Saturday, May 24, 2025

Memperbaiki Niat dan Berusaha Ikhlas. (2)


Memperbaiki Niat dan Berusaha Ikhlas

Pentingnya Niat dalam Setiap Amal

Wahai saudaraku, hendaklah engkau selalu memperbaiki dan menuluskan niat sebelum melakukan amal. Niat adalah fondasi dari segala perbuatan. Baik atau buruknya amal sangat bergantung pada niat yang mendasarinya.

Rasulullah Saw. bersabda:

 إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, janganlah engkau berbicara, bekerja, atau berkehendak kecuali dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap pahala-Nya. Maka Allah Ta’ala pasti akan menganugerahkan kemuliaan padamu.

---

Niat sebagai Sarana Pendekatan kepada Allah

Ketahuilah, pendekatan diri kepada Allah tidak akan sempurna kecuali melalui apa yang telah ditentukan-Nya melalui lisan Rasul-Nya, Muhammad Saw., baik yang fardhu maupun yang sunnah.

Bahkan niat yang benar dapat mengubah perbuatan mubah menjadi bentuk ibadah. Dalam kaidah ushul fiqih dikatakan:

"Al-wasā’il lahā ḥukmu al-maqāṣid" – Sarana itu mengikuti hukum tujuan.

Contohnya:

Makan, dengan niat memperoleh kekuatan untuk beribadah.

Berhubungan suami istri, dengan niat untuk memperoleh anak yang saleh.

---

Niat dan Amal Harus Selaras

Niat yang benar harus disertai pengamalan. Orang yang belajar ilmu agama dengan niat untuk mengamalkannya, tetapi tidak mengamalkannya ketika sudah mengerti, maka niat itu tidak benar.

Demikian juga dengan niat mencari harta agar tidak menjadi beban orang lain, bisa bersedekah, dan menyambung silaturahmi. Bila niat tersebut tidak direalisasikan, maka sia-sia niat itu.

Niat tidak dapat mengubah maksiat menjadi amal baik. Misalnya, ikut dalam pergunjingan dengan alasan menyenangkan hati orang lain, tetap termasuk perbuatan ghibah. Atau diam dari amar makruf nahi mungkar dengan alasan menjaga perasaan, tetap termasuk membiarkan kemungkaran.

Sebaliknya, amal baik dapat menjadi batal bila dilandasi niat yang salah, seperti beramal karena ingin dipuji atau memperoleh keuntungan duniawi.

---

Melipatgandakan Pahala Melalui Banyak Niat

Barangsiapa menyatukan beberapa niat baik dalam satu amal, maka ia akan mendapatkan pahala dari seluruh niat tersebut.

Contohnya:

Membaca Al-Qur'an dengan niat: bermunajat, mengambil ilmu, dan memberi manfaat kepada orang lain.

Makan dengan niat:

Menjalankan perintah Allah (QS. Al-Baqarah: 172),

Mendapatkan tenaga untuk beribadah,

Bersyukur atas nikmat Allah (QS. Saba': 15).

---

Pengertian Niat Menurut Islam

Pertama, niat adalah dorongan dalam hati untuk melakukan sesuatu. Dalam pengertian ini, niat seorang mukmin lebih utama dari amalnya jika amal tersebut tidak dilakukan karena udzur.

Rasulullah Saw. bersabda:

 نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

"Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya." (HR. Baihaqi)

Kedua, niat adalah tekad terhadap suatu amal. Ia terbagi menjadi tiga bentuk:

1. Berniat lalu langsung melaksanakan amal.

2. Berniat tetapi tidak melaksanakan padahal mampu. Ini disebut azzam (tekad).

3. Berniat tetapi tidak mampu, lalu berharap kepada Allah. Orang ini tetap mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Barangsiapa berniat melakukan kebaikan tetapi tidak melaksanakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Jika ia melaksanakannya, Allah akan melipatgandakan hingga 700 kali lipat. Jika ia berniat melakukan keburukan lalu tidak melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Tetapi jika ia melakukannya, Allah hanya mencatat satu keburukan."

(HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas ra.)

Rasulullah juga bersabda:

"Ada empat jenis manusia:

Pertama, orang yang diberi ilmu dan harta oleh Allah, lalu ia menggunakannya sesuai ilmunya.

Kedua, orang yang tidak diberi ilmu dan harta, tapi ia berkata, 'Andai aku punya seperti dia, niscaya aku akan berbuat seperti itu.' Maka keduanya sama dalam pahala.

Ketiga, orang yang diberi harta tapi tidak ilmu, lalu ia menggunakan hartanya tanpa ilmu.

Keempat, orang yang tidak diberi harta dan ilmu, lalu ia berkata, 'Andai aku punya seperti dia, niscaya aku akan melakukan seperti itu.' Maka keduanya sama dalam dosa."

(HR. Tirmidzi)

---

Penutup

Wahai saudaraku, perbaikilah selalu niatmu. Jadikan setiap amal sebagai jalan menuju ridha Allah. Bahkan dalam hal-hal mubah seperti makan, tidur, dan bergaul, niatkan semuanya sebagai sarana untuk menguatkan diri dalam ketaatan. Sebab Allah menilai apa yang ada dalam hati hamba-Nya, bukan semata-mata bentuk lahiriahnya.

---


No comments: