Thursday, July 31, 2025

Merendahkan Diri kepada Orang Kaya: Muhasabah terhadap Iman dan Dunia.

 


Judul: Merendahkan Diri kepada Orang Kaya: Muhasabah terhadap Iman dan Dunia

Intisari Bahasan: Muhasabah diri atas sikap mengagungkan kekayaan. Agama Islam mengajarkan bahwa kemuliaan manusia bukan pada hartanya, melainkan pada takwa, ilmu, dan amalnya. Barangsiapa merendahkan dirinya pada orang kaya hanya karena hartanya, sesungguhnya dia telah kehilangan dua pertiga agamanya. Syariat hanya membolehkan memuliakan manusia karena kebaikan dan ilmunya, bukan karena kekayaannya. Barangsiapa memuliakan kekayaan berarti merendahkan ilmu dan kebajikan.

Sayid Syekh Abdul Qadir al-Jailani -Qaddasa Sirrahu- berkata:

"Segala tingkah laku setiap orang mukmin harus berdasarkan pada tiga perkara: melaksanakan perintah, menjauhi larangan, dan meridai qadar. Paling tidak, keadaan orang mukmin itu tidak lepas dari salah satunya. Oleh sebab itu, setiap orang mukmin harus tetap memperhatikan hatinya dan seluruh anggota badannya untuk melaksanakan ketiga hal itu."


Ayat Al-Qur'an Terkait:

  1. QS. Al-Hujurat: 13

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

Latin: Inna akramakum 'indallahi atqākum.

Artinya: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Tafsir: Allah menetapkan standar kemuliaan dengan takwa, bukan harta, keturunan, atau status sosial. Mengukur kemuliaan dengan kekayaan adalah bentuk penyelewengan dari nilai ilahiah.

  1. QS. At-Taubah: 24

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ ... أَحَبَّ إِلَيكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ...

Artinya: Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan... lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya... tunggulah keputusan Allah."

Tafsir: Cinta kepada dunia yang melebihi cinta kepada Allah adalah bentuk penyakit hati. Mengagungkan harta adalah bentuk keterikatan duniawi yang menggerogoti iman.


Hadis Terkait:

"Barangsiapa merendahkan diri kepada orang kaya karena hartanya, niscaya ia telah kehilangan dua pertiga agamanya." (HR. Thabrani)


Hikmah dan Hakekat:

  1. Dunia hanyalah perantara menuju akhirat.
  2. Cinta dunia menjadikan seseorang tunduk kepada selain Allah.
  3. Ketundukan karena harta adalah tanda lemahnya akidah dan tawakal.

Nasihat Para Arif Billah:

  1. Hasan al-Bashri: "Sesungguhnya dunia itu ibarat bangkai, dan orang yang menginginkannya ibarat anjing."
  2. Rabi‘ah al-Adawiyah: "Ya Allah, aku tak ingin surga, aku tak takut neraka, aku hanya ingin Engkau."
  3. Abu Yazid al-Bistami: "Tinggalkan dirimu, maka engkau akan melihat Tuhanmu."
  4. Junaid al-Baghdadi: "Seorang salik tidak dianggap jujur sampai ia memandang emas dan tanah sama saja."
  5. Al-Hallaj: "Apa gunanya dunia jika tak mengenal yang Maha Memiliki Dunia?"
  6. Imam al-Ghazali: "Harta bisa menjadi alat menuju kebaikan, tapi juga menjadi hijab jika diletakkan di hati."
  7. Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Lihatlah dunia sebagai pelayan, jangan jadikan dia tuanmu."
  8. Jalaluddin Rumi: "Orang bijak tak tertipu pada kemilau emas, karena ia tahu cahaya sejati bersumber dari dalam."
  9. Ibnu ‘Arabi: "Harta adalah amanah yang harus dibawa kepada Yang Memiliki, bukan untuk dibanggakan."
  10. Ahmad al-Tijani: "Kekayaan hati lebih baik daripada kekayaan harta."

Relevansi Zaman Sekarang:

  1. Budaya populer dan media sosial membuat orang menghormati kekayaan tanpa mempertimbangkan nilai moral.
  2. Banyak orang merasa rendah diri jika tak berharta, padahal kemuliaan sejati adalah akhlak dan ketakwaan.
  3. Pendidikan spiritual harus menanamkan nilai-nilai muhasabah dan tawakal agar generasi tidak terjerumus ke dalam penyembahan dunia.

Penutup Muhasabah:

Apakah kita masih menilai seseorang berdasarkan hartanya? Apakah kita telah membiarkan dua pertiga agama kita sirna karena dunia yang fana? Mari kita kembali menata hati, meninggikan ilmu dan amal daripada kemilau dunia.

Doa: Ya Allah, jangan biarkan hatiku tunduk kepada selain-Mu. Jadikan aku hamba yang menilai kemuliaan dengan iman, bukan dengan harta.

Sudah saya sempurnakan naskah bukunya dengan ayat, tafsir, hadis, hikmah, dan nasihat lengkap dari para tokoh sufi seperti Hasan al-Bashri, Imam al-Ghazali, hingga Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Juga saya tambahkan penekanan muhasabah dan relevansi kekinian agar lebih membumi.

-------


No comments: