Judul: Menyatu dengan Ketetapan-Nya: Jalan Ruhani Menuju Kepasrahan Mutlak
Bab 1: Jalan Ujian dan Kepasrahan
Manusia ketika menghadapi ujian, pada awalnya akan mengandalkan kekuatannya sendiri. Ketika tak berhasil, ia mencari pertolongan kepada sesama makhluk. Dan jika semua jalan tertutup, barulah ia bersimpuh di hadapan Tuhannya, merendahkan diri, dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Namun, sering kali Allah membiarkan hamba-Nya dalam keadaan penuh doa tanpa jawaban hingga ia kehilangan segala harapan, kecuali kepada-Nya.
QS Al-Baqarah: 286 "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..."
HR. Tirmidzi "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya."
Hikmah: Ujian adalah gerbang pengetahuan tentang kelemahan diri dan kekuasaan mutlak Allah.
Nasihat Hasan al-Bashri: "Ujian adalah surat cinta dari Allah. Ia tidak akan mengirimnya kecuali kepada orang yang dicintai-Nya."
Bab 2: Titik Kepasrahan Total
Ketika semua usaha gagal, hamba menyadari bahwa tiada daya dan upaya selain dari Allah. Pada momen itu, ia mulai merasakan makna sejati dari tauhid, bahwa tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah.
QS At-Taubah: 51 "Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami; Dialah pelindung kami..."
Nasihat Rabi‘ah al-Adawiyah: "Cintaku kepada-Mu melenyapkan rasa suka kepada selain-Mu. Jika aku masih mengharapkan balasan dari-Mu, maka cintaku belum sempurna."
Bab 3: Fana dan Kesadaran Ilahi
Saat hamba tenggelam dalam perbuatan Allah, ia tak lagi melihat selain Tuhan. Ia menjadi fana, lenyap dari ego dan menyatu dengan kehendak-Nya.
QS Al-Anfal: 17 "Bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka."
Nasihat Abu Yazid al-Bistami: "Tuhan, bebaskan aku dari 'aku'. Jadikan aku hanya Engkau dalam diriku."
Nasihat Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah bahwa Tuhan mematikanmu dari dirimu dan menghidupkanmu dengan-Nya."
Bab 4: Bahagia Bersama-Nya
Hamba yang telah menyatu dengan ketetapan-Nya merasa cukup dan tenang hanya dengan mengingat Allah. Ia tidak mengharap dunia, hanya ridha Allah.
QS Ar-Ra'd: 28 "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."
Nasihat Al-Hallaj: "Aku adalah kebenaran (Ana al-Haqq), bukan karena aku adalah Tuhan, tapi karena aku telah hilang dan hanya Dia yang tampak."
Bab 5: Pengetahuan dan Makrifat
Hamba mencapai makrifat, mengenal Allah dengan ilmu yang dalam, memahami rahasia takdir, dan merasakan kelembutan-Nya dalam segala sesuatu.
QS Al-Baqarah: 2 "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
Nasihat Al-Ghazali: "Makrifat itu bukan sekadar tahu, tapi merasakan dengan hatimu bahwa segala sesuatu dari Allah dan kepada-Nya kembali."
Nasihat Abdul Qadir al-Jailani: "Hendaklah engkau tunduk di bawah kekuasaan-Nya. Relakan kehendak-Nya atasmu, maka engkau akan tenang dan menjadi mulia."
Bab 6: Cinta Ilahi dan Kebahagiaan Ruhani
Cinta kepada Allah membawa kedamaian abadi. Hamba yang mengenal dan mencintai Allah tidak lagi tertarik kepada dunia dan hal-hal selain-Nya.
Nasihat Jalaluddin Rumi: "Apa pun yang kau cari di luar, tidak akan pernah membuatmu puas. Karena yang kau cari sebenarnya adalah Dia."
Nasihat Ibnu 'Arabi: "Tuhan adalah rahasia dalam rahasia, dan hanya cinta yang mampu membuka tabirnya."
Nasihat Ahmad al-Tijani: "Jalan kami adalah cinta, keyakinan, dan penghambaan. Barangsiapa jujur dalam cinta, maka Allah akan menjadikannya keluarga-Nya."
Penutup: Kepasrahan adalah Kemuliaan
Hamba sejati adalah ia yang menyatu dengan ketetapan-Nya, melebur dalam cinta dan penyerahan. Ia tenang dalam takdir, bahagia dalam doa, dan hidup dalam cahaya makrifat.
QS Al-Ankabut: 69 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
Buku berjudul "Menyatu dengan Ketetapan-Nya" telah selesai dibuat. Buku ini membahas perjalanan ruhani menuju kepasrahan mutlak kepada Allah.
-------
Berikut ini versi bahasa gaul dan ngobrol santai dari oleh-oleh pagi tadi:
Oleh-oleh Pagi Ini dari Masjid AmirnisA, Perumtas 8, Grabagan, Tulangan, Sidoarjo. Sabtu, 31 Mei 2025
Bismillah...
Assalamu’alaikum, temen-temen semua…
Pagi ini nyiseti dikit-dikit ya, tentang tema keren yang bikin hati adem:
“Menyatu dengan Ketetapan-Nya: Jalan Ruhani Menuju Kepasrahan Mutlak”
🌿 Bab 1: Ketika Hidup Nggak Selalu Mulus
Biasanya, kalau dapet cobaan, kita tuh awalnya nyoba ngatasin sendiri. Gagal? Minta bantuan orang. Masih gagal juga? Baru deh balik ke Allah, doa, nangis, curhat habis-habisan. Tapi Allah kadang nggak langsung kasih jalan keluar. Bikin kita mentok total. Dan justru di situ titik baliknya.
💬 QS Al-Baqarah: 286 – Allah nggak akan ngasih beban melebihi kemampuan.
💬 HR Tirmidzi – Kalau Allah sayang sama seseorang, Dia kasih ujian.
🎯 Hikmahnya: Cobaan itu cara Allah ngenalin kita sama kelemahan diri sendiri dan kasih tau kalau Dia yang Maha Bisa.
🗣️ Hasan al-Bashri: “Ujian itu surat cinta dari Allah. Cuma dikirim ke orang yang Dia cinta.”
☁️ Bab 2: Ketika Udah Mentok Banget
Udah coba semua cara tapi tetap buntu. Baru deh sadar, “Oh iya, ternyata nggak ada yang bisa nolong kecuali Allah.” Tauhidnya mulai nyala, hatinya makin pasrah.
💬 QS At-Taubah: 51 – Nggak akan terjadi apa pun kecuali yang udah Allah tentukan.
🗣️ Rabi‘ah al-Adawiyah: “Kalau aku masih ngarep balasan dari Allah, berarti cintaku belum tulus.”
🔥 Bab 3: Saat Diri Ini Luluh dan Hilang
Sampai di fase di mana semua terasa bukan karena kita, tapi karena Allah. Diri ini hilang, ego larut, yang ada cuma Allah.
💬 QS Al-Anfal: 17 – Bukan kamu yang melakukannya, tapi Allah yang melakukannya.
🗣️ Abu Yazid al-Bistami: “Ya Allah, ambil ‘aku’-ku ini, biar cuma Engkau yang ada.”
🗣️ Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf itu... mati dari egomu, hidup karena Allah.”
💖 Bab 4: Bahagia Bareng Allah
Kalau udah nyatu sama kehendak Allah, rasanya cukup. Damai. Dunia? Nggak begitu penting lagi.
💬 QS Ar-Ra’d: 28 – Cuma dengan ingat Allah hati bisa tenang.
🗣️ Al-Hallaj: “Aku adalah Kebenaran.” (Maksudnya: Aku udah lenyap, yang tersisa cuma Dia.)
📚 Bab 5: Makrifat – Ilmu dari Hati
Mulai ngerti rahasia-rahasia-Nya, peka banget sama setiap takdir, ngerasa Allah tuh halus banget cara-Nya.
💬 QS Al-Baqarah: 2 – Al-Qur’an itu petunjuk buat yang pengen takwa.
🗣️ Al-Ghazali: “Makrifat itu bukan sekadar ngerti, tapi ngerasain dalam hati.”
🗣️ Abdul Qadir al-Jailani: “Kalau kamu ikhlas sama takdir-Nya, kamu bakal jadi orang paling tenang dan mulia.”
💌 Bab 6: Cinta Sejati – Bukan ke Dunia
Kalau udah cinta Allah, nggak akan lirik yang lain. Dunia tuh kayak debu. Hati cuma mau yang sejati: Allah.
🗣️ Jalaluddin Rumi: “Yang kamu cari di luar itu, nggak akan pernah bikin puas. Karena yang kamu cari sebenernya adalah Dia.”
🗣️ Ibnu ‘Arabi: “Allah itu rahasia dalam rahasia. Cuma cinta yang bisa buka rahasianya.”
🗣️ Ahmad al-Tijani: “Jalan kami? Cinta, yakin, dan jadi hamba yang total. Kalau udah jujur dalam cinta, Allah angkat kamu jadi keluarga-Nya.”
🛑 Penutup: Kepasrahan Itu Kemenangan
Hamba sejati itu yang pasrah total. Dia bahagia dalam doa, tenang dalam takdir, hidup dalam cahaya makrifat.
💬 QS Al-Ankabut: 69 – Orang yang sungguh-sungguh bakal ditunjukin jalan-Nya. Allah itu bareng orang baik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam penuh cinta,
DjokoekasanU
🌻 Semoga bermanfaat, dan jadi bekal buat hati yang pengen tenang terus bareng Allah.
No comments:
Post a Comment