Berikut ini penjabaran QS. Al-Mā'idah ayat 61–64 lengkap dengan tafsir, hikmah, hadis terkait, serta nasehat dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari:
---
QS. Al-Mā'idah: 61–64 dan Tafsirnya
Ayat 61
"Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka berkata: 'Kami telah beriman.' Padahal sesungguhnya mereka masuk dengan kekafiran dan sesungguhnya mereka keluar dengan kekafiran (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan."
Tafsir Ringkas (Ibnu Katsir):
Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang munafik dari kalangan Ahlul Kitab yang berpura-pura beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka datang dengan wajah manis, namun hati mereka tetap penuh kekafiran. Allah menyatakan bahwa Dia mengetahui isi hati mereka yang sesungguhnya.
---
Ayat 62
"Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka bersegera membuat dosa, permusuhan, dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu."
Tafsir Ringkas:
Kebanyakan mereka (kaum Yahudi) gemar melakukan maksiat secara terang-terangan, seperti fitnah, permusuhan, dan mengambil harta yang haram (misalnya riba dan suap). Ini mencerminkan kerusakan akhlak dan jauhnya mereka dari petunjuk Allah.
---
Ayat 63
"Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka dari mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sungguh amat buruk apa yang mereka kerjakan."
Tafsir Ringkas:
Allah mencela para pemuka agama Yahudi karena tidak mencegah umat mereka dari perbuatan mungkar. Mereka diam saja, padahal mereka seharusnya menjadi penjaga syariat. Ini teguran keras bagi para ulama yang tidak mengamalkan ilmunya.
---
Ayat 64
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Tangan Allah terbelenggu.' Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat karena apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki..."
Tafsir Ringkas:
Orang-orang Yahudi menuduh Allah kikir, tidak memberikan rezeki atau menolong mereka. Allah membantah dan menyatakan bahwa tangan-Nya terbuka, Dia memberi rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki. Tuduhan itu menjadi sebab mereka dilaknat.
---
Hikmah yang Dapat Diambil
1. Bahaya Munafik dan Tipu Daya
Orang yang berpura-pura beriman tapi menyimpan kekufuran adalah musuh dalam selimut yang sangat membahayakan umat Islam.
2. Peran Ulama dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Ulama yang membiarkan kemaksiatan tanpa teguran turut berdosa dan mendapat celaan dari Allah.
3. Jangan Menisbatkan Kekurangan kepada Allah
Mengatakan Allah pelit atau tidak adil adalah bentuk kekufuran. Allah Maha Pemurah dan Maha Mengetahui apa yang terbaik.
---
Hadis Terkait
1. Tentang Peran Ulama dalam Meluruskan Umat
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman."
(HR. Muslim no. 49)
2. Tentang Dermawan dan Kekikiran Allah
"Tangan Allah selalu penuh. Tidak pernah berkurang karena memberikan nafkah (rezeki) siang dan malam."
(HR. Bukhari no. 7411 dan Muslim no. 993)
---
Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
"Waspadalah terhadap orang yang tampak beriman namun hatinya penuh dengan hasad dan kedengkian. Janganlah engkau tertipu oleh kata-katanya, sebab iman bukanlah ucapan tapi keyakinan dan perbuatan."
"Ulama yang tidak mengajarkan kebenaran dan membiarkan kemungkaran adalah seperti tong kosong. Ilmu itu harus membakar dosa, bukan mendiamkannya."
---
Nasehat Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari
"Janganlah engkau tertipu oleh penampilan seseorang yang kelihatan shalih, jika engkau tidak melihatnya menjauhi kemaksiatan dan memperbaiki masyarakat sekitarnya."
(Hikam)
"Di antara tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah disibukkannya ia dengan perkara yang tidak bermanfaat, dan dijadikan diamnya atas kemungkaran sebagai 'kebijaksanaan'."
---
No comments:
Post a Comment