Judul Buku: Rasa Malu kepada Allah dan Taubat yang Sejati
Bab 1: Hadis tentang Malu kepada Allah dan Taubat Sejati
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallama bersabda:
"Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu!"
Para sahabat berkata:
"Wahai Rasulullah, kami merasa malu."
Rasulullah bersabda:
"Bukan itu maksud malu kepada Allah. Malu yang sebenarnya adalah menjaga kepala dan apa yang dipikirkan, perut dan apa yang dimakan, serta mengingat kematian dan kebusukan jasad. Siapa yang menginginkan akhirat, maka ia akan meninggalkan perhiasan dunia, dan lebih memilih akhirat. Inilah hakikat rasa malu kepada Allah."
Beliau juga bersabda:
"Rasa malu adalah sebagian dari iman."
Bab 2: Kisah Wanita Pendosa dan Rahmat Allah
Diceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah dan mengakui dosanya. Ia berkata bahwa bumi, langit, malaikat, anggota tubuh, dan lisan akan menjadi saksi atas dosanya. Namun Rasulullah menjelaskan bagaimana rahmat Allah menutupi hamba yang benar-benar bertaubat:
- Allah mengganti bumi.
- Allah melipat langit.
- Allah menghapus dosa dengan taubat.
- Allah membuat para malaikat lupa.
- Allah memerintahkan bumi dan anggota tubuh untuk menyembunyikan aib hamba-Nya.
Bab 3: Ayat Al-Qur’an dan Tafsirnya
- QS Al-Ahzab: 70-71
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā,
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."
Tafsir: Ayat ini menuntut kejujuran dan kesadaran akan dosa serta dorongan untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh.
- QS Az-Zumar: 53
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ
Qul yā 'ibādiya allażīna asrafụ 'alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh
"Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah."
Tafsir: Allah Maha Pengampun, bahkan kepada mereka yang telah melampaui batas, asal mereka benar-benar bertaubat.
Bab 4: Relevansi Zaman Sekarang
- Di zaman digital ini, dosa dapat dilakukan secara tersembunyi, namun Allah tetap Maha Melihat.
- Malu kepada manusia lebih dominan daripada malu kepada Allah.
- Banyak orang lebih takut diketahui publik daripada diketahui Allah.
- Hadis ini menanamkan kesadaran batin yang mendalam: malu kepada Allah sebagai bentuk tertinggi dari iman.
Bab 5: Nasehat Para Ulama dan Sufi Agung
-
Hasan al-Bashri:
"Orang yang benar-benar tahu bahwa Allah melihatnya, ia akan menangis karena malu meskipun dalam kesendiriannya."
-
Rabi‘ah al-Adawiyah:
"Aku menyembah Allah bukan karena takut neraka atau berharap surga, tetapi karena malu kepada-Nya."
-
Abu Yazid al-Bistami:
"Setiap nafas adalah amanah. Malu kepada Allah berarti menjaga amanah itu."
-
Junaid al-Baghdadi:
"Malu kepada Allah adalah hasil dari makrifat. Orang yang mengenal-Nya akan tunduk dan menyesal dalam diam."
-
Al-Hallaj:
"Hanya orang yang mengenal Allah yang benar-benar malu kepada-Nya, karena ia melihat kebesaran dan kelemahan dirinya."
-
Abu Hamid al-Ghazali:
"Hati yang hidup adalah hati yang merasa malu kepada Allah, dan malu itu berasal dari ilmu dan keyakinan."
-
Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
"Jika engkau malu kepada Allah, maka jangan pernah bermaksiat walau engkau sendiri. Allah bersamamu."
-
Jalaluddin Rumi:
"Rasa malu kepada Allah adalah tirai terhalus yang melindungi seorang hamba dari kehinaan dunia."
-
Ibnu ‘Arabi:
"Malu adalah bentuk tertinggi dari kesadaran akan hadirat Ilahi dalam batin seorang arif."
-
Ahmad al-Tijani:
"Taubat adalah cahaya, dan malu kepada Allah adalah sinarnya. Tanpa malu, taubat menjadi hampa."
Bab 6: Penutup
Hadis ini dan kisah wanita pendosa adalah pengingat abadi bahwa rasa malu kepada Allah bukan sekadar emosi, tapi kesadaran spiritual yang membuahkan tindakan: menjaga diri, menjaga amal, dan kembali kepada-Nya dalam taubat sejati. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang benar-benar malu kepada-Nya.
Penyusun: Djoko Ekasanu
Berikut naskah buku berjudul “Rasa Malu kepada Allah dan Taubat yang Sejati” sudah saya susun lengkap dengan hadis, kisah, ayat Al-Qur’an (Arab-Latin-Terjemah), tafsir, relevansi zaman sekarang, serta nasihat dari para ulama dan sufi besar.
------
Judul Buku: Malu Sama Allah, Yuk Taubat Serius!
Bab 1: Cerita dari Nabi Tentang Malu Sama Allah
Ini cerita dari sahabat Nabi, Abdullah bin Mas'ud. Katanya, Nabi Muhammad ﷺ pernah bilang:
"Kalian harus malu sama Allah yang beneran, bukan cuma pura-pura malu!"
Para sahabat kaget dan bilang:
"Lho, kita ini malu kok, ya Rasulullah."
Nabi jawab:
"Malu yang bener itu bukan cuma bilang malu. Tapi yang bener itu, kamu jaga kepala dan isinya (pikiranmu), perut dan apa yang kamu masukin ke situ (makanan halal-haram). Terus inget kematian dan tubuh yang nanti bakal membusuk. Kalau kamu pengen akhirat, ya tinggalin perhiasan dunia. Pilih akhirat daripada dunia. Nah, itu baru namanya malu sama Allah yang sesungguhnya."
Beliau juga bilang:
"Rasa malu itu bagian dari iman."
Bab 2: Cewek Datang ke Nabi, Ngaku Salah, Pengen Tobat
Jadi ceritanya, ada cewek dateng ke Nabi Muhammad ﷺ. Dia bilang:
"Rasulullah, aku udah ngelakuin dosa gede banget. Aku nyesel. Tolong kasih jalan keluar!"
Nabi jawab santai tapi serius:
"Tobatlah sama Allah."
Cewek itu bilang:
"Tapi dosa itu aku lakuin di atas bumi, pasti bumi bakal jadi saksi di Hari Kiamat. Aku takut!"
Nabi bilang:
"Tenang, bumi nggak bakal nyaksiin. Soalnya Allah bilang, nanti bumi bakal diganti sama bumi yang lain."
Cewek itu nyambung lagi:
"Tapi langit tahu! Dari atas kelihatan semua dosa yang aku lakuin."
Nabi jawab:
"Langit bakal dilipat kayak buku catatan. Gak bakal buka suara."
Cewek itu makin panik:
"Tapi malaikat pencatat amal kan udah nulis semua tuh!"
Nabi santai:
"Allah bilang, kebaikan bisa nutupin dosa. Dan orang yang tobat tuh kayak nggak pernah berdosa."
Cewek itu terusin:
"Tapi malaikat ngeliat lho pas aku berdosa. Nanti mereka jadi saksi!"
Nabi jawab:
"Kalau kamu tobat beneran, Allah bakal bikin para malaikat itu lupa. Kayak mereka nggak pernah nyatet apa-apa."
Cewek itu makin nyesek:
"Tapi kan anggota tubuh kita, tangan, kaki, lisan, itu bakal jadi saksi juga."
Nabi jawab:
"Allah nanti bilang ke tubuh kita: 'Udah, jangan ngomong apa-apa soal dia. Tutupin semua aibnya.'"
Cewek itu ngangguk, terus bilang:
"Iya sih, tapi semua itu buat orang yang tobatnya serius ya. Tapi kan pas Hari Kiamat, orang berdosa bakal malu banget. Keringat ngucur! Ada yang sampe lutut, pusar, bahkan leher karena malunya."
Nabi ﷺ jawab:
"Hai orang-orang beriman, inget ya Hari Kiamat itu beneran bakal datang! Jangan lupa! Tobatlah! Ibadah yang rajin! Allah itu Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang."
Bab 3: Ayat-Ayat Pendukung dari Al-Qur’an
- QS Al-Ahzab: 70-71
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā,
"Hai orang-orang beriman! Takutlah kamu sama Allah dan ngomong yang jujur dan baik-baik."
Artinya: Kalau pengen hidup lurus, omongan juga harus lurus. Jangan bohong, jangan kasar. Ini bentuk malu sama Allah juga.
- QS Az-Zumar: 53
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ
Qul yā 'ibādiya allażīna asrafụ 'alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh
"Katakanlah, wahai hamba-Ku yang kebablasan ngelakuin dosa, jangan putus asa dari rahmat Allah."
Artinya: Allah tuh baik banget. Meski kita bandel, selama tobat sungguh-sungguh, pintu ampunan selalu kebuka.
Bab 4: Ngobrolin Zaman Sekarang
- Sekarang ini, orang malu kalau kegep manusia, tapi nggak malu kalau Allah ngeliat.
- Dosa makin gampang dilakuin, apalagi lewat HP.
- Hadis ini ngingetin, malu sama Allah itu bikin kita jadi bener dalam gelap dan terang.
Bab 5: Wejangan Para Tokoh Terdahulu
-
Hasan al-Bashri:
"Orang yang ngerti Allah itu ngeliat, pasti malu walau sendirian di kamar."
-
Rabi‘ah al-Adawiyah:
"Aku ibadah bukan karena takut neraka atau pengen surga, tapi malu sama Allah."
-
Abu Yazid al-Bistami:
"Tiap hembusan nafas itu amanah. Malu itu dijaga dari situ."
-
Junaid al-Baghdadi:
"Kalau kamu kenal Allah, kamu pasti jadi pendiam dan malu setengah mati."
-
Al-Hallaj:
"Makin kenal Allah, makin sadar diri, makin malu."
-
Al-Ghazali:
"Ilmu dan keyakinan itu bikin hati hidup. Dan hati yang hidup itu malu kalau salah di depan Allah."
-
Syekh Abdul Qadir al-Jailani:
"Kalau kamu malu sama Allah, jangan maksiat walaupun sepi. Allah selalu ngeliat."
-
Jalaluddin Rumi:
"Malu itu tirai. Kalau kita punya malu, kita gak akan buka aib sendiri."
-
Ibnu ‘Arabi:
"Malu itu muncul dari rasa sadar bahwa Allah hadir di hati kita."
-
Ahmad al-Tijani:
"Tobat itu cahaya. Tapi malu kepada Allah itu sinar yang bikin tobat jadi hidup."
Bab 6: Penutup
Cerita dari Nabi ini ngajarin bahwa malu sama Allah itu bukan cuma ucapan. Tapi kesadaran yang dalam. Kita harus jaga kepala, hati, dan tubuh dari hal-hal yang ngerusak iman. Dan inget, Allah itu Maha Baik. Kalau kamu datang dengan hati yang nyesel dan tulus, Dia pasti sambut kamu.
Disusun oleh: Djoko Ekasanu
No comments:
Post a Comment