Judul: Hakikat Makanan Haram dalam Timbangan Ruhani
Kata Pengantar
Buku sederhana ini mengangkat hikmah dari ucapan Imam Ali al-Khawas tentang bahaya mengonsumsi makanan dan minuman haram bagi perjalanan ibadah dan ruhani. Dalam buku ini disertakan ayat Al-Qur'an, hadis, tafsir, serta nasihat para tokoh sufi besar untuk memperkuat pemahaman dan menghadirkan kesadaran dalam kehidupan modern.
Bab 1: Ucapan Imam Ali al-Khawas
"Barangsiapa mengonsumsi makanan atau minuman haram aktif beribadah, maka orang itu tidak ubahnya burung merpati yang mengerami telur yang telah rusak. la capek dan lelah mengeraminya dalam waktu yang sangat lama, tetapi tidak membuahkan apa-apa, bahkan menghasilkan sesuatu yang tidak baik."
Bab 2: Ayat Al-Qur'an yang Berkaitan
1. QS. Al-Baqarah: 172
Yā ayyuhā alladzīna āmanū kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum, wasykurū lillāhi in kuntum iyyāhu ta‘budūn.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah."
Tafsir Singkat: Menurut tafsir al-Jalalayn dan Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa makanan yang halal dan baik menjadi syarat diterimanya ibadah dan bentuk rasa syukur kepada Allah. Jika seseorang makan dari yang haram, maka hakikat ibadahnya akan rusak.
Bab 3: Hadis Nabi Muhammad SAW
1. Hadis Riwayat Muslim
"Sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik."
2. Hadis Riwayat Tirmidzi
"Daging yang tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih pantas baginya."
Bab 4: Relevansi di Zaman Sekarang
Di tengah kehidupan modern, banyak orang terjebak dalam penghasilan yang tidak jelas kehalalannya. Praktik korupsi, riba, manipulasi dagang, dan penipuan menjadi sumber rezeki yang kemudian dikonsumsi. Akibatnya, ibadah mereka kehilangan ruh, doa tidak terangkat, dan hati menjadi keras.
Bab 5: Nasehat Para Tokoh Sufi
1. Hasan al-Bashri: "Kami mengetahui bahwa cahaya ibadah tidak akan masuk ke dalam hati yang dibangun dari makanan haram."
2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cinta kepada Allah tidak akan tumbuh dalam hati yang dilumuri syubhat dan haram."
3. Abu Yazid al-Bistami: "Satu suapan haram akan membentuk tirai antara hati dan Allah selama 40 hari."
4. Junaid al-Baghdadi: "Jalan menuju makrifat ditutup bagi siapa saja yang tidak menjaga mulut dan perutnya dari yang haram."
5. Al-Hallaj: "Tidak ada hijab yang lebih tebal antara manusia dan Tuhannya kecuali dari makanan yang tidak halal."
6. Abu Hamid al-Ghazali: "Jika engkau ingin doamu dikabulkan, maka perhatikanlah apa yang engkau makan."
7. Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan mengharap maqam kedekatan dengan Allah jika perutmu masih penuh dari yang haram."
8. Jalaluddin Rumi: "Makananmu adalah obatmu atau racunmu. Maka makanlah dari yang membawa cahaya."
9. Ibnu 'Arabi: "Setiap zarah yang tumbuh dari haram akan mengikat ruh kepada dunia dan menjauhkannya dari cahaya hakikat."
10. Ahmad al-Tijani: "Orang yang ingin berjalan dalam thariqah hendaklah pertama-tama membersihkan perut dan hartanya."
Penutup
Semoga buku kecil ini menjadi pengingat bahwa ibadah bukan hanya soal gerakan lahir, tetapi juga kualitas batin yang dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Barangsiapa menjaga makanannya, maka ia sedang menjaga cahayanya.
Lampiran:
-
Doa agar diberi rezeki halal dan barakah:
Allāhumma innī as’aluka rizqan ṭayyiban, wa ‘ilman nāfi‘an, wa ‘amalan mutaqabbalan.
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rezeki yang baik, ilmu yang bermanfaat, dan amal yang diterima."
Disusun oleh: Djoko ekasanU
No comments:
Post a Comment