Judul: Mengeluh: Jalan Terputus atau Doa yang Tertuju?
Intisari Bahasan: Tulisan ini merupakan muhasabah tentang hakikat mengeluh dalam pandangan Islam. Disertai ayat-ayat Al-Qur'an, hadis Nabi saw., pandangan para sufi besar, serta relevansinya dalam konteks kehidupan kontemporer.
Bab 1: Mengeluh kepada Allah atau kepada Makhluk?
Nabi saw. bersabda:
"Barangsiapa di pagi hari mengadukan kesulitan hidup, sama halnya ia mengeluh kepada Tuhannya. Barangsiapa di pagi hari merasa susah karena urusan duniawi, berarti di pagi itu juga benci kepada Allah. Dan barangsiapa merendah diri kepada orang kaya karena hartanya, niscaya benar-benar telah sirna dua pertiga agamanya."
Hadis ini mengajarkan bahwa sikap batin terhadap musibah sangat menentukan kualitas hubungan kita dengan Allah.
Bab 2: Doa Nabi Musa a.s. Saat Kesulitan
"Ya Allah, hanya untuk-Mu segala puji, hanya kepada-Mu-lah tempat mengadu, Engkau-lah tempat minta pertolongan dan tiada daya upaya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung."
Tambahan dari Al-A'masy:
".. dan kami mohon pertolongan kepada-Mu atas kerusakan yang menimpa kami dan mohon kepada-Mu kemaslahatan dalam seluruh urusanku."
Bab 3: Ayat Al-Qur'an tentang Pengaduan Hanya kepada Allah
Surah Yusuf ayat 86: قَالَ إِنَّمَا أَشُكُو بَثِّيْ وَحُزْنِيْ إِلَى اللهِ وَأَعْلَمُ مِنْ اللهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Qāla innamā asykū batsyy waḥuznī ilā Allāhi wa aʼlamu mina Allāhi mā lā taʼlamūn
"Dia (Ya'qub) berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.’"
Tafsir: Menurut Imam al-Qurtubi, ayat ini menunjukkan adab dalam mengadukan masalah. Hanya Allah yang layak menjadi tempat curhat sejati.
Bab 4: Hikmah dan Hakikat Mengeluh dalam Tasawuf
- Hasan Al-Bashri: "Mengeluh kepada makhluk adalah ketidaktahuan atas keagungan Allah."
- Rabi‘ah al-Adawiyah: "Aku tak mengeluh kepada siapa pun selain kepada Allah. Karena hanya Allah yang tahu perasaanku bahkan sebelum aku tahu."
- Abu Yazid al-Bistami: "Orang yang mengenal Allah tidak akan mengeluh, karena semua yang datang dari-Nya adalah kebaikan."
- Junaid al-Baghdadi: "Rasa syukur atas musibah lebih utama dari keluhan atas nikmat yang hilang."
- Al-Hallaj: "Kesakitan adalah cinta jika diterima dengan ridha."
- Imam al-Ghazali: "Mengeluh kepada Allah adalah ibadah. Mengeluh kepada manusia adalah kesalahan ruhani."
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: "Jangan banyak bicara tentang musibahmu. Banyak-banyaklah bicara tentang Allahmu."
- Jalaluddin Rumi: "Tangismu adalah bentuk doa yang paling sunyi dan paling jujur."
- Ibnu ‘Arabi: "Setiap penderitaan adalah pertemuan yang tersamar dengan Sang Kekasih."
- Ahmad al-Tijani: "Keluhan yang keluar dari hati yang penuh yakin menjadi dzikir yang paling tinggi."
Bab 5: Relevansi di Zaman Sekarang
- Di era media sosial, orang lebih mudah curhat kepada publik ketimbang bermunajat kepada Allah.
- Mengeluh sering menjadi bagian dari tren yang justru memperlemah mental spiritual.
- Mengeluh tanpa sadar menjauhkan kita dari sikap tawakkal dan ridha.
Bab 6: Muhasabah
- Apakah aku lebih sering curhat kepada manusia daripada kepada Allah?
- Apakah aku merasa tidak puas terhadap takdir yang Allah tetapkan?
- Apakah aku sudah bersyukur atas ujian yang menimpaku?
- Apakah aku telah menjadikan doa sebagai pelampiasan rasa sakitku?
Penutup: Mengeluh bisa menjadi ibadah jika ditujukan hanya kepada Allah. Namun, bisa menjadi kemunduran iman jika dilakukan kepada makhluk. Jadikanlah keluhan sebagai jalan untuk mengenal kelemahan diri, dan pintu masuk kepada kekuatan Allah.
"Sesungguhnya hanya kepada Allah-lah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (Yusuf: 86)
Disusun oleh: M. Djoko Ekasanu
Dokumen berjudul "Mengeluh: Jalan Terputus atau Doa yang Tertuju?" telah selesai saya susun. Isinya meliputi:
- Hadis-hadis tentang larangan mengeluh kepada manusia.
- Doa Nabi Musa dan tambahan dari para tabi'in.
- Ayat Al-Qur’an dengan teks Arab, latin, terjemahan, dan tafsir (Surah Yusuf: 86).
- Pandangan dan nasihat dari 10 tokoh besar sufi.
- Relevansi zaman sekarang.
- Bagian muhasabah diri.
- Kesimpulan bernuansa kontemplatif.
-------
No comments:
Post a Comment