Monday, June 16, 2025

Hakikat Kebaikan dan Dosa dalam Pandangan Islam Sufistik.


 

Judul Buku: Hakikat Kebaikan dan Dosa dalam Pandangan Islam Sufistik

Hadis Utama: Dari an-Nawwâs bin Sam'ân Al-Anshâri Radhiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan dan dosa, lalu beliau bersabda:

"Al-birr (kebaikan) adalah akhlak yang baik, dan al-itsm (dosa) adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu dan engkau benci jika orang lain mengetahuinya." (HR. Muslim)


1. Sebab Sabda Rasulullah ﷺ: Hadis ini muncul dari pertanyaan langsung seorang sahabat yang ingin mendapatkan panduan hakiki tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah ﷺ menjawab dengan sangat ringkas namun mendalam, menunjukkan bahwa akhlak dan nurani memiliki peran penting dalam membedakan kebaikan dari dosa.


2. Hakekat yang Terkandung:

  • Kebaikan (al-birr): Diartikan sebagai ketinggian akhlak dan keluhuran moral. Ini menunjukkan bahwa inti dari agama adalah akhlak.
  • Dosa (al-itsm): Sesuatu yang mengganggu hati nurani meskipun belum diketahui orang lain. Ini menunjukkan adanya sensor moral internal yang ditanamkan oleh iman.

3. Tafsir dan Penjelasan:

  • Al-Birr: Menurut ulama tafsir, al-birr adalah amal saleh yang lahir dari hati yang bersih dan berakhlak mulia. Ini mencakup seluruh bentuk ketaatan, keramahan, dan ketulusan.
  • Al-Itsm: Adalah lawan dari al-birr. Ia tersembunyi, namun menggelisahkan. Dosa seringkali disadari oleh pelakunya sebelum diketahui orang lain.

4. Relevansi di Zaman Sekarang: Di zaman penuh informasi, media sosial, dan opini publik, manusia kerap menilai baik-buruk dari penilaian luar. Hadis ini mengembalikan tolok ukur kepada batin, menekankan pentingnya hati yang bersih dan kejujuran terhadap diri sendiri.


5. Nasehat Para Tokoh Sufi:

1. Hasan al-Bashri: "Tanda amal baik adalah jika engkau ikhlas dan tak peduli dipuji atau dicela. Jika engkau merasa gelisah setelah berbuat, itulah dosa."

2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Berbuat baik bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tapi karena cinta pada Allah. Jika engkau merasa malu Allah melihat perbuatanmu, itu bukan birr."

3. Abu Yazid al-Bistami: "Kebaikan adalah ketika hatimu hening, sedangkan dosa adalah goncangan ruhani. Jika hatimu terganggu, berarti engkau belum berada dalam birr."

4. Junaid al-Baghdadi: "Al-birr adalah kejernihan hati dalam ridha Allah. Ketika engkau tidak ingin makhluk melihat perbuatanmu, berarti kau sedang menjaga keikhlasan."

5. Al-Hallaj: "Yang menjadi dosa adalah hijab antara kau dan Allah, bukan hanya perbuatan. Jika engkau merasa berat mengingat Allah setelah berbuat sesuatu, itu adalah dosa."

6. Abu Hamid al-Ghazali: "Dosa ialah yang membuat hati gelisah dan enggan terbuka. Orang mukmin diberi cahaya yang membuatnya merasa sempit ketika melanggar." (Ihya Ulumuddin)

7. Abdul Qadir al-Jailani: "Lihatlah kepada hatimu! Jika ia gelisah, tinggalkan itu. Kebaikan akan membawa ketenangan, dosa membawa kegelisahan yang mendalam."

8. Jalaluddin Rumi: "Dosa bukan hanya perbuatan, tapi keadaan hatimu saat jauh dari Cinta Ilahi. Jika hatimu sunyi dari kehadiran-Nya, itulah itsm."

9. Ibnu ‘Arabi: "Al-birr adalah kesesuaian antara lahir dan batin dalam penghambaan. Al-itsm adalah perbedaan antara apa yang engkau tampakkan dan yang tersembunyi."

10. Ahmad al-Tijani: "Jangan ukur kebaikan dari amal yang tampak, tapi dari nur di hatimu. Jika hatimu bercahaya setelah berbuat, itulah birr sejati."


Penutup: Hadis ini adalah kompas bagi jiwa. Dalam dunia yang semakin kompleks, ia menjadi penuntun agar manusia selalu mengevaluasi diri, bukan berdasarkan pujian manusia, tapi dari bisikan hatinya yang bersih. Sufi-sufi agung telah memperkaya pemahaman hadis ini dengan pandangan batin yang dalam dan pencerahan rohani yang menyentuh.

"Barangsiapa menginginkan cahaya Allah, maka hendaklah ia jujur pada nuraninya."

-----

Berikut versi bahasa santai :

🧕👳‍♂️ Judul: “Kebaikan Itu Lembut, Dosa Itu Ganjel”


Hadis Utama:

Dari sahabat An-Nawwâs bin Sam'ân radhiyallahu ‘anhu:
"Aku pernah nanya ke Rasulullah ﷺ tentang apa itu kebaikan dan apa itu dosa."

Nabi jawab:
"Kebaikan itu akhlak yang baik. Dosa itu sesuatu yang bikin hati nggak tenang, dan kamu nggak nyaman kalau orang lain tahu."
(HR. Muslim)


💡 Ngobrolin Makna Hadisnya

1. Kok bisa ada hadis ini?
Karena sahabat pengin tahu secara jujur, gimana caranya bedain mana yang baik dan mana yang salah, nggak cuma dari tampak luar. Nabi ﷺ jawabnya simpel banget, tapi dalem:
➡️ Kebaikan itu soal akhlak.
➡️ Dosa itu bukan sekadar hukum, tapi rasa gak enak di hati.

2. Intinya nih ya...

  • Kebaikan (Al-Birr): Akhlak baik, hati adem, nggak drama.
  • Dosa (Al-Itsm): Bikin was-was, hati kayak keteken, dan malu kalau orang lain tahu.

3. Tafsir Mini

  • Kalau kamu ngerasa adem setelah ngelakuin sesuatu, kemungkinan besar itu baik.
  • Tapi kalau kamu ngerasa gelisah, walaupun nggak ada yang tahu, hati-hati... itu bisa jadi dosa.

🔎 Zaman Sekarang Gimana?

Di era medsos, kadang orang lebih takut viral jelek daripada takut dosa. Hadis ini ngajarin kita buat jujur sama diri sendiri. Jangan cuma mikir “apa kata orang?”, tapi tanya juga “apa kata hatiku?”.


🧠 Kata Para Tokoh Sufi:

1. Hasan al-Bashri:
"Kalau setelah berbuat kamu gelisah, bisa jadi itu dosa. Amal baik itu tenang, nggak butuh pujian."

2. Rabi‘ah al-Adawiyah:
"Berbuat baik bukan karena takut neraka, tapi karena cinta. Kalau kamu malu Allah lihat, itu tandanya ada yang salah."

3. Abu Yazid al-Bistami:
"Kalau hati damai, itu tandanya kamu dekat dengan kebaikan. Kalau hati gelisah, itu alarm dari Allah."

4. Junaid al-Baghdadi:
"Kebaikan itu ketika kamu pengin Allah aja yang tahu, bukan orang lain."

5. Al-Hallaj:
"Dosa itu kadang bukan tindakan, tapi perasaan jauh dari Allah."

6. Imam Al-Ghazali:
"Hati yang gelisah setelah ngelakuin sesuatu, itu tanda dosa. Mukmin itu peka karena Allah kasih cahaya di hatinya."

7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
"Kalau kamu ngerasa nggak nyaman, tinggalin. Kebaikan itu bikin hati ringan."

8. Jalaluddin Rumi:
"Dosa itu bukan sekadar perbuatan, tapi saat hati kamu kosong dari Cinta Allah."

9. Ibnu ‘Arabi:
"Kalau luar dan dalam kamu selaras dalam mengabdi ke Allah, itu al-birr. Kalau nggak sinkron, itu itsm."

10. Ahmad at-Tijani:
"Jangan ukur kebaikan dari tampilan. Ukur dari cahayanya. Kalau hati kamu terang setelah berbuat, itu tanda birr."


🏁 Penutup

Hadis ini bukan cuma buat dipajang di dinding, tapi jadi kompas batin.
🌙 Jangan ukur hidup dari “apa kata netizen”, tapi dari “apa kata hati”.
Kalau hati kamu bersih, itu udah separuh jalan menuju Allah.

📌 “Kalau kamu pengin deket sama cahaya Allah, jujurlah sama nuranimu.”


Semoga jadi pengingat, bukan cuma buat kamu, tapi juga buat aku yang nulis ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
✍️ Djoko EkasanU




No comments: