Judul: Senang kepada Allah dan Tidak Senang kepada Diri Sendiri
Intisari Bahasan: Muhasabah tentang kecintaan kepada Allah dan pemutusan kecintaan terhadap diri sendiri, dengan teladan kisah Asy-Syibli serta pandangan para sufi besar.
Kisah Asy-Syibli Asy-Syibli berkata:
"Jika kamu ingin bersenang-senang kepada Allah, maka patahkanlah kecintaanmu terhadap dirimu sendiri."
Setelah beliau wafat, dalam sebuah mimpi ia ditanya tentang nasibnya. Allah bertanya kepadanya:
"Wahai Abu Bakar, mengapa Aku mengampunimu?"
Asy-Syibli menyebut amal, keikhlasan, ibadah, haji, puasa, salat, dan pencarian ilmu. Namun Allah menolak semuanya dan berkata:
"Ingatkah kamu saat di Baghdad, kamu melihat seekor kucing menggigil kedinginan lalu kamu menolongnya? Karena kasih sayangmu itu, Aku pun sayang kepadamu."
Dalil Al-Qur'an
- Surah Al-Insan: 8-9
النُون أَسْقى يُحِبونَ وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكينًا وَيَتيمًا وَأَسِيرًاً إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Latin: "Wa yuṭ‘imūnat-ṭa‘āma ‘alā ḥubbihi miskīnan wa yatīman wa asīrā. Innamā nuṭ‘imukum liwajhi Allāh, lā nurīdu minkum jazā’an wa lā syukūrā."
Arti: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (seraya berkata), 'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap wajah Allah. Kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula ucapan terima kasih darimu.'"
Tafsir: Ayat ini menekankan nilai memberi karena Allah semata, bukan karena keinginan pujian.
Hadis Terkait
Rasulullah saw. bersabda:
"Kasihilah siapa yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan mengasihimu." (HR. Tirmidzi)
Hikmah dan Hakekat
- Amal bukan ukuran utama diterimanya rahmat Allah.
- Ikhlas dan kasih sayang yang tulus kepada makhluk menjadi sebab turunnya rahmat.
- Allah lebih menyukai hati yang lembut dan penuh kasih.
Relevansi dengan Keadaan Sekarang
- Di zaman ini banyak yang terjebak dalam pencitraan amal. Kisah Asy-Syibli menjadi pengingat bahwa rahmat Allah bisa datang dari kebaikan yang paling kecil sekalipun.
- Mengasihi makhluk—termasuk hewan—bisa menjadi ladang pahala yang besar.
Nasehat Para Sufi
-
Hasan Al-Bashri: "Ikhlas itu tidak diketahui oleh malaikat untuk ditulis, tidak diketahui oleh setan untuk dirusak, dan tidak diketahui oleh hawa nafsu untuk diselewengkan."
-
Rabi'ah al-Adawiyah: "Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau ingin surga, tapi karena cinta kepada-Nya."
-
Abu Yazid al-Bistami: "Jalan menuju Allah adalah dengan mematikan diri dari segala sesuatu selain-Nya."
-
Junaid al-Baghdadi: "Tasawuf adalah bahwa Allah mematikanmu dari dirimu dan menghidupkanmu dengan-Nya."
-
Al-Hallaj: "Akulah kebenaran"—bukan kesombongan, tetapi fana dalam cinta ilahi.
-
Imam al-Ghazali: "Hati yang bersih adalah cermin yang memantulkan cahaya Allah."
-
Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jadilah seperti bumi yang diinjak-injak tapi tetap memberi kehidupan."
-
Jalaluddin Rumi: "Cinta sejati adalah ketika kamu mencintai tanpa sebab dan tetap mencintai walau disakiti."
-
Ibnu ‘Arabi: "Tuhan bukan hanya dikenal lewat hukum, tapi melalui cinta dan rahasia-Nya."
-
Ahmad al-Tijani: "Lepaskan ketergantungan pada makhluk, maka akan datang kekuatan dari Sang Khalik."
Muhasabah Diri Sudahkah kita melepaskan cinta diri? Sudahkah kita berbuat tanpa pamrih? Sudahkah kita menolong makhluk Allah hanya karena Allah?
Mari bermuhasabah dan menjadikan cinta kepada Allah sebagai puncak kebahagiaan, serta memutus cinta terhadap ego dan kepentingan diri.
Dokumen berjudul "Senang kepada Allah dan Tidak Senang kepada Diri Sendiri" sudah saya buat dan dapat dilanjutkan, dikembangkan, atau diedit sesuai arahan Anda.
No comments:
Post a Comment