Saturday, June 14, 2025

Laa Taghdab wa Lakal Jannah.


 

Judul: Laa Taghdab wa Lakal Jannah: Hakikat, Tafsir, dan Nasehat Para Arif Billah


Bab 1: Hadis Utama

Arab:

لا تغضب وَلَكَ الْجَنَّة

Latin:

Laa taghdab wa laka al-jannah.

Artinya:

Jangan sekali-kali engkau marah, maka bagimu surga.

Sumber Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (no. 6116) dalam kitab al-Adab.

Konteks Hadis: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan berkata, "Berilah aku wasiat." Maka Rasulullah bersabda, "Jangan marah." Ia mengulangi permintaannya beberapa kali, dan Nabi terus berkata, "Jangan marah."


Bab 2: Tafsir dan Makna Hakiki

Makna "Jangan Marah" dalam Hakikat Ruhani: Marah adalah api dari syaitan. Ia merusak akal, menggelapkan hati, dan membakar amal. Nabi menyuruh menahan marah bukan hanya sebagai akhlak sosial, tetapi juga pembersihan jiwa.


Bab 3: Ayat Al-Qur'an Terkait

Surah Ali 'Imran (3:134)

Arab:

الَّذِيْنَ يُنْفِقُونَ فِي الْسَّرَّاءِ وَالْضَّرَّاءِ وَالكَاظِمِينَ الغَيْظَ وَالعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Latin:

Alladziina yunfiquuna fi as-sarraa'i wa ad-darraa'i wal-kaazhimiinal ghaizha wal-'aafiina 'anin-naas wallaahu yuhibbul muhsiniin.

Artinya:

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.


Bab 4: Relevansi dengan Keadaan Sekarang

Di zaman modern yang penuh tekanan, marah sering menjadi pelampiasan terhadap masalah sosial, ekonomi, dan digital. Banyak konflik rumah tangga, perpecahan komunitas, bahkan perang dimulai dari kemarahan yang tidak dikendalikan. Islam mengajarkan bahwa kekuatan sejati adalah menguasai amarah, bukan meluapkannya.


Bab 5: Nasehat Para Arif Billah

  1. Hasan al-Bashri:

"Marah adalah awal dari kebinasaan jiwa. Tidak ada hikmah bersama marah kecuali engkau cepat-cepat memadamkannya."

  1. Rabi‘ah al-Adawiyah:

"Bagaimana mungkin engkau ingin melihat Allah sedangkan hatimu dipenuhi bara amarah terhadap makhluk-Nya?"

  1. Abu Yazid al-Bistami:

"Aku mati berkali-kali setiap kali aku marah. Hingga suatu hari, aku hanya marah kepada jiwaku yang menginginkan selain Allah."

  1. Junaid al-Baghdadi:

"Orang yang marah karena dirinya adalah budak hawa nafsunya, tapi yang menahan marah demi Allah adalah wali-Nya."

  1. Al-Hallaj:

"Api marah tidak bisa padam kecuali dengan air ma’rifah. Dan ma’rifah tak mungkin masuk hati yang gelap oleh ego."

  1. Imam Al-Ghazali:

"Marah itu seperti anjing yang buas; jika tak dikendalikan akan menggigit tuannya sendiri. Latihlah nafsumu dengan sabar, maka ia akan tunduk."

  1. Abdul Qadir al-Jailani:

"Jangan engkau bicara dengan marah, karena itu tanda kekalahan rohmu oleh nafsu. Diam dan berdoalah agar hatimu menjadi taman cahaya."

  1. Jalaluddin Rumi:

"Ketika kau marah, dunia terlihat merah. Tapi ketika cinta datang, dunia menjadi taman mawar. Pilihlah cinta, bukan amarah."

  1. Ibnu ‘Arabi:

"Marah adalah bentuk ketidaktahuan akan kehendak Tuhan. Orang ‘arif melihat marah sebagai hijab antara dirinya dan rahmat."

  1. Ahmad al-Tijani:

"Marah adalah lubang tempat syaitan menyusup ke hati murid. Dzikir yang terus-menerus adalah pagar dari serangan itu."


Penutup: Hadis "Laa taghdab wa laka al-jannah" adalah petunjuk keselamatan lahir dan batin. Ia bukan sekadar larangan sosial, melainkan petunjuk jalan para wali menuju surga. Menahan amarah adalah bentuk jihad melawan hawa nafsu, dan siapa yang mampu menundukkannya, maka surga adalah balasannya.


Doa:

Allahumma ajirni min ghadhabi nafsi, waj‘alni min al-kaazhimiin al-ghaizh, wa ij‘al qalbi mustaniran bi dhikrika.

(Ya Allah, lindungilah aku dari amarah diriku, jadikan aku dari orang-orang yang menahan amarah, dan jadikan hatiku bercahaya dengan dzikir-Mu.)


No comments: