunia sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan akhirat.

2. Menahan nafsu dari menyimpang dari akal sehat:

Nafsu yang tidak dikendalikan akan mendorong manusia ke jalan yang menyalahi akal dan hati nurani.

Akal yang sehat senantiasa mengarahkan manusia kepada kebaikan dan ketakwaan.

---

Dalil Al-Qur’an:

1. Tentang kehidupan dunia sebagai ujian:

"Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?"

(QS. Al-An’am 6:32)

Ayat ini mengingatkan bahwa dunia tidak layak dijadikan tujuan utama, hanya tempat ujian.

2. Tentang orang yang menahan hawa nafsunya:

"Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya."

(QS. An-Nazi’at 79:40–41)

Orang yang bijaksana akan menahan nafsunya, karena menyadari akibatnya di akhirat.

---

Hadis Nabi Muhammad SAW:

1. Orang cerdas adalah yang menyiapkan akhirat:

"Orang yang cerdas (bijaksana) adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah (tanpa amal)."

(HR. Tirmidzi, Hasan)

Hadis ini secara langsung menegaskan bahwa orang bijak adalah yang menahan hawa nafsu dan tidak terperdaya oleh dunia.

---

Kesimpulan:

Orang yang bijaksana dalam pandangan Islam:

Tidak menjadikan dunia sebagai prioritas,

Menahan hawa nafsunya agar tidak melenceng dari petunjuk akal sehat,

Mengarahkan hidupnya untuk meraih akhirat.

Inilah bentuk hikmah (kebijaksanaan) yang lahir dari iman dan takwa.

No comments: