Wednesday, May 21, 2025

Menjadi Manusia yang Dirindukan – Tafsir Hadis Tentang Akhlak dan Introspeksi.

Judul Buku: Menjadi Manusia yang Dirindukan – Tafsir Hadis Tentang Akhlak dan Introspeksi

---

1. Hadis dalam Tulisan Arab

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

«اِعْمَلِ الْخَيْرَ وَاجْتَنِبِ الشَّرَّ، وَانْظُرْ مَا تُحِبُّ أَنْ يَقُولَهُ النَّاسُ فِيكَ بَعْدَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِمْ فَافْعَلْهُ، وَانْظُرْ مَا تَكْرَهُ أَنْ يَقُولَهُ النَّاسُ فِيكَ بَعْدَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِمْ فَاجْتَنِبْهُ»

(رواه الجماعة)

---

2. Bacaan Latin

Qāla Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam:

“I’malil khaira wajtanibish-sharra, wanzhur mā tuḥibbu an yaqūlahun-nāsu fīka ba‘da an taqūma min majlisihim faf‘alhu, wanzhur mā takrahu an yaqūlahun-nāsu fīka ba‘da an taqūma min majlisihim fajtanibhu.”

(HR. Al-Jamā‘ah)

---

3. Terjemahan Hadis

Rasulullah SAW bersabda:

"Berbuatlah kebaikan dan jauhilah keburukan. Lihatlah apa yang kamu senang orang-orang katakan tentangmu ketika kamu meninggalkan suatu majelis, maka lakukanlah hal itu. Dan lihatlah apa yang kamu tidak suka jika orang-orang mengatakannya tentangmu setelah kamu pergi dari suatu majelis, maka jauhilah hal itu."

---

4. Tafsir dan Penjelasan Hadis

Hadis ini merupakan bimbingan akhlak dari Rasulullah SAW agar seorang muslim memiliki kesadaran sosial dan introspeksi diri. Rasulullah tidak hanya memerintahkan untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan, tapi juga memberikan standar yang sangat personal: “Apa yang kamu sukai orang katakan tentangmu setelah kamu pergi?”

Ini adalah kaidah emas (golden rule) dalam akhlak:

Lakukan apa yang kamu ingin orang kenang darimu dengan baik.

Hindari hal yang kamu tidak ingin orang katakan buruk tentangmu.

Hadis ini mendorong kita untuk berpikir dari perspektif orang lain agar akhlak kita tidak hanya baik menurut diri sendiri, tetapi juga dirasakan baik oleh sesama.

---

5. Hikmah Hadis

Introspeksi diri: Melatih diri untuk menilai ucapan dan perilaku sebelum melakukannya.

Menjaga reputasi dan nama baik: Rasulullah mengajarkan pentingnya menjadi pribadi yang meninggalkan kesan positif.

Standar akhlak sosial: Bukan hanya "apa yang benar", tapi juga "apa yang terasa baik dan pantas" di masyarakat.

Membangun karakter mulia: Dengan menimbang dampak perilaku kita terhadap perasaan orang lain.

---

6. Hadis-hadis Terkait

a. Hadis tentang akhlak terbaik:

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya."

(HR. Tirmidzi)

b. Hadis tentang introspeksi diri:

"Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati."

(HR. Tirmidzi)

---

7. Relevansi di Indonesia Saat Ini

Di tengah derasnya informasi, komentar sosial, dan konflik di masyarakat Indonesia—terutama di media sosial—hadis ini mengajarkan pentingnya menyaring ucapan dan perilaku. Banyak konflik dan fitnah terjadi karena orang mengabaikan perasaan orang lain atau tidak introspeksi sebelum berkata atau bertindak.

Jika umat Islam di Indonesia mengamalkan prinsip hadis ini, maka akan tumbuh budaya santun, penuh empati, serta masyarakat yang rukun dan saling menghargai.

---

8. Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani

"Jika engkau ingin dikenal oleh langit, maka bersihkan hatimu. Jika engkau ingin dicintai di bumi, maka bersihkan ucapan dan perbuatanmu. Jadilah orang yang saat pergi dari majelis, disebut orang lain dengan kebaikan."

Syekh Abdul Qadir menekankan bahwa manusia bukan hanya dinilai oleh ibadahnya kepada Allah, tapi juga akhlaknya terhadap makhluk.

---

9. Nasihat Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari

Dalam Al-Hikam, beliau menulis:

“Salah satu tanda kematian hati adalah tidak peduli dengan buruknya kesan yang tertinggal dari perbuatanmu.”

Beliau mengajarkan agar hati senantiasa hidup dengan rasa malu kepada Allah dan sesama. Maka menjaga ucapan dan kesan yang ditinggalkan merupakan bagian dari tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa).

---

No comments: