Judul Buku: Menjaga Ilmu dan Menyampaikannya kepada yang Layak
---
1. Hadis dalam Tulisan Arab
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«آفَةُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ، وَإِضَاعَتُهُ أَنْ تُحَدِّثَ بِهِ غَيْرَ أَهْلِهِ»
(رواه ابن أبي شيبة)
---
2. Bacaan Latin
Qāla Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam:
“Āfatu al-‘ilmi an-nisyān, wa iḍā‘atuhu an tuḥadditha bihi ghaira ahlih.”
(Riwāyat Ibnu Abī Syaibah)
---
3. Terjemahan Hadis
Rasulullah SAW bersabda:
"Penyakit ilmu adalah lupa, dan penyia-nyiaannya adalah bila engkau menyampaikannya kepada orang yang bukan ahlinya."
---
4. Tafsir dan Penjelasan Hadis
Hadis ini menjelaskan dua bentuk bahaya terhadap ilmu:
1. Lupa: Ini adalah kelemahan manusiawi, namun bisa dicegah dengan muraja'ah (mengulang), menulis, dan mengamalkan ilmu. Lupa adalah penghalang terbesar penyebaran ilmu.
2. Menyampaikan ilmu kepada yang bukan ahlinya:
Maksudnya, menyampaikan kepada orang yang belum siap menerima, yang tidak punya adab, atau yang tidak layak menanggung amanah ilmu.
Hal ini bisa menyebabkan ilmu disalahpahami, ditolak, bahkan dijadikan bahan cemoohan atau kerusakan.
Imam Malik pernah berkata: “Tidak semua ilmu pantas diceritakan kepada semua orang.”
---
5. Hikmah Hadis
Menjaga ilmu adalah bagian dari adab terhadap ilmu itu sendiri.
Lupa ilmu bisa dicegah dengan amal dan pengulangan.
Ilmu adalah amanah; tidak bisa disampaikan sembarangan tanpa mempertimbangkan kesiapan penerimanya.
Menjaga konteks dan situasi penting dalam dakwah dan pendidikan.
---
6. Hadis-hadis Terkait
a. Hadis tentang menyampaikan ilmu secara bertahap:
"Berbicaralah kepada manusia sesuai kadar akal mereka. Apakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?"
(HR. Bukhari secara mu‘allaq)
b. Hadis tentang menyia-nyiakan amanah ilmu:
"Siapa yang ditanya tentang ilmu lalu menyembunyikannya, maka dia akan dikekang dengan kekangan dari api neraka."
(HR. Abu Dawud)
---
7. Ayat Al-Qur’an Terkait
a. QS. Al-Baqarah: 286
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..."
Ini menjadi landasan bahwa menyampaikan ilmu juga harus sesuai dengan kapasitas penerima.
b. QS. Al-Isra: 36
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban."
Ilmu yang disalahgunakan atau disebar secara sembrono bisa berakibat pada kesesatan dan kebingungan.
---
8. Relevansi di Indonesia Saat Ini
Di zaman digital saat ini, ilmu mudah tersebar. Namun, tidak semua informasi yang tersebar membawa manfaat. Banyak orang menyampaikan ilmu tanpa dasar atau kepada yang belum siap, yang berakibat pada kesalahpahaman agama, radikalisme, atau penolakan terhadap kebenaran.
Hadis ini mengingatkan:
Pentingnya adab sebelum ilmu.
Pentingnya memilah kepada siapa ilmu disampaikan.
Pentingnya tanggung jawab dalam dakwah dan pendidikan.
---
9. Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani
"Ilmu adalah rahasia antara dirimu dan Allah. Jangan kau berikan kepada orang yang belum siap. Ilmu itu laksana permata; tidak diletakkan di tanah becek."
Beliau juga berkata:
“Sampaikan kebenaran dengan hikmah. Jika tidak, maka engkau akan membuat manusia lari dari jalan Allah.”
---
10. Nasihat Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari
Dalam al-Hikam, beliau menulis:
“Ilmu yang tidak kau jaga, akan menjadi hujjah atas dirimu. Dan ilmu yang kau sampaikan tidak pada tempatnya, akan menjadi fitnah bagi mereka yang menerimanya.”
Beliau mengajarkan agar menyampaikan ilmu hanya kepada mereka yang memiliki adab, niat tulus, dan kesiapan hati.
---
No comments:
Post a Comment