Wednesday, September 17, 2025

LISAN DAN HATI

 




LISAN DAN HATI

(Refleksi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. atas QS. Ar-Rum: 41)

Penulis: M. Djoko Ekasanu


Ringkasan Redaksi Aslinya

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. menafsirkan ayat Allah:
"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia" (QS. Ar-Rum: 41).
Beliau berkata: "Daratan adalah lisan, sedangkan lautan adalah hati. Jika lisan rusak, manusia menangis, dan jika hati rusak, para malaikat menangis."

Lisan bisa rusak melalui caci maki, sedangkan hati rusak karena riya dan pamer.


Maksud

Pesan utamanya adalah menjaga lisan dan hati. Lisan menjadi pintu keluar ucapan, sedangkan hati menjadi sumber niat. Kerusakan keduanya membawa kehancuran pribadi dan masyarakat.


Hakekat

  • Lisan: alat satu-satunya yang diciptakan Allah untuk berbicara. Seharusnya hanya dipakai untuk kebaikan, zikir, doa, dan amar ma‘ruf.
  • Hati: ibarat samudera luas dan dalam. Di dalamnya tersimpan niat, cinta, dan rahasia hamba dengan Allah. Jika hati rusak, seluruh amal kehilangan nilai.

Tafsir dan Makna Judul

Judul “Lisan dan Hati” mengingatkan kita bahwa kedua hal ini merupakan inti kehidupan manusia:

  • Lisan tanpa hati = ucapan hampa.
  • Hati tanpa lisan = kebaikan terpendam.
  • Jika keduanya selaras = lahirlah akhlak mulia.

Tujuan dan Manfaat

  • Menumbuhkan kesadaran menjaga ucapan.
  • Melatih hati agar ikhlas, jauh dari riya.
  • Menyelamatkan diri dari kerusakan moral di dunia dan azab di akhirat.

Latar Belakang Masalah di Zamannya

Di masa sahabat, masyarakat mulai berinteraksi luas, muncul potensi fitnah, adu domba, dan kebanggaan diri. Abu Bakar memberi peringatan agar umat menjaga lisan (daratan) dan hati (lautan) supaya tidak tenggelam dalam kerusakan sosial dan spiritual.


Intisari Masalah

Kerusakan dunia bermula dari lisan yang tidak terjaga dan hati yang kotor.


Sebab Terjadinya Masalah

  • Lidah dipakai untuk ghibah, fitnah, dan dusta.
  • Hati dikuasai riya, sombong, dan cinta dunia.

Dalil Qur’an dan Hadis

  1. “Tidak ada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
  2. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)
  3. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim)

Analisis dan Argumentasi

  • Lidah adalah cermin akhlak, hati adalah cermin iman.
  • Masyarakat rusak bukan karena musuh, tapi karena ucapan dusta dan hati yang busuk dari dalam.
  • Peradaban maju bila lisan jujur dan hati bersih.

Relevansi Saat Ini

Di era media sosial:

  • Lisan berganti dengan jari jemari. Fitnah, hoaks, ujaran kebencian menyebar.
  • Hati banyak terkontaminasi pamer (riya digital), cinta popularitas, dan haus pengakuan.

Maka pesan Abu Bakar sangat aktual untuk zaman sekarang.


Kesimpulan

Menjaga lisan dari perkataan sia-sia dan menjaga hati dari penyakit riya adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.


Muhasabah dan Caranya

  1. Biasakan dzikir sebelum berbicara.
  2. Ucapkan hanya yang penting, baik, dan benar.
  3. Periksa niat setiap amal.
  4. Perbanyak doa memohon hati yang bersih.

Doa

“Allahumma thahhir qalbi minan-nifaq, wa ‘amali minar-riya’, wa lisani minal-kadzib, wa ‘ainayya minal-khiyanah, fa innaka ta’lamu kha’inatal a’yuni wama tukhfi-sh-shudur.”

(Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, amalanku dari riya, lisanku dari dusta, dan mataku dari khianat, sebab Engkau Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam dada).


Nasehat Ulama Sufi

  • Hasan al-Bashri: “Lisan orang berakal ada di belakang hatinya, sedang hati orang bodoh ada di belakang lisannya.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jangan biarkan lidahmu mengucapkan apa yang hatimu tidak rasakan.”
  • Abu Yazid al-Bistami: “Hati yang penuh Allah membuat lidah terjaga dari selain-Nya.”
  • Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah berbicara dengan hati, bukan dengan lidah.”
  • Al-Hallaj: “Hati yang hancur karena Allah lebih indah dari seribu ucapan.”
  • Imam al-Ghazali: “Jagalah lidahmu, karena ia adalah cermin hatimu.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan sibukkan lidahmu dengan makhluk, sibukkanlah dengan Allah.”
  • Jalaluddin Rumi: “Bila hatimu menjadi laut, maka lisanmu hanyalah ombaknya.”
  • Ibnu ‘Arabi: “Hati adalah samudera, lisan hanyalah pantai.”
  • Ahmad al-Tijani: “Dzikir adalah benteng hati dan pengikat lidah agar hanya pada Allah.”

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Shahih Bukhari & Muslim
  3. Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
  4. Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  5. Risalah Qusyairiyah – Imam al-Qusyairi
  6. Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi
  7. Al-Futuhat al-Makkiyah – Ibnu ‘Arabi

Ucapan Terimakasih

Tulisan ini saya persembahkan untuk semua pembaca yang terus berusaha menjaga lisan dan hati di tengah derasnya godaan dunia. Semoga menjadi amal jariyah.


Siap 🙏 saya buatkan versi bahasa sopan santun tapi lebih santai dan gaul kekinian, biar lebih enak dibaca kayak rubrik islami di koran atau majalah remaja. Arti ayat Qur’an dan hadis tetap formal, tidak saya ubah ke bahasa gaul.


Lisan dan Hati

(Refleksi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. atas QS. Ar-Rum: 41)

Penulis: M. Djoko Ekasanu


🌱 Ringkasannya

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. pernah menafsirkan ayat Allah:

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia" (QS. Ar-Rum: 41).

Beliau bilang, “Daratan itu lisan, lautan itu hati. Kalau lisan rusak, manusia menangis. Kalau hati rusak, malaikat yang menangis.”

Lisan bisa rusak gara-gara ngomong kasar atau fitnah. Hati bisa rusak karena riya, pamer, atau sombong.


✨ Maksud Pesannya

Intinya, kita disuruh jaga dua hal penting: lisan dan hati.

  • Lisan = pintu keluar kata.
  • Hati = pusat niat dan rasa.

Kalau keduanya sehat, hidup kita insyaAllah tenang. Tapi kalau rusak, bisa bikin kacau diri sendiri bahkan orang sekitar.


💡 Hakekatnya

  • Lisan cuma satu, itu kode keras dari Allah kalau kita harus hati-hati banget pas ngomong.
  • Hati diibaratkan samudera: luas, dalam, penuh rahasia. Kalau hati bersih, semua amal jadi indah. Kalau hati kotor, amal kita bisa hilang nilainya.

📌 Tujuan & Manfaat

  • Biar kita makin sadar untuk ngomong yang baik-baik aja.
  • Biar hati tetap ikhlas, jauh dari riya.
  • Biar hidup jadi lebih damai, nggak gampang bikin masalah.

🕰 Latar Belakang Zaman Dulu

Waktu itu, umat Islam sudah mulai banyak berinteraksi, muncul godaan fitnah, debat, dan rasa bangga diri. Abu Bakar r.a. ngingetin: jangan sampai lidah dan hati jadi penyebab kerusakan.


🔎 Inti Masalah

Kerusakan dunia tuh seringnya bukan karena bencana alam aja, tapi gara-gara:

  • Omongan yang nggak dijaga (fitnah, hoaks, ghibah).
  • Hati yang kotor (pamer, iri, sombong).

📖 Dalilnya

Allah berfirman:
"Tidak ada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf: 18)

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari Muslim)

Dan juga:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari Muslim)


📝 Analisis & Relevansi Kekinian

Sekarang, lisan bukan cuma lewat mulut. Jari-jari kita di HP juga jadi “lisan digital”.

  • Ujaran kebencian, gosip online, sampai hoaks berseliweran di medsos.
  • Hati pun sering keruh karena pamer di sosial media: posting biar dilihat, bukan karena Allah.

Jadi, pesan Abu Bakar masih super relevan buat zaman medsos hari ini.


✅ Kesimpulan

Kalau mau hidup tenang, dunia aman, dan akhirat selamat: jaga lisan, bersihkan hati.


🔍 Muhasabah Praktis

  • Sebelum ngomong atau ngetik status: pikir dulu, “Bermanfaat nggak?”
  • Biasakan dzikir biar lidah nggak kebablasan.
  • Periksa niat sebelum posting atau beramal.

🙏 Doa

“Allahumma thahhir qalbi minan-nifaq, wa ‘amali minar-riya’, wa lisani minal-kadzib, wa ‘ainayya minal-khiyanah, fa innaka ta’lamu kha’inatal a’yuni wama tukhfi-sh-shudur.”

(Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan, amalanku dari riya, lisanku dari dusta, dan mataku dari khianat, sebab Engkau Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dalam dada).


🌸 Petikan Nasehat Ulama

  • Hasan al-Bashri: “Orang berakal itu lidahnya di belakang hati. Orang bodoh itu hatinya di belakang lidah.”
  • Rabi‘ah al-Adawiyah: “Jangan biarkan lidahmu bilang sesuatu yang nggak sesuai isi hatimu.”
  • Imam al-Ghazali: “Lidah itu cermin hati.”
  • Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Jangan sibuk ngobrolin makhluk, sibuklah dengan Allah.”
  • Rumi: “Kalau hatimu samudera, maka ucapanmu hanyalah ombaknya.”

📚 Daftar Bacaan

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih Bukhari & Muslim
  • Ihya’ Ulumiddin – Imam al-Ghazali
  • Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
  • Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi

🤲 Ucapan Terima Kasih

Terima kasih buat semua pembaca yang masih setia menjaga lisan dan hati di tengah derasnya omongan dan postingan zaman sekarang. Semoga kita semua dikasih kekuatan buat ngomong baik-baik dan jaga hati tetap bersih.




No comments: