📰 Larangan Menyekutukan Allah
(Hadis Qudsi)
Penulis: M. Djoko Ekasanu
Ringkasan Redaksi Aslinya
Rasulullah ﷺ meriwayatkan sabda Allah dalam hadis Qudsi:
“Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, selama engkau tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”
(HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah).
Maksud
Hadis Qudsi ini menegaskan bahwa larangan terbesar dalam Islam adalah syirik. Dosa apa pun bisa diampuni Allah selama tidak menyekutukan-Nya.
Hakekat
- Allah adalah Tuhan Yang Esa.
- Segala bentuk ibadah, cinta, dan ketergantungan mutlak hanya kepada-Nya.
- Syirik merusak fitrah dan menghapus pahala amal.
Tafsir
Para ulama menjelaskan:
- Syirik adalah menyamakan makhluk dengan Khaliq.
- Ibadah tanpa syirik adalah inti dari tauhid.
- Allah memberi jaminan ampunan bagi hamba yang bertauhid meski berdosa besar.
Makna dari Judul
“Larangan Menyekutukan Allah” adalah perintah menjaga tauhid dan tidak menyamakan Allah dengan makhluk, baik dalam ibadah, keyakinan, cinta, maupun tujuan hidup.
Tujuan dan Manfaat
- Menjaga akidah umat dari penyimpangan.
- Memberikan harapan ampunan selama masih bertauhid.
- Menjadi pengingat agar manusia tidak bergantung pada selain Allah.
Latar Belakang Masalah di Jaman Nabi
- Masyarakat Quraisy menyembah berhala dan menganggapnya perantara kepada Allah.
- Islam datang meluruskan bahwa tidak ada sekutu bagi Allah.
Intisari Masalah
- Syirik = Dosa terbesar yang tidak diampuni bila dibawa mati.
- Tauhid = Kunci keselamatan dunia dan akhirat.
Sebab Terjadinya Masalah
- Kebodohan manusia terhadap hakikat Allah.
- Tradisi jahiliyah yang diwarisi tanpa ilmu.
- Cinta dunia yang membuat manusia bergantung pada selain Allah.
Dalil Qur’an dan Hadis
-
Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. An-Nisa: 48). -
Hadis Nabi ﷺ:
“Barangsiapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah, maka masuk neraka.”
(HR. Bukhari-Muslim).
Analisis dan Argumentasi
Syirik adalah pengkhianatan spiritual terhadap Pencipta. Tauhid adalah pondasi kehidupan Islami. Tanpa tauhid, ibadah kehilangan nilai. Inilah sebabnya syirik tidak diampuni, karena merusak hubungan fundamental antara hamba dan Rabb.
Relevansi Saat Ini
- Syirik modern: kultus individu, materialisme, percaya pada jimat, mendewakan jabatan dan harta.
- Umat harus waspada, karena syirik tidak selalu berupa berhala, bisa berupa menyembah hawa nafsu dan dunia.
Hikmah
- Tauhid memberikan ketenangan hati.
- Menyadarkan bahwa hanya Allah tempat kembali.
- Menguatkan iman agar tidak goyah oleh dunia.
Muhasabah dan Caranya
- Periksa hati: apakah masih ada ketergantungan pada selain Allah?
- Jaga niat dalam ibadah hanya karena Allah.
- Perbanyak istighfar dan doa agar dijauhkan dari syirik.
Doa
اللَّهُمَّ اجعل قلوبَنا عامرةً بتوحيدِك، وألسنتَنا عامرةً بذِكرِك، وأعمالَنا خالصةً لوجهِك، وجنِّبنا الشركَ ظاهرَه وباطنَه.
“Ya Allah, jadikan hati kami dipenuhi tauhid-Mu, lisan kami dipenuhi zikir-Mu, amal kami ikhlas karena-Mu, dan jauhkan kami dari syirik yang tampak maupun tersembunyi.”
Nasehat Para Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Jangan engkau gantungkan hatimu kecuali pada Allah, maka engkau akan bebas dari belenggu dunia.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka atau ingin surga, tetapi karena Engkau layak untuk disembah.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Hamba sejati adalah yang tidak melihat selain Allah dalam hatinya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tauhid adalah memisahkan yang Qadim dari yang hadits.”
- Al-Hallaj: “Tiada dalam jubahku kecuali Allah.”
- Imam al-Ghazali: “Tauhid bukan hanya ucapan, tapi penyerahan hati seluruhnya kepada Allah.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Syirik tersembunyi adalah riya’, hati-hati jangan biarkan amalmu ternoda.”
- Jalaluddin Rumi: “Jika hatimu masih terpaut pada dunia, engkau belum benar-benar menyembah Allah.”
- Ibnu ‘Arabi: “Tauhid adalah mengenal Allah dalam setiap wujud ciptaan-Nya tanpa menyamakan-Nya dengan ciptaan.”
- Ahmad al-Tijani: “Jalan kami adalah memurnikan tauhid dari segala bentuk syirik.”
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim
- Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
- Sunan Tirmidzi, Ibnu Majah, Musnad Ahmad
- Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali
- Futuh al-Ghaib – Syekh Abdul Qadir al-Jailani
- Al-Hikam – Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari
- Diwan Rumi – Jalaluddin Rumi
Ucapan Terimakasih
Tulisan ini saya persembahkan untuk semua pembaca setia yang terus haus akan ilmu dan hikmah. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang ikhlas, bertauhid murni, dan dijauhkan dari syirik dalam segala bentuknya.
✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu
Tentu, penulis. Berikut adalah artikel yang Anda minta, disajikan dalam format dan bahasa yang santai, sopan, dan gaul kekinian.
---
HEADLINE GAZETTE: VIRAL! HADITS QUDSI INI NGGAK BOLEHIN SAMPEK ‘SYKER’ SAMA ALLAH!
By: M. Djoko Ekasanu
Redaksi: Hai, Sobat GazettE! Kali ini kita bakal bahas sesuatu yang deep banget nih, tapi kita coba kupas dengan gaya yang santai. Jadi, ada sebuah Hadits Qudsi yang isinya kayak “warning” terbesar dari Allah SWT langsung. Intinya, Allah bilang, “Hey, hamba-Ku, jangan sekali-kali lo nyekutuin Aku dengan apa pun.” Kira-kira gitu pesan utamanya. Hadits ini terkenal banget dan jadi pondasi utama dalam tauhid.
Maksud & Hakekat: Singkatnya, “Menyekutukan Allah” atau syirik itu artinya ngeanggap ada kekuatan lain yang setara atau bisa ngalahin kekuasaan Allah. Misalnya, percaya banget sama jimat, pesugihan, atau mikir kesuksesan cuma karena usaha sendiri tanpa campur tangan Allah. Hakekatnya, ini adalah pengkhianatan tertinggi terhadap “kontrak” kita sebagai hamba. Allah yang menciptakan kita, masa kita malah “sykering” sama yang lain?
Tafsir & Makna Judul: Judulnya sendiri udah jelas: larangan keras untuk melakukan syirik. Dalam tafsirnya, syirik itu dosa yang nggak akan diampuni kalo kita mati dalam keadaan belum tobat. Kenapa? Karena itu merusak esensi ketuhanan dan kehambaan. Ibaratnya, kita kerja di sebuah perusahaan, tapi kita loyalitasnya justru diberikan ke kompetitor. Nggak etis, kan?
Tujuan & Manfaat: Tujuannya jelas: menjaga kemurnian iman kita. Kalo kita bebas dari syirik, hidup jadi tenang karena kita yakin semua ada di tangan Allah. Manfaatnya? Kita nggak mudah takut sama hal-hal duniawi, nggak gampang percaya sama hal mistis yang nggak jelas, dan yang paling penting, selamat di akhirat nanti.
Latar Belakang & Intisari Masalah di Jamannya: Di zaman Nabi Muhammad SAW dulu, masyarakat Arab jahiliyah tuh lagi hobi banget nyembah berhala. Ada yang namanya Latta, Uzza, Manat. Mereka anggap berhala itu bisa nolong mereka. Nah, Hadits Qudsi ini turun sebagai “shock therapy” buat ngebongkar pemikiran sesat itu. Inti masalahnya satu: salah objek penyembahan.
Sebab Terjadinya Masalah: Penyebabnya klasik: kurangnya ilmu, ikut-ikutan nenek moyang (taqlid buta), dan ketakutan akan hal-hal yang nggak mereka pahami. Mereka nyari “jalan pintas” untuk dapat pertolongan, akhirnya jatuhlah ke syirik.
Dalil Dukung:
· Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48)
· Hadits Qudsi: “Aku (Allah) paling tidak butuh kepada sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya ia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.” (HR. Muslim)
Analisis & Argumentasi: Kalo dipikir-pikir, syirik zaman now bentuknya lebih halus. Nggak harus nyembah patung. “Syirik senja” kayak riya’ (pamer amal) itu juga termasuk. Atau, “sykering” sama job title, harta, atau pasangan sampai lupa bahwa semua itu titipan Allah. Ini berbahaya karena bikin hati kita tergantung sama selain Allah.
Relevansi Saat Ini: Masih sangat relevan, bro! Di era medsos, banyak banget godaan buat “sykering” sama influencer, tren, atau ilmu tertentu yang dijauhkan dari nilai-nilai ketuhanan. Juga, maraknya praktik perdukunan yang dikemas modern. Prinsipnya tetap: apapun yang bikin kita mengabaikan Allah, itu sudah masuk zona syirik.
Hikmah & Muhasabah: Hikmahnya, kita diajak buat selalu cek dan ricek hati. Udah bener belum niat kita? Cuma karena Allah? Muhasabahnya, tanya diri sendiri: “Hal apa dalam hidup gue yang bikin gue lebih takut kehilangannya daripada kehilangan hubungan baik dengan Allah?” Cara muhasabahnya bisa dengan perbanyak istighfar, evaluasi diri sebelum tidur, dan belajar ilmu tauhid yang bener.
Doa: “Ya Allah, kami memohon perlindungan kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan-Mu terhadap apa yang tidak kami ketahui.” (Doa yang diajarkan Nabi SAW).
Nasehat Bijak Para Sufi:
· Hasan Al-Bashri: “Dunia ini hanya tiga hari: Kemarin yang telah pergi bersama dosa-dosanya. Esok, yang mungkin tak pernah kau jumpai. Hari ini, maka beramallah di dalamnya.”
· Rabi‘ah al-Adawiyah: “Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku.”
· Imam al-Ghazali: “Syirik yang paling tersembunyi adalah seperti seekor semut hitam di atas batu hitam pada malam yang gelap gulita.” Ia adalah riya’.
· Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Hendaklah engkau bersama Allah, dan jika engkau belum mampu, hendaklah engkau bersama orang yang bersama Allah, agar engkau mendapat cahaya dari cahayanya.”
· Jalaluddin Rumi: “Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan. Aku mati sebagai tumbuhan dan menjadi hewan. Aku mati sebagai hewan dan kini menjadi manusia. Lalu, mengapa harus takut? Kematian tak pernah mengurangi diriku.”
Daftar Pustaka:
1. Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya.
2. Shahih Muslim, Kitab al-Zuhd wa al-Raqa’iq.
3. Al-Ghazali, Imam. Ihya’ ‘Ulum al-Din.
4. Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir. Futuh al-Ghaib.
5. Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam.
Ucapan Terima Kasih: Terima kasih buat Sobat GazettE yang udah menyimak sampai akhir.Semoga artikel ringan ini bikin kita semua makin aware buat jaga kemurnian tauhid. Stay faithful, guys!
M. Djoko Ekasanu (Penulis Lepas yang Senang Membahas Spiritualitas dengan Gaya Kekinian)
No comments:
Post a Comment