📰 HIDUP BERTETANGGA DALAM ISLAM
Hak, Kewajiban, dan Akhlak yang Terlupakan
✍️ Penulis: M. Djoko Ekasanu
🕌 Ringkasan Redaksi Asli
Hadis-hadis Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa iman seseorang belum sempurna jika ia menyakiti tetangganya. Bahkan, ancamannya adalah tidak masuk surga jika tetangga tidak merasa aman dari gangguannya. Sebaliknya, Islam memerintahkan berbuat baik, memberi hadiah, saling berbagi makanan, dan memperhatikan kebutuhan tetangga. Jibril ‘alaihis salam bahkan terus berwasiat agar Nabi ﷺ memperhatikan hak tetangga, sampai beliau mengira tetangga akan mendapat bagian warisan.
📖 Maksud dan Hakikat
- Maksud: Islam ingin membangun masyarakat yang harmonis, dimulai dari lingkaran terkecil: tetangga.
- Hakikat: Keimanan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi juga dari akhlaknya terhadap orang yang paling dekat dalam kehidupan sosial.
📚 Tafsir & Makna Judul
Judul “Hidup Bertetangga dalam Islam” menegaskan bahwa tetangga adalah bagian penting dari iman. Akhlak terhadap tetangga adalah cermin kesalehan pribadi sekaligus pondasi kokohnya masyarakat Islami.
🎯 Tujuan dan Manfaat
- Membentuk masyarakat beriman yang rukun, saling menjaga, dan peduli.
- Menekan konflik sosial akibat sikap egois dan acuh tak acuh.
- Melahirkan lingkungan yang penuh rahmat dan kasih sayang.
🕰️ Latar Belakang Masalah di Zamannya
Pada masa Rasulullah ﷺ, masyarakat Arab hidup dalam komunitas kecil yang erat. Namun, sifat kabilah dan ego kesukuan sering memicu pertikaian antar keluarga dan tetangga. Karena itu, Islam menekankan akhlak bertetangga sebagai jalan menjaga persatuan.
🌱 Intisari Masalah
- Iman tidak sempurna tanpa menjaga tetangga.
- Sakit hati tetangga bisa menghancurkan pahala.
- Memberi hadiah sekecil apa pun adalah bernilai.
- Saling berbagi makanan menjadi bukti cinta.
- Ketidakpedulian pada lapar-tidaknya tetangga adalah tanda lemahnya iman.
🔍 Sebab Terjadinya Masalah
- Egoisme pribadi dan kesibukan dunia.
- Perbedaan status sosial dan ekonomi.
- Lemahnya iman yang hanya berhenti pada ritual, tanpa meluas pada hubungan sosial.
📖 Dalil Qur’an dan Hadis
-
QS. an-Nisa: 36
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh..." -
QS. al-Ma’un: 3-7
Tentang orang yang mengabaikan hak orang lain, termasuk tetangga. -
Hadis:
"Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya." (HR. Muslim).
📊 Analisis dan Argumentasi
Tetangga adalah ujian terdekat dari kualitas iman. Jika seseorang pandai shalat dan puasa, tetapi tidak peduli pada tetangganya, maka ibadahnya menjadi tidak bermakna. Dalam konteks modern, persoalan tetangga muncul dalam bentuk: kebisingan, sampah, parkir, gosip, hingga kesenjangan ekonomi. Solusinya adalah kembali pada akhlak Nabi ﷺ: saling menghormati, berbagi, dan menjaga keamanan sosial.
🌍 Relevansi Saat Ini
- Perkotaan: Individualisme membuat banyak orang tidak mengenal tetangganya.
- Ekonomi: Jurang kaya-miskin memperlebar rasa iri dan permusuhan.
- Teknologi: Media sosial lebih dekat daripada tetangga rumah.
Islam hadir dengan solusi: mulailah peduli pada tetangga, bahkan dengan senyuman dan sapaan kecil.
✅ Kesimpulan
Iman sejati bukan hanya ritual, tetapi juga akhlak sosial. Tetangga adalah “cermin iman” kita. Tidak cukup kita shalat rajin jika tetangga merasa terganggu. Kebaikan sekecil apa pun akan menjaga ukhuwah dan menjadi jalan menuju ridha Allah.
🧭 Muhasabah dan Caranya
- Tanyakan: “Apakah tetangga merasa aman dariku?”
- Mulailah memberi hadiah sederhana.
- Jangan membiarkan tetangga lapar.
- Tahan lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti.
🤲 Doa
Allahumma j‘alna min ibadika al-shalihin, alladzina yahfazhuna huquq al-jaar, wa la taj‘alna min al-ghafilin alladzina yughfiluna ‘an haqqihim. Ya Allah, jadikanlah kami tetangga yang membawa rahmat, bukan tetangga yang membawa mudarat. Amin.
💡 Nasehat Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Iman seseorang tidaklah lurus sampai tetangganya merasakan ketentraman darinya.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Cinta kepada Allah harus tercermin pada cinta kepada makhluk-Nya.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Orang arif tidak menyakiti walau seekor semut, apalagi tetangganya.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah akhlak; jika tidak ada akhlak, maka itu bukan tasawuf.”
- Al-Hallaj: “Cinta sejati adalah meleburkan diri dalam kebaikan bagi sesama.”
- Imam al-Ghazali: “Hak tetangga adalah hak yang agung, hampir setara dengan hak kerabat.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Seorang wali adalah tetangga terbaik, sebab darinya terpancar rahmat.”
- Jalaluddin Rumi: “Jika engkau ingin mengenal Allah, lihatlah bagaimana engkau memperlakukan tetanggamu.”
- Ibnu ‘Arabi: “Manusia adalah cermin Allah; tetangga adalah cermin dirimu.”
- Ahmad al-Tijani: “Kesempurnaan iman tidaklah dicapai tanpa kasih sayang sosial.”
📚 Daftar Pustaka
- Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari.
- Muslim, Shahih Muslim.
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din.
- Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari.
- Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim.
- Al-Thabrani, al-Mu‘jam al-Kabir.
- Rumi, Matsnawi.
- Ibnu ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyah.
🙏 Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada semua guru, para ulama, serta masyarakat yang terus menjaga nilai Islam dalam kehidupan bertetangga. Semoga tulisan ini menjadi amal jariyah bagi penulis dan pembaca.
Apakah Anda ingin saya lanjutkan format ini ke dalam layout ala artikel koran lengkap (dengan kolom berita, ilustrasi, dan subjudul tebal seperti di media cetak), atau cukup gaya feature naratif seperti di atas?
No comments:
Post a Comment