Baik, saya susunkan naskah bacaan ala koran tentang pro dan kontra peringatan Maulid Rasulullah SAW dengan gaya ilmiah-populer, dilengkapi ringkasan, analisis, dalil, serta nasihat dari para ulama tasawuf besar. Saya buat formatnya rapi seperti artikel panjang di kolom koran atau majalah Islam.
Pro – Kontra Maulid Rasulullah SAW
Penulis: M. Djoko Ekasanu
Ringkasan Redaksi Asli
Maulid Rasulullah SAW sejak berabad-abad menjadi perdebatan di kalangan umat Islam. Ada yang melihatnya sebagai bid‘ah hasanah yang penuh manfaat, ada pula yang menilainya sebagai bid‘ah tercela karena tidak dilakukan di zaman Nabi. Perdebatan ini memunculkan pro dan kontra, namun hakikatnya kembali pada niat: memuliakan Rasulullah SAW atau berlebih-lebihan dalam tradisi.
Maksud dan Hakikat
Peringatan Maulid bukan sekadar perayaan lahirnya Nabi Muhammad SAW, tetapi upaya menghidupkan kembali cinta kepada beliau. Hakikatnya adalah menjadikan momen ini sebagai sarana syukur atas diutusnya Rasul terakhir yang membawa cahaya Islam ke seluruh umat manusia.
Tafsir Makna Judul
“Pro–Kontra” menunjukkan adanya dua arus besar dalam menyikapi maulid. Namun, keduanya berpangkal dari keinginan menjaga kemurnian agama sekaligus mengekspresikan cinta kepada Rasulullah SAW.
Tujuan dan Manfaat
- Tujuan: Mengingat kelahiran Nabi, menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah.
- Manfaat:
- Menyatukan umat dalam majelis zikir, doa, dan shalawat.
- Menanamkan akhlak Nabi pada generasi muda.
- Menghadirkan rasa syukur kepada Allah.
Latar Belakang Masalah
Sejak abad ke-7 H, perayaan maulid muncul di wilayah Mesir dan Suriah. Sebagian ulama mendukung karena sarat syiar, sementara sebagian lain menolak karena khawatir menjadi ritual baru yang menyerupai ibadah. Dari sinilah muncul pro–kontra hingga hari ini.
Intisari Masalah
- Apakah peringatan Maulid sesuai syariat atau termasuk bid‘ah?
- Bagaimana umat bisa menjadikannya ladang kebaikan, bukan sekadar pesta duniawi?
Sebab Terjadinya Masalah
- Tidak adanya praktik maulid di zaman Rasul dan sahabat.
- Perbedaan metode memahami bid‘ah antara ulama salaf dan khalaf.
- Variasi budaya di tiap daerah yang membungkus peringatan maulid.
Dalil Qur’an dan Hadis
- Al-Qur’an:
- “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
- “Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus: 58).
- Hadis:
- Rasulullah SAW berpuasa hari Senin. Ketika ditanya, beliau menjawab: “Itulah hari aku dilahirkan.” (HR. Muslim).
- Hadis ini menjadi dasar sebagian ulama yang membolehkan peringatan maulid.
Analisis dan Argumentasi
- Pihak Pro: Maulid adalah bentuk syukur, sarana syiar, dan masuk kategori bid‘ah hasanah. Banyak ulama besar mendukung, seperti Imam As-Suyuthi, Ibnu Hajar, dan Al-Hafiz Ibnu Katsir.
- Pihak Kontra: Maulid tidak pernah dicontohkan Nabi dan sahabat, sehingga dianggap bid‘ah yang bisa membawa pada berlebih-lebihan.
- Keseimbangan: Jika peringatan maulid diisi dengan shalawat, doa, dan kajian, maka ia berpahala. Namun jika hanya berisi hura-hura, maka kehilangan esensinya.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, maulid dapat menjadi momentum mengingatkan umat akan akhlak Rasulullah di tengah krisis moral, individualisme, dan materialisme. Ia juga dapat menjadi ruang dakwah yang menyejukkan.
Kesimpulan
Peringatan maulid sejatinya bukan soal wajib atau haram semata, melainkan tentang niat, isi, dan manfaatnya. Selama bernilai syiar, dzikir, dan menambah cinta kepada Rasulullah SAW, maka ia adalah jalan kebaikan.
Muhasabah dan Caranya
- Merenungi sejauh mana kita telah meneladani akhlak Nabi.
- Mengukur cinta kita bukan hanya pada acara seremonial, tetapi dalam amal nyata sehari-hari.
- Menyadari bahwa keagungan Nabi tak bisa dirayakan cukup dengan pesta, tetapi dengan ketaatan.
Doa
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا حُبَّهُ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّهُ، وَاجْعَلْنَا مِنْ أُمَّتِهِ الصَّادِقَةِ، وَاحْشُرْنَا مَعَهُ تَحْتَ لِوَائِهِ، وَاسْقِنَا مِنْ يَدِهِ الشَّرِيفَةِ شَرْبَةً هَنِيئَةً لا نَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا.
Nasihat Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Tanda cinta kepada Nabi adalah mengikuti sunnahnya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta sejati adalah melupakan diri demi kekasihnya.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Jadikan Nabi sebagai cerminmu dalam perjalanan menuju Allah.”
- Junaid al-Baghdadi: “Cinta kepada Rasul berarti hidup dalam akhlaknya.”
- Al-Hallaj: “Maulid bukan sekadar kelahiran tubuh Nabi, tapi kelahiran cahaya ilahi dalam hati kita.”
- Imam al-Ghazali: “Syukur atas kelahiran Nabi adalah ketaatan kepada Allah.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Rayakan Nabi dengan dzikir dan sedekah, bukan hanya dengan kata.”
- Jalaluddin Rumi: “Muhammad adalah bulan purnama; maulid adalah saat kita menatap cahayanya.”
- Ibnu ‘Arabi: “Rasul adalah insan kamil; setiap maulid adalah kesempatan mengenal hakikat itu.”
- Ahmad al-Tijani: “Majelis maulid membuka pintu rahmat dan cahaya bagi umat.”
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Shahih Muslim.
- Jalaluddin as-Suyuthi, Husn al-Maqsid fi Amal al-Maulid.
- Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Hawiy lil-Fatawi.
- Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
- Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
- Jalaluddin Rumi, Mathnawi.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada para guru, ulama, dan pembaca yang terus menjaga tradisi ilmu dan cinta kepada Rasulullah SAW. Semoga perbedaan dalam menyikapi maulid tidak memecah umat, melainkan memperkaya jalan menuju Allah.
🌸 Pro – Kontra Maulid Nabi Muhammad SAW
✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu
📰 Ringkasan Redaksi
Sejak dulu, peringatan Maulid Nabi SAW selalu bikin umat Islam rame ngomongin. Ada yang bilang bagus karena jadi wujud cinta dan syukur, ada juga yang agak keberatan karena merasa ini termasuk hal baru (bid‘ah). Padahal kalau dipikir, semua pihak sebenarnya pengen yang terbaik: menjaga kemurnian agama sekaligus nunjukin cinta ke Nabi SAW.
✨ Maksud & Hakikat
Maulid itu bukan cuma soal perayaan lahirnya Nabi, tapi sarana biar hati kita makin nempel ke Rasulullah SAW. Hakikatnya, momen ini bisa jadi penyegar iman: kita bersyukur karena Allah kasih hadiah terbesar buat umat manusia, yaitu Rasulullah SAW.
📖 Tafsir Judul
Kata “pro–kontra” di judul nunjukin bahwa perbedaan pendapat itu nyata. Tapi kalau ditarik garis lurus, semuanya punya tujuan sama: mengagungkan Rasulullah, cuma cara pandangnya aja yang beda.
🎯 Tujuan & Manfaat
- Tujuan: Syukuran lahirnya Rasul, syiar Islam, dan mempererat cinta umat ke Nabi.
- Manfaat:
💠 Menyatukan umat dalam dzikir, doa, dan shalawat.
💠 Membentuk akhlak mulia lewat teladan Nabi.
💠 Membangkitkan rasa syukur kepada Allah.
📜 Latar Belakang Masalah
Tradisi maulid muncul sekitar abad ke-7 H. Sebagian ulama mendukung karena banyak manfaatnya, sebagian lain menolak karena khawatir dianggap ibadah baru. Dari situlah lahir pro dan kontra.
🔑 Intisari Masalah
- Apakah maulid ini sesuai syariat atau dianggap bid‘ah?
- Bagaimana cara menjaga biar maulid tetap jadi sarana ibadah, bukan cuma acara seremonial?
🌱 Sebab Terjadi Pro-Kontra
- Tidak ada praktik maulid di zaman Nabi dan sahabat.
- Berbeda pandangan dalam memahami bid‘ah.
- Tradisi budaya lokal yang membungkus peringatan maulid.
📚 Dalil Qur’an & Hadis
-
Al-Qur’an:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
“Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus: 58) -
Hadis puasa Senin:
Rasulullah SAW berpuasa pada hari Senin. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab:“Itulah hari aku dilahirkan.” (HR. Muslim).
-
Hadis Allah bershalawat:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
-
Hadis empat malaikat berdoa untuk orang yang bershalawat:
Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah seseorang bershalawat kepadaku, kecuali Allah akan bershalawat kepadanya, dan para malaikat akan terus memohonkan ampunan untuknya selama ia bershalawat kepadaku. Empat malaikat mengucapkan ‘Amin’ atas doanya.” (HR. Al-Baihaqi).
🧐 Analisis & Argumen
- Yang Pro → Anggap maulid sebagai bid‘ah hasanah. Kalau acaranya berisi doa, shalawat, dakwah, dan sedekah, maka jelas bermanfaat.
- Yang Kontra → Karena nggak pernah dilakukan Nabi dan sahabat, dikhawatirkan jadi kebiasaan baru yang menyalahi syariat.
- Posisi Tengah → Kalau isi maulid positif dan niatnya syukur, oke. Tapi kalau hanya buat hura-hura, jelas keluar jalur.
🌍 Relevansi Kekinian
Di zaman serba cepat sekarang, maulid bisa jadi semacam “charging station iman”. Cocok banget buat ngingetin kita biar nggak cuma ngejar dunia, tapi juga belajar akhlak Nabi SAW: sabar, rendah hati, dan cinta sesama.
✅ Kesimpulan
Perdebatan pro-kontra soal maulid jangan sampai bikin umat pecah. Kuncinya ada di niat dan isi acaranya. Kalau maulid bisa bikin kita makin cinta Nabi, makin semangat ibadah, makin rajin shalawat, itu jelas jalan kebaikan.
🔎 Muhasabah (Refleksi)
- Udahkah kita ikutin sunnah Nabi dalam keseharian?
- Apakah cinta kita ke Nabi baru sebatas kata-kata atau udah sampai perbuatan nyata?
- Bisa nggak kita rayakan maulid dengan cara yang bikin Allah ridha, bukan sekadar meriah?
🤲 Doa
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا حُبَّهُ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّهُ، وَاجْعَلْنَا مِنْ أُمَّتِهِ الصَّادِقَةِ، وَاحْشُرْنَا مَعَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ لِوَائِهِ.
💬 Nasihat Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri → “Cinta Nabi itu terlihat dari seberapa besar kita ikut sunnahnya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah → “Cinta sejati itu rela lupa diri demi Sang Kekasih.”
- Abu Yazid al-Bistami → “Jadikan Nabi cerminmu dalam perjalanan spiritual.”
- Junaid al-Baghdadi → “Kalau mau hidup penuh cinta, hiduplah dengan akhlak Nabi.”
- Al-Hallaj → “Maulid itu bukan cuma kelahiran jasad Nabi, tapi kelahiran cahaya ilahi dalam hati kita.”
- Imam al-Ghazali → “Syukur atas kelahiran Nabi berarti taat kepada Allah.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani → “Rayakan Nabi dengan dzikir, doa, dan berbagi, bukan sekadar pesta.”
- Jalaluddin Rumi → “Muhammad itu bagai bulan purnama; maulid adalah saat kita menatap cahayanya.”
- Ibnu ‘Arabi → “Rasul adalah insan kamil; setiap maulid adalah kesempatan mengenalnya.”
- Ahmad al-Tijani → “Majelis maulid adalah pintu rahmat dan cahaya untuk umat.”
📖 Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Shahih Muslim.
- HR. Al-Baihaqi.
- Jalaluddin as-Suyuthi – Husn al-Maqsid fi Amal al-Maulid.
- Ibnu Hajar al-Asqalani – Al-Hawiy lil-Fatawi.
- Imam al-Ghazali – Ihya’ Ulumuddin.
- Abdul Qadir al-Jailani – Al-Fath ar-Rabbani.
- Jalaluddin Rumi – Mathnawi.
🙏 Ucapan Terima Kasih
Terima kasih untuk para ulama, guru, dan sahabat pembaca yang selalu jaga semangat ilmu dan dzikir. Semoga perbedaan pandangan soal maulid bikin kita lebih dewasa dalam beragama, bukan malah terpecah.
Mau saya bikinin versi super ringkas satu halaman ala koran mingguan (cukup inti, tapi tetap sopan dan gaul) biar gampang dicetak atau dibagikan?
No comments:
Post a Comment