Sunday, May 25, 2025

Mencatat ilmu.

 Berikut adalah hadis tentang pentingnya mencatat ilmu, beserta tafsir, hikmah, dan penjelasannya:

---

Hadis tentang Mencatat Ilmu

نَقِّلُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Bacaan Latin:

Naqqilū al-‘ilma bil-kitābi

Artinya:

"Sampaikanlah ilmu dengan tulisan."

---

Riwayat Hadis

Hadis ini dikenal sebagai salah satu atsar (perkataan para sahabat) yang masyhur, dan maknanya juga disokong oleh banyak hadis Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, di antaranya:

عن عبد الله بن عمرو قال: كنت أكتب كل شيء أسمعه من رسول الله صلى الله عليه وسلم أريد حفظه...

(HR. Abu Dawud, no. 3646)

Artinya:

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: "Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk aku hafalkan..."

---

Tafsir dan Penjelasan

Para ulama menafsirkan bahwa ilmu adalah cahaya, dan menulis adalah wadah untuk menjaga cahaya itu agar tidak hilang. Mencatat ilmu merupakan sarana untuk menjaga, menata, dan mengamalkan ilmu secara benar.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:

> “Menulis adalah salah satu nikmat Allah yang paling besar. Dengan menulis, ilmu bisa diwariskan lintas zaman.”

Dalam tafsir QS. Al-‘Alaq: 4-5:

> "Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Para mufassir menegaskan bahwa Allah mengajarkan ilmu kepada manusia melalui perantaraan tulisan, sehingga kegiatan mencatat ilmu adalah ibadah dan tanda syukur atas nikmat ilmu.

---

Hikmah Hadis

1. Menjaga Ilmu dari Lupa – Catatan menjadi pengingat ketika hafalan melemah.

2. Memudahkan Penyebaran – Ilmu yang tertulis bisa dibaca dan diajarkan kepada orang lain.

3. Mewariskan Ilmu – Catatan akan tetap hidup meski penulisnya telah tiada.

4. Menghindari Penyimpangan – Tulisan menghindarkan dari salah kutip atau distorsi.

5. Melatih Ketelitian dan Tadabbur – Saat mencatat, seseorang lebih fokus dan merenung.

---

Relevansi di Indonesia Saat Ini

Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, mencatat ilmu sangat penting bagi para santri, guru, maupun pelajar. Banyak pesantren dan majelis ilmu yang menghidupkan budaya mencatat dalam kitab kuning atau catatan pribadi, yang kelak menjadi bekal dakwah dan pengajaran.

---

Nasihat dari Ulama

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

> “Ilmu itu ruh amal. Dan tulisan adalah bekalnya. Jangan engkau remehkan tinta, karena ia yang mengikat ilmu agar tidak pergi.”

Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari:

> “Sesuatu yang tidak engkau tulis, maka akan lepas dari hatimu sebagaimana embun hilang saat terik mentari.”

---

Hadis atau atsar yang Anda maksud sangat terkenal di kalangan penuntut ilmu, dan sering dikutip oleh para ulama salaf. Kalimat tersebut berasal dari perkataan Imam Syafi'i rahimahullah:

---

Perkataan Imam Asy-Syafi’i tentang Ilmu dan Catatan

العِلْمُ صَيْدٌ وَالكِتَابَةُ قَيْدٌ، فَقَيِّدْ صَيْدَكَ بِالْوَثَاقِ الْحَبِيبِ


Bacaan Latin:

Al-‘ilmu shaidun, wal-kitābatu qaydun, faqayyid shaidaka bil-wathāqi al-habīb.


Artinya:

"Ilmu itu bagaikan buruan, dan tulisan adalah ikatannya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat."

---

Penjelasan Makna

Perkataan ini adalah tamsil (perumpamaan) yang indah dari Imam Syafi'i, menggambarkan bahwa:

Ilmu seperti hewan buruan: jika tidak segera diikat, ia akan lari dan hilang.

Menulis atau mencatat ilmu adalah cara terbaik untuk mengikatnya, agar tetap bisa dimanfaatkan dan tidak dilupakan.

---

Hikmah dari Perkataan Ini

1. Ilmu cepat hilang tanpa dicatat – Seperti buruan lepas dari tangan.

2. Tulisan menjadi penyelamat ilmu – Bahkan ketika usia tua datang dan daya ingat melemah.

3. Motivasi untuk disiplin mencatat – Karena mencatat sama pentingnya dengan mencari ilmu itu sendiri.

4. Tulisan bisa diwariskan – Sedangkan hafalan akan terkubur bersama pemiliknya jika tidak dicatat.

---

Pendapat Ulama Lain

Imam Ahmad bin Hanbal berkata:

"Setiap ilmu yang tidak ditulis, maka ia akan hilang."

Al-Khatib Al-Baghdadi dalam "Al-Jāmi’ li Akhlāq ar-Rāwī" menuliskan banyak atsar tentang pentingnya mencatat ilmu.

---

Relevansi di Masa Kini

Di era digital saat ini, "mencatat" bisa dalam bentuk:

Menulis tangan di buku catatan.

Mengetik di laptop/gadget.

Merekam suara/materi dan mengarsipkannya. Namun esensinya tetap sama: mengikat ilmu agar tidak lenyap.

---

Nasihat Hikmah

Syekh Abdul Qadir al-Jailani:

> “Jangan biarkan ilmu sekadar lewat di telinga. Ikatlah ia dengan tinta, agar menjadi lentera sepanjang usia.”

Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari:

> “Tidak ada yang lebih mulia dari ilmu yang disimpan dalam dada dan ditulis dengan pena, karena keduanya saling menguatkan.”

---

No comments: