Bismillāhir-Rahmānir-Rahīm
Nasihat yang tertulis dibawa ini benar adanya dan sejalan dengan prinsip dasar dalam tasawuf, yaitu bahwa segala amal perbuatan kembali kepada hati, dan hati yang bersih akan memancarkan kebaikan yang sejati, bukan hanya sekadar kata-kata atau tampilan lahir.
Dalam tasawuf, yang paling utama bukan hanya "berbuat baik", tetapi mengapa dan untuk siapa kebaikan itu dilakukan. Seorang salik (penempuh jalan Allah) akan senantiasa mengawasi niat dan memperbaiki tujuannya—bukan untuk pujian, bukan agar dibalas manusia, bukan pula demi reputasi, tapi semata-mata karena Allah (li wajhillāh).
---
1. Amal Bergantung pada Niat
Dalam tasawuf, disebutkan:
> “An-niyyatu rūḥ al-‘amal” — Niat adalah ruh dari sebuah amal.
Maka kebaikan yang dilakukan tanpa niat yang ikhlas adalah seperti jasad tanpa ruh: terlihat dari luar, tapi mati di sisi Allah. Orang-orang sufi selalu mengintrospeksi: "Apakah aku melakukan ini karena Allah atau karena diriku sendiri?"
---
2. Amal Itu Cermin Hati
Setiap amal, baik atau buruk, sejatinya adalah cerminan keadaan hati. Jika hati dipenuhi cahaya zikrullah dan mahabbah (cinta kepada Allah), maka lahirlah perbuatan yang halus, jujur, dan penuh kasih. Sebaliknya, jika hati diliputi nafsu, maka meskipun tampak baik, amal itu bisa ternodai oleh riya’, ujub, atau sum’ah.
---
3. Balasan Sesuai Keadaan Batin
Firman Allah:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
"Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula" (QS. Ar-Rahmān: 60).
Dalam kacamata tasawuf, balasan ini bukan semata-mata duniawi seperti harta, kedudukan, atau kebahagiaan lahir, melainkan yang lebih tinggi adalah dibukakannya hijab hati, diperkenankannya seseorang untuk merasakan manisnya iman, dan didekatkan kepada Allah.
---
4. Bahagia dalam Memberi
Para arif billah berkata:
> “Man a‘ṭā lillāh, fa qad a‘ṭā nafsah” — Barangsiapa memberi karena Allah, sejatinya ia sedang memberi kepada dirinya sendiri.
Memberi, dalam tasawuf, bukan sekadar sedekah, tapi meliputi senyum, maaf, ilmu, waktu, dan tenaga yang kita curahkan kepada orang lain. Dan semua itu adalah jalan untuk membersihkan jiwa dari cinta dunia dan memperluas rasa cinta kepada makhluk karena Allah.
---
5. Kebaikan Kecil, Besar di Sisi Allah
Dalam tasawuf, tidak ada istilah amal kecil, sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas dan hudhurul qalb (kehadiran hati) akan menjadi besar di sisi Allah. Bahkan air mata taubat yang setetes bisa memadamkan api neraka. Maka jangan remehkan senyum, maaf, atau sapaan tulus.
---
Penutup
Orang tasawuf tidak berbangga diri dalam kebaikan, karena mereka tahu, semua berasal dari taufiq Allah. Dan mereka pun tidak berhenti dalam amal lahir semata, tapi terus menyucikan hati agar kebaikannya benar-benar diterima dan menjadi jalan menuju Allah.
> “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang senantiasa memperbaiki hati, memperindah amal, dan Engkau pandang dengan kasih sayang-Mu.”
---
No comments:
Post a Comment