LARANGAN BERANDAI-ANDAI DAN MELUPAKAN ALLAH.
Diriwayatkan dari Asma binti Umais al-Khots-‘amiah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata:
Saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Seburuk-buruknya hamba adalah hamba yang sombong, yang berbuat aniaya, dan yang berlagak menonjolkan diri dan ia lupa dari Allah Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sombong dan yang berbuat aniaya dan ia lupa dari Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang lalai dan lupa dengan kuburan dan busuknya jasad. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang bertindak sewenang-wenang melewati batas dan ia lupa dengan permulaan dan akhir. Seburuk- buruk hamba adalah hamba yang memilih dunia dengan cara (perantara) mengatas namakan agama. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang memanipulasi dunia dengan hal-hal syubhat. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang memilki sifat tamak (rakus) yang dapat menuntunnya ke neraka. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diperbudak oleh hawa nafsu yang menyesatkannya. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang diperbudak oleh kesenangan yang dapat menghinakannya dan jauh dari kebenaran.”
----
Baik, saya buatkan draf bacaan koran yang lengkap sesuai permintaan Anda. Saya susun dengan gaya artikel koran Islami yang terstruktur: ada ringkasan, analisis, hikmah, muhasabah, doa, nasehat ulama sufi, hingga daftar pustaka.
📰 ISLAMIC DAILY NEWS
LARANGAN BERANDAI-ANDAI DAN MELUPAKAN ALLAH
Oleh: M. Djoko Ekasanu
Ringkasan Redaksi Aslinya
Hadis dari Asma binti Umais radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sombong, aniaya, menonjolkan diri, lalai dari Allah, lupa pada kuburan dan busuknya jasad, bertindak sewenang-wenang, memilih dunia dengan dalih agama, memanipulasi dunia dengan syubhat, tamak, diperbudak hawa nafsu, serta tenggelam dalam kesenangan yang menyesatkannya.”
Maksud dan Hakikat
Pesan utama hadis ini adalah larangan keras untuk:
- Berandaian-andaian berlebihan → karena menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketetapan Allah.
- Melupakan Allah → karena melupakan Allah berarti melupakan hakikat hidup, mati, dan akhirat.
Hakikatnya, sifat sombong, lalai, dan tamak bukan hanya merusak hati, tetapi juga menjerumuskan ke dalam kehinaan dunia dan azab akhirat.
Tafsir dan Makna Judul
- “Larangan berandai-andai” bermakna agar manusia tidak hidup dalam angan-angan kosong, tapi bersyukur dan ikhlas menerima takdir Allah.
- “Melupakan Allah” adalah sumber segala kerusakan akhlak dan perilaku. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19).
Tujuan dan Manfaat
- Mengingatkan umat agar tidak terjerumus pada kesombongan, rakus, dan tipuan dunia.
- Membimbing hati supaya selalu terhubung dengan Allah dalam setiap kondisi.
- Menjadi cermin muhasabah agar kita sadar batas diri sebagai hamba.
Latar Belakang Masalah di Jamannya
Pada masa Rasulullah ﷺ, banyak orang Arab yang bangga dengan kekuasaan, harta, dan keturunan. Sebagian ada yang memperalat agama demi kepentingan duniawi. Rasulullah ﷺ menegur keras sikap semacam itu, sebab akan menggelincirkan umat dari tauhid yang murni.
Intisari Masalah
- Sombong dan tamak menjerumuskan manusia ke neraka.
- Dunia sering dijadikan alat, bukan jalan, untuk mendekatkan diri kepada Allah.
- Lalai mengingat Allah menjadikan manusia lupa asal-usul dan akhir kehidupan.
Sebab Terjadinya Masalah
- Terlalu cinta dunia dan takut kehilangan kesenangan.
- Kurangnya dzikir dan muhasabah diri.
- Hawa nafsu yang dibiarkan liar tanpa dikendalikan.
Dalil Qur’an dan Hadis
-
Al-Qur’an:
- “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga, dan berlomba dalam harta dan anak-anak.” (QS. Al-Hadid: 20).
- “Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya.” (QS. Al-Kahfi: 28).
-
Hadis:
- Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR. Tirmidzi).
Analisis dan Argumentasi
- Analisis Psikologis: Orang yang berandai-andai terlalu jauh cenderung kecewa, stres, dan mudah iri.
- Analisis Sosial: Melupakan Allah melahirkan ketidakadilan, penindasan, dan kerusakan moral dalam masyarakat.
- Argumentasi Syariat: Islam memerintahkan dzikir, syukur, dan tawakal sebagai benteng dari sifat buruk.
Relevansi Saat Ini
Di era modern, manusia sibuk mengejar gaya hidup, jabatan, dan harta. Banyak yang rela menghalalkan segala cara, bahkan menjual agama demi kepentingan dunia. Media sosial pun sering memperkuat sifat pamer, sombong, dan lalai dari Allah. Hadis ini menjadi peringatan keras bagi umat agar tidak terjebak.
Hikmah
- Hidup ini sementara, jangan tertipu oleh gemerlap dunia.
- Seorang hamba sejati adalah yang rendah hati, bersyukur, dan selalu mengingat Allah.
Muhasabah dan Caranya
- Membiasakan dzikir pagi-petang.
- Menulis jurnal syukur harian.
- Membatasi hawa nafsu dengan puasa sunnah.
- Menjauhi syubhat dan pergaulan buruk.
Doa
اللَّهُمَّ اجعلنا من عبادك المتواضعين، وذكّرنا بك في كل حال، ولا تجعلنا من الغافلين.
“Ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang rendah hati, selalu mengingat-Mu dalam setiap keadaan, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk golongan orang yang lalai.”
Nasehat Para Ulama Sufi
- Hasan al-Bashri: “Janganlah engkau tertipu dengan dunia, sebab ia hanya tempat singgah, bukan tempat tinggal.”
- Rabi‘ah al-Adawiyah: “Aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka-Mu, dan tidak pula karena berharap surga-Mu, tetapi karena aku cinta kepada-Mu.”
- Abu Yazid al-Bistami: “Hancurkan dirimu, maka akan tampak Tuhanmu.”
- Junaid al-Baghdadi: “Tasawuf adalah Allah menjadikanmu mati dari dirimu dan hidup bersama-Nya.”
- Al-Hallaj: “Tiada aku selain Engkau, wahai Allah.”
- Imam al-Ghazali: “Dunia itu racun, hanya sedikit yang selamat darinya.”
- Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Bersihkan hatimu dari selain Allah, niscaya Dia akan memenuhinya dengan cahaya.”
- Jalaluddin Rumi: “Jangan terjebak pada bayangan, carilah matahari.”
- Ibnu ‘Arabi: “Hati yang suci adalah cermin tempat cahaya Tuhan memantul.”
- Ahmad al-Tijani: “Jalan tasawuf adalah dzikir, syukur, sabar, dan tawakal.”
Daftar Pustaka
- Al-Qur’an al-Karim.
- Shahih al-Bukhari & Muslim.
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din.
- Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fath ar-Rabbani.
- Jalaluddin Rumi, Matsnawi.
- Ibnu ‘Arabi, Futuhat al-Makkiyah.
- Nashaihul ‘Ibad, Ibnu Hajar al-Asqalani.
- Mukasyafatul Qulub, al-Ghazali.
Ucapan Terima Kasih
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para ulama dan pembaca setia yang terus menghidupkan nilai dzikir, syukur, dan kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini bermanfaat sebagai peringatan dan pencerahan.
🖋 Penulis: M. Djoko Ekasanu
No comments:
Post a Comment