Friday, May 2, 2025

Ad-Dukhan: 20.

Berikut penjelasan lengkap tentang Q.S. Ad-Dukhan ayat 20, mencakup teks ayat, terjemahan, tafsir, asbabun nuzul (sebab turunnya) jika ada, dan perintah atau larangan yang terkandung di dalamnya:


Q.S. Ad-Dukhan: 20

Teks Arab:
وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَن تَرْجُمُونِ

Transliterasi:
Wa innī 'udtu bi rabbī wa rabbikum an tarjumūn.

Terjemahan (Kemenag RI):
"Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari keinginanmu melempari aku dengan batu."


Tafsir Ringkas:

Ayat ini merupakan perkataan Nabi Musa AS kepada Fir'aun dan kaumnya ketika mereka mengancam akan membunuh atau menyakitinya karena dakwahnya yang menyeru untuk menyembah Allah, bukan menyembah Fir'aun.

  • "Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu": menunjukkan tauhid, bahwa Tuhan Musa adalah juga Tuhan mereka—satu-satunya Tuhan yang benar.
  • "Agar kalian tidak merajamku": artinya Musa menghindari kekerasan atau penganiayaan atas seruan dakwahnya, dan menyerahkan perlindungan kepada Allah.

Tafsir dari beberapa sumber:

Tafsir Al-Muyassar:

Musa berkata: “Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari keburukan kalian dan dari tindakan kalian melempariku dengan batu atau menyakitiku.”

Tafsir Ibn Katsir:

Musa menunjukkan bahwa perlindungan sejatinya datang dari Allah. Ia tidak membalas dengan kekerasan, tapi menyerahkan dirinya kepada Rabb semesta alam, dan tetap menyampaikan risalah kebenaran dengan sabar.


Asbabun Nuzul (Sebab Turun Ayat):

Tidak ada riwayat spesifik yang menyebutkan sebab khusus turunnya ayat ini. Ayat ini merupakan bagian dari kisah Nabi Musa dalam dialog dengan Fir’aun dan merupakan bagian dari pelajaran sejarah kerasulan bagi umat Islam.


Kandungan Hukum / Perintah atau Larangan:

Perintah:

  • Bertawakal dan berlindung kepada Allah saat menghadapi ancaman dalam berdakwah.
  • Menyerukan tauhid: bahwa Allah adalah Tuhan semua manusia, bukan hanya kaum tertentu.

Larangan (tersirat):

  • Melarang kekerasan terhadap orang yang menyampaikan kebenaran.
  • Mengecam tindakan menghalangi dakwah dengan kekerasan atau ancaman.

Berikut ini beberapa hadis yang berkaitan makna atau semangat dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20, yaitu berlindung kepada Allah saat menghadapi ancaman karena dakwah dan menyeru kepada tauhid dengan sabar:


1. Hadis tentang Berlindung kepada Allah dari Kezaliman

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menolak kezaliman penguasa karena Allah, maka baginya surga.”
(HR. An-Nasa’i no. 4209, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Kaitannya dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20:
Seperti Nabi Musa yang berdakwah di hadapan Fir'aun, umat Islam juga dianjurkan untuk menolak kebatilan dan kezaliman, dengan tetap meminta perlindungan kepada Allah, bukan mengandalkan kekuatan sendiri.


2. Hadis tentang Keutamaan Menyampaikan Kebenaran di Hadapan Penguasa Zalim

Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik jihad adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi – Hasan)

Kaitannya:
Musa berkata, “Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu…” ketika menghadapi ancaman dari Fir’aun. Ini menjadi contoh keberanian yang berlandaskan tauhid, yang juga ditegaskan dalam hadis ini.


3. Hadis tentang Tawakal dan Perlindungan kepada Allah

Rasulullah SAW bersabda:

“Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki: ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2344)

Kaitannya:
Ayat Ad-Dukhan: 20 mengandung makna tawakal. Musa tidak membalas kekerasan Fir'aun, tapi memilih berlindung kepada Allah. Ini adalah inti dari keimanan dan kebergantungan hanya kepada-Nya.


Kesimpulan:

Hadis-hadis tersebut menguatkan pesan dari Q.S. Ad-Dukhan: 20 yaitu:

  • Jangan takut menyampaikan kebenaran.
  • Berlindung hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk.
  • Dakwah membutuhkan keberanian yang dibarengi tawakal.

Mari kita coba hubungkan Q.S. Ad-Dukhan: 20 dengan kondisi sosial dan keagamaan di Indonesia saat ini, terutama dalam konteks dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan tantangan dalam menyeru kebenaran:

---

Q.S. Ad-Dukhan: 20

“Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari keinginanmu melempari aku dengan batu.”

---

Sangkutan dengan Keadaan di Indonesia Sekarang

1. Dakwah yang Mulai Dianggap Ancaman

Di berbagai tempat di Indonesia, dakwah yang murni (terutama yang menyuarakan tauhid, kejujuran, atau mengkritik praktik kesyirikan dan kemunafikan) kadang dianggap mengganggu status quo. Seperti Nabi Musa, para da’i bisa saja dituduh radikal, intoleran, atau dibungkam hanya karena menyampaikan kebenaran yang tidak enak di telinga penguasa atau masyarakat awam.

Contoh nyata:

Ustaz atau aktivis Islam yang diperkarakan secara hukum hanya karena menyampaikan kebenaran.

Ceramah atau pesan yang disensor jika menyinggung kesalahan elite, korupsi, atau praktik batil lainnya.

---

2. Berlindung kepada Allah, Bukan Penguasa

Musa berkata: “Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu.”

Hari ini, sebagian orang justru mencari perlindungan pada jabatan, koneksi, atau uang, bukan kepada Allah. Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga hati tetap bergantung kepada Allah ketika dakwah dan kebenaran diperjuangkan.

---

3. Tugas Orang Beriman: Menyeru Tanpa Takut

Ayat ini memberi pelajaran bahwa tugas seorang mukmin adalah:

Berkata benar walau ditolak.

Menyeru kepada tauhid walau ditentang.

Berlindung kepada Allah jika diancam atau dizalimi.

Dalam konteks Indonesia, ini berarti:

Terus menyuarakan keadilan, kebaikan, dan syariat, meski ada tekanan.

Menolak kompromi terhadap kebatilan, walau dengan risiko sosial atau politik.

---

Q.S. Ad-Dukhan: 20 adalah cermin perjuangan dakwah di zaman kini:

Dalam masyarakat yang kadang tidak suka dinasihati, dalam sistem yang kadang tidak adil kepada para penyeru kebenaran, kita diajarkan untuk tidak takut, tidak membalas kekerasan, dan hanya memohon perlindungan kepada Allah.


Berikut ini adalah nasehat dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Ibnu 'Athaillah as-Sakandari yang selaras dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20, khususnya tentang keteguhan dalam dakwah, menyerahkan diri kepada Allah, dan tauhid yang murni:


1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Dalam kitab Futuh al-Ghaib dan al-Fath ar-Rabbani, beliau banyak menekankan pentingnya bergantung hanya kepada Allah, apalagi saat menghadapi penolakan atau ancaman karena membawa kebenaran.

Nasehat terkait:

“Janganlah engkau takut kepada makhluk ketika engkau di jalan Allah. Takutlah kepada Allah dan mintalah perlindungan hanya kepada-Nya. Bila semua makhluk bersatu untuk mencelakaimu, mereka tidak akan mampu kecuali dengan izin-Nya.”
— (Futuh al-Ghaib, majlis ke-10)

Kaitannya dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20:
Ini sejalan dengan Musa yang tidak takut kepada ancaman Fir’aun, melainkan berlindung hanya kepada Allah.


2. Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari

Dalam al-Hikam (kitab hikmah beliau yang masyhur), banyak sekali ungkapan yang menguatkan prinsip tauhid, tawakal, dan istiqamah dalam menghadapi rintangan dakwah atau cobaan.

Hikmah ke-23 dalam al-Hikam:

"Ketika Allah membukakan bagimu jalan menuju-Nya, maka jangan pedulikan sedikitnya amalmu. Karena sesungguhnya Dia tidak membukakannya bagimu kecuali Dia ingin memperkenalkan diri-Nya kepadamu.”

Hikmah ke-51:

“Jika engkau dalam keadaan takut kepada makhluk, itu tanda lemahnya keyakinanmu bahwa Allah mencukupi.”

Kaitannya dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20:
Seperti Musa yang menyadari bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan semua makhluk, Ibnu Atha’illah menegaskan bahwa takut kepada makhluk adalah kelemahan tauhid—seharusnya hanya bergantung dan takut kepada Allah saja.


Kesimpulan:

Baik Syekh Abdul Qadir al-Jailani maupun Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari menekankan prinsip yang sama dengan Q.S. Ad-Dukhan: 20:

  • Berlindung hanya kepada Allah.
  • Tidak gentar pada ancaman manusia.
  • Menjaga tauhid dan keyakinan di tengah ujian dakwah.



No comments: