TEMPO Interaktif, Jakarta - Rasa nyeri di sekitar perut dan ulu hati kerap menyerang Endri Kurniawati, 35 tahun, sejak 2004. Semula, ia menduga hal itu sebagai bagian dari sakit maag. Oleh dokter yang memeriksanya, keluhan itu pun dianggap sebagai bagian dari maag. Dia disarankan agar menjaga pola makan dan berpantang mengudap makanan tertentu.
Kebanyakan orang memang menganggap rasa sakit seperti yang dirasakan Endri di sekitar perut dan ulu hati itu adalah gejala maag. Stres dan tidak teraturnya makan sering kali menjadi faktor pemicu penyakit tersebut.
Perempuan yang berwirausaha di bidang batik itu baru mendapatkan kepastian tentang penyakitnya tersebut pada 2007. Saat itu ia meminum susu dan seruas jari dodol durian. Padahal teh, cokelat, kopi, susu, dan mi goreng merupakan jenis makanan dan minuman yang amat dihindari oleh Endri. "Kalau makan makanan itu, istilahnya saya salah makan. Perut langsung sakit dan bengkak, sampai saya enggak bisa napas," kata perempuan berdarah Madura itu.
Saat berobat, dokter yang memeriksa menawarinya untuk melakukan endoskopi (peneropongan) dan biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik) lambung. Endri pun menuruti saran dokter. "Saat itulah ketahuan ada infeksi Helicobacter pylori di lambung saya," katanya.
Penyakit Endri ini dikenal dengan nama gastritis--peradangan lapisan lambung yang kronis--disebabkan Helicobacter pylori. Dokter kemudian memberikan antibiotik ganda selama lima hari. Tahun lalu, ketika Endri menjalani tes UBT (urea breath test), bakteri itu sudah tak ada di lambungnya. Namun sesekali dia mengaku masih merasakan sakit di perut jika salah makan. "Mungkin itu sisa bakterinya," ujarnya.
Dokter spesialis penyakit dalam, Ari Fahrial Syam, mengingatkan pasien yang memiliki keluhan sakit maag untuk waspada terhadap keberadaan bakteri ini. Bakteri helico, kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, memang satu-satunya bakteri yang bisa hidup di lambung. Kuman lain tak bisa hidup karena adanya asam lambung.
Keberadaan bakteri ini ditemukan oleh dua peneliti Australia, Barry J. Marshall dan J. Robin Warren, pada 1982. Pada 2005 keduanya mendapat hadiah Nobel di bidang kesehatan.
Ari Fahrial, yang merupakan ahli gastroenterologi, juga pernah melakukan penelitian mengenai bakteri ini pada 2003 dan melakukan penelitian mengenai penggunaan antibiotik selama tujuh hari pada 2005 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Antibiotik memang obat yang dapat menghilangkan bakteri dalam lambung.
Ari menyarankan penggunaan dua macam antibiotik yang dikombinasikan dengan obat anti-asam lambung untuk penderita yang positif terkena bakteri helico. "Penggunaan obat akan efektif jika dilakukan selama tujuh hari," kata peraih Young Clinician Award pada World Congress of Gastroenterology Bangkok 2002 itu.
Meski memiliki gejala yang sama dengan maag, Ari menyarankan orang yang merasa sakit maag dengan keluhan tambahan, seperti turunnya berat badan, muka pucat, dan tinja yang dikeluarkan berwarna hitam untuk segera memeriksakan kemungkinan adanya bakteri ini. Jika dibiarkan, bakteri ini akan menyebabkan kanker lambung.
"Jika tidak diobati, kuman ini bisa menyebabkan kanker lambung," kata Ari. Keberadaan bakteri dalam lambung ini dapat dideteksi melalui dua cara, yaitu dengan cara endoskopi/biopsi atau dengan cara melakukan tes UBT.
No comments:
Post a Comment